Disusun Oleh :
DESY ARIZA EKA PUTRI
(14401. 16.17006)
GENGGONG PROBOLINGGO
2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI EMERGENCY
I. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi.
(Dewi dan Familia, 2010
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan
referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.
2
diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam. Penderita
perlu dirawat di ruangan intensive care unit
Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan dalam 24 jam
sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral. (table II). Sementara itu,
hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
1. Hipertensi Primer
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi essensial). Hal ini ditandai
dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian
besar (90 – 95%) penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat
terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lainnya, misalnya seperti
kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit sistemik
lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
3
II.Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor Risiko Hiperensi Emergecy :
a. Meminum obat anti hipertensi tidak teratur
b. Stress
c. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
d. Obesitas
e. Merokok
f. Minum alcohol
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
a. Kehamilan
b. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
c. Pengguna NAPZA
d. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
III.Manifestasi Klinis
a. Gejala ringan :
- Mual, muntah
- Sakit Kepala
- Kaku pada tengkuk
- Nyeri Dada
- Sesak Napas
b. Gejala yang lebih berat
- Gangguan kesadaran sampai pingsan
- Kejang
- Nyeri dada hebat
4
IV.Anatomi Fisiologi Jantung
5
Fungsi anatomi fisiologi kerja jantung adalah merupakan salah satu bukti
kebesaran Allah kepada kita manusia. Karena dengan mengenal serta memahami
akan cara kerja jantung kardiovaskular dan pembuluh darah yang terdapat pada
manusia maka sungguh besar akan nikmat sehat yang Allah karuniakan kepada kita
semuanya.
Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung
secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya
dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam
rangka memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel. Jantung juga
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas memompa darah
ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh
manusia.
Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup,
sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang
dinamakan dengan septum.
Katup jantung berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak
kembali masuk ke dalam lagi.
6
V.Patofisiologi
a. Meminum obat anti
hipertensi tidak teratur
b. Stress
c. Pasien mengkonsumsi
kontrasepsi oral
d. Obesitas
e. Merokok
f. Minum alcohol
Krisis hipertensi
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Resistensi Suplai O2
sistemi koroner
pembuluh otak Vasokonstriksi Spasme
A. otak k arteriol
darah menurun pembuluh
vasokonstriksi Iskemi e
darah ginjal
miocard diplopia
sinkop Afterload
Nyeri Blood flow
meningkat Nyeri
kepala aliran darah Resti injuri
dada
Resiko menurun Fatique
penurunan
Gangguan curah
Respon RAA
Perfusi jantung Intoleransi
jaringan
Rangsang aktifitas
aldosteron
Perubahan Dipsnea,ortopne
suplai darah a,takikardi
Retensi Na ke paru
7
VI.Penatalaksanaan
a. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu
1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.
Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, bukan injeksi).
Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25
ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk
penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi
Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol
10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,
tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.
8
Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus
Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside / menit sebagai menit setelah jangka panjang dapat
infus IV infuse menyebabkan keracunan
tiosianat, methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah,
sebagai infus min , methemoglobinemia;
IV membutuhkan sistem pengiriman
khusus karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah, sakit
sebagai infus 30 min kepala, peningkatan tekanan
IV intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan
per 250 cc jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit 30 min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus IV intrakranial; hipotensi
VII.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD.
b. urine : Urinelisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana ).
e. CT Scan
9
VIII.Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri.
3. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah
yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan
darah yang mencolok.
5. Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang pada
kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin.
IX.Masalah Keperawatan
a. Penurunan curah jantung
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan Perfusi jaringan Serebral
d. Nyeri akut
e. Kelebihan volume cairan
f. Intoleransi aktivitas
10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
PADA HIPERTENSI EMERGENCY
A. Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
1. Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
2. Breathing
3. Circulation
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)
e) Lakukan IV akses dekstrose 5%
11
e. Pasang Kateter
f. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g. Jika ada kemungkina k/p berikan Nifedipin Sublingual
h. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
4. Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICU.
5. Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
12
- Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat
3. Integritas Ego
Gejala:
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, marah, faktor stress
multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
5. Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
13
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol
14
4. Nyeri akut : berhubungan dengan Agen pecendera Fisiologis
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
RENCANA
NO. KEPERAWA TUJUAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
TAN
1. Curah jantung: Perawatan Jantung:
Penurunan Setelah 1).Kekuatan nadi perifer
Curah jantung dilakukan meningkat Tindakan:
berhungan tindakan 2). palpitasi dapat menurun a.Observasi
dengan selama 3). Bradikardi dapat 1) Identifikasi tanda
perubahan 2x24 jam menurun dan gejala primer
aferload di 4).Gambaran ekg aritmia penurunan jantung
harapkan dapat menurun 2) Identifikasi tanda
Keadekuat 5). Distensi Vena jungularis dan gejala sekunder
an jantung 6) Batuk dapat menurun penurunan curah
dalam 7) Suara Jantung S3 menurun jantung
memompa 8) Suara jantung S4 menurun 3) Monitor tekanan
darah 9) Tekanan darah dapat darah
membaik 4) monitor intake dan
10) Capillary refill time output cairan
(CPT) 5) Monitor saturasi
11) Pulmonory artery wedge oksigen
membaik 6) Monitor EKG 12
Sandapan
1
7) Monitor
1 aritmia (
kelainan
! irama dan
frekuens)
)
8) Monitor
1 nilai I
sebelum1 Laboratorim
9) Periksa
1 tekanan
darah dan frekuensi
nadi sebelum
1 dan
sesudah1 istirahat
b. Terapeutik
1
1).posisikanpasien
semi fowler
-2) Berikan diet
jantung yang sesuai
3) Berikan saturasi
Oksigenasi untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
c. Edukasi
Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
1) Anjurkan aktifitas
secara bertahap
d. Kolaborasi
15
1).kolaborasi
pemberian,aritmia
,jika perlu
2.Rujuk ke program
rehabilitas jantung
Status neurologis:
1) Peningkatan tingkat
Pola napas Setelah kesadaran
tidak dilakukan 2) Peningkatan fungsi Manajemen jalan
efektifberhubu tindakan sensorik kranial napas:
ngan dengan keperawat 3) Peningkatan fungsi a. Observasi
gangguan an selama motorik kranial 1) Monitor pola
neurologis 2x24 jam 4) Tekanan darah sistolik napas
pola napas membaik (frekuensi,
dapat 5) Frekuensi nadi membaik kedalaman,
membaik usaha napas)
2) Monitor bunyi
napas
tambahan
(misal,
gurgling,
mengi,
wheezing,
ronkhi kering)
3) Monitor
sputum
(jumlah, warna,
aroma)
b. Terapeutik
1) Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengn
head-tilt dan
chin-lift (jaw-
thrust jika
curiga trauma
servikal)
2) Posisikan semi-
fowler atau
fowler
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
5) Berikan
oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
16
1) Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
1) tujuan dan
prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
17
3) Cegah
terjadinya
kejang
4) Pertahankan
suhu tubuh
normal
c. Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
sedasi dan anti
konvulsan, jika
perlu
2) Kolaborasi
pemberian
diuretik
osmosis, jika
perlu
1. Nyeri akut Setelah Tingkat nyeri: Manajemen Nyeri:
berhubungan dilakukan 1) Peningkatan kemampuan a. Observasi
denganagen tindakan menuntaskan aktivitas 1) Identifikasi
pencedera keperawat 2) Penurunan keluhan nyeri lokasi,
fisiologis an selama 3) Penurunan anoreksia karakteristik,
2x24 jam 4) Penurunan ketegangan durasi,
nyeri dapat otot frekuensi,
berkurang. 5) Penurunan mual dan kualitas,
muntah intensitas nyeri.
2) Identifikasi
skala nyeri
3) Identifikasi
responnyeri
non verbal
4) Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis.
Kompres
hangat/dingin)
2) Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
18
3) Fasilitasi
istirahat dan
tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3) Ajarkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based Guide
to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume
2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2000. Buku Saku Phatofisiologi. Jakarta ; EGC
Muttaqien A, Kumala S. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
20