Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Ibu Nifas
Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Ibu Nifas
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas : B/B1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Perubahan Anatomi dan Fisiologis Ibu
Nifas” berguna untuk masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pascapersalinan dibagi menjadi tiga periode puerperium yaitu sebagai berikut :
“immediate puerperium” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan. Masa ini dimulai
segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, harus
dipantau kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
“early puerperium” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu. Pada fase ini harus
dipastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
“late puerperium” yaitu setelah 1 minggu sampai dengan 6 minggu pascapersalinan.
Pada periode ini perawatan tetap dilakukan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
KB.
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju dan negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan,
sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa nifas Meskipun
puerperium merupakan periode low-risk, keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa atau
komplikasi serius dapat terjadi, sehingga keadaan ini harus dikenali dan ditangani dengan
tepat.
iii
Dalam masa ini, harus dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Menambah wawasan kita tentang perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu nifas
iv
BAB 2 PEMBAHASAN
Berat
Berat uterus sesaat setelah melahirkan, termasuk janin, plasenta, membran, dan cairan
amnion adalah sejumlah 1000 gram. Dalam 1 minggu, berat uterus menurun hingga 500
gram, dan dalam 6 minggu, berat uterus menjadi 50 gram, yaitu berat uterus pada keadaan
tidak hamil. Uterus pada seorang wanita multipara biasanya lebih berat dan tidak ada
akan pernah kembali ke proporsi nulipara. Dalam 6 minggu setelah persalinan, uterus
mulai menyusut hingga 50-100 gram.
Ukuran
Lokasi dari fundus uteri membantu untuk menentukan bahwa involusi uterus berlangsung
secara normal. Fundus dapat dipalpasi pada pertengahan antara simfisis os pubis dan
umbilikus. Dalam 12 jam, ukuran fundus meningkat setinggi umbilikus atau di atas
maupun di bawah umbilicus. Pada hari kedua, fundus turun kira-kira 1 cm, atau 1 jari per
1
harinya. Biasanya fundus turun ke kavitas pelvis dalam 14 hari dan tidak dapat dipalpasi pada
abdomen.
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan
iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara
plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Diameter rata-rata dari
plasenta 18 cm, dengan cepat uterus menurun diameternya menjadi 9 cm dari tempat
melekatnya plasenta. Plasental site, yang berukuran diameter 8-10 cm (3-4 inci),
mengalami penyembuhan melalui proses exfoliation (pelepasan jaringan yang mati).
Dalam 3 hari pertama, placental site diinfiltrasi oleh granulosit dan sel
mononuclear, sebuah reaksi yang sampai pada endometrium dan superfisial
myometrium. Pada hari ketujuh, ada bukti dari regenerasi kelenjar endometrium, seting
tampak atipikal, dengan bentuk kromatin yang ireguler, bentuk yang berbeda- beda, dan
pembesaran nukleus, pleomorfik, dan peningkatan sitoplasma. Sesudah 2 minggu
diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Biasanya jaringan mengalami nekrosis dan lepas
dalam waktu ± 6 minggu setelah melahirkan.
c. Lokhea
Discharge vagina yang dikenal dengan lokhea pada masa puerperium berasal
dari plasental site.
2
trofoblas/penanaman plasenta (selaput ketuban) serta mukus. Biasanya berbau amis
dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4 pascapersalinan.
Lokhea sanguinoleta (merah kekuningan)
berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pascapersalinan. Jumlah
darah berkurang pada hari keempat, ketika leukosit keluar menandakan terjadinya
proses penyembuhan.
Lokhea Serosa
Warnanya berubah dari merah menjadi pink atau sedikit cokelat. Lokhea
serosa terdiri dari eksudat serosa, eritrosit, leukosit, dan mucus serviks. Cairan ini
seromukopurulen dan berbau khas. Setelah minggu 5-6, sekresi lokia menghilang
yang menunjukkan bahwa proses penyembuhan endometrium sudah hampir
sempurna. Lokhea yang sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala
sistemik berupa tanda tanda infeksi menandakan adanya endometritis
d. Serviks
Regresi epitel serviks berlangsung dalam 4 hari setelah persalinan dan pada
akhir minggu pertama, edema dan perdarahan pada serviks mulai berkurang. Hipertrofi dan
hiperplasia vaskuler menetap pada minggu pertama. Seminggu setelah persalinan,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat.Serviks tidak pernah kembali
ke keadaan awal meskipun telah mengalami penyembuhan karena akan meninggalkan
dilatasi dari 10 cm menjadi 2-3 cm.
Segera setelah melahirkan dinding vagina tampak edema, memar serta rugae atau
lipatan-lipatan halus tidak ada lagi. Vagina dan vulva tampak meregang selama persalinan.
Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali. Rugae tampak pada vagina, dan labium kembali normal namun
3
lebih besar dibanding pada kondisi nulipara. Estrogen pascapartum yang menurun berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara. Pada umunya rugae akan memipih secara permanen.
Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai
menstruasi dimulai kembali.
f. Perineum
Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat melahirkan.
Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/ edema/ memar dan mungkin
ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Bila dilakukan episiotomi akan menyebabkan
rasa tidak nyaman dan pemulihan lebih lambat. Namun tanpa atau dengan
dilakukannya episiotomi, perineum akan tetap mengalami edema dan kelihatan memar.
Proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-tanda
infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau keluar cairan
tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah
melahirkan.
g. Payudara
Payudara akan lebih besar , kencang dan lebih nyeri saat ditekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.Payudara disiapkan untuk proses
laktasi selama kehamilan. Payudara dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan
limfatik disekitar payudara dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit.ASI tidak
dihasilkan hingga 3-4 hari pertama setelah melahirkan.Colostrum disekresikan dalam
beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Sistem kardiovaskular akan kembali pada keadaan sebelum kehamilan dalam kurun
waktu 2 minggu pascapersalinan. Cardiac Output mencapai puncaknya segera setelah
persalinan pada 80% pasien. Hal ini diikuti dengan peningkatan tekanan vena dan
peningkatan stroke volume. Segera setelah ibu melahirkan, keadaan tersebut dapat meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit. Nilai tersebut meningkat pada semua jenis
kelahiran atau semua pemakaian konduksi anestesi.
4
Peningkatan ini disebabkan karena :
(1) peningkatan aliran darah balik ke jantung ketika darah dari uteroplasenta kembali
ke sirkulasi sentral
(2) penurunan tekanan pada pembuluh darah akibat uterus yang membesar karena
hamil, dan
(3) mobilisasi dari cairan ekstraseluler yang belebih ke kompartemen vaskuler
Tubuh mengalami diuresis dan diaforesis untuk mengeluarkan kelebihan plasma. Volume
plasma lebih banyak hilang pada 72 jam pertama selama masa persalinan.
Ginjal kembali ke keadaan normal dalam waktu 2-3 bulan setelah persalinan. Dilatasi
dari renal pelvis, calyx, dan ureter berakhir pada minggu keenam dan kedelapan
untuksebagian besar wanita meskipun itu dapat berlanjut sampai 16 minggu untuk
beberapawanita.Protein dan aseton mungkin ada pada urine pada beberapa hari pertama
kelahiran. Kira-kira 40 % wanita post partum mempunyai proteinuria fisiologis (dalam 1-2
hari).
Beberapa wanita mengalami kesulitan dalam pengeluaran urine selama hari pertama
atau kedua setelah persalinan. Perubahan selama kehamilan menyebabkan vesika urinaria dari
wanita postpartum mengalami peningkatan kapasitas dan penurunan tonus otot. Kapasitas
menahan kandung kemih meningkat karena tiba-tiba kandung kemih punya banyak ruang
untuk mengembang, sehingga kebutuhan untuk berkemih menjadi jarang.
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal adalah atoni dari intestin,
kelemahan pada abdomen dan perineum, anorexia, dan kehilangan cairan tubuh Motilitas dari
gastrointestinal yang menurun terjadi karena nyeri pada perineum dan mobilisasi cairan,
sehingga mengakibatkan terjadinya konstipasi. Penyebab lain terjadinya konstipasi adalah
dehidrasi yang terjadi selama proses persalinan, otot abdomen yang kendur, dan luka pada
perineum. Hal ini dapat menyebabkan nyeri saat berdefekasi.Konstipasi sementara tidak
berbahaya. Meskipun begitu, hal ini dapat menyebabkan perasaan penuh pada abdomen dan
flatus. Defekasi biasanya 2-3 hari post partum dan mulai normal kembali pada hari ke-8
sampai hari ke 14 postpartum.
5
2.5 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
b. Dinding Abdomen
Selama hamil, dinding abdomen meregang untuk menyediakan tempat pertumbuhan
janin, tonus otot juga menurun. Hal yang ditakutkan adalah menemukan dinding abdomen
lemah, halus, dan kendur. Dinding abdomen menjadi kendur karena distensi yang
berlangsung lama akibat pembesaran uterus selama hamil dan ruptur serat-serat elastis kulit.
Hal ini akan kembali ke keadaan sebelum hamil dalam beberapa minggu, kecuali stria
mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Pemulihan dapat dilakukan dengan latihan.
Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV persalinan dan
mengikuti lahirnya plasenta. Setelah pengeluaran plasenta, kadar hormon plasenta dan
hormon-hormon lainnya mengalami perubahan.
Perubahan endokrin yang terjadi selama kehamilan akan terjadi secara cepat.
Estrogen dan Progesteron
Kadar estrogen dan progesteron serum mengalami penurunan dengan segera
sejak tiga hari postpartum dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari ketujuh. Nilai
tersebut akan menetap bila pasien memberikan ASI pada bayinya, bila tidak
memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat dan menyebabkan pertumbuhan
folikel.
6
hPL
Human Placental Lactogen serum menurun dengan cepat dalam 48 jam
tetapi tetap dapat dideteksi pada akhir minggu pertama.
hCG
Human Chorionic Gonadotropin hadir dalam 3-4 minggu.
hPr
Pada periode pascapersalinan, prolaktin merupakan hormon dari produksi
susu. Kadar hormon ini meningkat dan menurun bergantung pada stimulasi puting
susu ibu. Selama minggu pertama pascapersalinan, kadar prolaktin menurun
hingga 50% dan meningkat seluruhnya jika ibu menyusui. Untuk ibu yang
memilih botol susu dan tidak menyusui langsung, kadar prolaktin kembali normal
pada hari ketujuh pascapersalinan.
Oksitosin
Oksitosin akan meningkat selama fase ekspulsi dari masa persalinan. Selama
pascapersalinan, oksitosin melanjutkan fungsi sebelumnya yaitu mempertahankan
kontraksi uterus dengan berkontraksi selama sesi menyusui dan sampai 20 menit
setelah menyusui. Dengan kata lain, hormon ini akan terus diproduksi bila ibu
menyusui bayinya.
Tiroksin dan tiroid
Tiroksin yang berikatan dengan globulin menurun dengan lambat menuju
keadaan normal selama 6 minggu. GDP, insulin, dan kurva respon insulin kembali
normal dalam 2 hari setelah persalinan.
7
2.8 Perubahan pada Sistem Neurologi
8
3. Tekanan Darah
Setelah melahirkan, terjadi penurunan tekanan intraabdominal yang
menyebabkan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang mensuplai organ
viseral. Hal ini yang menyebabkan penurunan tekanan darah 20 mmHg
sistoliknya ketika ibu bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk.
Akibatnya, ibu merasa pusing dan mungkin pingsan ketika ia berdiri. Hal ini
disebut hipotensi ortostatik
4. Pernafasan
Suara napas harus diperiksa jika ibu melahirkan anaknya dengan operasi
sectio caesarian atau ibu yang meneriman terapi MgSO4, perokok, atau ibu
yang memiliki riwayat infeksi saluran napas, ataupun asma.
c. Hair Loss
Kehilangan rambut sering menjadi kekhawatiran wanita setelah melahirkan. Hal
ini merupakan respon normal terhadap perubahan hormon yang menyebabkan
terjadinya penurunan kehilangan rambut selama kehamilan. Setelah melahirkan, rambut
lebih cepat gugur hingga tiga bulan. Kehilangan rambut berlangsung 4-20 minggu
setelah persalinan dan akan mulai tumbuh kembali dalam 4-6 bulan untuk 2/3 wanita
dan dalam 15 bulan untuk sisanya.
9
BAB 3 KESIMPULAN
Periode post partum (puerperium) atau juga sering disebut masa nifas adalah masa sejak
ibu melahirkan bayi (bayi lahir) sampai 6 minggu (42 hari) kemudian. Seorang ibu hamil
akan mengalami perubahan perubahan fisiologis pada saat setelah melahirkan (masa nifas).
Perubahan yang terjadi :
1. perubahan anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi
2. sistem kardiovaskuler
3. sistem urinarius
4. sistem gastrointestinal
5. sistem endokrin
6. sistem intergumentari
7. sistem neurologi dan perubahan-perubahan lainnya.
Untuk menghadapi perubahan-perubahan ini, penting adanya bagi ibu untuk memahami
bagaimana perubahan yang terjadi pada beberapa sistem organ saat masa nifas, agar ibu
mampu membedakan antara perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.
v
DAFTAR PUSTAKA
Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. 2003. The Normal Puerperium. In: Obstetrics and
Gynaecology An Illustrated Colour Text. UK: Churchill Livingstone. p.64-7.
http://dl.dokumen.tips/download/7ea10173428
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/19/01-gdl-qoiratunnu-933-1-ktiqori-5.pdf
Anonym. 2010. Postpartum. [online] [cited December 29th 2015]. Available from:
http://books.mcgraw-hill.com/medical/firstaidfortheboards/pdf/00713-
64234/0071364234_83.pdf.
http://eprints.indip.ac.id/50880/3/yuniar_safitri_22010112110030_Lap.KTI_Bab2.pdf
https://docplayer.info/36290158-Perubahan-fisiologi-masa-nifas.html
vi