Anda di halaman 1dari 4

BAB I

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Semakin banyaknya persaingan dan gaya hidup pada era globalisasi ini menuntut cepat,

mudah dan tepat terutama untuk perusahaan yang berhubungan dengan service kepada

konsumen yang harus diimbangi dengan tujuan perusahaan tersebut. Pada umumnya tujuan

perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan berkembangnya

perusahaan menuju ke arah yang lebih baik. Perusahaan berusaha merebut pasar untuk

memasarkan hasil produksinya, yang bertujuan untuk mencapai tingkat penjualan

maksimal untuk mendapatkan laba yang diinginkan, sehingga kelangsungan perusahaan

tetap terjaga, dan perusahaan semakin berkembang (Sari,2009).

Menurut Hafidz (2007) untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, suatu proses

pengendalian haruslah melalui beberapa prosedur seperti menetapkan standar (anggaran)

yang dijadikan sebagai tolak ukur, mencatat hasil dari realisasi, serta melakukan

perbandingan antara pelaksanaan hasil realisasi dengan standar-standar yang telah

ditetapkan. Untuk memastikan hal tersebut berjalan dengan baik, manajemen akan

melakukan sebuah pengendalian. Menurut Eva Damayanti (2008) apabila terdapat

kelemahan dan kekurangan dalam rencana kebijakan dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Salah satu bentuk pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan

masalah dalam operasional dengan anggaran keuangan.

Anggaran merupakan rencana kerja tiap-tiap organisasi yang disusun secara sistematis

guna dijadikan sebagai alat perencanaan dan pengendalian guna pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2009:73) anggaran merupakan alat

penting untuk perencanaan pengendalaian jangka pendek yang efektif dqalam organisasi.
Anggaran berisikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, dimana

penyusunannya dilakukan oleh tiap-tiap unit pusat pertanggunjawaban. Anggaran dapat

berfungsi dengan baik karena didukung oleh struktur organisasi perusahaan yang memadai.

Setiap manajer dalam setiap unit departemen dalam melakukan penyusunan anggaran akan

merencanakan biaya yang menjadi tanggungjawabnya dibawah koordinasi manajemen

puncak (Sriwidodo, 2010).

Didalam struktur organisasi yang memadai, terlihat batasan-batasan wewenang dan

pemberian tanggungjawab yang jelas untuk manajer, dimana anggaran yang disusun dapat

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pusat pertanggungjawaban dan dapat

dilakukan dengan pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak

dapat dikendalikan oleh setiap manajer pada tiap-tiap unit pusat pertanggungjawaban

sehingga penyusunan anggaran serta pelaporan laporan perbandingan antara anggaran

dengan realisasi dapat mencerminkan keefektivitasan pengendalian biaya oleh pusat

pertanggungjawaban dalam perusahaan yang bersangkutan. Safa (2012) menyatakan

pelaporan yang dilakukan berupa pelaporan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang

berisikan informasi mengenai biaya yang berada langsung dibawah tanggungjawabnya dan

dilaporan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban.

Wahyudi (2015) mengatakan, akuntansi pertanggungjawaban dapat diandalkan seorang

pimpinan perusahaan untuk bisa mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan

hingga tercapainya tujuan Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat untuk melaporkan

keuntungan dan penyimpangan bila terjadi dalam proses produksi (Wijayani, 2014).

Adanya akuntansi pertanggungjawaban, pimpinan dapat mendelegasikan wewenang dan

tanggung jawab ke tingkat pimpinan di bawahnya dengan lebih efisien tanpa memantai

secara langsung seluruh perusahaan (Anik, 2013). Wewenang dan tanggung jawab menurut

Siregar et al. (2013) adalah suatu kekuatan memerintah orang lain untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dan pihak atasan berhak menuntut bawahannya untuk bekerja

dengan kriteria tertentu. Sehingga, ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja manajer

sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal sesuai dengan tujuan

perusahaan.

Juita (2014) mengartikan, akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang

mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut

informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban

mereka. Menurut Ardiani dan Wirasedana (2013) akuntansi pertanggungjawaban adalah

suatu sistem kontrol yang penting dalam perusahaan sebagai sumber informasi guna

memfasilitasi proses dalam pengambilan keputusan jangka pendek dan jangka panjang.

Perusahaan yang telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban akan membentuk

pusat–pusat pertanggungjawabannnya. Manajer pusat–pusat unit yang bertanggungjawab

atas perencanaan, pencapaian sasaran pelaksanaan, dan hasil pelaporan menyampaikan

laporan pertanggungjawabannya menggunakan penerapan akuntansi pertanggungjawaban

untuk dilaporkan kepada pimpinan perusahaan (Tin dan Hidayat, 2012). Kinerja yang baik

jika perusahaan mampu menjalankan aktivitasnya sesuai dengan yang telah ditetapkan

sebelumnya dan dilihat dalam anggaran laporan keuangannya.

Akuntansi pertanggungjawaban berusaha untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi

dengan menggeser penekanan dari produk biaya untuk pengukuran kinerja perusahaan

(Fowzia, 2011). Akuntansi prtanggungjawaban adalah setiap manajer dibuat bertanggung

jawab atas kegiatan yang berada dibawah kndalinya dan tindakannya diukur dengan hasil

pendapatan yang dicapai dan sebagai peneliti pengendalian biaya tambahan. Sehubung

dengan uraian di ata, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penrapan

Akuntansi Pertanggungjawaban di Perusahaan PIM

Anda mungkin juga menyukai