Anda di halaman 1dari 18

BAYI PREMATURE

A. Pengertian

Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi tahir hidup seblum usia kehamilan minggu

ke-37 (dihi tung dari hari pertama haid terakhir). The America Academy Of

Pediatrik, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur.

Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu

tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram adaiah bayi prematur.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bayi prematur ditetapkan berdasarkan

umur kehamilan.

B. Patofisiologi

Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan Tidak dapat

menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan karena

respons menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah

aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah

adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap rangsangan dingin, tubuh

bayi akarn mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari

cadangan lemak cokelat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah

ke jaringan. Stres dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosls dan

hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respons terhadap stres dingin akan

meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat

memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan

menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah

dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh

haemoglobin cetak (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi
dapat bertahan lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.

Stres dingin akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi paru

sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini menghambat metabolisme

glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam

laktat, kondisi ini bersamaan dengan metabolisme lemak cokelat yang menghasilkan

asam sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis.

Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak daripada

metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini

terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran

pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.

Termoregulasi. Bayi prematur umumnya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup

karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum

bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap

kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas

normal. Bayi risiko tinggi lain juga dapat mengalami kesulitan yang sama karena

hambatan atau gangguan pada anatomi, fisiologi, dan fungsi biokimia berhubungan

dengan adanya kelainan atau penyakit yang diderita. Bayi prematur dan imatur tidak

dapat mempertahankan suhu tubuh datam batas normal, karena pusat pengatur suhu

pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak cokelat sebagai

sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang

relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.

Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat

meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks kapiler kulit

juga masih kurang.


C. Etiologi

1. Faktor Ibu

 Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi, eklampsi.

 Kelainan bentuk uterus (mis. uterus bilkornis, inkompeten serviks).

 Ibu yang menderita penyakit antara lain :

o Akut dengan gejala panas tinggi (mis. Tifus abdominalis, malaria)

o Kronis (mis. TBC, penyakit jantung, Gromerulonefritis kronis).

 Trauma pada masa kchamilan antara lain,

o Fisik (mis. Jatuh).

o Psikologis (mis. stres).

 Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

 Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta

2. Faktor Janin

 Kehamilan ganda

 Hidramnion

 Ketuban pecah dini

 Cacat bawaan

 Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)

 Insufisiesi plasenta

 Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor Rhessus, golongandarah ABO)

3. Faktor plasenta

 Plasenta previa

 Solusio plasenta

4. Tidak diketahui
D. Tanda Dan Gejala

 Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

 Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

 Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.

 Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

 Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

 Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

 Rambut lanugo masih banyak.

 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

 Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

 Tumit mengilap, telapak kaki halus.

 Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum

kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan

klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

 Tonus otot lemah,sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

 Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex

isap,menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif,dan tangisnya

lemah.

 Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang.

 Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

E. Komplikasi

 Sindrom gagal napas (RDS)

Tanda klinisnya : mendengkur, napas cuping hidung, retraksi, sianosis,

peningkatan usaha napas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan

syok
 Displasin bronco pulmaner (BPD)dan Retinopati prematuritas (ROP)

Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan

Faring.

 Duktus Arteriosus Paten (PDA)

 Necrotizing Enterocolitas(NEC)

F. Penatalaksanaan Medis

Perawatan di Rumah sakit.

Mengingat belum sempurnanya kerja alat - alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan

hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,

pemberian makanan dan bila perlu pemberianoksigen, mencegah infeksi serta

mencegah kekurangan vitamin dan zat bes.

 Pengaturan suhu.

Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di

lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh

bayi yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya

jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat).

Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat

untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit,

sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam inkubator

maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan

untuk bayi dengan berat badan 2 -2,5 kg adalah 34°C agar ia dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 °C. Kelembapan inkubator berkisar

antara 50%- 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan

sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat diturunkan 1°C

perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur - angsur

ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C

- 29°C.
 Pemberian ASI pada bayi premature.

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu

pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu

yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan

oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama

kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature sering kali

terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini

disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri,

tidak tahu memerah ASI. pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum

ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering

terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur dapat

berhasil memberikan Asi perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan

cara memerah ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah

kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.

o Bayi prematur dengan berat lahir <1800 gram (<34 minggu gestasi)

dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari - hari

pertama .kalau ASIbelum mencukupi dapat diberikan ASI donor

dengan sendok /cangkir 8 - 10 kali sehari.

o Bayi prematur dengan berat lahir 1500 - 1800 gram (32 - 34 minggu),

refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan

ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 - 12 kali sehari. Bayi prematur

dengan berat lahir 1250- 1500 gram (30 - 31 minggu),refleks hisap dan

menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik

12x sehari.

 Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya

tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk

antibodi dan dayafagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh

karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa

perinatal memperbaiki keadaan sosia lekonomi, program pendidikan (nutrisi,


kebersihan dan kesehatan, keluarga beren#ana, pera9atan antenatal dan post

natal , screening (TORCH,hepatitis,AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat

kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik

antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal

neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter,

pera9at, bidan, dan petugas lainyang berhubungan dengan bayi.untuk

mencegah itu maka perlu dilakukan :

o Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi

yang tidak terkena infeksi. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan

sesudah memegang bayi.

o Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi

(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu

untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik.

o Membersihkan ruangan pada waktu - waktu tertentu.

o Setiap bayi memiliki peralatan sendiri.

o setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah

disediakan.

o Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi.

o Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik - baiknya.

o Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

 Minum cukup.

Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu

sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap dengan benar,

minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.

 Memberikan sentuhan

Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi

prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian

menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi

jarang disentuh.

 Membantu beradaptasi
 Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi

beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan

tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang.

Perawatan dirumah.

 Minum susu

Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan

kuasa tuhan,ibu - ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya

akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu

memberikan ASI eksklusi, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum

ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.

 Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum

stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan

sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa

dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.

 Pastikan semuanya bersih

Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang

tua harus berhati -hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus

meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan

sebelum memberikan susu,memperhatikan kebersihan kamar.

 BAB dan BAK

BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu

dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa

diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan

lain kecuali segera membawanya ke dokter.

 Berikan stimulus yang sesuai

Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak

bermain,menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan


terang, gambar - gambar dan mainan berwarna cerah.

G. Pemeriksaan Diagnostik

 Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, netrophil meningkat sampai 23.000 –

24.000 /mm3 hari pertama setelah lahir (menurun jika terjadi sepsis) .

 Hematokrit (HT) : 43 % - 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau

hemoragic prenatal / perinatal).

 Hemoglobin (HB) : 15 – 20 mg/dL. (kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemia atau hemolisis berlebihan).

 Bilirubin total : 6 mg/dL pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dL 1 – 2 hari, dan

12 mg / dL pada hari ke - 3 – 5.

 Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 – 6 jam pertama setelah kelahiran,

rata-rata 40-50 mg/dL meningkat 60 – 70 mg/dL pada hari ke – 3.

 Pemantauan elektrolit (Na+,K+,Cl-) biasanya normal pada awalnya.

 Pemeriksaan Analisa Gas Darah.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur


1. Pengkajian

Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta

previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi, dan

diabetes mellitus. Status sosial ekonomi yang rendah, dan tiadanya perawatan sebelum

kelahiran ( prenatal care) Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat

obatan, alkohol, rokok, dan kafein. Riwayat ibu umur di bawah 16 tahun atau diatas

35 tahun dan latar belakang pendidikan rendah kehamilan kembar status sosial

ekonomi yang rendah,tiadanya perawatan sebelum kelahiran dan rendahnya gizi

konsultasi genetik yang pernah dilakukan kelahiran prematur sebelumnya dan jarak

kehamilan yang berdekatan ; infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual

lain keadaan seperti toksemia, abrupsio plasentae, plasenta previa, dan prolapsus tali

pusat konsumsi kafein, rokok, alkohol dan obat-obatan golongan darah, faktor Rh.

Bayi pada saat kelahiran. Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu,

rendahnya berat badan pada saat kelahiran,SGA, atau terlalu besar dibanding umur

kehamilan berat biasanya kurang dari 2500 gram kurus, Iapisan Iemak subkutan

sedikit atau tidak ada kepala relatif lebih besar dibanding badan, 3 cm Iebih besar

dibanding lebar dada kelainan fisik yang mungkin terlihat nilai Apgar pada 1 sampai

5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan

sedang, dan 7 sampai 10 normal.

Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian

apikal dengan ritme yang teratur ; pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar

pada seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke

kiri karena hipertensi atau atelektasis paru.

Gastrointestinal. Penonjolan abdomen pengeluaran mekonium biasanya terjadi

dalam waktu 1 2 jam refleks menelan dan mengisap yang lemah ada atau tidak ada

anus ketidaknormalan kongenital lain.

Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kuning-kuningan, sianosis,

atau campuran bermacam warna sedikit vernik kaseosa, dengan rambut Ianugo di
sekujur tubuh kurus,kulit tampak transparan, halus dan mengilap edema yang

menyeluruh atau di bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran. kuku pendek

belum melewati ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak ada sama sekali ; petekie

atau ekimosis.

Muskuloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut

dan lunak; tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak; gerakan lemah dan tidak aktif

atau letargik.

Neurologis. Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak

refleks hanya berkembang sebagian menelan,mengisap, dan batuk sangat lemah atau

tidak efektif tidak ada atau menurunnya tanda neurologis mata mungkin tertutup atau

mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26 minggu suhu tubuh

tidak stabil, biasanya hipotermia gemetar, kejang, dan mata berputar-putar, biasanya

bersifat sementara, tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan

neurologis.

Paru. Jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi dengan periode

apnea pernapasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal (nasal melebar), dengkuran,

retraksi (interkostal, suprasternal, substernal) ; terdengar suara gemerisik.

Ginjal. Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran ketidakmampuan untuk melarutkan

ekskresi ke datam urine.

Reproduksi. Bayi perempuan klitoris yang menonjol dengan labium mayora yang

belum berkembang bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan

ruga yang kecil, testis tidak turun ke datam skrotum.

Temuan sikap. Tangis yang lemah, tidak aktif dan tremor.

2. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan


a) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi gawat pernapasan yang bethubungan

dengan ketidakmatangan paru karena kurang produksi surfaktan.

Tujuan: Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru.


Intervensi:

a. Kumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan

pernapasan. Termasuk data-data yang berkaitan dengan :

 Riwayat ibu atas penggunaan obat atau kondisi tidak normal

selama kehamilan dan proses kelahiran

 Kondisi bayi saat kelahiran, nilai Apgar, resusitasi (dilakukan

atau tidak)

 Pernapasan: frekuensi, kedalaman, kemudahan, takipnca

dengan angka lebih dari 60 per menit

 Dengkuran ekspirasi, pernapasan cuping hidung atau retraksi

dengan penggunaan otot-otot aksesories (intekostal,

suprastemal, atau substernal)

 Sianosis ketika menghirup udara kamar, penurunan suara

napas.

b. Waspada apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik, catat hal-hal

berikut ini:

 Bradikardia

 Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah episode

apnea (mis. sambil tiduran atau menyuap), berbaring miring,

telungkup atau posisi telentang, sumbatan jalan napas

disebabkan oleh masker (billimask) di atas hidung.

 Distensi abdomen

 Suhu dan sianosis

 Pembalikan napas yang spontan

 Perlunya stimulasi, jenis dan banyaknya

 Lamanya episode apnea I Penyebab apnea, seperti stres,

demam, sepsis, kegagalan pernapasan, atau, kclahiran

prematur

 Hasil hitung sel darah, kultur darah, sinar-X dada, dan kajian

 analisa gas darah jika ada.


c. Memberi dan memantau bantuan pernapasan sebagai berikut.

 Berikan oksigen yang hangat dan sudah diatur kelembapannya,

dengan oksimeter pembuluh nadi atau pantau tegangan

oksigen darah transkutan di tempat. Periksa oksigen setiap

satu jam. Pcnggantian posisi dilakukan setiap satu jam

 Dengan hati-hati isap lendir dari mulut selama kurang dari

lima menit

 Jaga suhu lingkungan yang netral

 Posisikan bayi tengkurap atau telentang dengan bantalan kecil

di bawah bahu atau posisi terbaring miring dengan kepala

sedikit diangkat

 Rangsang bayi dengan cara tepukan lembut pada telapak kaki,

tangan, dan punggung, kemudian tubuh, wajah, lengan, dan

tungkai. Bila diperlukan gerakan bisa menjadi semakin kuat.

 Pantau kajian analisis gas darah untuk mengetahui asidosis

pernapasan dan metabolis

 Persiapkan dan lakukan terapi farmakologis, seperti teofllin IV.

Awasi tingkat darah setiap l sampai 2 hari untuk deteksi

adanya keracunan (lebih besar dari 10 mcg/mL), sama atau

kurang (2 mcg/mL).

b) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi hipotermia atau hipertemia yang

berhubungan dengan prematuritas atau perubahan suhu lingkungan.

Tujuan: Menjaga suhu lingkungan netral.

Intervensi:

 Jaga temperatur ruang pcrawatan 25°C

 Ukur suhu rektal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila

setiap 2 jam atau setiap kali diperlukan.

 Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir.

 Tempatkan bayi di bawah penghangatan radian atau inkubator jika

diperlukan
 Tempatkan kotrol temperatur (servo-control) di atas abdomen. Atur

suhunya pada 37-37,5°C, juga jaga suhu kulit pada 36-36,5°C.

 Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber

dingin. Hindari juga udara panas maupun dingin. Lakukan juga

perlindungan untuk menjaga panas tubuh, seperti menjaga agar kulit

bayi tetap kering dan menjaga agar kepala bayi tertutup.

 Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan adanya stres

dingin.

c) Diagnosa keperawatan: Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi, dan kalsium yang tidak

cukup, dan penipisan persediaan karena metabolik yang tinggi, tingginya

kebutuhan, asupan kalori yang tidak mencukupi, dan hilangnya kalori.

Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan stastus gizi bayi

Intervensi:

 Awasi refleks mengisap dan kemampuan menelan bayi. Pemberian

makanan melalui mulut dimulai ketika bayi sudah dalam keadaan

stabil dan pemapasan terkendali dengan baik.

 Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi Mulai pemberian ASI atau

susu dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 mL

setiap pemberian dengan Interval tiga jam. Pemberian bisa ditambah

bila bayi menunjukkan toleransi yang baik. Pemberian ASI jangan

dihentikan sampai bayi menunjukkan bahwa ia dapat makan melalui

botol susu dan berat badannya bisa bertambah.

 Timbang bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan asupan

kalori yang diberikan. Ini dilakukan untuk menentukan jumlah asupan

yang tepat atau kebutuhan peningkatan asupan.

 Sediakan dekstrosa 10%.

d) Diagnosa keperawatan: kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan

pengeluaran yang disebabkan olch imaturitas, pemanas radian (pancaran) atau

pengeluaran melalui kulit atau paru.


Tujuan: Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Intervensi:

 Awasi dan hitunglah kebutuhan cairan bayi

 Berikan cairan 150-180 mL/kg jika diperlukan dapat dinaikan sampai

200 mL/kg

 Timbang bayi setiap hari

 Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan bayi setiap jam.

Bandingkan jumlahnya untuk mengetahui bila terjadi

kctidakseimbangan. Selain itu, yang perlu dicatat juga adalah sumber

asupan dan pcngeluaran cairan.

 Periksa berat jenis urine dan glikosuria

 Jaga suhu lingkungan netral, berikan bayi pakaian yang tepat untuk

mcnghindari kemungkinan kehilangan cairan

 Kaji bayi dari tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan

cairan, seperti kenaikan suhu tubuh, syok hipovolemik dengan

peningkatan tekanan darah dan meningkatnya detak jantung,

penurunan denyut nadi perifer, kaki dan tangan yang dingin, dan

pengerutan kulit, sepsis, asflksia dan hipoksia.

e) Diagnosa keperawatan: Perubahan persepsi-sensori penglihatan, pendengaran,

kinestetik, gustatori, taktil, dan olfaktori yang disebabkan oleh kekurangan

atau kelebihan rangsangan lingkungan perawatan.

Tujuan: Memastikan tingkat respons terhadap rangsangan sensori.

Intervensi:

 Kaji kemampuan bayi dalam merspons stimulan atau rangsangan.

Amati: tanda respons neurologis yang kurang; respons baik atau apatis;

respons yang tidak tepat pada hidung, kontak mata atau pemberian

makan dan tidak adanya reflek yang normal; pengaruh medikasi

terhadap tingkah laku.

 Lakukan stimulasi visual: lampu redup dan terang; gantungkan benda

bergcrak hitam putih dengan bentuk-bentuk geometris yang berjarak 7


sampai 9 inci dari mata bayi; letakkan bayi setinggi mata kita untuk

berpandangan mata, letakkan tegak lurus di atas pundak bila

mcmungkinkan.

 Beri stimulasi pcndengaran: bicara pada bayi, gunakan nada yang

rendah, kemudian ubah nadanya; panggil namanya, bicara padanya

sambil memperhatikannya; bemyanyi atau putarkan kaset atau radio;

hindari suara yang tcrlalu keras atau bercakapcakap di sekitar bayi;

kurangi suara monitor jika memungkinkan.

 Lakukan stimulasi taktil (rabaan): dengan tangan yang sedikit hangat

pukul bayi dengan perlahan dari kepala sampai jari kaki serta seluruh

bagian tubuh; pegang dan belai bayi dengan lembut; beri sebuah dot

agar bayi dapat mengisap dengan puas; sentuh bayi dengan benda yang

permukaannya berbeda, seperti bola kapas; kain bulu yang lembut;

ubah posisi bayi setiap jam jika perlu; gendong bayi dengan selendang,

jika memungkinkan.

 Lakukan stimulasi rasa/pengecap dengan cara memberi dot atau ASI

atau susu formula yang cocok. Berikan saat istirahat dan tidur yan

tidak dipotong oleh prosedur di atas.

f) Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan

perawatan bayi yang sakit di rumah.

Tujuan: Orang tua dan keluarga mengetahui tentang penyakit bayi dan

perawatan selanjutnya.

Intervensi:

 Informasikan pada orang tua dan keluarga tentang prosess penyakit,

prosedur perawatan, tanda dan gejala masalah pernapasan, perawatan

lanjut.

 Ajari orang tua dan keluarga tentang perawatan yang dibutuhkan,

seperti terapi oksigen di rumah, ventilasi mekanis, fisioterapi dada,


terapi obat, terapi gizi dan cairan, pemantauan khusus, seperti

pemantauan apnea atau gula darah

 Meminta orang tua dan keluarga untuk mendemontrasikan kembali

prosedur yang harus dilakukan.

 Mendorong orang tua dan kcluarga untuk ikut berpartisipasi dalam

perawatan bayi.

 Mengajarkan orang tua dan keluarga bagaimana menyeimbangkan

antara aktivitas dan istirahat dan bagaimana mengevaluasi toleransi

bayi terhadap aktivitas.

 Susun perawatan kesehatan lanjutan di rumah.

g) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan

kurang kekebalan tubuh dan kemungkinan infeksi silang dari ibu atau staf

perawatan.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi

lntervensi:

 Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, malas minum, gelisah

dan ikterus.

 Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan, dan epidemi infeksi

di ruang perawatan

 Ambil sampel darah

 Pantau ulang hasil penelitian eritrosit, leukosit diferensiasi,

imunoglobulin

 Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan: cuci tangan sebelum

dan sesudah memegang bayi; isolasi bayi bila perlu; lakukan prosedur

tindakan secara steril; cegah kontak dengan orang tua yang menderita

penyakit infeksi; ajarkan orang tua untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi silang atau perpindahan mikro-organisme.


DAFTAR PUSTAKA

Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma; editor, Monica

Ester. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta : EGC 2003.

Anda mungkin juga menyukai