Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR KIRI

DI INSTALASI GAWAT DARURAT


RSUD BANGIL, PASURUAN

Disusun Oleh :

Ni Ketut Lidya Oktapiani

1601090264

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRA STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2019


PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 23 Agustus 2017


Jam pengkajian : 16:30 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Sinistra

A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Patebon, Kendal
Pekerjaan :-

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. J
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Patebon, Kendal
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung pasien

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur

2. Riwayat penyakit sekarang


Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh pada
tanggal 18 Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan kaki
pasien tertimpa motor. Setelah itu pasien dilarikan ke rumah sakit (UGD)
dan langsung digips dan setelah dilakukan rontgen, dokter mengatakan
pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra.
Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada area
frakturnya tanggal 19 Agustus 2017, dan jenis operasinya tertutup (close-
surgery). Di rumah sakit, pasien mendapat perawatan luka post-op.
Pasien rawat inap selama tiga hari dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien
mengatakan setelah pulang dari rawat inap di rumah sakit tanggal 30
Agustus 2017, pasien sangat sulit bergerak, pasien hanya bisa tiduran dan
duduk karena balutan luka jahitan bekas operasi pada femur kanannya
belum dibuka. Pada tanggal 6 September 2017 setelah balutan luka
jahitannya dibuka, pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena
kakinya belum bisa menapak dan harus menggunakan alat bantu krug.
Pasien mengatakan dia hanya bergerak menggunakan krug di saat
mendesak saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga mengeluh nyeri saat
kakinya ditekuk atau diregangkan.

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien juga
tidak pernah menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain. Pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetic, menular atau
alergi.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Laki-laki meninggal


: Perempuan : Keturunan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
5. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit: Lantai
rumah licin, terkhusus lantai kamar mandi, pencahayaan terang, ventilasi
rumahnya sudah bagus. Kamar mandi rumah pasien tidak terdapat
pegangan.

C. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi dan Management Kesehatan
a. Pasien peduli dan sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan segera
pergi memeriksakan dirinya ke dokter jika merasakan gejala-gejala
sakit.
b. Pasien sadar akan sakit yang dideritanya saat ini, pasien cukup
mengetahui tentang penyakitnya, bahwa dia menjelaskan apa itu
fraktur, dan etiologinya.
c. Pasien melakukan pemeriksaan terhadap kondisi frakturnya secara
berkala dan melakukan perawatan luka post operasi dengan perawat
home-care di rumahnya secara berkala. Asupan makanan pasien juga
adekuat untuk kesembuhan lukanya.
d. Bila pasien merasakan nyeri pada daerah post operasi frakturnya,
pasien meluruskan kakinya dan tidak banyak bergerak, pasien ke
puskesmas terdekat apabila mendapati dirinya sakit.
e. Pasien tidak meminum obat-obatan/jamu, tidak meminum alkohol
dan tidak merokok. Pasien sebelum sakit rutin berolahraga namun
saat sakit pasien tidak pernah berolahraga karena kondisinya.
f. Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


a. Pengkajian nutrisi ABCD
A (Antropometri) : TB: 170 cm BB: 60 kg, BB Ideal: 70kg, IMT:
20,7
B (Biokimia) :-
C (Clinical) : Turgor kulit elastis, konjungtiva tidak anemis,
rambut sehat dan kuat, mukosa lembab.
D (Diit) : Diet TKTP, frekuensi tiga kali sehari, tiap
makan habis satu porsi, tidak ada sensasi mual dan muntah, nafsu
makan baik.
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SESUDAH SAKIT

Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari

Jenis Nasi, lauk, sayur, Nasi, lauk, sayur,


buah, teh manis, dan buah, teh manis,
air putih dan air putih

Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis

Pola minum 10 gelas/hari, the, air 10 gelas/hari, the,


putih, susu air putih, susu

Berat badan 60kg 60kg

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Keadaan sakit saat ini tidak mempengaruhi pola makan dan minum
pasien
c. Pasien menyukai makanan yang agak asin dan pedas, tidak ada
pantangan makanan dan tidak memiliki alergi.
d. Pasien tidak mengkonsumsi vitamin atau obat penambah nafsu
makan, tidak merasakan mual dan muntah maupun anoreksia, dan
tidak ada penurunan berat badan yang berarti.
e. Pola minum pasien seperti biasa, pasien minum ±10 gelas per hari
(air, susu, teh)
f. Pasien tidak terpasang infus

3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 1x/hari pagi 1x/hari pagi

Konsistensi Lunak berbentuk Lunak berbentuk

Bau Khas Khas

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan


Pasien BAB sekali dalam sehari biasanya pada saat pagi, konsistensi
lunak berbentuk dengan bau khas dan warna kuning kecoklatan,
pasien agak susah dalam BAB karena kesulitan menekuk kakinya saat
BAB.
b. Eliminasi Urin

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Frekuensi 6-8x/hari 6-8x/hari

Pancaran Kuat Kuat

Jumlah ± 250 cc sekali ± 250 cc sekali


(BAK) (BAK)

Bau Amoniak Amoniak

Warna Kuning Pucat Kuning Pucat

Perasaan setelah Puas Puas


BAK

Total produksi urine ± 1.500-2.000 cc/hari ± 1.500-2.000


cc/hari

Dalam memenuhi kebutuhan BAK nya, pasien akan BAK jika sudah
terasa sangat mendesak dikarenakan pergerakannya yang terbatas dan
susah, namun warna, bau dan jumlahnya normal (warna kuning pucat,
bau khas amoniak, jumlah ±1000-2000 cc/hari). Pasien tidak
mengalami nyeri saat BAK maupun kesulitan posisi saat BAK.

4. Pola Aktivitas dan Kemandirian

Aktivitas Dibantu Mandiri Keterangan

Mandi √ - Selama seminggu setelah


rawat inap dari RS, mandi
masih disibin oleh keluarga.
Saat pengkajian, pasien
sudah dapat mandi sendiri di
kamar mandi dengan alat
bantu krug.

Pasien dapat berpakaian


Berpakaian - √
sendiri

Pasien pergi ke toilet dengan


Pergi ke toilet √ - dibantu alat krug atau
dipapah oleh keluarga

Pasien berjalan
Berpindah/berjalan √ - menggunakan alat bantu
jalan krug

Pasien BAB dan BAK


Mengontrol BAB
√ - mandiri dengan alat bantu
dan BAK
jalan krug

Pasien dapat mandiri dalam


Makan minum - √
makan minum

Tingkat
E
ketergantungan

Keterangan Penilaian :
A : Mandiri untuk 6 fungsi E : Mandiri untuk 2 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi F : Mandiri untuk 1 fungsi
C : Mandiri untuk 4 fungsi G : Tergantung untuk 6 fungsi
D : Mandiri untuk 3 fungsi

a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur


b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi

5. Pola Istirahat Tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah jam tidur siang - -

Jumlah jam tidur 6-7jam 6-7jam


malam

Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

Perasaan waktu Lega Lega


bangun

Saat dikaji, klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit, klien tidak
memiliki masalah berarti saat tidur. Klien tidak mengalami perubahan
pola tidur. Namun saat dirawat di rumah sakit, klien mengatakan sering
terganggu tidurnya karena nyeri post-op yang dirasakan. Saat dikaji, klien
tiap harinya tidur selama 6-7 jam, klien tidak terbiasa tidur siang. Klien
tidak mengalami gangguan tidur dan klien merasa nyaman saat bangun.

6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif


a. Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang berkenaan dengan
kemampuan sensasi, baik penglihatan, pendengaran, penghidu,
pengecap, dan sensasi perabaan.
b. Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat bantu
dengar.
c. Klien dapat mengingat, berbicara, dan memahami pesan yang diterima
dengan baik, dan dapat mengambil keputusan yang bersifat sederhana.
d. Klien mengeluh nyeri dengan persepsi sebagai berikut :
P (Paliatif) : Ketika digerakkan (ditekuk/diregangkan)
Q (Quality) : Ditusuk-tusuk
R (Regio) : Femur kanan
S (Skala/Severity): 3 (ringan)
T (Time) : Hilang-timbul
7. Persepsi Diri dan Konsep Diri
a. Klien merasa sakit yang dideritanya sebagai sebuah ujian dalam
hidupnya dan klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat
segera pulih dan menjalani aktivitas seperti biasanya.
b. Perasaan klien saat dikaji yaitu pasien merasa kurang nyaman dengan
kondisinya, karena klien tidak dapat bergerak secara bebas dan nyeri
yang dirasakannya.
c. Konsep diri klien :
1) Klien merasa kondisi sakitnya saat ini membuat dirinya kurang
percaya diri, dan malu untuk menampakkan diri didepan umum.
2) Klien tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya sebelum dan
sesudah kondisi sakitnya.
3) Selama kondisi sakitnya, klien tidak mengalami perubahan peran.
4) Harapan klien saat dikaji yaitu klien ingin segera kakinya bisa
normal kembali dan dapat berjalan seperti sedia kala.
5) Saat dikaji, klien mengaku merasa tidak nyaman dan malu dengan
kondisinya karena menggunakan alat bantu jalan. Klien tidak
percaya diri untuk menunjukkan dirinya keluar rumahnya.

8. Pola Hubungan dengan Orang Lain


a. Klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain
b. Klien paling dekat dengan orang tuanya dan orang tuanya adalah
orang yang paling berpengaruh bagi klien.
c. Bila memiliki masalah, klien selalu meminta bantuan kepada ibu atau
ayahnya.
d. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam keluarga.

9. Pola Reproduksi dan Seksual


Klien belum menikah, klien sudah disunat, klien mengerti tentang kondisi
dan fungsi seksualnya.

10. Pola Mekanisme Koping


a. Dalam mengambil keputusan, klien selalu meminta pendapat kepada
orang tuanya atau dengan cara musyawarah dalam keluarga.
b. Bila menghadapi suatu masalah, klien selalu bercerita dengan orang
tuanya atau dengan teman terdekatnya.
c. Upaya klien dalam mengatasi masalahnya yaitu klien berusaha untuk
mencapai kesembuhannya dengan melakukan checking secara rutin
dan tidak menentang apa yang diinstruksikan dokter atau perawat.

11. Pola Nilai Kepercayaan / Keyakinan


a. Menurut klien, sumber kekuatan baginya adalah Allah Swt. Dan
keluarganya.
b. Selama kondisi sakitnya, klien melaksanakan ibadah dengan cara
duduk karena keterbatasan geraknya.
c. Tidak ada keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
berhubungan dengan kesehatan.
d. Klien yakin dengan pengobatan yang dijalaninya dan tidak ada
pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut

D. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis

2. Tanda-Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 130/100 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
c. Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
d. Suhu : 38 ⁰C

3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal : 70kg


IMT : 20,7
4. Kepala : Bentuk bulat simetris, tidak ada luka
a. Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
b. Mata : Mampu melihat jelas pada jarak normal
(6m), ukuran pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap cahaya
(kanan dan kiri), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada sekret pada mata.
c. Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung, dan tidak menggunakan oksigen
d. Telinga : Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang normal,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada pembengkakan,
tidak menggunakan alat bantu
e. Mulut : Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda,
bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak, tidak
ada bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah kehitaman
f. Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu
menelan, tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak menonjol,
tidak ada obstruksi jalan nafas
g. Ekspresi wajah: Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat
kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah pasien tampak
meringis/mengernyit menahan nyeri.

5. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan simetris dan sama


kanan-kiri, tidak ada luka, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan
a. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka,
tidak ada jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil
fremitus kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, suara vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
ictus cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 & S2
normal, tidak ada bunyi jantung tambahan.

c. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak
teraba massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani

6. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi,


tidak terpasang kateter dan tidak ada hemoroid

7. Ekstremitas
a. Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
b. Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
c. Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua
ekstremitas

Kanan (Tangan) Kiri (Tangan)


5 5

Kanan (Kaki) Kiri (Kaki)


5 2

1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien berada pada skala
5, gerakan normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan
penuh, dibuktikan dengan klien mampu menggenggam dengan erat
dan mengangkat kedua tangannya keatas.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan pasien berada pada skala 2, gerakan
otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan, terbukti dengan
klien tidak mampu menggerakkan kaki kanannya secara mandiri
dan harus disokong dengan alat bantu jalan (krug). Klien
mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya

8. Kulit : Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis,


tidak ada edema. Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di femur
kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda infeksi, balutan
luka sudah dibuka.

E. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak fraktur
kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi dan aligment
kurang baik, tak tampak lusensi soft tisue, tampak soft tisue swelling
2. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi

ANALISA DATA
A. Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada
area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya
karena fraktur tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan

TGL/JAM Data Fokus Masalah Etiologi

20-09-2017 DS: Hambatan Gangguan


16.50 WIB a. Klien mengatakan
Mobilitas Fisik muskuloskeletal
sulit bergerak
karena fraktur pada
femur kanannya
b. Klien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
posisi
20-09-2017 DS: Klien mengatakan Resiko Jatuh Penggunaan alat
16.50 WIB
takut jatuh karena bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak (00085)
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug)
(00155)

PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Prioritas Diagnosa

Diagnosa Keperawatan Prioritas Rasional

Hambatan mobilitas Prioritas Sedang Masalah tersebut yang


fisik berhubungan paling mengganggu
dengan gangguan klien dan menghambat
penyembuhan klien, jika
tidak teratasi maka klien
akan terganggu
muskuloskeletal ditandai pergerakan dan
dengan klien kesulitan aktivitasnya, masalah
bergerak tersebut jika tidak
teratasi maka masalah
lain juga tidak bisa
teratasi

Resiko jatuh akan


Resiko jatuh teratasi dengan
berhubungan dengan sendirinya jika masalah
Prioritas Rendah
penggunaan alat bantu dengan prioritas sedang
(krug) (hambatan mobilitas
fisik) teratasi

B. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan &
Dx. Kep. Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil

Hambatan Setelah Kaji kemampuan Sebagai data dasar


mobilitas dilakukan pasien dalam untuk melakukan
fisik tindakan mobilisasi intervensi
Muna
berhubunga keperawatan selanjutnya
n dengan selama 3 x 1 Bantu klien untuk
Memudahkan
gangguan pertemuan, menggunakan
pasien dalam
muskuloske diharapkan tongkat saat
mobilisasi
letal hambatan berjalan dan
ditandai mobilitas fisik cegah terhadap
dengan klien dapat cedera
Menambah
klien teratasi,
Ajarkan pasien
pengetahuan pasien
dengan kriteria tentang teknik dan pasien dapat
hasil : ambulasi kooperatif
a. Klien
Agar menambah
mampu
Ajarkan pasien
pengetahuan pasien
meningkat
bagaimana
dan pasien dapat
dalam
merubah posisi
kooperatif
aktivitas
dan berikan
fisik
bantuan jika
b. Klien
diperlukan
mampu

kesulitan berjalan

bergerak dengan
langkah
yang
efektif
dengan alat
bantu
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
Resiko Setelah Identifikasi Mengetahui
Muna
jatuh dilakukan perilaku dan seberapa besar
berhubunga tindakan faktor yang resiko pasien akan
n dengan keperawatan mempengaruhi mengalami jatuh
penggunaan selama 3 x 1 risiko jatuh
Menghindari atau
alat bantu pertemuan,
Identifikasi meminimalisir
(krug) diharapkan
karakteristik faktor lingkungan
klien tidak
lingkungan yang yang dapat
beresiko jatuh,
dapat meningkatkan
dengan kriteria
meningkatkan
hasil : potensi untuk potensi pasien jatuh
a. Perilaku
jatuh
Menurunkan resiko
penecgaha
Sarankan jatuh klien
n jatuh:
perubahan dalam
tindakan
gaya berjalan Menambah
individu
pasien pengetahuan
atau
anggota keluarga
pemberi Didik anggota
pasien dan anggota
asuhan keluarga tentang
keluarga pasien
untuk faktor risiko yang
dapat kooperatif
meminimal berkontribusi
kan faktor terhadap jatuh
resiko yang dan bagaimana
dapat mereka dapat
memicu menurunkan
jatuh di resiko tersebut
lingkungan
individu
b. Tidak ada
kejadian
jatuh

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf


Dx.
Kep.

S: Pasien mengatakan
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
27-09-17
Mengkaji kemampuan dari duduk ke berdiri
1 16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya Mei
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya

S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
Mei
saat dirinya latihan
berjalan, dan pasien
Mengidentifikasi menggunakan dinding
27-09-17 perilaku dan faktor sebagai pegangannya
2 16.10
yang mempengaruhi selain dari alat bantu
WIB
risiko jatuh jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak tidak
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh

2 27-09-17 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan


sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan alat
bantu karena lantai
karakteristik rumah yang agak
16.20 Mei
lingkungan yang dapat licin, terkhusus di
WIB meningkatkan potensi kamar mandi
O: Lantai rumah
untuk jatuh
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko
jatuh pasien

S: Pasien mengatakan
paham dan
Meli
mengetahui setelah
28-09-17 diajarkan materi
1 16.30 Mengajarkan pasien
tersebut
WIB tentang teknik ambulasi O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan

S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien Meli
28-09-17 terhadap apa yang
1 16.45 bagaimana merubah
disampaikan
WIB posisi dan berikan O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan mengikuti apa yang
diajarkan

1 28-09-17 Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan


17.00
menggunakan tongkat dirinya dirumah sudah
Meli
WIB
saat berjalan dan cegah mencoba
menggunakan tongkat
pembantu (krug)
untuk berjalan
O: Pasien dapat
menggunakan alat
terhadap cedera
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar

S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
Ulfa
yang telah disarankan
29-09-17 Menyarankan O: Gaya berjalan
2 16.30
perubahan dalam gaya pasien masih tampak
WIB
berjalan pasien sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan

S: Pasien mengatakan
sudah bisa berjalan
Ulfa
menggunakan alat
bantu dengan mudah
Membantu klien untuk dan tidak sesulit
29-09-17 menggunakan tongkat kemarin
1
16.35 O: Pasien tampak
saat berjalan dan cegah
berjalan menggunakan
terhadap cedera
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif

2 29-09-17 Mendidik anggota S: Anggota keluarga


16.45
keluarga tentang faktor mengetahui dan
Ulfa
WIB
paham terhadap apa
risiko yang yang disampaikan
O: Ekspresi muka
berkontribusi terhadap
anggota keluarga
jatuh dan bagaimana
pasien tampak paham
mereka dapat
dan tidak
menurunkan resiko
menunjukkan
tersebut
kebingungan

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Catatan


Tgl./Jam Paraf
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan
Hambatan Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan
16.30
mobilitas fisik dilakukan masih kesulitan untuk
Mei
WIB
berhubungan tindakan bergerak dan berjalan,
dengan keperawatan masih sulit berpindah
gangguan selama 3 x 1 posisi
O: Pasien tampak masih
muskuloskelet pertemuan
kesulitan untuk
al ditandai jam,
bergerak, menggunakan
dengan klien diharapkan
tenaga lebih untuk
kesulitan hambatan
menggerakkan kaki
bergerak mobilitas fisik
kanannya
klien dapat
A: Masalah hambatan
teratasi,
mobilitas fisik belum
dengan kriteria
teratasi
hasil : P: Lanjutkan intervensi:
a. Klien a. Ajarkan pasien
mampu tentang teknik
meningkat ambulasi
b. Ajarkan pasien
dalam
bagaimana
aktivitas
merubah posisi
fisik
b. Klien dan berikan
mampu bantuan jika
berjalan diperlukan
c. Bantu klien
dengan
untuk
langkah
menggunakan
yang
tongkat saat
efektif
berjalan dan
dengan alat
cegah terhadap
bantu
cedera
c. Klien 28-09-17 S: Pasien mengatakan
17.15
mampu sudah mulai paham
Meli
WIB
bergerak teknik ambulasi yang
dengan diajarkan dan mulai
mudah bisa berpindah posisi
dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan benar,
namun jalannya masih
tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
S: Pasien mengatakan
sudah latihan berjalan
Ulfa
keliling ruangan
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
O: Pasien tampak
berjalan dan bergerak
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
29-09-17 tenaganya untuk
17.00
menggerakkan kaki
WIB
kanannya, namun
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Resiko jatuh Setelah 27-09-17 S: Pasien mengatakan
16.30
berhubungan dilakukan sering hampir jatuh saat
Mei
WIB
dengan tindakan latihan karena lantai
penggunaan keperawatan rumahnya yang licin,
alat bantu selama 3 x 1 terkhusus lantai kamar
(krug) pertemuan, mandi
O: Pasien tampak tidak
diharapkan
seimbang saat berjalan
klien tidak
dan berpotensi untuk
beresiko jatuh,
jatuh jika tidak
dengan kriteria
menggunakan alat
hasil :
c. Perilaku bantu saat berjalan
A: Masalah resiko jatuh
penecgaha
belum teratasi
n jatuh:
P: Lanjutkan intervensi:
tindakan a. Sarankan
individu perubahan
atau dalam gaya
pemberi berjalan pasien
b. Didik anggota
asuhan
keluarga tentang
untuk
faktor risiko
meminimal
yang
kan faktor
berkontribusi
resiko yang
terhadap jatuh
dapat
dan bagaimana
memicu
mereka dapat
jatuh di
menurunkan
lingkungan
resiko tersebut
individu
d. Tidak ada S: Pasien mengatakan
kejadian selama sakit ini belum
Meli
jatuh pernah terjatuh tapi
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
seimbang gaya
berjalannya, dan
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
28-09-17
latihan berjalan
17.15
A: Masalah resiko jatuh
WIB
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
berjalan pasien
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut
S: Pasien mengatakan
sudah mengetahui
Ulfa
faktor dan kondisi
lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko
jatuh, dan keluarga
pasien sudah kooperatif
untuk meminimalisir
faktor resiko jatuh
29-09-17
pasien
17.00
O: Pasien dan keluarga
WIB
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. 2013. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders


Company : Philadelpia
Boedihartono, 2014, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2011. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Brunner dan Suddarth, 2012, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC,
Jakarta
Doenges, Marilyn E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :
Jakarta.
E. Oerswari 2009, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Nasrul, Effendi. 2015. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi
revisi. EGC :
Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari
Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
FKUI. 2015. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/fraktur-i.html

Anda mungkin juga menyukai