Anda di halaman 1dari 39

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5 PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS


2.5.1 Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
2.5.1.1 Maksud
Percobaan analisis saringan agregat halus dimaksudkan untuk
mengetahui ukuran butir dan gradasi dari agregat halus serta untuk keperluan
desain campuran beton dimana tingkat kehalusannya dinyatakan dalam modulus
kehalusan.

2.5.1.2 Landasan Teori


Analisis saringan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk
menentukan ukuran butir dan gradasi dari agregat halus (Erwinyui, 2016). Gradasi
agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Agregat halus adalah agregat
yang butirannya lolos saringan No. 4. Agregat halus sering disebut juga dengan
istilah pasir.
Agregat halus berfungsi sebagai bahan pengisi pada rongga campuran
beton. Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah persentase butiran baik agregat halus. Hasil Pengujian analisis saringan
agregat halus dapat digunakan untuk penyelidikan agregat pecah, perencanaan
campuran dan pengendalian mutu beton.

2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan analisis saringan agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Sieve shaker
2. Saringan No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100.
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven

80
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan analisis saringan
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil contoh agregat halus sebanyak ±1000 g. Mengambil sampel dapat
dilakukan dengan menggunakan sample splitter atau menggunakan quartering
method.
2. Memasukkan contoh agregat ke dalam oven pada suhu 110 ºC ± 5 ºC selama
24 jam atau sampai berat agregatnya tetap.
3. Menimbang berat masing-masing saringan.
4. Menyusun saringan pada sieve shaker dengan susunan yang terbesar hingga
yang terkecil lalu paling bawah adalah pan.
5. Memasukkan agregat ke dalam saringan yang paling atas kemudian menutup
dan mengguncangkan selama 15 menit.
6. Membiarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debunya
mengendap.
7. Membuka saringan tersebut lalu menimbang berat masing-masing saringan
berikut isinya.
8. Menghitung berat masing-masing agregat yang tertahan di dalam saringan.

81
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari percobaan analisis saringan agregat halus
dapat dilihat pada Tabel 2.34.

Tabel 2.34 Data Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus


Berat Contoh Kering = 1075,600 g
Berat
Nomor Saringan Berat Saringan
Saringan + Tertahan
(g) (g)
No. 4
409,500 410,500
(4,75 mm)
No. 8
261,900 358,100
(2,36 mm)
No. 16
255,800 364,200
(1,18 mm)
No. 30
248,900 601,600
(0,60 mm)
No. 50
250,000 554,300
(0,30 mm)
No. 100
394,700 587,200
(0,15 mm)
Pan 443,700 464,200

82
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada saringan No. 8 dalam percobaan
analisis saringan agregat halus adalah sebagai berikut:
Berat tertahan = (berat saringan + tertahan) − berat saringan
= 358,100 − 261,900
= 96,200 g

 berat tertahan = berat tertahan +  berat tertahan

saringan No. 4
= 96,200 + 1,000
= 97,200 g

Persentase kumulatif tertahan =


 berat tert ahan
 100%
berat contoh kering

97,200
=  100%
1075,900
= 9,037%
Persentase kumulatif lolos = 100% − persentase kumulatif tertahan
= 100% − 9,037%
= 90,963%

Modulus kehalusan =
 persentase tertahan kumulatif tanpa pan
100
258,442%

100
= 2,584%

83
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.35 Hasil Perhitungan Analisis Saringan Agregat Halus


Berat Contoh Kering = 1075,600 g
Berat Persentase
Berat Jumlah
Nomor Berat Saringan Kumulatif
Tertahan Berat
Saringan Saringan +
Tertahan Tertahan Lolos
Tertahan
(g) (g) (g) (g) (%) (%)
No. 4
409,500 410,500 1,000 1,000 0,093 99,907
(4,75 mm)
No. 8
261,900 358,100 96,200 97,200 9,037 90,963
(2,36 mm)
No. 16
255,800 364,200 108,.400 205,600 19,115 80,885
(1,18 mm)
No. 30
248,900 601,600 352,700 558,300 51,906 48,094
(0,60 mm)
No. 50
250,000 554,300 304,300 862,600 80,197 19,803
(0,30 mm)
No. 100
394,700 587,200 192,500 1055,100 98,094 1,906
(0,15 mm)

Pan 443,700 464,200 20,500 1075,600 100,000 0,000

84
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.36 Hasil Perhitungan Modulus Kehalusan Agregat Halus


Persentase
Nomor Saringan Berat Tertahan Kumulatif Berat Kumulatif
Tertahan Tertahan
(g) (g) (%)
1½ˮ
0,000 0,000 0,000
(38,10 mm)
¾ˮ
0,000 0,000 0,000
(19,05 mm)
⅜ˮ
0,000 0,000 0,000
(9,53 mm)
No. 4
1,000 1,000 0,093
(4,75 mm)
No. 8
96,200 97,200 9,037
(2,36 mm)
No. 16
108,400 205,600 19,115
(1,18 mm)
No. 30
352,700 558,300 51,906
(0,60 mm)
No. 50
304,300 862,600 80,197
(0,30 mm)
No. 100
192,500 1055,100 98,094
(0,15mm)
Pan 20,500 1075,600 -
Jumlah 258,442
Modulus Kehalusan 2,584

85
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

120.000
,
Persentase Kumulatiif lolos Saringan (%)

100.000

80.000

60.000
,

40.000

20.000
,

,
0.000
0.100
, 1.000
, 10.000
,
Ukuran Bukaan Saringan (mm)

Persentase Kumulatif Lolos Saringan


Batas Maksimum
Batas Minimum

Gambar 2.3 Kurva Gradasi Agregat Halus

86
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan pada analisis saringan
agregat halus, maka diperoleh modulus kehalusan sebesar 2,584%. Persentase
kumulatif tertahan saringan No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, dan No. 100
masing-masing sebesar 0,093%, 9,037%, 19,115%, 51,906%, 80,906%, dan
98,094%. Menurut SNI 03-1968-1990, syarat untuk modulus kehalusan yang
diizinkan sebesar 1,500  3,800, maka dapat disimpulkan bahwa modulus
kehalusan memenuhi syarat. Berdasarkan kurva gradasi agregat halus, dapat
disimpulkan bahwa agregat halus masuk dalam grading zone II.

87
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2 Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus


2.5.2.1 Maksud
Percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus dimaksudkan untuk
mengetahui berat jenis agregat halus dan penyerapannya.

2.5.2.2 Landasan Teori


Berdasarkan SNI 03-1970-1990, berat jenis dan penyerapan agregat halus
dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis
curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semula, dan angka
penyerapan dari agregat halus. Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat
agregat dan massa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan
adalah kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai
dengan kondisi jenuh permukaan kering atau SSD (Saturated Surface Dry).
Pengukuran berat jenis dan rongga udara diperlukan untuk perencanaan
campuran beton dengan agregat. Campuran ini berdasarkan perbandingan berat
karena lebih teliti dibandingkan dengan perbandingan volume. Serta untuk
menentukan banyaknya pori yang terdapat pada agregat halus (Ridho, 2012).

2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Timbangan
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Sendok pengaduk
7. Oven
8. Saringan No. 4

88
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

9. Hot plate
2.5.2.4 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan dalam pemeriksaan berat jenis dan
penyerapan agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji yang lolos saringan No. 4 (±1.000 g) dengan cara
sampling menggunakan sample splitter atau quartering method. Mencuci
benda uji tersebut.
2. Mengeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC ± 10 ºC selama 24 jam lalu
mendinginkan.
3. Merendam benda uji tersebut selama 24 jam dalam air.
4. Menebarkan benda uji di atas permukaan terbuka dan rata kemudian diangin-
anginkan. Mengaduk benda uji untuk mencapai pengeringan yang merata.
5. Memeriksa apakah benda uji sudah dalam keadaan SSD dengan melakukan
pengujian kerucut, memasukkan benda uji ke dalam kerucut dan bagi menjadi
3 lapisan, lapisan pertama memadatkan dengan penumbuk sebanyak 8 kali,
lapisan kedua 8 kali dan lapisan ketiga 9 kali sehingga jumlah keseluruhan
tumbukan 25 kali dengan tinggi jatuh ±5 mm di atas permukaan pasir contoh
secara merata dan jatuh bebas.
6. Membersihkan daerah sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
7. Mengangkat kerucut tersebut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
8. Mengamati benda uji saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka contoh
masih basah, mengeringkan kembali contoh tersebut. Apabila jatuh lepas
keseluruhan, maka contoh terlalu kering. Apabila terjadi keruntuhan sedikit
demi sedikit pada permukaan benda uji tersebut, maka benda uji sudah dalam
keadaan SSD.
9. Memasukkan ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
10. Mengisi labu ukur dengan air suling hingga setengahnya lalu memasukkan
benda uji tersebut ke dalam labu ukur sebanyak 100 g (jangan sampai
tertinggal di leher labu ukur).
11. Mengeluarkan gelembung udara dengan menggunakan hot plate.

89
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

12. Merendam labu ukur dalam air hingga suhunya mencapai suhu ruangan lalu
menambahkan air suling hingga tanda batas.
13. Menimbang labu ukur + air + agregat (C).
14. Memasukkan sampel agregat ke dalam oven pada suhu 100 ºC ± 10 ºC selama
24 jam, setelah itu memasukkan ke dalam desikator lalu menimbang beratnya
(A).
15. Mengisi labu ukur dengan air suling sampai tanda batas lalu menimbang
beratnya (B).

2.5.2.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.37.

Tabel 2.37 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Parameter Nilai
Berat contoh jenuh kering permukaan (g) 100,000
Berat contoh kering (g) 99,600
Berat labu + air (g) 669,850
Berat labu + sampel SSD + air (g) 732,490

2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut:
A
Bulk Spesific Gravity =
B  100  C
99,600
=
669,850  100  732,490
= 2,665 g

90
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

100
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
B  100  C
100
=
669,850  100  732,490
= 2,676 g
A
Apparent specific Gravity =
BAC
99,600
=
669,850  99,600  732,490
= 2,694 g
100  A
Absorption =  100%
A
100  99,600
=  100%
99,600
= 0,401%

Di mana:
A : berat contoh kering (setelah dioven) (g)
B : berat labu + air (g)
C : berat labu + air + sampel agregat (g)

91
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.38 Hasil Perhitungan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Halus

Parameter Nilai

Berat contoh jenuh kering permukaan (g) 100,000


Berat contoh kering (g) 99,600
Berat labu + air (g) 669,850
Berat labu + sampel SSD + air (g) 732,490
Bulk specific grafity 2,665
Bulk spesific grafity (SSD) 2,676
Apparent spesific grafity 2,694
Absorption/ penyerapan (%) 0,401

92
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
maka diperoleh nilai bulk spesific gravity sebesar 2,665, nilai bulk spesific gravity
(SSD) sebesar 2,676, nilai apparent spesific gravity sebesar 2,694, dan nilai
absorption/ penyerapan sebesar 0,401%. Menurut SNI 03-1970-1990 tentang
metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus, menyatakan
bahwa syarat yang telah ditentukan untuk bulk spesific gravity dan bulk spesific
gravity (SSD) adalah sebesar 2,500  2700, maka nilai bulk spesific gravity dan
bulk spesific gravity (SSD) yang didapatkan dari hasil perhitungan dinyatakan
memenuhi syarat pencampuran beton.

93
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3 Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Halus


2.5.3.1 Maksud
Percobaan bobot isi dan rongga udara dimaksudkan untuk menentukan
bobot isi serta rongga udara agregat halus dalam kondisi lepas juga kondisi padat.

2.5.3.2 Landasan Teori


Berdasarkan SNI 03-4804-1998, berat isi agregat adalah berat agregat
persatuan isi. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara
butir-butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat. Berat isi agregat
diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton (Hermansyah, 2011).
Perhitungan bobot isi dan rongga udara agregat halus mencakup
perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara dalam
agregat halus. Berat isi agregat berbanding lurus dengan berat butiran agregat
sedangkan semakin besar volume agregat maka semakin kecil berat isi agregat
dan sebaliknya. Berat isi agregat berbanding terbalik dengan besarnya volume
agregat.

2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat ø 16 mm
4. Container (Mold 6ˮ)
5. Meja getar
6. Mistar perata
7. Jangka sorong
8. Sekop

94
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam percobaan bobot isi dan rongga udara
terbagi menjadi 2 pecobaan, yaitu berat isi lepas dan berat isi padat. Prosedur yang
dilakukan pada percobaan berat isi lepas agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Menimbang berat container (B) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Mengambil sampel agregat dan mengeringkan di dalam oven hingga beratnya
tetap. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan sample
splitter atau menggunakan quartering method.
3. Memasukkan agragat dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir dari
ketinggian 5 cm di atas container dengan menggunakan sendok/ sekop sampai
penuh.
4. Meratakan permukaan container dengan mistar perata.
5. Menimbang berat container + isi (C).
Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan berat isi padat
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Menimbang berat container (B) yang telah diketahui volumenya (V).
2. Mengambil sampel agregat dan mengeringkan agregat di dalam oven hingga
beratnya tetap. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
sample splitter atau quartering method.
3. Memasukkan agregat ke dalam container tersebut kurang lebih sepertiga
bagian lalu tumbuk dengan batang pemadat sebanyak 25 kali.
4. Mengulangi hal yang sama untuk lapisan kedua.
5. Memasukkan campuran agregat kasar hingga melebihi pemukaan atas
container lalu tumbuk sebanyak 25 kali untuk lapis terakhir.
6. Meletakkan di atas meja penggetar lalu pasang penjepitnya.
7. Menghidupkan motor penggerak selama 5 menit sampai mencapai kepadatan.
8. Mengisi kembali bagian permukaan yang berlubang dengan agregat lalu
meratakan permukaannya dengan mistar perata.
9. Menimbang container berikut isinya (C).

95
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari hasil percobaan berat isi lepas dapat dilihat
pada Tabel 2.39 dan berat isi padat pada Tabel 2.40.

Berat jenis (kering) = 2,665 g


Absorpsi = 0,401%

Tabel 2.39 Data Percobaan Berat Isi Lepas Agregat Halus

Parameter Nilai
Berat container (g) 7247,000
Berat container + agregat (g) 11843,000
Berat agregat (g) 4596,000
Volume container (cm³) 3415,573

Tabel 2.40 Data Percobaan Berat Isi Padat Agregat Halus

Parameter Nilai
Berat container (g) 7247,000
Berat container + agregat (g) 12534,000
Berat agregat (g) 5287,000
Volume container (cm³) 3415,573

2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan bobot isi dan rongga
udara agregat halus dalam kondisi lepas adalah sebagai berikut:
CB
Berat isi (kering) =
V
11843,000  7247,000
=
3415,573
= 1,345 g

96
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

CB  A 
Berat isi (SSD) =  1  
V  100% 
11843,000  7247,000  0,401% 
=  1  
3415,513  100% 
= 1,350 g
 Berat isi (kering) 
Kadar rongga udara = 1  
 SG 

 1,345 
= 1    100%
 2,665 
= 49,600%
Perhitungan dalam percobaan bobot isi dan rongga udara dalam kondisi
padat pada agregat halus adalah sebagai berikut:
CB
Berat isi (kering) =  
 V 

 12534,000  7247,000 
=  
 3415,573 
= 1,547 g
CB  A 
Berat isi (SSD) =  1  
V  100% 
12534,000  7247,000  0,401% 
=  1  
3415,573  100% 
= 1,553 g
 Berat isi (kering) 
Kadar rongga udara = 1    100%
 SG 

 1,547 
= 1    100%
 2,665 
= 42,000%

97
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Di mana:
A : absorpsi agregat (%)
B : berat container (g)
C : berat container berikut isinya (g)
V : volume container (g)
SG : berat jenis agregat (kering)

98
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Table 2.41 Hasil Perhitungan Berat Isi Lepat Agregat Halus

Parameter Nilai
Berat container (g) 7247,000
Berat container + agregat (g) 11843,000
Berat agregat (g) 4596,000
Volume container (cm³) 3415,573
Berat isi agregat (kering) (g/cm³) 1,345
Berat isi agregat (SSD) (g/cm³) 1,350
Kadar rongga udara (%) 49,600

Tabel 2.42 Hasil Perhitungan Berat Isi Padat Agregat Halus

Parameter Nilai
Berat container (g) 7247,000
Berat container + agregat (g) 12534,000
Berat agregat (g) 5287,000
Volume container (cm³) 3415,573
Berat isi agregat (kering) (g/cm³) 1,547
Berat isi agregat (SSD) (g/cm³) 1,553
Kadar rongga udara (%) 42,000

99
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan pada kondisi lepas
didapatkan hasil berat isi kering sebesar 1,345 g/cm³, berat isi (SSD) sebesar
1,350 g/cm³, dan kadar rongga udara sebanyak 49,600%. Pada kondisi padat
didapatkan berat isi kering sebesar 1,547 g/cm³, berat isi (SSD) sebesar 1,553
g/cm³, dan kadar rongga udara sebanyak 42,000%. Menurut SNI 03-4804-1998,
berat isi kering dan berat isi (SSD) maksimum 1,600 g/cm³, dan untuk kadar
rongga udara pada kondisi padat lebih kecil daripada kondisi lepas, sehingga hal
ini memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

100
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4 Percobaan Kadar Air Agregat Halus


2.5.4.1 Maksud
Percobaan kadar air agregat halus dimaksudkan untuk menentukan kadar
air yang terkandung dalam agregat.

2.5.4.2 Landasan Teori


Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung
di dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan di dalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya (Rahmad Sigit
Sebastyan, 2012).
Menurut Tjokrodimuljo (1996), nilai kadar air ini digunakan untuk
korelasi tekanan air untuk adukan beton. Korelasi tekanan air tersebut telah
disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan. Hasil pengujian kadar air agregat
dapat digunakan dalam pekerjaan seperti perencanan campuran, pengendalian
mutu beton, dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar air agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator

101
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan kadar air agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan contoh agregat halus dengan cara sampling menggunakan
sample splitter atau quartering method sebanyak minimum 500 g untuk
masing-masing contoh lalu mencatat beratnya (A).
2. Memasukkan benda uji yang telah diambil ke dalam cawan.
3. Memasukkan cawan beserta benda uji ke dalam oven dengan suhu 100 ºC ±
10 ºC selama kurang lebih 24 jam.
4. Setelah mengeringkan dalam oven, memasukkan cawan beserta benda uji
tersebut ke dalam desikator.
5. Setelah dingin, menimbang kembali contoh uji agregat tersebut (B).

2.5.4.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dalam percobaan kadar air agregat halus dapat
dilihat pada Tabel 2.43.

Tabel 2.43 Data Percobaan Kadar Air Agregat Halus


Paramenter Nilai
Berat contoh awal (g) 1105,500
Berat contoh kering (g) 1104,400

2.5.4.4.1 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan kadar air agregat halus
adalah sebagai berikut:
Berat air =A−B
= 1105,5 − 1104,4
= 1,100 g

102
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

AB
Kadar air =  100%
B
1105,500  1104,400
=  100%
1104,400
= 0,099%

Di mana:
A : Berat contoh awal (g)
B : Berat contoh kering (g)

103
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.44 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Air Agregat Halus

Paramenter Nilai
Berat contoh awal (g) 1105,500
Berat contoh kering (g) 1104,400
Berat air (g) 1,100
Kadar air (%) 0,099

104
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
maka diperoleh kadar air agregat halus sebesar 0,099%. Menurut SNI 03-1971-
1990, kadar air dalam agregat halus maksimum sebesar 5,000%, maka agregat
halus tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

105
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5 Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus


2.5.5.1 Maksud
Percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus dimaksudkan untuk
mengetahui kandungan lumpur dan lempung dalam agregat.

2.5.5.2 Landasan Teori


Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan agregat
dan lolos saringan No. 200. Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran
agregat akan mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat
sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton. Kadar lumpur dan
lempung dalam agregat tidak boleh melebihi 5% apabila lebih 5% maka agregat
tersebut harus dicuci terlebih dahulu.
Lumpur dan debu halus hasil pemecahan batu adalah partikel berukuran
antara 0,002 mm s/d 0,006 mm (2 s/d 6 mikron). Adanya lumpur dan tanah liat
menyebabkan bertambahnya air pengaduk yang diperlukan dalam pembuatan
beton, disamping itu pula akan menyebabkan turunnya kekuatan beton yang
bersangkutan serta menambah penyusutan dan creep. Kuat tekan beton yang
tinggi didapatkan dengan cara meminimalkan kandungan lumpur yang terkandung
dalam agregat halus ataupun kasar (Gina Maulidawati, 2014).

2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Saringan No. 4, No. 16, dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
4. Cawan

106
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil benda uji dengan cara sampling menggunakan sample splitter
atau quartering method, lalu memasukkan ke dalam cawan, untuk agregat
halus (lolos saringan No. 4) sebanyak minimum 500 g kemudian
memasukkan masing-masing sampel ke dalam cawan yang berbeda.
2. Memasukkan cawan beserta isinya ke dalam oven pada suhu 100 ºC ± 10 ºC
selama 24 jam.
3. Mendinginkan benda uji dalam desikator lalu menimbang berat masing-
masing sampel kering (A).
4. Memasukkan air pencuci ke dalam cawan lalu mengaduk hingga terjadi
pemisahan sempurna antara butir-butir kasar dan halus. Mengusahakan bahan
halus tersebut melayang sehingga mempermudah memisahkannya.
5. Menuangkan air pencuci segera di atas saringan No. 16 yang bawahnya
dipasang saringan No. 200.
6. Mengulangi pencucian dan penyaringan hingga air pencuci terlihat jernih.
7. Mengembalikan benda uji yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 ke
dalam cawan lalu mengeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC ± 10 ºC
selama 24 jam.
8. Mendinginkan dalam desikator lalu menimbang berat kering benda uji
tersebut (B).

107
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dalam percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus dapat dilihat pada Tabel 2.45.

Tabel 2.45 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Parameter Nilai

Berat agregat kering awal (g) 519,200


Berat agregat kering setelah pencucian (g) 442,900

2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut:
AB
Kadar lumpur dan lempung =  100%
A
519,200  442,900
=  100%
442,900
= 14,695%
Di mana:
A : Berat contoh kering awal (g)
B : Berat contoh kering setelah pencucian (g)

108
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.46 Hasil Perhitungan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat
Halus

Paramenter Nilai
Berat agregat kering awal (g) 519,200
Berat agregat kering setelah Pencucian (g) 442,900
Kadar lumpur dan lempung (%) 14,695

109
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh kadar lumpur dan lempung dalam agregat halus tersebut sebesar
14,653%. Syarat yang harus dipenuhi agregat halus menurut SK SNI S-04-1998-
F-1998 memiliki kadar lumpur dan lempung maksimum sebesar 5,000%. Maka
agregat halus tersebut tidak memenuhi syarat karena memiliki kadar lumpur dan
lempung melebihi ketetapan sehingga sebelum digunakan untuk bahan campuran
beton agregat halus tersebut perlu dicuci terlebih dahulu.

110
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7 Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus


2.5.7.1 Maksud
Percobaan kadar bahan organik agregat halus dimaksudkan untuk
mengetahui kadar bahan organik yang terkandung dalam agregat halus yang akan
digunakan sebagai campuran bahan beton.

2.5.7.2 Landasan Teori


Organik berarti berkaitan dengan zat yang berasal dari makhluk hidup,
berhubungan dengan organisme hidup. Maksud dari praktikum kebersihan pasir
terhadap bahan organik adalah untuk mengetahui tinggi rendahnya bahan organik
yang terkandung dalam pasir sebagai bahan penyusun beton. Kadar organik yang
terlalu banyak akan menyebabkan kerusakan dan dapat mempengaruhi kualitas
beton sehingga bangunan tidak mampu bertahan lama. Semakin tinggi kadar
bahan organik, maka semakin buruk pula kualitas beton yang dihasilkan.
Sebaliknya, semakin rendah kadar bahan organik yang terkandung dalam pasir,
maka semakin bagus kualitas beton yang akan dihasilkan.
Praktikum ini menggunakan larutan NaOH sebagai bahan untuk menguji
kadar bahan organik yang terkandung dalam pasir. Larutan NaOH termasuk
larutan asam yang kuat. Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik,
lempung atau bahan-bahan lain yang bisa merusak campuran beton. Bila diuji
dengan larutan natrium sulfat (NaOH) dan dibandingkan dengan warna standar,
tidak boleh berwarna lebih tua dari standar warna (Risky rahmawati, 2014).

2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Botol organik
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur

111
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam percobaan kadar bahan
organik agregat halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil pasir dalam keadaan asli (dari lapangan) dengan cara sampling
menggunakan simple splitter atau quartering method sebanyak 130 ml.
2. Memasukkan pasir tersebut ke dalam botol organik lalu menambahkan
larutan NaOH 3% sampai batas 200 ml.
3. Menutup botol tersebut, lalu mengocok selama 10 menit supaya benar-benar
bercampur.
4. Membiarkan selama 24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan NaOH
dengan bahan-bahan organik.

2.5.7.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dalam percobaan kadar bahan organik agregat
halus dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Hasil Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus

112
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Table 2.47 Hasil Percobaan Kadar Bahan Organik Agregat Halus


Hasil Pengamatan

113
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.6 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kadar bahan organik agregat halus, warna dari
hasil percobaan menunjukkan warna yang lebih terang dari warna nomor 1 pada
standar warna. Menurut SNI 03-4142-1996, hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pasir yang dipakai untuk percobaan sebagai bahan campuran beton tidak
perlu dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton.

114
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.9 Bulking Factor Test


2.5.9.1 Maksud
Bulking factor test dimaksudkan untuk mengetahui persentase
peningkatan volume pasir dengan kadar air asli dibandingkan dalam keadaan
jenuh air.

2.5.9.2 Landasan Teori


Berdasarkan SNI 2417:2008, bulking factor adalah rasio dari volume
pasir dalam keadaan kering dengan volume dalam keadaan jenuh air. Jumlah
kelembaban tanah harus ditentukan untuk menentukan bulk density. Maksud dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui material yang tepat untuk menghasilkan
mutu beton yang baik sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan.
Bulking factor test merupakan salah satu indikator pemadatan tanah dan
kesehatan tanah. Bulking factor mempengaruhi infiltrasi, kedalaman atau
pembatasan kapasitas yang tersedia air, porositas tanah, dan ketersediaan unsur
hara. Aktivitas mikroorganisme tanah yang mempengaruhi proses tanah menjadi
kunci dalam produktivitas (Jerome Todali, 2016).

2.5.9.3 Peralatan
Peralatan yang digunakaan dalam bulking factor test agregat halus
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1.000 ml

2.5.9.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam bulking factor test agregat
halus adalah sebagai berikut:
1. Mengambil contoh pasir dengan kadar air asli.
2. Memasukkan ke dalam gelas ukur sampai skala ±300 ml. Mencatat volume
pasir tersebut (A).
3. Mengisi gelas ukur dengan air sampai setengahnya.

115
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

4. Mengaduk sampel hingga keadaan jenuh air kemudian menunggu hingga


agregat mengendap.
5. Membaca volume pasir (B).

2.5.9.5 Data Percobaan


Data yang didapatkan dari bulking factor test agregat halus dapat dilihat
pada Tabel 2.48.
Tabel 2.48 Data Bulking Factor Test Agregat Halus

Parameter Nilai

Volume semula (ml) 300,000

Volume dalam keadaan jenuh air (ml) 240,000

2.5.9.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan bulking factor test agregat
halus adalah sebagai berikut:
AB
Bukling factor =  100%
B
300,000  240,000
= 100%
240,000
= 25,000%

Dimana:
A : Volume pasir dengan kadar air asli (ml)
B : Volume pasir dalam keadaan jenuh air (ml)

116
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.49 Hasil Perhitungan Bulking Factor Test Agregat Halus

Parameter Nilai
Volume semula (ml) 300,000
Volume dalam keadaan jenuh air (ml) 240,000
Bulking factor (%) 25,000

117
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

2.5.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
maka nilai bulking factor yang diperoleh sebesar 25,000%. Menurut SNI
2471:2008, yang menyatakan bahwa syarat nilai bulking factor maksimum
sebesar 20,000%, jadi agregat halus tersebut tidak memenuhi syarat.

118
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai