Anda di halaman 1dari 9

ISSN.

1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA


MODEL, SIMULASI DAN ANALISA POLA RADIASI
daya, intensitas radiasi, kuat medan, fasa
SUSUNAN UNIFORM ANTENA MIKROSTRIP
pengarahan (directivity phase) dan polarisasi.
Rahmad Hidayat
rhidayat@teachers.org
Dosen Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung

ABSTRAK
Dalam banyak aplikasinya, untuk meningkatkan pengarahan (directivity) suatu antena
mikrostrip, patch dibuat dalam bentuk susunan (array). Susunan dengan semakin banyak elemen
akan menghasilkan penguatan (gain) yang semakin baik. Disamping itu konstruksi yang meliputi
unsur panjang, lebar, ketebalan, bahan patch serta dimensi dari groundplane juga mempengaruhi
pola radiasi yang terbentuk.
Pola radiasi antena merupakan fungsi matematis dalam bentuk grafis yang
menggambarkan sifat-sifat radiasi antena sebagai fungsi koordinat ruang. Simulasi terhadap patch
rectanguler 5x5 planar array dengan row shading Kaiser (=500e-3) menghasilkan pola radiasi
dengan gain sebesar 13,98 dBi.

Kata kunci : Pola radiasi, patch, planar array, pengarahan, gain.

I. PENDAHULUAN
Beberapa bidang aplikasi antena
Pola radiasi ditentukan oleh daerah kuat
mikrostrip diantaranya adalah pada
medan jauh dan digambarkan sebagai fungsi
komunikasi satelit, radar telemetri peluru koordinat pengarahan antena tersebut. Pada
kendali, penginderaan jarak jauh, penerima diagram arah terdapat dua sumbu utama
navigasi satelit, sistem komunikasi wireless yaitu sumbu E untuk menggambarkan vektor
termasuk sistem komunikasi seluler yang medan listrik dan sumbu H untuk vektor
banyak dipakai saat ini. medan magnetik. Keduanya saling
Antena yang terbuat dari bahan ortogonal. Pola radiasi ini memiliki bagian-
substrat tertentu ini didesain dengan bagian wilayah dengan arah (beam) tertentu
menggunakan teori dasar antena pada atau disebut lobe, yaitu main lobe, minor
umumnya yang memiliki banyak parameter lobe, side lobe dan back lobe. Dan
seperti impedansi masukan, VSWR, pola beamwidth adalah sudut antara kedua titik
radiasi, pengarahan (directivity), penguatan setengah daya dari mainlobe, titik ini sebagai
(gain) dan lainnya. Pada bagian ini penulis titik referensi puncak daya efektif suatu
melakukan kajian berbagai pola radiasi mainlobe. [1,2,6]
susunan antena uniform baik linier maupun
rectanguler planar dalam hubungannya pada
pembentukan besarnya pengarahan yang
juga berarti pembentukan besarnya
penguatan (gain) suatu antena. Simulasi
dilakukan dengan bantuan software Matlab.

II. TEORI PENDUKUNG


2.1 POLA RADIASI
Pola radiasi antena merupakan
distribusi spasial dari kuantitas medan
elektromagnetik yang dihasilkan oleh suatu Gambar 1. Konsep lobe dan beam
antena. Sifat-sifat (properties) dari pola
radiasi suatu antena meliputi kerapatan flux

3 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

Antena mikrostrip merupakan antena maka admitansi karakteristiknya dapat ditulis


yang terdiri dari dua lapisan konduktor yang sebagai berikut : [6]
dipisahkan oleh material substrat, di mana a r
lapisan konduktor atas berfungsi sebagai Y0  ................ (2.2)
hz0
peradiasi sedangkan konduktor bagian
bawah berfungsi sebagai ground plane. dimana h = ketebalan lapisan dielektrik
Antena ini mempunyai lebih banyak
parameter-parameter fisik dibandingkan
dengan antena gelombang mikro
konvensional. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya bentuk geometri dan variasi
ukuran yang dimiliki. Namun hanya bentuk
bujur sangkar dan lingkaran yang umum
Gambar 2. Tampak samping patch
digunakan dalam prakteknya. Keunggulan-
keunggulan tersebut antara lain proses
pembuatannya sederhana, ringan, kecil, tipis,
saluran pencatu dan rangkaian penyesuai
(matching network) dapat dibuat bersatu
dengan strukturnya dengan baik dan
memungkinkan bekerja pada frekuensi
ganda.
Salah satu metoda yang Gambar 3. Medan E pada patch
dipergunakan untuk menganalisa sifat-sifat
dari elemen mikrostrip dikenal dengan Karena diperlukan perbedaan fasa
0
Analisa Model Saluran Transmisi. Analisa ini 180 antara kedua celah, maka panjang b
menggunakan teori saluran transmisi dan dibuat sedikit kurang dari d / 2. Dimana
memodelkan elemen mikrostrip sebagai dua d  0 /  r ,yaitu b = 0.48 d  0.49 d.
celah paralel (paralel slots) peradiasi yang
Sedikit reduksi pada panjang resonansi ini
dipisahkan sejauh b oleh saluran transmisi
dibutuhkan karena adanya efek medan tepi
mikrostrip yang mempunyai impedansi
(fringing) pada sisi paradiasi.
karaktersitik rendah. Setiap sisi peradiasi
Dengan memilih faktor reduksi
sepanjang a, dimodelkan sebagai sebuah
panjang (q) yang tepat,maka admitansi celah
celah sempit dimana admitansinya adalah :
setelah transformasi menjadi:[2]
a
G  jB  1  j (1  0.636 Ink0v (2.1) di G2 + jB2 = G1 – jB1 ……… (2.3)
0 z0 Jadi total admitansi input pada resonansi
mana : menjadi :
0 = panjang gelombang diruang bebas Yin = (G1 + jB1) + (G2 – jB2) = 2G1 (2.4)
z0 = 0 /  0
Sedang frekuensi resonansi diperoleh dari
k0 = 2 / 0
c c
v = lebar celah, kira-kira sama dengan fr  q …………. (2.5)
ketebalan lapisan dielektrik, h. d  r 2b  r
Dengan anggapan tidak ada variasi medan Teori Slot adalah salah satu metoda yang
sepanjang arah paralel sampai tepi peradiasi, dapat digunakan untuk menganalisis pola
radiasi antena mikrostrip dengan elemen

4 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

antena berbentuk persegi. Teori Slot


mempertimbangkan radiasi elemen antena 2.2 SUSUNAN ANTENA (ARRAY)
mikrostrip berbentuk persegi yang ekivalen Untuk meningkatkan pengarahan antena
dengan dua slot paralel. Lebar tiap slot (h) mikrostrip, patch dapat dibuat dalam bentuk
sama dengan ketebalan lapisan dielektrik, susunan (array). Antena multipatch
panjang slot (1) sama dengan panjang dibedakan atas susunan yang menghasilkan
elemen antena dan w adalah lebar elemen beam tetap (fixed beam array) dan susunan
antena. yang dapat melakukan pengaturan phase
(phased array).
Pada fixed beam array elemen-
elemen radiator (multipatch) diatur berjarak
agak lebih kecil dari 0 untuk menghindari
lobe yang tidak diinginkan dan lebih besar
dari ½ 0 agar saluran catuan dapat diatur
dengan mudah. Jumlah patch sebagai
elemen radiasi haruslah sebanyak 2n dengan
Gambar 4. Dimensi patch n suatu bilangan integer, hasilnya berupa
suatu beam dengan arah (directional) yang
Impedansi sebagai fungsi dari letak tetap. Dengan susunan catuan yang tepat
catuan untuk elemen mikrostrip persegi maka akan diperoleh pembagian daya dan
dihitung dengan : [ J H J 84] fase yang sama di tiap-tiap patch dan tidak
menimbulkan adanya perbedaan fase meski
377t 2 tan 2 l  tan 4 l dengan frekuensi dan konstanta dielektrik
(1200 ) 2  ( ) ( )
 rW 1 tan 2 l yang berbeda.
Rin  
240W0 (1 tan 2 l ) Susunan dua antena berikut ini dapat
menjadi dasar bagi array antenna
seterusnya.
Pola radiasi antena mikrostrip adalah
hasil superposisi dari tiga buah medan yaitu,
medan langsung yang dipancarkan dari slot
pancar (E1), medan yang berasal dari sisi-sisi
grounsplane antena (Ed1) dan (Ed2)
E1 = E1 + Ed1 + Ed2 untuk daerah
00    900 dan 2700    3600
E1 hanya terdapat pada daerah
00    900 dan 2700    3600
E1 medan langsung dari slot pancar
Ed1 medan difraksi dari sisi pertama bidang Gambar 5. Elektrik dipole vertikal diatas
ground dan Ed2 adalah medan difraksi dari groundplane [1]
sisi kedua bidang ground . Medan langsung
dari slot hanya terdapat pada daerah
mainlobe. Sedangkan medan hasil peristiwa
difraksi dari sisi-sisi groundplane
kontribusinya ada pada daerah backlobe. [6]

5 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

(2.7)

Salah satu penggambaran yang


penting dari sebuah antena adalah
konsentrasi energi pada satu arah propagasi
yang dibandingkan terhadap konsentrasi
Gambar 6.Observasi medan jauh [1] energi pada satu arah propagasi lainnya.
Karakteristik antena ini disebut pengarahan
atau direktivitas. Konsentrasi energi medan
hanya terdapat pada daerah propagasi
Pendekatan zone medan jauh : utama (main lobe) dan tidak terdapat
konsentrasi energi medan pada daerah side
Untuk variasi fase : lobe maupun back lobe. Hal tersebut
diperoleh jika konstribusi medan total berupa
hanya medan langsung yang dipancarkan
dari slot yang terdapat pada permukaan
antena mikrostrip. Jika konstribusi medan-
medan difraksi pada sisi-sisi pelataran juga
Untuk variasi amplitudo : diikutsertakan dalam perhitungan medan total
yang dipancarkan oleh sebuah antena
mikrostrip, maka konsentrasi energi terdapat
pada semua daerah pancar (pada daerah
Besarnya kuat medan listrik total :
003600).
Etotal = Eelemen tunggal pada titik referensi x Faktor Array Beamwidth (lebar berkas) adalah
sudut yang dibatasi titik-titik setengah daya
atau 3 dB atau  1  medan maksimum

 2
pada main lobe. Sudut ini disebut juga
dengan Half Power Beam Width (HPBW).
Hubungan HPBW dan Direktivitas dinyatakan
dengan rumus berikut :

Dengan Faktor Array (AF) : 41253


D ………… (2.13)
3 3
dengan 3… dan 3 berupa HPBW arah
horizontal dan vertikal (satuan derajat).
Dan untuk susunan N elemen dengan
Dengan mengalikan harga
amplitudo dan jarak spasi uniform , maka
besarnya faktor susunan tersebut sebagai pengarahan (D) dengan efisiensi ( ) suatu
berikut : antena, akan diperoleh penguatan (gain) :
G = D ……………………… (2.10)
dan membuat susunan (array) antena
mikrostrip, akan diperoleh peningkatan gain

6 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

dengan bola beam yang tetap. Susunan


antena umumnya 2n dan dapat diperluas
menjadi 2n x 2m, sedangkan rumus yang
berguna untuk memperkirakan gain dari
antena susunan mikrostrip tersebut adalah
sebagai berikut : [7]

 4 A 
GdB  10 log  2   .. ( D1  D2 ) / 2 .(2.11)
 0 
di mana : Gambar 7. Susunan planar (planar array)
A = D1.D2
D1 = Lebar efektif antena dengan jarak yang III. SIMULASI POLA RADIASI
sama (didefinisikan sebagai jumlah
jarak antara tepi ke tepi elemen Pada bagian ini dilakukan simulasi
ditambah dengan spasi antar elemen ; susunan antena dengan menggunakan
Matlab R2013a. Simulasi dilakukan baik
(n + 1) x spasi horizontal
untuk susunan linier (linear array) uniform
D2 = Tinggi antena susunan dengan definisi maupun susunan rectangular dan kemudian
yang serupa dengan D1 ; (m + 1) x membandingkan perolehan seperti
spasi vertikal penguatan (gain) masing-masing. Antena
 = Redaman, dalam dB per satuan yang diambil untuk pengamatan adalah jenis
panjang isotropik yang kemudian diperoleh beberapa
tampilan dibawah ini.
Pola radiasi dari antena patch
tunggal atau elemen antena tertentu
sangatlah bervariasi. Susunan antena dibuat
untuk mendapatkan antena dengan diagram
arah tertentu atau meninggikan gain
(penguatan) nya. Susunan antena juga
digunakan untuk melakukan pencarian beam
dimana beam maksimum ditunjukkan dalam
berbagai arah berbeda dengan pengaturan
beda fasa relatif antar elemen. Susunan yang
banyak dipakai adalah susunan linier (linear
array) yang memiliki amplitudo sama
(uniform) dan beda fasa progresif yang
konstan antar elemen. Jumlah susunan linier
dapat diletakkan bersebelahan satu sama
lainnya untuk membentuk susunan planar Gambar 8. Desain simulasi
(planar array).[1,2]
Gambar 8 merupakan simulasi desain antena
mikrostrip dengan frekuensi 2 GHz, L=60mm
, W=30mm, H=3mm (0,02), jarak spasi
d=½ dan ukuran groudplane 100mm x 100
mm.

7 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

Gambar 9. Impedansi hasil desain

Gambar 11b. Visualisasi polar

Gambar 11b merupakan visualisasi polar 2D


G dari respon array dengan kondisi azimut cut-
ambar 10. Susunan uniform linier N=16 line dan BackBaffled Off dengan parameter
elemen isotropik, f=2GHz , d=½. N=16, f=2GHz , d=½ dan Gain
perolehan=12.04 dBi dari antena isotropok
dengan susunan uniform linier.

Gambar 11a. Visualisasi polar 2D


Gambar 12. Pola radiasi ternormalisasi
Gambar 11a diatas merupakan visualisasi linear array 3 jenis frekuensi
polar 2D dari respon array dengan kondisi
azimut cut-polar dan BackBaffled Off dengan Gambar 12 di atas menunjukkan pola radiasi
parameter N=16, f=2GHz , d=½ dan Gain ternormalisasi antena susunan linier (linear
perolehan=12.04 dBi dari antena isotropok array) untuk 3 frekuensi berbeda dengan
dengan susunan uniform linier. N=16 , d=½

8 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

Gambar 14b. Visualisasi polar 2D

Gambar 14b menunjukkan respon array


dengan kondisi azimut cut-line dan
BackBaffled Off dengan parameter N=4x4,
f=2GHz , d=½ dan Gain perolehan=12.04
dBi dari antena isotropok dengan susunan
uniform rectanguler.

Gambar 13.Susunan uniform rectanguler


antena isotropok, N=4x4

Hasil pada Gambar 14a berikut menunjukkan


respon array dengan kondisi azimut cut-polar
dan BackBaffled On dengan parameter
N=4x4, f=2GHz , d=½ dan Gain
perolehan=12.04 dBi dari antena isotropok
dengan susunan uniform rectanguler.

Gambar 15. Susunan uniform rectanguler


antena isotropok , N=5x5, f=2GHz , d=½.

Gambar 14a. Visualisasi polar 2D

Gambar 16. Visualisasi polar 2D 5x5

Terlihat bahwa Gambar 16 menunjukkan


visualisasi 2D sebagai respon array dengan
kondisi azimut cut-polar dan BackBaffled Off,
sudut steering 30o untuk azimut dan
elevasinya serta menggunakan row shading
Chebyshev dengan redaman sidelobe
sebesar 30dB dan dengan parameter
N=5x5, f=2GHz , d=½=75mm dan Gain
perolehan=13.25 dBi dari antena isotropok

9 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

dengan susunan uniform rectanguler.


Sedangkan Gambar 17 menunjukkan respon
array dengan kondisi azimut cut-polar dan
BackBaffled Off, sudut steering 30o untuk
azimut dan elevasinya serta menggunakan
row shading Chebyshev dengan redaman
sidelobe sebesar 30dB dan dengan
parameter N=5x5, f=2GHz , d=½ dan Gain
perolehan=13.25 dBi dari antena isotropok
dengan susunan uniform rectanguler.

Sedang Gambar 18 menunjukkan respon


array dengan kondisi azimut cut-polar dan
BackBaffled Off, sudut steering 30o untuk
azimut dan elevasinya serta menggunakan
row shading Kaiser (=500e-3) dengan
redaman sidelobe sebesar 30dB dan dengan
parameter N=5x5, f=2GHz , d=½ dan Gain
perolehan=13.98 dBi dari antena isotropok
dengan susunan uniform rectanguler.
Gambar 18. Pola respon 3D (Kaiser)

IV. ANALISA

Antena mikrostrip untuk frekuensi 2 GHz,


dengan patch berdimensi L=60mm,
W=30mm, H=3mm (0,02), jarak spasi d=½
dan ukuran groudplane 100mm x 100 mm
dapat disimulasikan dengan tool Matlab yang
ada. Dalam range pengamatan 1,5-2,5 GHz ,
impedansi optimum yang dihasilkan sebesar
(50 + j 140)  terjadi pada frekuensi 2,18
GHz.

Pada simulasi uniform isotropik baik linear


array maupun planar rectanguler array
diambil elemen sebanyak 16 dan 25. Dengan
elemen sebanyak 16 baik linier maupun
planar masih menunjukkan nilai perolehan
gain yang relatif sama yaitu 12 dBi, namun
dengan kenaikan jumlah elemen sebanyak
Gambar 17. Pola respon 3D (Chebyshev) 25 elemen untuk susunan 5x5 diperoleh
kenaikan penguatan (gain) relatif sebesar
13 dBi.

Pola radiasi ternormalisasi linear array pada


gambar 12 menunjukkan bahwa beamwidth
semakin sempit dengan naiknya frekuensi
dan sudut scan mengalami pergeseran.

Dengan mencoba berbagai jenis pola respon


3D dapat dibandingkan beberapa pola

10 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015


ISSN. 1979-4819 ISU TEKNOLOGI STT MANDALA

tersebut, diantaranya terlihat antara row 9. Kraus, JD. Antenna, Mc Graw-Hill


shading Chebyshev dengan perolehan gain Company, New York, 1988.
sebesar 13,25 dBi terhadap pola Kaiser yang 10. Milligan, Thomas A. Modern Antenna
Design. Second Edition, John Wiley &
perolehannya sebesar 13,98 dBi.
Son, Inc, New Jersey, 2005.
11. Sinnema, William. Electronic
V. KESIMPULAN
Transmission Technology : Lines,
Waves and Antennas. Prentice Hall,
1. Gain simulasi untuk susunan linier (linear New Jersey, 1988.
array) dan rectangular planar array relatif 12. Stutman, Warren L. and Thiele,Gary A.
sama pada jumlah elemen patch dibawah Antenna Theory and Design. Second
atau sama dengan 16 elemen. Edition, John Wiley & Sons, New York,
1998.
2. Simulasi pola respon 3D dengan row
shading Kaiser menghasilkan performa
gain yang lebih baik dibanding row
shading jenis lainnya termasuk jenis
Chebyshev.

DAFTAR PUSTAKA
1. Balanis, Constantine A. Antenna Theory :
Analysis and Design. Third Edition,
John Wiley & Son, Inc, New Jersey, 2005.
2. Bhartia,P, Rao, KVS and Tomar, RS.
Millimeter wave Microstrip and
Printed Circuit Antennas. Artech
House Inc, 1991.

3. Connor,FR. Antennas : Introductory


Topics in Electronics and
Telecommunication. Second edition,
Great Britain, 1989.
4. David M. Pozar.Microstrip Antennas :
The Analysis and Design of Microstrip
Antennas and Arrays. IEEE Press,
1995.
5. Frey, Jeffrey and Bhasin, Kul B.
Microwave Integrated Circuits.
Artech House, Inc. Norwood Mass.
1985.
6. Huang, Yi and Boyle, Kevin. Antennas :
From Theory to Practice. John Wiley &
Son, Inc, United Kingdom, 2008.
7. Jasic, Henry and Johnson, Richard C.
Antenna Engineering Handbook.
Second Edition, Mc Graw Hill, New
York, 1984.
8. Johnson, Richard C. Designer Notes for
Microwave Antennas. Artech House,
Inc. Norwood Mass, 1991

11 Volume 9, Nomor 1 , Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai