Anda di halaman 1dari 29

0

1. Jenis-jenis kayu serta fungsinya dalam konstruksi :

- Menurut keawetannya
Keawetan kayu dan klasifikasinya didasarkan atas percobaan-percobaan tanpa diadakan
pengawetan terlebih dahulu. Percobaan/penelitian tersebut meliputi :
 Lamanya kayu bertahan sebagai tonggak yang ditanam ditanah dan dibiarkan kena
hujan dan panas (pengaruh alamiah).
 Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak
berhubungan dengan tanah basah.
 Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tertutup atap.
 Kayu ditempatkan ditempat yang terlindung dan dipelihara. Selain itu diselidiki pula
daya tahan kayu terhadap serangan rayap dan serangga.
 Kayu termakan oleh rayap.
 Kayu termakan oleh beberapa macam serangga seperti kumbang dan bubuk kayu.

Tabel kelas awet kayu

Kelas Awet
Kondisi Lingkungan
I II III IV V
Terpapar cuaca, tetapi dijaga Sangat Sangat
tetap kering dan mendapat 8 tahun 5 tahun 3 tahun
singkat singkat
ventilasi
Selalu bersentuhan dengan Sangat
20 tahun 15 tahun 10 tahun <10 tahun
tanah singkat
Di bawah atap, tidak Tanpa batas Tanpa batas Beberapa
bersentuhan dengan tanah dan Sangat lama Singkat
waktu waktu tahun
mendapat ventilasi
Seperti di atas, tetapi dengan Tanpa batas Tanpa batas Tanpa batas
pemeliharaan yang baik dan 20 tahun 20 tahun
waktu waktu waktu
dicat secara berkala
Sangat Sangat
Diserang rayap dari tanah Tidak Jarang Cepat
cepat cepat

Ham pir tidak Tidak Sangat


Bubuk kayu Tidak Tidak
pernah signifikan cepat

Sumber DENBERGER (1923)

1
- Menurut tingkat kekuatan kayu
Faktor-faktor yang turut menentukan kekuatan kayu antara lain :
 Bekerjanya gaya terhadap arah serat kayu, kekuatan tarik dan tekan pada arah aksial
jauh lebih besar daripada arah radial
 Keadaan air
 Berat jenis
Tabel Klasifikasi kekuatan kayu
Keteguhan lentur Keteguhan tekan
Kelas Berat Jenis maksimum maksimum
(kg/cm2) (kg/cm2)

I >0,90 > 1100 > 650


II 0,60-0,90 725-1100 435-650
III 0,40-0,60 500-725 300-425
IV 0,30-0,40 360-500 215-300
V <0,30 <300 <215

Sumber DENBERGER (1923)

- Menurut tingkat pemakaian kayu


Untuk tujuan-tujuan tertentu kayu dapat dibagi atas 5 tingkat pemakaian yaitu ;
 Tingkat 1, untuk konstruksi-konstruksi berat yang dibangun diluar (tidak terlindung)
dan terkena tanah lembab. Jenis kayunya antara lain kayu jati, johar, sonokeling,
belian dan sebagainya.
 Tingkat 2, untuk konstruksi-konstruksi berat tidak terlindung dan tidak kena tanah
lembab. Jenis kayunya antara lain kayu rasamala, merawan, walikukun dan
sebagainya.
 Tingkat 3, untuk konstruksi-konstruksi berat terlindung. Jenis kayunya antara lain
kayu kamper, keruwing, mahoni, jamuju dan sebagainya.
 Tingkat 4, untuk konstruksi-konstruksi ringan terlindung (didalam rumah). Jenis
kayunya antara lain kayu meranti, suren, durian dan sebagainya.
 Tingkat 5, untuk konstruksi-konstruksi ringan yang bersifat sementara.

2
Macam-macam kayu yang banyak dikenal dan diperdagangkan
sebagai bahan bangunan antara lain :
 Kayu jati (jati kembang, jati doreng, jati minyak dan jati kapur)
 Kayu sonokeling
 Kayu belian
 Kayu johar
 Kayu arang
 Kayu merbau
 Kayu rasamala
 Kayu merawan
 Kayu kamper
 Kayu puspa
 Kayu keruwing
 Kayu mahoni
 Kayu suren
 Kayu durian
 Kayu jeungjing
 Kayu pulai

3
4
5
2. Langkah-langkah/urutan perhitungan konstruksi kuda-kuda :

A. Persiapan
1) Menyiapkan gambar konstruksi kuda-kuda beserta ukurannya
2) Referensi praturan yang akan digunakan dalam melakukan perhitungan
3) Menentukan penempatan pembebanan ( beban mati, hidup dan beban angin)
4) Menemtukan alat sambung yang digunakan
5) Perhitungan batang panjang

B. Perencanaan gording
1) Perhitungan momen akibat beban
2) Kontrol kekuatan gording terhadap tegangan
3) Kontrol kekuatan gording terhadap lendutan
4) Kontrol Tegangan geser

C. Perhitungan Pembebanan kuda-kuda dan perhitungan gaya batang


1) Muatan tetap ( berat sendiri, berat plafond + penggantung, penutup atap +
berat gording.
2) Muatan Angin ( angin hisap dan angin tekan)
3) Muatan hidup ( muatan terpusat dan muatan air hujan)
4) Perlimpahan muatan pada titik buhul
- Perlimpahan muatan mati dan muatan hidup( pembebanan tetap)
a. Untuk titik buhul bagian atas
b. Untuk titik buhul bagian bawah
- Perlimpahan muatan angin
a. Angin tekan
b. Angin hisap

6
D. Pendimensian Profil kuda-kuda
1) Perhitungan batang kaki kuda-kuda
2) Perhitungan pendimensian ( Balok bint, balok kaki kuda-kuda, batang
vertikal, batang diagonal).

E. Perhitungan baut pada titik buhul


1) Kekuatan baut
2) Penentuan diameter baut
- Batang kaki kuda-kuda
- Batang horizontal
- Batang vertikal
- Batang diagonal
3) Perhitungan kekuatan baut
4) Perhitungan jumlah baut pada setiap titik buhul
- Titik buhul
a. Perencanaan angker

F. Zetting
1) Tinjauan zetting ( perhitungan zetting).

G. Perencanaan sambungan
1) Perhitungan sambungan pada batang horizontal
2) Perhitungan sambungan pada batang kaki kuda-kuda
3) Perhitungan sambungan pada titik buhul

H. Kubikasi kayu
1) Perhitungan Volume total kayu

7
3. Rumus- rumus yang berkaitan dengan rangka kuda-kuda yang saya ketahui :

Rumus Kemiringan kuda-kuda

Tinggi kuda-kuda = (1/2 bentang kuda-kuda x (tan α)

Beban terpusat bidang momen :M = ¼ PL


Lendutan :f = PL3/ 48 EI
Beban terbagi rata bidang momen : 1/8 = ¼ qL2
Lendutan :f = 5qL4/ 348 EI

Kontrol kekuatan gording terhadap lendutan


Menurut PKKI - 1961, ledutan pada kontruks kuda-kuda seperti gording, kasau, dan
1
sebagainya : fmaks ≤ L
200

Lendutan yang timbul terhadap sumbu x-x


fx = fx beban mati + fx beban hidup + fx beban angin

Lendutan yang timbul terhadap sumbu y-y


fy = fy beban mati + fy beban hidup + fy beban angin

Total lendutan gording :


fytb = √(fx)2 + (fy)2

Batang Tarik
Dihitungkan perlemahan akibat lubang untuk alat penyambung
Maka, F net = 0,8.F.Br
P
σytb = ≤ σtk // …………. (PKKI - 1961)
F net

Batang Tekan
Dihitungkan panjang tekuk (LK)
Di dalam suatu konstruksi, tiap-tiap batang bertekan harus mempunyai angka
kelangsingan λ ≤ 150, dimana :
LK
λ = 𝐢 min
untuk menhindarkan bahaya tekuk, gaya yang ditahan oleh batang tersebut harus
digunakan dengan faktor tekuk ω, sehinggga :
𝑃ω
σytb = 𝐹 𝑏𝑟 ≤ σtk // ……. (PKKI - 1961)

8
Zetting (penurunan) yang terjadi pada konstruksi kuda-kuda akibat pembebanan dapat
dihitung dengan rumus :
S.L.U
fs 
F .E
Dimana :
fs = Penurunan yang terjadi (cm)
S = Gaya batang akibat beban luar (kg)
L = Panjang masing-masing batang (cm)
U = Gaya akibat beban 1 satuan
F = Luas penampang profil (cm2)
E = Modulus elastisitas kayu (kelas kuat I : 125.000 kg/cm 2)

Penurunan maksimum yang diizinkan dihitung dengan rumus :


1
f max  L ……..(PPBBI, 1983)
300
Dimana : L = panjang bentang kuda-kuda

Rumus penentuan diameter baut :


𝑏+𝑡
e1 = dimana : b = lebar profil
2
e2 = b – e1 t = tebal profil
e2 = ≥ 1,5 d d = diameter baut
e2 = ≤ 3,5 d e1 = bidang x

rumus menentukan berat kuda-kuda


q = (L-2) s/d (L+5)kg/m2
L = panjang batang kuda-kuda

9
4. Soal B

Jenis Kayu B = Kls. I mutu B


Jenis Atap B = Seng
Sambungan Y = Paku
Detail =B

 Perhitungan Panjang Batang ;


Menentukan panjang batang.

AC = AD + DE + EC BA = 1,5 m
= 1 +1 +1 AD = 1 m = DE = EC
=3m

BC = √ (BA)2 + (AC)2
= √ (1,5)2 + (3)2
= 3,35 m

AB .(AD +DE)
FD =
𝐴𝐶
1,5 .(1 +1)
=
3
= 1,17 m

AB . (EC)
GE =
𝐴𝐶

10
1,5 . (1)
=
3
= 0.5 m

BF = √ (BA-FD)2 + (AD)2
= √ (1,5-1,17)2 + (1)2
= 1.118 m

FG = √ (FD-GE)2 + (DE)2
= √ (1,17-0,5)2 + (1)2
= 1.292 m

GC = √ (GE)2 + (EC)2
= √ (0,5)2 + (1)2
= 1.118 m

AF = √ (AD)2 + (FD)2
= √ (1)2 + (1,17)2
= 1.539 m
DG = √ (DE)2 + (GE)2
= √ (1)2 + (0,5)2
= 1.118m
Panjang Batang :
a1 = 1,118 m b1 = 1,5 m c1 = 1 m
a2 = 1,292 m b2 = 1,539 m c2 = 1 m
a3 = 1,118 m b3 = 1,170 m c3 = 1 m
b4 = 1,118 m
b5 = 0,5 m

 Perhitungan Gording.
a1 1,118
Jarak gording = = = 0,373 m
3 3

Jarak kap =3m


Berat atap seng = 10 kg/m2
Ukuran Gording = ( 8 x 12) cm
𝐵𝐴
Kemiringan Atap = Tg ∝ =
𝐴𝐶

11
1,5
= 3

= 0,5
∝ = 26,6°
Kayu kls. I mutu B :
σlt = 102 . 5/4 = 127 kg/cm2
Karena konstruksi yang dibuat adalah untuk bagian yang tegangannya di akibatkan
oleh muatan tetap dan muatan angin maka tegangan digandakan dengan faktor 5/4”

 Perhitungan Beban
a. Berat sendiri gording
Berat sendiri gording = b x h x 900 = 0,08 x 0,12 x 900 = 8,64
Berat atap samping = berat atap x jarak gording
= 10 x 0,373
= 3,73 kg/m
q = berat atap + berat atap samping
= 8,64 + 3,73
= 12,3668 kg/m
qx1 = q. sin ∝ = 12,3668 . sin 26,6 = 5,537 kg/m
qy1 = q. cos ∝ = 12,3668 . cos 26,6 = 11,058 kg/m
Besar Momen yang terjadi adalah :
Mx1 = 1/8 (qy1). L2 = 1/8 (11,058). 32 = 12,440 kg/m
My1 = 1/8 (qx1). L2 = 1/8 (5,537). 32 = 6,229 kg/m

b. Beban tak terduga


P = 100 kg
Px = P sin ∝ = 100 sin 26,6 = 44,776 kg
Py = P cos ∝ = 100 cos 26,6= 89,415 kg

Akibat momen terpusat P, maka timbul momen sebesar :


Mx2 = 1/4 (Py). L = 1/4 (89,415). 3 = 33,582 kg/m
My2 = 1/4 (Px). L = 1/4 (44,776). 3 = 67,061 kg/m

12
c. Desakan angin
Desakan angin (𝜔) = 40 kg/m2
C1 = (0,002. ∝) – 0,4 = 0,132 (angin tekan)
C2 = - 0,4 (angin isap)

Sehingga besarnya beban angin yang terjadi adalah :


W tekan = C1 . w = 0,132 . 40 = 5,28
W isap = C2 . w = - 0,4 . 40 = -16
q angin tekan = W tekan x jarak gording
= 5,28 x 0,373
= 1,968
q angin isap = W isap x jarak gording
= -16x 0,373
= -5,963

Beban yang bekerja tegak lurus terhadap bidang atap, dengan demikian momen
yang bekerja(terjadi) hanya pada daerah (x) maka diperoleh :
Mx3 = 1/8 . q angin tekan . L2
= 1/8 . 1,968. 32
= 2,21 kg/m
My3 =0

 Kombinasi Pembebanan
a. Beban sendiri + Beban tak terduga
Mx = Mx1 + Mx2
= 12,440 + 33,582
= 46,022 kg/m
My = My1 + My2
= 6,229 + 67,061
= 73,290 kg/m
b. Beban sendiri + Beban angin
Mx = Mx1 + Mx3

13
= 12,440 + 2,21
= 14,654 kg/m
My = My1 + My3
= 6,229 + 0
= 6,229 kg/m

Perhitungan Inersia penampang gording

Ix = 1/12 . b. h3 = 1152,000 kg/cm


Iy = 1/12 . b3. h = 512,000 kg/cm
wx = 1/6 . b. h2 = 192,000 kg/cm
wy = 1/6 . b2. h = 128,000 kg/cm

Kontrol Tegangan
σlt = 127 kg/cm2
Σ 𝑀𝑥 Σ 𝑀𝑦
σyt = + ≤ σlt
𝑊𝑥 𝑊𝑦
14,654 6,229
= 192,000 + 128,000 ≤ 127

= 81,228 ≤ 127 kg/cm2 (Aman)

 Kontrol Lendutan
Kayu kelas I mutu B (PPKI)]

𝜀 = 100.000 kg/cm2
1
Fijin = 300 x 300 = 1 cm
5 . 𝑞𝑥 . 𝐿4 𝑃𝑥 . 𝐿3
Fx = 384 . +
𝜀. 𝐼𝑦 48 . 𝜀 . 𝐼𝑦

5 . 0,05537. 3004 44,776 . 3003


= 384 . +
100.000 . 512,000 48 . 100.000 . 512,000

= 0,61

14
5 . 0,11058 . 3004 89,415 . 3003
Fy = 384 .100.000 . +
1152,000 48 . 100.000 . 1152,000

= 0,54
Dengan demikian, besarnya lendutan gording yang terjadi akibat beban yang ada
adalah :
Fyt = √(𝐹𝑥)2 + (𝐹𝑦)2

= √(0,61)2 + (0,54)2
= 0,81
Kontrol :
Fyt < Fijin
0,81 < 1 (Aman)

 Perhitungan Kuda-kuda
a. Berat sendiri kuda-kuda (P1)
Rumus Pendekatan P = (L + 2 s/d 5)
F = Panjang batang x jarak kuda-kuda
=3x3
=9
P = (AC+2) . F
= (3+2) . 9
= 45

Gaya yang timbul pada tiap titik buhul


𝑃 45
. = = 15 kg
𝑛−1 4−1

b. Berat atap (P2)

P2 = berat atap x jarak gording x jarak kap

= 0,3727 x 10 x 3

= 11,180 kg

15
c. Berat gording

P3 = b. h. jarak kap . 0,9 . 1000

= 0,08 . 0,12 . 3. 0,9 . 1000

= 25,92

 Pembebanan masing-masing titik buhul


a. Beban tengah (yaitu pada titik buhul F dan G)

P = P1 + P2+ P3

= 15+11,180 +25,92

= 52,100 kg

b. Beban Tepi (yaitu pada titik buhul B dan C)

P = ½ P1 + ½ P2 + ½ P3

= ½ 15 + ½ 11,180 + ½ 25,92

= 26,050 kg

16
Beban mati
RBV = (½ P1 + ½ P2 + ½ P3) 2 + (P1 + P2+ P3) 2
= (½15 + ½ 11,180 + ½ 25,92) 2 + (15 + 11,180 + 25,92) 2
= 156,301 kg

{(½ P1 + ½ P2 + ½ P3)2 + (P1 + P2+ P3)2} x (AC/2)


RBH = 𝐵𝐴
−{(½ 15 + ½ 11,180 + ½ 25,92)2 + (15+11,180 +25,92)2} x (3/2)
=
1,5

= -78,151 kg

Beban tak terduga


RBV = 100 x 4
= 400 kg
{ (100 .4) x (AC/2)
RBH = 𝐵𝐴
{ (100 .4) x (3/2)
= 1,5

= 150 kg

17
−{ (100 .4) x (AC/2)
RAH = 𝐵𝐴
−{ (100 .4) x (3/2)
= 1,5

= -150 kg

Akibat beban angin

Wtekan = koef. Angin tekan x W x jarak titik buhul x jarak kuda-kuda.


= 0,132 x 40 x 0,373 x 3.
= 5,90 kg
Rw tekan = Wtekan x 3
= 5,90 x 3
= 17,71 kg
Rw1h = Rwtekan sin ∝
= 17,71 sin 26,6
= 7,93 kg
Rw1v = Rwtekan cos ∝
= 17,71 cos 26,6
= 15,84 kg
RBV = Rw1v
= 15,84 kg
AB Ac
{(Rw1h .( )) + (Rw1v .( ))
2 2
RBH = 𝐴𝐶(−1)

18
1,5 3
{(7,93 .( )) + (15,84 .( ))
2 2
= 3(−1)

= 5,94 kg
RAH = RBH + Rw1h
= 5,94 + 7,93
= 13,87 kg

19
CREMONA BEBAN HIDUP

20
CREMONA BEBAN MATI

21
CREMONA BEBAN ANGIN

22
PERHITUNGAN DIMENSI BATANG

1. Untuk batang a1,a2,a3(tarik)


Batang tunggal dimana :
Pmax = 585 kg
.𝜎 tk// 𝜎 tr = 130. 5/4 . a1
= 130. 5/4 . 1,118
= 181,675 kg
Balok yang ditaksir 6/12
Fkayu = 2. b.h = 144 cm2
𝑃𝑚𝑎𝑥 585
Fnetto = = 181,675 = 3,22 cm2
𝜎tr

Fbruto = 1,25 x Fnetto


= 1,25 x 3,22
= 4,025
𝑃𝑚𝑎𝑥 585
. 𝜎 ytd = = 144 = 4,06 kg/cm2
𝐹 kayu

Kontrol :
Fkayu > Fbruto = 144 > 4,025
. 𝜎 ytd < 𝜎 tr// = 4,06 < 181,675 (aman)

2. Untuk batang c1, c2, c3 (tunggal)


Pmax = 1198 kg
Panjang batang = 3 m = 300 cm
Balok taksiran = 6/12
Fkayu = 2. b.h = 144 cm2
𝑃𝑚𝑎𝑥 1198
Fnetto = = 181,675 = 6,594 cm2
𝜎tr

Fbruto = 1,25 x Fnetto


= 1,25 x 6,594
= 8,243
𝑃𝑚𝑎𝑥 1198
. 𝜎 ytd = = = 8,32 kg/cm2
𝐹 kayu 144

23
Momen Inersia :
Imin = 1/12. b3. h = 1/12. 63. 12 = 216
√𝐼 𝑚𝑖𝑛 √216
Imin = 𝐹 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 = = 5,12
8,243

Angka Kelangsingan :
𝐿𝐾 300
.𝜆tk = 𝐼 𝑚𝑖𝑛 = 5,12 = 58,604 ≈ w = 3,97

Tegangan tekuk yang di izinkan : 82 kg/cm2

Kontrol :
. 𝜎 ytd < 𝜎 tk = 58,604 < 181,675 kg/cm2
. 𝜎 ytd < 𝜎 tekuk yang di izinkan = 58,604 < 82 kg/cm2 (aman)

3. Untuk batang b2 dan b4


Batang diagonal (ganda) tarik
Pmax = 375 kg
Balok yang ditaksir 8/12
Fkayu = 2. b.h = 192 cm2
𝑃𝑚𝑎𝑥 375
Fnetto = = 181,675 = 2,064 cm2
𝜎tr

Fbruto = 1,25 x Fnetto


= 1,25 x 2,064
= 2,58 cm2
𝑃𝑚𝑎𝑥 375
. 𝜎 ytd = = = 1,953 kg/cm2
𝐹 kayu 192

Kontrol :
Fkayu > Fbruto = 2,58 > 192 (aman)
. 𝜎 ytd < 𝜎 tk // = 1,953 < 181,675 (aman)

24
4. Untuk batang b3 dan b5
Batang vertikal (ganda) tarik
Pmax = 540 kg
Panjang Batang b3 dan b5 = 1,170 m
Panjang tekuk = 1,170 x 100 = 117 cm
. 𝜎 tk = 130. 5/4. 1,170
= 190,125 kg
Balok taksiran 8/12
Fbruto = 2. b.h = 192 cm2

Momen Insersia sumbu X :


Ix = 2 (1/12. b. h3) = 2 (1/12. 8. 123) = 2304 cm4
Iq = 2 (1/12. b3. h) = 2 (1/12. 83. 12) = 1024 cm4
𝑏+ℎ
Itot = 2 (1/12. b3. h) + Fbruto ( ). 2
2
8+12
= 2 (1/12. 83. 12) + 192 ( ). 2
2

= 4864 cm4

Momen Inersia sumbu Y :


Iy = ¼ (Itot + 3. Iq)
= ¼ (4864 + 3(1024))
= 1984 cm4
Jari – jari Inersia lembam :
𝐼𝑞 1024
Imin = 𝐹 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 = = 5,333 cm
192

Angka Kelangsingan :
𝐿𝐾 117
.𝜆tk = 𝐼 𝑚𝑖𝑛 = 5,333 = 21,9375 ≈ w = 3,9
𝑃 .𝑊 540 . 1,20
𝜎 ytd = = = 3,38 kg/cm2
𝐹 bruto 192

25
Kontrol :
. 𝜎 ytd < 𝜎 tk // = 3,38 < 190,125 kg (aman)
. 𝜎 ytd < 𝜎 tekuk yang di izinkan = 3,38 < 108 kg/cm2 (aman)

PERHITUNGAN SAMBUNGAN

A. Sambungan Paku
1. Sambungan antara batang a2, a3, dan b5 di titik G.

antara a2 dan a3 di titik G


Sambungan tampang dua, golongan I, α = 60o
 Untuk perhitungan paku, gunakan :
db = 0,6
Pmax = 585 kg
. 𝜎 tk = 150 kg/cm2
Daftar :
a. Digunakan paku 4 ½ BWG 6
b. Panjang paku : 11,4 cm
c. Diameter paku : 0,52 cm

26
S = 3,5 . d2 . 𝜎 tk
= 3,5 . (0,52)2 . (150)
= 141,96
Sn = 1,25 . S
= 1,25 x 141,96
= 117,45
Jumlah paku yang di gunakan (n) =
𝑃𝑚𝑎𝑥 585
= 177,45 = 3,2967 ≈ 4 Buah
𝑆𝑛

 Untuk perhitungan paku b4, gunakan :


db = 0,6
Pmax = 365 kg
. 𝜎 tk = 150 kg/cm2
Daftar :
d. Digunakan paku 4 ½ BWG 6
e. Panjang paku : 11,4 cm
f. Diameter paku : 0,52 cm

S = 3,5 . d2 . 𝜎 tk
= 3,5 . (0,52)2 . (150)
= 141,96
Sn = 1,25 . S
= 1,25 x 141,96
= 117,45
Jumlah paku yang di gunakan (n) =
𝑃𝑚𝑎𝑥 365
= 177,45 = 2,06 ≈ 2 Buah
𝑆𝑛

Total paku yang di butuhkan untuk detail B yaitu 6 buah

27
28

Anda mungkin juga menyukai