Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pengampu : Subandiyo, S.Pd. S.Kep. Ns.

DISUSUN OLEH
1. Sofi Tri Maharani R
(P1337420217088)
2. Putri Bela Rosa Inas
(P1337420217109)

2C

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
Laporan Pendahuluan Tuberkulosis
A. DEFINISI
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Irman Somantri, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui
udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan
ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas
(Widoyono, 2008)
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit penyakit infeksius yang
menyerang paru-paru secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat
menular dari penderita kepada orang lain (Santa dkk, 2009)
B. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sifat kuman:
1. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol)
disebut bakteri tahan asam (BTA).
2. Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
3. Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
4. Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag karena makrofag banyak mengandung lipid.
5. Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. (Nixson Manurung, 2016)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria Tuberculosis yaitu tipe Human dan
tipe Bovin. Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin & Hardhi, 2015)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick Davey dalam Amin & Hardhi, 2015)
Agen infeksius utama, mycobacterium culosis adalah batang aerobik tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet. (Andra & Yessie, 2013)
Mary DiGiulio, dkk (2014) menjelaskan tentang etiologi tuberkulosis adalah
sebagai berikut:
Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi disebabkan
oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberkulosis. Seorang yang
terkena infeksi dapat menyebarkan partikel kecil malalui batuk, bersin, atau
berbicara. Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi meningkatkan
kesempatan untuk transmisi. Begitu terhisap, organisme secara khas diam di
dalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainnya. Organisme
mempunyai kapsul sebelah luar.
TB primer terjadi ketika pasien pada awalanya terkena infeksi
mycobacterium. Setelah dihirup ke dalam paru-paru, organisme penyebab
suatu reaksi dilokalisir. Ketika makrofag dan T-Lymphocytes berusaha
mengisolasikan dan memusnahkan mycobacterium di dalam paru-paru,
kerusakan juga disebabkan jaringan paru-paru. Luka granulomatous yang
berkembang berisi mycobacterium, makrofag, dan sel lain. Perubahan necrotic
terjadi di dalam luka ini. Granuloma berkembang sepanjang getah bening
sepanjang waktu yang sama. Area ini menciptakan kompleks Ghon yang
merupakan kombinasi dari area yang pada awalnya terkena infeksi basil yang
naik di udara yang disebut fokus Ghon dan luka geta bening. Mayoritas orang
dengan infeksi baru dan sistem imun yang baik akan menderita infeksi laten.
Penyakit tidak aktif pada kondisi seperti ini dan tidak akan ditularkan. Pada
pasien dengan respon inum kurang baik, tuberkulosis akan progresif, kerusakan
jaringan paru-paru terus berlangsung, dan area lain paru-paru juga akan
terkena.
Pada TB sekunder, penyakit diaktifkan pada tahap kemudian. Pasien
mungkin terinfeksi kembali dari air liur, atau dari luka utama sebelumnya.
Karena pasien telah sebelumnya terinfeksi TB, respon imun akan dengan cepat
membatasi infeksi. Area berongga ini terjadi ketika seseorang kontak dengan
seseorang yang dicurigai atau dinyatakan menderita TB. Pasien ini tidak
mempunyai tes kulit positif, gejala atau tanda penyakit, atau perubahan-
perubahan sinar x pada dada. Mereka bisa jadi atau bisa juga tidak mengidap
tuberculin positif, namun tidak ada gejala penyakit. Rontgen dada mungkin
menunjukkan granuloma atau klasifikasi
C. PATOFISIOLOGI
Andra dan Yessie (2013) menjelaskan tentang patofisiologi dari penyakit TB
adalah sebagai berikut:
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhilasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau
dibagian atas lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-
hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan
jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis
bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi dan sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain
dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.
Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dengan menjadi tempat peradagan
aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai
aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke
dalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh.
D. GAMBARAN KLINIK
1. Menurut Mary DiGiulio, dkk (2014) tanda dan gejala dari tuberkulosis
yaitu:
a. Berat badan turun dan anoreksia
b. Berkeringat dingin
c. Demam, mungkin golongan yang rendah karena infeksi
d. Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, bercak darah
e. Napas pendek karena perubahan paru-paru
f. Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu
2. Soedarto (2013) menjelaskan bahwa gejala klinis yang terjadi tergantung
pada jenis organ yang terinfeksi kuman ini. Infeksi paru-paru
(tuberkulosis paru) akan menimbulkan gejala batuk-batuk kronis yang
berdahak kadang-kadang berdarah (hemoptisis). Meskipun demikian
sering penderita tidak menunjukkan gejala klinis atau keluhan yang nyata
selama bertahun-tahun (asimtomatis).
Gejala umum TBC adalah anoreksia dan penurunan berat badan, tubuh
terasa lelah dan lesu, demam dan sering kedinginan. Pada TBC kulit,
kelainan berupa ulkus atau papul yang berkembang menjadi pustula yang
berawarna gelap
E. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Biodata
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,
tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996)
b. Keluhan Utama
1) Keluhan Respiratorik, meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri
dada.
2) Keluhan sistemis, meliputi demam, hilang timbul, dan keluahn
sistemis lainnya seperti anoreksia, penurunan BB, malaise, dan
keringat malam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat Penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita TB Paru, keluhan batuk lama
pada masa kecil, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang
memperberat TB seperti diabetes mellitus.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tapi hal ini perlu
ditanyakan sebagai factor predisposisi penularan di dalam rumah
f. Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
Klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh
secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak,
denyut nadi meningkat, hipertensi.
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
a. Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Adanya penurunan proporsi
diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi
diameter lateral. Gerakan pernapasan tidak simetris, sehingga terlihat
pada sisi sakit pergerakan dadanya tertinggal. Batuk dan sputum.
b. Palpasi : palpasi trachea dan gerakan dinding thoraks anterior /
ekskrusi pernapasan.
c. Perkusi : terdapat bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
d. Auskultasi : terdapat bunyi tambahan ronkhi.
B2 (Blood)
a. Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan
fisik.
b. Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
c. Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran.
d. Auskultasi : TD normal, tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis.
B4 (Bladder)
Dibiasakan dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjBal masih normal sebagai ekskresi karena minum
OAT.
B5 (Bowel)
Biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, penurunan BB.
B6 (Bone)
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan dan ini tergantung pada tipe keterlibatan dan
kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT, apakah sama baiknya
dengan respon dari klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali
yang terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat
terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
b. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya
kerusakan paru.
c. Radiologis TB Paru Milier
d. Pemeriksaan Laboratorium
e. Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk
isolasi Mycobacterium Tuberculosis berupa :
1) Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.
2) Urine. Urine pertama di pagi hari
3) Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien
tidak dapat mengeluarkan sputum.
4) Bahan-bahan lain, misalnya pus.

F. PATHWAY
G.

ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : - klien mengeluh Produksi sputum Bersihan jalan nafas
batuk berlendir yang kental tidak efektif
- klien mengeluh
sesak nafas
DO : - TTV
TD : 130/80
mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
- auskultasi paru
ronchi +/ +
- sputum kental

2. DS : - klien mengeluh Produksi sputum Ketidakseimbangan


mengalami yang kental nutrisi kurang dari
penurunan nafsu kebutuhan tubuh
makan
- klien mengeluh
mengalami
penurunan berat
badan
DO : - BB
sebelum sakit : 46
kg, BB sesudah
sakit : 40 kg

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sputum yang kental
2. Ketidakseimbangan nutrisi kuang dari kebutuhan tubuh b.d produksi
sputum yang kental

3. INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA
N
1. Bersihan jalan Bersihan jalan 1. Kaji fungsi 1. Penurunan
nafas tidak nafas kembali pernafasan fungsi nafas
efektif b.d efektif setelah seperti bunyi, dapat
produksi sputum diberikan kecepatan dan menunjukkan
ditandai tindakan irama setiap ketidakmampu
dengan : keperawatan jam 06.00, an untuk
DS : - klien
selama 3 hari 12.00, 18.00 membersihkan
mengel
dengan kriteria setiap hari jalan nafas
uh
hasil:
2. Observasi
batuk - batuk 2. Penyimpang
tanda-tanda
berlend berlendir an normal TTV
vital setiap
ir berkurang atau menunjukkan
- klien jam 06.00,
hilang perubahan status
mengel - sekret encer 12.00, 18.00
pasien.
- tanda-tanda
uh setiap hari
vital dalam 3. Posisi
sesak
putus normal membantu
nafas 3. Atur posisi
- ronchi -/-
DO : - TTV ekspansi paru
klien dengan
TD :
dan
posisi semi
130/80mmHg
menurunkan
N : 80 fowler setiap
upaya
x/ mnt kali klien
R : 24 pernafasan.
merasa sesak
x/ mnt
nafa
SB :
4. Memaksimal
36,5oC
kan ventilasi
- auskult
4. Ajarkan dan
asi
teknik nafas meningkatka
paru
dalam dan n gerakan
ronchi
batuk efektif sekret ke
+/ +
- sputum pada dalam jalan
kental pertemuan nafas besar
pertama sebagai
mudah
5. Anjurkan
dikeluarkan
pasien untuk
gunakan
teknik batuk
efektif setiap
ingin batuk

2. Ketidakseimba Menunjukkan 1. Catat nutrisi 1. Berguna


ngan nutrisi peningkatan klien pada dalam
kurang dari nutrisi dengan penerimaan, mendefinisik
kebutuhan b/d kriteria hasil : BB, turgor an derajat
- Peningkatan BB
produksi kulit, adanya masalah dan
- Bebas tanda
sputum dan riwayat mual pilihan
malnutrisi
anoreksia muntah atau intervensi
ditandai tidak yang tepat
dengan :
DS : - klien
mengel
uh
2. Awasi 2. Berguna
mengal
masukan mengukur
ami
makanan dan keefektifan
penuru
cairan. Awasi nutrisi dan
nan
pengeluaran dukungan
nafsu
urine, cairan
makan
keringat
- klien
timbang BB
mengel
3. Memaksima
setiap hari
uh
lkan
mengal 3. Anjurkan
masukan
ami klien makan
nutrisi
penuru dalam porsi
sebagai
nan sedikit tapi
kebutuhan
berat sering
energi
badan dengan
DO : - BB
makanan
sebelum
TKTP
sakit : 46
kg, BB
sesudah
sakit : 40
kg

J. EVALUASI YANG DIHARAPKAN


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah bersihan jalan nafas
tidak efektif pasien teratasi dan pasien dapat bernapasan dengan normal
dan baik.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pasien teratasi dan nutrisi pasien
tercukupi
K. KOMPLIKASI
Nixson Manurung (2016) menjelaskan bahwa penyakit TB paru bila
tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Emplema
d. Laringitis
e. Menjelar ke organ lain seperti usus
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan napas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
b. Kerusakan arenkim berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru dan sindrom gagal napas dewasa
DAFTAR PUSTAKA

Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Doenges, Marylinn E. dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
Farandika, Reiza. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Depok: Vicost
Publishing.
Jazilah, Imrotun. (2016) Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Tuberkulosis
Paru Pada Tn. S di Ruang Teratai RSUD KAJEN. Pekalongan: Stikes
Muhammadiyah Pekajangan
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.
Jakarta: Trans Info Media.
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Ulfa, Nida'ul Maria. (2012). Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai