Pertemuan Ke-15 Kebijaka Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah PDF
Pertemuan Ke-15 Kebijaka Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah PDF
Didukung arah kebijakan tersebut, kinerja sistem Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)
pembayaran, baik nontunai maupun tunai, menunjukkan
peningkatan pada 2017. Sistem pembayaran nontunai Industri sistem pembayaran nontunai ritel berkembang
melalui BI-RTGS, SKNBI, dan BI-SSSS berlangsung pesat di tengah berbagai tantangan yang tidak ringan.
lancar dan andal, dengan transaksi yang meningkat Perkembangan itu tercermin dari pelaku industri dan
dibandingkan dengan kondisi periode sebelumnya. instrumen sistem pembayaran yang terus bertambah.
Kinerja yang meningkat juga terlihat pada transaksi Di tengah perkembangan tersebut, industri sistem
nontunai ritel melalui anjungan tunai mandiri (ATM)/ pembayaran nontunai ritel nasional masih menghadapi
Debit, uang elektronik, dan kartu kredit. Sejalan dengan tantangan karena masih terjadi fragmentasi dengan
hal tersebut, pembayaran tunai mencatat kinerja yang masing-masing penerbit yang memiliki platform
semakin baik, tercermin dari ketersediaan uang rupiah pembayaran sendiri-sendiri dan tertutup bagi penerbit
layak edar dan berkualitas. Uang kartal yang diedarkan lain. Kondisi tersebut kurang kondusif, baik untuk
(UYD) meningkat sejalan dengan perbaikan ekonomi penerbit maupun masyarakat. Di satu sisi, penerbit harus
berbagai kanal/device B
CRED
IT CARD
A A B
menyusun dan mengembangkan standardisasi transaksi, pembayaran (ATM, EDC,
Payment Gateway)
serta mengelola standar tersebut. Standar yang telah EDC Bank B
Skema Harga Sebelum GPN Setelah GPN Skema Harga Sebelum GPN Setelah GPN
Keterangan:
- Sharing infrastruktur: biaya investasi sebagai pengganti atas biaya infrastruktur yang telah
dikeluarkan sesuai dengan kesepakatan antarpenerbit.
4 Merchant discount rate (MDR) adalah tarif yang dikenakan kepada pedagang/
merchant oleh bank, sedangkan terminal usage fee (TUF) adalah biaya yang dikenakan
penerbit kepada penyedia infrastruktur atas penggunaan terminal.
Program elektronifikasi bansos nontunai ditempuh dengan Program elektronifikasi pada tahun 2017 juga didorong
mengubah metode penyaluran bansos menjadi nontunai pada sektor transportasi publik. Dalam kaitan tersebut,
(elektronik) melalui sistem keagenan bank.6 Program Bank Indonesia membangun sinergi dengan program
tersebut dimaksudkan untuk mendukung efektivitas pemerintah untuk meningkatkan efisiensi transaksi di
penyaluran bansos sekaligus untuk memperluas akseptasi sektor transportasi publik. Program ini antara lain
nontunai. Bansos diharapkan dapat disalurkan secara dilakukan dengan mengubah pola transaksi di gerbang
tepat sasaran, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tol dari tunai menjadi nontunai. Bank Indonesia
tepat harga, dan tepat administrasi (6T), sehingga berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan,
lebih efektif dalam mencapai tujuan penyaluran, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
untuk pengentasan kemiskinan. Selain itu, penyaluran serta otoritas jalan tol, menginisiasi program 100%
bansos secara nontunai juga merupakan langkah nontunai di ruas-ruas jalan tol di seluruh Indonesia.
yang berdampak besar terhadap perluasan akseptasi Program tersebut mulai dicanangkan pada 31
nontunai mengingat penerima program bansos dan Oktober 2017 (lihat Boks 9.1 Gerakan Nontunai dan
subsidi cukup besar, yaitu hampir 30 juta keluarga di Elektronifikasi Jalan Tol). Pelaksanaan elektronifikasi
seluruh Indonesia. Dalam kaitan tersebut, Bank Indonesia pembayaran jalan tol diarahkan untuk memberikan
berperan aktif dalam memfasilitasi program penyaluran sejumlah manfaat bagi pengguna. Pembayaran nontunai
bansos nontunai, terutama dalam penyusunan model memangkas durasi transaksi di gerbang tol, dari rata-
bisnis penyaluran bansos nontunai. rata 10 detik menjadi 3 detik sehingga diharapkan
mampu mengurangi antrean. Bagi pengguna,
pembayaran tol secara nontunai lebih praktis, cepat,
5 Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus
2014. Gerakan ini pada prinsipnya bersandar pada dua besaran program, yaitu dan nyaman. Penggunaan transaksi nontunai pada ruas
edukasi masyarakat dan elektronifikasi.
6 Peraturan Presiden No. 63 tahun 2017 tentang Penyaluran Bansos Secara Nontunai.
7 Selain dikontribusi oleh transaksi terkait dengan penggunaan uang elektronik server 9 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No. 19/14/PADG/2017 tentang Ruang Uji Coba
based, data transaksi propriatery channel juga mengandung transaksi-transaksi yang Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial.
bersumber dari transaksi credit transfer non-uang elektronik.
10 Surat Edaran Bank Indonesia No.18/33/DKSP tanggal 2 Desember 2016 tentang
8 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Perubahan Keempat SEBI No.11/10/DASP tanggal 13 April 2009 Perihal
Teknologi Finansial. Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK).
Bank Indonesia juga terus memperkuat kesadaran Kebutuhan uang rupiah meningkat seiring dengan
masyarakat untuk menggunakan layanan transfer dana perekonomian nasional yang terus meningkat. Kondisi
dan penukaran valas yang berizin. Salah satu upaya tersebut perlu didukung oleh ketersediaan uang rupiah
yang ditempuh Bank Indonesia adalah menyesuaikan di seluruh wilayah NKRI. Dalam rangka menjamin
logo KUPVA BB berizin agar masyarakat lebih mudah ketersediaan uang rupiah yang berkualitas dan
mengenali dan membedakan penyelenggara berizin terpercaya, Bank Indonesia menempuh tiga strategi
dengan yang tidak berizin dari Bank Indonesia. utama. Ketiga strategi tersebut mencakup upaya (i)
menjaga kecukupan uang dan memperluas pengedaran
Berbagai langkah kebijakan yang diambil Bank Indonesia uang rupiah tahun emisi (TE) 2016, (ii) meningkatkan
dalam penguatan komitmen APU-PPT tersebut berbuah kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean
pengakuan positif dari assesor internasional. Pada tahun money policy), serta (iii) mencegah dan menanggulangi
2017, Indonesia, sebagai anggota FATF’s Style Regional peredaran uang rupiah palsu termasuk melalui kegiatan
Bodies termasuk Asia Pacific Group on Money Laundering komunikasi publik dan sosialisasi kepada masyarakat.
KPw Malang
Sejalan dengan upaya percepatan pembukaan kas Dalam aspek pengaturan kepada perusahaan jasa
titipan, jangkauan layanan kas Bank Indonesia juga pengolahan uang rupiah, Bank Indonesia juga melibatkan
terus meningkat. Pada tahun 2017, Bank Indonesia peran serta bank dan badan usaha jasa pengamanan
telah membuka 53 kas titipan baru yaitu 16 di wilayah (BUJP) yang melakukan pengolahan uang rupiah. Pada
Sumatera, 10 di wilayah Jawa, 3 di wilayah Bali dan Nusa awalnya, BUJP hanya bergerak pada usaha kawal angkut
Tenggara, 7 di wilayah Kalimantan, serta 17 di wilayah uang dan hanya memiliki izin operasional dari Polri. Saat
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Secara keseluruhan, sampai ini, kegiatan usaha BUJP telah berkembang menjadi jasa
dengan akhir tahun 2017, telah dibuka sebanyak 114 kas pengolahan uang rupiah. Oleh karena itu, Bank Indonesia
titipan. Dengan perkembangan tersebut, layanan kas Bank menerbitkan ketentuan yang mengatur kegiatan dan
Indonesia telah menjangkau 100% atau seluruh 515 kota/ penyelenggaraan jasa pengolahan uang.20
kabupaten di Indonesia atau meningkat dibandingkan
layanan kas 2016 yang mencapai sebesar 82,9% . Ketentuan Bank Indonesia tersebut bertujuan untuk
memastikan proses pengolahan uang rupiah dilakukan
Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerja sama dengan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Bank
perbankan dari kelompok Himbara dan bank daerah dalam Indonesia dan pada saat yang bersamaan juga
pembukaan kas titipan. Dari total keseluruhan kas titipan mendorong berkembangnya industri jasa pengolahan
yang telah dibuka, Bank Indonesia bekerja sama dengan uang rupiah secara sehat dan bertanggung jawab.
3 bank kelompok Himbara telah membuka 51 kas titipan. Jenis kegiatan jasa pengolahan uang rupiah yang
Selain itu, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan diatur, antara lain meliputi (i) distribusi uang rupiah; (ii)
18 bank daerah telah membuka 63 kas titipan. Dari sisi pemrosesan uang rupiah; (iii) penyimpanan uang rupiah
kepesertaan, bank umum sebagai anggota atau peserta di khazanah; dan/atau (iv) pengisian, pengambilan,
penyelenggaraan kas titipan juga mengalami peningkatan. dan/atau pemantauan kecukupan uang pada mesin
Sampai dengan akhir 2017, jumlah bank peserta kas komersial penarikan dan penyetoran uang (antara
titipan mencapai 867 kantor bank, yang terdiri atas 114 lain ATM, cash deposit machine/CDM, dan/atau cash
kantor bank sebagai pengelola kas titipan dan 753 kantor recycling machine/CRM).
bank sebagai bank peserta. Jumlah bank peserta kas titipan
tersebut meningkat signifikan dibandingkan tahun 2016 Dengan berlakunya ketentuan tersebut, maka setiap BUJP
yang tercatat 509 kantor bank (Tabel 9.3). yang akan melakukan kegiatan jasa pengolahan uang
rupiah harus memperoleh izin dari Bank Indonesia. Di
Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan dan samping itu, BUJP juga wajib memperoleh persetujuan
pengembangan model bisnis kas titipan dan memberikan dari Bank Indonesia untuk membuka kantor cabang.
bantuan keuangan untuk start-up. Penyempurnaan dan Sampai dengan akhir tahun 2017, Bank Indonesia telah
pengembangan model bisnis kas titipan dilakukan dengan mengeluarkan izin kepada 26 BUJP yang melakukan
meningkatkan service level agreement (SLA) kas titipan kegiatan pengolahan uang di wilayah Indonesia.
melalui perluasan layanan bank pengelola dan bank
peserta kas titipan berupa kegiatan penukaran maupun
kas keliling di wilayah masing-masing. Sementara itu, Pilar Ketiga: Layanan Kas yang Prima
bantuan keuangan dilakukan untuk membantu biaya
yang dikeluarkan oleh bank pengelola kas titipan Pada pilar ketiga, Bank Indonesia terus meningkatkan
melalui mekanisme sharing biaya terkait pembukaan dan layanan kas kepada masyarakat. Kegiatan layanan kas
pengelolaan kas titipan. Biaya tersebut dipergunakan tersebut berupa penukaran di kantor Bank Indonesia
19 Kas titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia yang 20 Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/15/PBI/2016 tentang Penyelenggara Jasa
dititipkan kepada salah satu bank (bank pengelola) untuk mencukupi persediaan kas Pengolahan Uang Rupiah pada tanggal 24 Agustus 2016 (PBI PJPUR) dan ketentuan
bank-bank (bank peserta) dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu pelaksanaannya Surat Edaran Nomor 18/25/DPU tanggal 2 November 2016 perihal
wilayah/daerah tertentu. Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah.
Jumlah Kas
No. Bank Pengelola Lokasi dan Jumlah Bank Peserta
Titipan
91 kantor bank peserta, terdiri atas:
1 Bank Mandiri 11 Rantau Prapat (13), Tanjung Pinang (12), Tanjung Pandan (9), Singaraja (8), Sorong (12), Gorontalo
(15), Timika (8), Biak (4), Toli-Toli (3), Tahuna (3), Langkat (4).
137 kantor bank peserta, terdiri atas:
Gunung Sitoli (4), Muara Bungo (17), Padang Sidempuan (11), Sungai Penuh (5), Balige (3),
2 Bank Negara Indonesia 21 Tanjung Balai Karimun (8), Tebing Tinggi (8), Bukittinggi (4), Rengat (5), Pamekasan (2), Kebumen
(6), Cilacap (12), Luwuk (7), Baubau (7), Tobelo (2), Parigi Moutong (5), Bitung (7), Meulaboh (6),
Kuala Tungkal (8), Sumenep (7), Sorong Selatan (3).
142 kantor bank peserta, terdiri atas:
3 Bank Rakyat Indonesia 19 Lubuk Linggau (11), Dumai (14), Blangpidie (7), Kotabumi (3), Liwa (5), Baturaja (12), Manna (3),
Kabanjahe (8), Takengon (4), Kudus (16), Pekalongan (22), Tual (3), Kolaka (6), Poso (5), Serui (4),
Muna (3), Waingapu (2), Sampit (6), Kisaran (8).
4 Bank Aceh Syariah 1 Subulussalam (2).
Bank Indonesia juga menggagas program layanan kas RRH Nominal Transaksi RRH Volume Transaksi (skala kanan)
Transaksi dan penatausahaan surat berharga melalui BI- RRH Nominal Transaksi RRH Volume Transaksi (skala kanan)
Grafik 9.5.
9.5. Perkembangan
Perkembangan Transaksi
Transaksi RRHATM/Debit
ATM/Debit Grafik 9.7.
9.7. Perkembangan
Perkembangan Transaksi
Transaksi RRHKartu
KartuKredit
Kredit
18 17 950
0,85
16
17 900
15
0,80
16 850
14
15 800
0,75
13
14 750
12
0,70
13 11 700
12 10 0,65 650
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
12
2015 2016 2017 2015 2016 2017
RRH Nominal Transaksi RRH Volume Transaksi (skala kanan) RRH Nominal Transaksi RRH Volume Transaksi (skala kanan)
22 Delivery channel dalam bentuk SMS banking, phone banking, mobile banking, dan
internet banking.
100 50
600 25
40
80
30 500
60 20
20
40 10 400
15
20 0
300
-10
0 10
-20 200
-20 -30
100 5
-40 -40
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 0 0
2015 2016 2017 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
SMS / Mobile Banking Internet Banking Currency Outside Bank Cash in Vault
Phone Banking (skala kanan) Perubahan UYD (skala kanan)
semakin menguatnya preferensi masyarakat dalam meningkat. Posisi UYD tertinggi tahun 2017 terjadi
melakukan transaksi online yang didukung oleh semakin pada akhir Ramadhan, sesuai dengan pola musimannya
luasnya akses dan arus inovasi teknologi internet yang mencapai Rp721,4 triliun atau tumbuh 8,5%
(Grafik 9.8). dibandingkan dengan posisi pada periode Ramadhan
tahun 2016 (Grafik 9.10).
9.4. Kinerja Pengelolaan Uang Peran uang kartal sebagai alat transaksi pembayaran
Rupiah dalam kegiatan perekonomian masih cukup tinggi. Hal
itu tercermin pada rasio UYD terhadap PDB yang dalam
Kinerja pengelolaan uang rupiah pada 2017 tercatat beberapa tahun terakhir yang relatif stabil. Tingginya
baik, terlihat dari ketersediaan uang kartal yang peran uang kartal terhadap perekonomian juga terlihat
memadai untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pada rasio UYD terhadap konsumsi rumah tangga.
tunai masyarakat. Bank Indonesia senantiasa menjaga Pada tahun 2017, rasio UYD terhadap konsumsi rumah
ketersediaan uang rupiah layak edar baik secara tangga mencapai 9,1% atau lebih tinggi dibandingkan
nominal maupun jenis pecahan di seluruh wilayah dengan posisi 2016 sebesar 8,7% (Grafik 9.11).
NKRI untuk mendukung aktivitas transaksi masyarakat.
Ketersediaan uang rupiah layak edar dan berkualitas
tersebut tercermin dari peningkatan uang kartal yang
diedarkan (UYD), perluasan distribusi uang, kenaikan Grafik 9.12.
Grafik 9.10. Perkembangan
PerkembanganUYD Harian
UYD Harian
pemusnahan uang yang tidak layak edar, dan
penurunan temuan uang palsu. Triliun rupiah
750
700
600
550
Uang kartal yang diedarkan (UYD) meningkat pada
500
2017 sejalan dengan kenaikan aktivitas ekonomi 450
domestik. Pertumbuhan UYD pada 2017 mencapai 400
13,4% menjadi Rp694,8 triliun. Ditinjau dari 350
Hari Kerja
komponennya, permintaan uang kartal oleh masyarakat 300
1
9
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
105
113
121
129
137
145
153
161
169
177
185
193
201
209
217
225
233
241
7
uang kartal tersebut terdiri atas aliran uang keluar
6 ke perbankan dan masyarakat (outflow) dan aliran
5 uang kartal masuk ke Bank Indonesia (inflow). Selama
4
2017, jumlah outflow mencapai Rp684,9 triliun atau
3
meningkat 12,2% dibandingkan dengan outflow tahun
2
1
2016. Sementara itu, jumlah inflow mencapai Rp603,6
0 triliun atau meningkat 3,3% dibandingkan dengan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
inflow tahun 2016. Dengan perkembangan tersebut,
UYD/PDB Nominal UYD/Konsumsi RT Nominal aliran uang kartal melalui Bank Indonesia pada 2017
tetap mengalami net outflow sebesar Rp81,3 triliun,
Sumber: Bank Indonesia
lebih tinggi dibandingkan dengan net outflow pada
2016 yang mencapai Rp25,8 triliun (Grafik 9.13).
Berdasarkan denominasi, komposisi UYD pada 2017 Kenaikan outflow dan inflow sepanjang 2017 cukup
didominasi oleh pecahan Rp100.000. Pangsa UYD sesuai dengan pola musiman tahun-tahun sebelumnya.
pecahan Rp100.000 terhadap total UYD berada dalam Dinamika outflow dan inflow dipengaruhi oleh faktor
tren meningkat, yakni dari 52,4% pada 2010 menjadi musiman, yakni outflow tinggi pada periode hari raya
65,4% pada 2017 (Grafik 9.12). Hal ini didorong oleh keagamaan dan liburan dan diikuti oleh inflow pada
perilaku perbankan dan masyarakat yang cenderung beberapa bulan berikutnya (Grafik 9.14).
untuk memegang uang rupiah pecahan besar karena
faktor kepraktisan dan efisiensi. Preferensi masyarakat Berdasar aspek penggunaan, sebagian besar aliran
dalam memegang denominasi tertentu juga dipengaruhi uang melalui Bank Indonesia merupakan penarikan dan
oleh semakin mudahnya akses terhadap uang dengan penyetoran perbankan. Pangsa penarikan bank selama
pecahan tertentu, terutama melalui mesin ATM dan 2017 mencapai 82,8% dari total outflow, sedangkan
ATM/debit. penyetoran bank mencapai 91,9% dari total inflow.
Pangsa penarikan dan penyetoran perbankan terhadap
total outflow dan inflow tersebut relatif sama dengan
periode 2016. Selain itu, komponen outflow dan inflow
berasal dari kegiatan kas lain yaitu pemenuhan kas
Grafik 9.15.
Grafik 9.12. Pangsa
PangsaUYD
UYDBerdasarkan Denominasi
Berdasarkan Denominasi Grafik 9.16.
Grafik 9.13. Aliran
AliranUang
UangKartal melalui
Kartal Bank
melalui Indonesia
Bank
Indonesia
Persen Triliun rupiah Persen, yoy
100 1.000 45
90 800 40
80
600 35
70
400 30
60
200 25
50
0 20
40
30 -200 15
20 -400 10
10 -600 5
0 -800 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
100 250
2.000
200
50
150
1.500
0
100
-50 50 1.000
0
-100
-50 500
-150 -100
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 0
2015 2016 2017 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Outflow Inflow
2015 2016 2017
Perubahan Outflow (skala kanan) Perubahan Inflow (skala kanan)
titipan, layanan kas keliling, dan penukaran uang Seiring dengan kebijakan peningkatan kegiatan kas
melalui loket Bank Indonesia serta transaksi lainnya. keliling di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah
terpencil, terluar, dan terdepan (3T), jumlah nominal
Seiring dengan peningkatan jumlah kas titipan, penukaran uang meningkat pada 2017. Jumlah nominal
penarikan uang kartal melalui kas titipan juga naik penukaran uang, baik melalui kas keliling maupun
cukup signifikan. Kondisi tersebut akan mendukung penukaran di kantor Bank Indonesia yang tumbuh
kelancaran transaksi ekonomi masyarakat khususnya di 16,1% menjadi Rp6,1 triliun pada 2017 (Grafik 9.16).
daerah sekitar kas titipan. Sampai akhir 2017, jumlah Pertumbuhan kas keliling sejalan dengan upaya Bank
bank pengelola kas titipan tersebar di 114 lokasi atau Indonesia untuk memperkuat kegiatan distribusi uang
meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 yang dan layanan kas sampai dengan tingkat kecamatan
hanya ada di 62 lokasi. Hal ini menyebabkan jumlah dan desa.
penarikan uang di kas titipan pada 2017 meningkat
signifikan sebesar 72,2% menjadi sebesar Rp117,7 Secara spasial, sebaran wilayah untuk aliran uang kartal
triliun pada 2017 (Grafik 9.15). melalui Bank Indonesia pada 2017 masih didominasi
oleh wilayah Jawa, baik jumlah outflow maupun inflow
(Tabel 9.4). Pangsa tertinggi selanjutnya adalah wilayah
Sumatera, diikuti wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua
(Sulampua). Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah
Grafik 9.18.
Grafik 9.15. Jumlah
Jumlahdan Penarikan
dan Uang
Penarikan Kartal
Uang Kartal Kas
melalui Kas
Titipan Titipan
300.000 20
2000 20
250.000
13
1500 15
200.000
11 9
10
150.000 9
1000 8 10
100.000
500 5
50.000
0 0 0
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jawa masih menjadi pusat ekonomi Indonesia meskipun Bank Indonesia. Selain itu, reformasi distribusi uang dan
sentra-sentra ekonomi daerah di luar pulau Jawa layanan kas juga mempercepat UTLE masuk ke Bank
mulai berkembang. Indonesia untuk selanjutnya digantikan dengan ULE.
S
saldo tertentu, UE juga mudah diperoleh dan tidak
eiring dengan perkembangan teknologi, transaksi melalui prosedur formal sebagaimana halnya pembukaan
nontunai muncul sebagai alternatif metode rekening bank.
pembayaran. Penggunaan transaksi nontunai
secara luas akan mendorong efisiensi ekonomi, baik Penggunaan UE secara luas dalam transaksi jalan
dalam konteks kecepatan, kemudahan, dan keamanan tol berpotensi memberikan banyak manfaat, baik
bertransaksi, maupun dalam konteks penghematan biaya bagi pengguna maupun pihak lain yang terkait. Bagi
pencetakan, distribusi uang, dan pengelolaan kas (cash pengguna, transaksi nontunai akan memberi rasa aman
handling). Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia karena jumlah yang dibayar akurat sesuai dengan tarif.
sejak tanggal 14 Agustus 2014 telah mencanangkan Proses transaksi juga jauh lebih cepat dan nyaman karena
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) sebagai upaya tidak diperlukan waktu tambahan untuk menghitung
untuk mendorong peningkatan penggunaan nontunai uang dan menyediakan uang kembalian jika dibutuhkan.
di kalangan masyarakat, pelaku bisnis, dan lembaga Bagi pengelola jalan tol, elektronifikasi pembayaran
pemerintah. Melalui gerakan ini, masyarakat diharapkan akan meningkatkan efisiensi biaya operasional dengan
lebih aktif menggunakan alat pembayaran nontunai mengurangi cash handling. Selain itu, transaksi nontunai
sehingga tercipta less cash society (LCS) di tanah air. dapat mengurangi sejumlah risiko seperti risiko fraud
akibat proses manual yang dilakukan oleh manusia, risiko
Pada tahap awal implementasi, program GNNT kesalahan penghitungan penerimaan dan pengembalian,
menghadapi hambatan utama berupa akseptasi risiko penerimaan uang palsu, dan risiko keamanan
masyarakat dan kesiapan infrastruktur. Hal tersebut sewaktu penyetoran uang tunai ke bank.
terkait dengan masih dominannya transaksi tunai pada
sistem pembayaran di Indonesia. Survei McKinsey Inisiasi penggunaan UE dalam transaksi jalan tol
mengungkapkan bahwa porsi penggunaan uang sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2012 namun
tunai dalam transaksi pembayaran di Indonesia masih belum optimal. Hal ini disebabkan penggunaan UE
sangat tinggi yaitu 99,4%, sementara nontunai hanya dalam transaksi jalan tol oleh perbankan pada saat itu
berkontribusi 0,6%.1 Untuk itu, penggunaan instrumen dirasakan belum menguntungkan secara komersial dan
pembayaran nontunai perlu diawali dengan akseptasi masih bersifat eksklusif sebagai produk bank tertentu.
masyarakat (sisi demand) karena membutuhkan Selain itu, beban biaya operasional penggunaan
perubahan perilaku dan kebiasaan. Perubahan perilaku UE sepenuhnya masih menjadi tanggungan bank
tersebut kemudian perlu disertai dengan penyediaan penerbit. Untuk mengatasi hal ini, Bank Indonesia dan
infrastruktur yang memadai (sisi supply). Kombinasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyak
akseptasi masyarakat dan ketersediaan infrastruktur (PUPR) menginisiasi strategi elektronifikasi jalan tol
menjadi kunci keberhasilan program gerakan nasional yang pada tahap awal memiliki target berupa 100%
nontunai yang diusung Bank Indonesia. pembayaran nontunai di jalan tol pada Oktober 2017.
Guna mencapai target ini ditempuh strategi multi-issuers
Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa yang memungkinkan pengguna jalan tol memiliki banyak
kampanye transaksi pembayaran nontunai akan lebih pilihan penerbit UE. Hadirnya banyak penerbit UE
diharapkan mampu meningkatkan kesiapan layanan
keuangan nontunai di jalan tol melalui kemudahan untuk
1 McKinsey and Company, Asia Pacific Payments Trends, Global Payment Summit 2013. memperoleh dan melakukan isi ulang (top up) UE.
Untuk meningkatkan efisiensi dikembangkan gerbang tol pada 2018. Penerapan MLFF merupakan
interoperabilitas dengan hadirnya satu mesin untuk terobosan baru karena menggunakan teknologi nirsentuh
beragam kartu (SAM multi-applet). Selain meningkatkan (contactless) sehingga pengguna jalan tol tidak perlu
efisiensi, penerapan SAM multi-applet ini juga mendorong memperlambat atau menghentikan kendaraan untuk
terjadinya konvergensi standar mesin reader UE di melakukan pembayaran. Tarif tol akan secara otomatis
sektor transportasi dan di luar sektor transportasi. Secara ditagihkan kepada instrumen pembayaran yang telah
bertahap, pendekatan ini diharapkan dapat mempercepat didaftarkan sebelumnya oleh pengguna. Setiap kendaraan
perluasan akseptasi masyarakat terhadap instrumen akan memiliki satu sumber pendanaan untuk penagihan
pembayaran nontunai. biaya tol. Jalan tol juga akan dilengkapi dengan
kamera untuk mendeteksi titik awal masuk dan keluar
Sampai dengan akhir 2017, sebanyak 98% dari seluruh kendaraan sehingga besaran tarif dapat diperhitungkan
ruas tol yang ada telah menerapkan transaksi nontunai secara akurat.
(Gambar 1). Pencapaian ini sedikit di bawah target
sebesar 100%, disebabkan oleh dua kendala. Pertama, Guna mendukung penerapan MLFF, akan dibentuk
masih rendahnya budaya penggunaan instrumen electronic toll collection (ETC) yang bertanggung jawab
nontunai, khususnya pada pengguna angkutan umum menyiapkan infrastruktur dari front end hingga back end.
dan angkutan berat. Kedua, masih terbatasnya fasilitas ETC akan terhubung pada Gerbang Pembayaran Nasional
pengisian ulang UE sehingga menyebabkan keengganan (GPN) sehingga tercipta interkoneksi dan interoperabilitas
masyarakat dalam menggunakan UE. sistem pembayaran jalan tol. ETC juga akan bekerja sama
dengan instansi terkait untuk penerapan law enforcement
Implementasi elektronifikasi di jalan tol memiliki sasaran dalam rangka memastikan terjadinya pembayaran atas
akhir berupa penerapan multi lane free flow (MLFF) di penggunaan jalan tol.