Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI KETOPREFEN


MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT XANTAN GUM DENGAN
BERBAGAI KONSENTRASI

Oleh :
Kelompok 4

Khairun Sa’adah 11194761920053


Muhammad Maulana 11194761920056
Nurlisani 11194761920063
Salhah 11194761920070
Yenny Harliantika 11194761920076

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... i


Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum ........................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3
A. Definisi Suspensi ........................................................................... 3
B. Macam-macam Suspensi ............................................................... 4
C. Deskripsi Bahan .............................................................................. 5
BAB III Metode Praktikum ................................................................................ 7
A. Alat dan Bahan ............................................................................... 7
B. Formulasi ........................................................................................ 8
C. Perhitungan Bahan ........................................................................... 8
D. Cara Kerja ........................................................................................ 9
E. Evaluasi Sediaan .............................................................................. 9
BAB IV Hasil ...................................................................................................... 10
BAB V Pembahasan .......................................................................................... 13
BAB VI Kesimpulan ........................................................................................... 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang dipakai dalam pembuatan obat, setiap
bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk
sediaan dari obat yang sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi atau yang biasa kita sebut dalam bahasa latin suspension dalam
pembuatannya pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut didalam
cairan pembawa adalah langkah yang penting. Kadang-kadang sukar
mendispersikan serbuk karena adanya udara, lemak dan lai-lain kontaminan.
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ nya mengambang pada
permukaan cair, sedangkan pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara
dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah perukaan dari suspensi
medium.
Suspensi menurut Farmakope Indonesia edisi III merupakan sediaan cair
yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase
cair. Partikel tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologis dapat
diabsorbsi dan digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar
dengan tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspense juga ditujukan
untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian melalui mulut. Prinsip zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap,
dan bila digojog perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) sangat
berguna dalam penurunan tegangan antar muka antara partikel padat dan
cairan pembawa. Sebagai akibat turunnya tegangan antar muka akan
menurunkan sudut kontak, dan pembasahan akan dipermudah. Salah satu
masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi. Beberapa fsaktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah

1
ukuran partikel, kekentalan (viskositas), jumlah partikel (konsentrasi) dan
sifat atau muatan partikel.
Praktikum ini dilakukan untuk dapat memberikan pengalaman kepada
mahasiswa dalam memformulasi sediaan suspense dan evaluasi sediaan
suspensi. Percobaan ini juga bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan
suspense dengan membandingkan konsentrasi suspending agent yang
berbeda.

B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada mahasiswa dalam
memformulasi sediaan suspensi dan evaluasi sediaan suspense dengan
berbagai konsentrasi suspending agent.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Suspensi

Suspensi adalah bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat


dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika digojog-
gojog perlahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dan bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Farmakope
Indonesia III). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV).
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. fase
kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase
terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel” kecil, yang pada dasarnya
tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu zat yang tidak
larut bisa dimaksudkan untuk diabsorpsi fisiologis atau untuk fungsi
pelapisan dalam dan luar (Lachman, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain :
1. Ukuran partikel
2. Banyak sedikitnya partikel bergerak
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel
4. Konsentrasi suspensoid
Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi boleh diinjeksikan
secara intravena dan intratekal. Suspensi kering (dry powders and granules
for reconstitution) adalah campuran serbuk atau granul untuk kemudian
direkonstutusi. Bentuk ini digunakan terutama bila stabilitas obat dalam air
terbatas.
Suatu suspensi yang direkonstitusikan adalah campuran sirup dalam
keadaan kering yang akan didispersikan dengan air pada saat akan digunakan
dan dalam USP tertera sebagai “for oral suspension”. Bentuk suspensi ini

3
terbatas
digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas di dalam
pelarut air, seperti golongan antibiotika (Farmakope Indonesia IV).
Pembuatan suspensi dikenal menjadi dua macam yaitu :
1. Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi partikel terikat lemah, cepat mengendap, pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah terdispensi kembali.
2. Sistem deflokulasi
Dalam sistem ini partikel mengendap perlahan-lahan dan akhirnya
membentuk “cake” yang keras dan sukar terdispersi kembali.
Syarat-syarat sediaan suspensi, yaitu:
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk di gunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus di kocok sebelum digunakan.
4. Suspensi harus disimpan dalam wadahtertutup rapat.( Farmakope
Inidonesia IV).
5. Suspensi terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
6. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
8. Keketalan suspensi tidak boleh terlalu tinngi agar mudah di kocok dan di
tuang (Farmakope Indonesia III).
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspenoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (Ansel,
1994).

B. MACAM-MACAM SUSPENSI
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai, yang ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
dalam bentuk halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di
tunjukkan untuk penggunaan kulit.

4
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel
sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata.
5. Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi
semua persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang
sesuai (Syamsuni,).

C. Deskripsi Bahan
1. Ketoprofen
Pemerian : Berwarna putih, tidak berbau, tidak higroskopis, halus
sampai serbuk granulat
Kelarutan : Larut dalam etanol, kloroform, aseton, eter dan larut
dalam benzen dan alkali kuat, namun praktis tidak larut
dalam air pada suhu 20 ° C
Khasiat : Anti inflamasi

2. Xantan Gum
Pemerian : Serbuk berwarna krim
Kelarutan : Larut dalam air panas atau dalam air dingin membentuk
larutan kental yang tidak tiksotrofik
Khasiat : Zata tambahan (suspending agent)

3. Asam Sitrat
Pemerian : Asam Sitrat atau acidum citricum merupakan hablur tak
berwarna atau serbuk putih tak berbau, sangat asam agak
higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas.
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan 1,5 bagian etanol
95%P, sukar larut dalam eter P.
Khasiat : zat tambahan.

5
4. Metil Paraben / Nipagin
Pemerian : Metil paraben merupakan serbuk hablur halus, putih,
hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak
membakar diikuti rasa pedas.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3 bagian aseton, larut
dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut dalam 60
bagian gliserol.
Khasiat : Bahan tambahan (pengawet)

5. Sirup Simplek
Pemerian : Sirup simplek atau larutan gula merupakan cairan tidak
berwarna, berasa manis dan tidak berbau.
Kelarutan : Sirup simplek mengandung sukrosa yang larut dalam air,
mudah larut dalam air mendidih dan sukar larut dalam eter.
Khasiat : Zat tambahan (pemanis)

6. Aqua destilata
Pemerian : Aqua dest merupakan cairan jernih tak berwarna, tak
berbau dan tak mempunyai rasa
Khasiat : Bahan pelarut (Dinkes RI, 1979).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Timbangan analitik 7. Stamper
2. Gelas beker 8. Gelas ukur
3. Waterbath 9. pH meter
4. Batang pengaduk 10. Viskosimeter
5. Mortir 11. Mikroskop
6. Piknometer 12. Kaca preparat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Ketoprofen
2. Xantan gum
3. Sirup simplek
4. Metil paraben
5. Propil paraben
6. Asam sitrat
7. Aqua dest

B. Formulasi
Formulasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan suspensi ketoprofen
ini, yaitu:
Formulasi
No Bahan
I II
1 Ketoprofen 25 mg/5 mL 25 mg/5 mL
2 Xantan gum 0,2% 0,3%
3 Sirup simplek
4 Metil paraben 0,18% 0,18%
5 Propil paraben 0,02% 0,02%
6 Asam sitrat 2% 2%
7 Aqua dest Ad 100 Ad 100

7
C. Perhitungan Bahan
25 𝑚𝑔
1. Ketoprofen : × 100 𝑚𝐿 = 500 𝑚𝑔
5 𝑚𝐿
0,2
2. Xantan gum F1 : 100 × 100 = 0,2 gram
0,3
Xantan gum F2 : 100 × 100 = 0,3 gram
15
3. Sirup simplek : 100 × 100 =
0,18
4. Metil paraben : × 100 = 0,18 gram
100
0,02
5. Propil paraben : × 100 = 0,02 gram
100
2
6. Asam sitrat : 100 × 100 = 2 gram

D. Cara Kerja

Panaskan aqua dest

Timbang semua bahan

Xantan gum tambahkan air panas, gerus cepat didalam mortir sampai
homogen

Tambahkan ketoprofen kedalam xantan gum, gerus sampai homogen

Larutkan metil paraben dan propil paraben dengan air panas (larutan A)

Larutkan asam sitrat dengan sedikit air sampai larut (Larutan B)

Masukan larutan A dan B kedalam campuran xantan gum gerus dan


tambahnkan sirup simplek, gerus ad homogen

Tambahkan aqua dest ad 100 mL

8
E. Evaluasi Sediaan
1. Uji Organoleptis
Mengamati warna, baud an rasa dari sediaan.
2. Uji homogenitas
Pengujian dilihat secara visual apakah sediaan telah tercampur.
3. Uji pH
Menggunakan pH meter
4. Uji viskositas
Menggunakan alat viskosimeter Brookfield dengan rotasi perputaran 12
rpm, 30 rpm dan 60 rpm
5. Pengukuran volume sedimentasi
Menggunakan penggaris untuk mengukur sedimentasi dan supernatant
sediaan
6. Pengamatan Partikel suspensi
Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop
7. Uji kerapatan
Menggunakan alat piknometer untuk melihat kerapatan dari sediaan
suspensi

9
BAB IV
HASIL

Hasil yang didapatkan dari evalusi sediaan suspensi yang dilakukan


didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Uji Organoleptis

Formula 1 Formula 2 Gambar


Bau Tidak berbau Tidak berbau

Warna Putih Putih susu

Rasa Agak pahit Agak pahit

2. Uji Homogenitas
F1 F2 Gambar
Homogen Homogen

3. Uji pH

F1 F2

pH 2,56 2,64

10
4. Uji Viskositas
F1 F2
12 rpm
400,0 OmPa’s 730,0 OmPa’s
30 rpm
268,0 OmPa’s 396,0 OmPa’s
60 rpm
192,0 OmPa’s 266,0 OmPa’s

1200
730
1000
Viskositas (mPa's)

800
396
600

266
400 400
268
200 192

0
12 rpm 30 rpm 60 rpm
Formula 2 730 396 266
Formula 1 400 268 192

Gambar 1. Grafik Viskositas vs Kecepatan Perputaran (rpm)

5. Pengukuran Volume Sedimentasi

F1 F2
Sedimentasi
1 cm 0,2 cm

Supernatan
14 cm 14,8 cm

11
6. Pengamatan Partikel

Partikel Gambar

Penyebaran partikel
Formula 1 lebih sedikit

Suspense lebih kental


dan penyebaran partikel
Formula 2
lebih banyak

7. Uji Kerapatan

Hasil Perhitungan Kerapatan


𝑏−𝑎
ρ=
Piknometer 25 mL 𝑣
50,89 𝑔 −22,16 𝑔
Formula 1 Piknometer kosong = 22, 16 g ρ = 25
Piknometer + isi = 50,89 g = 1,149 𝑔/𝑚𝐿
𝑏−𝑎
ρ= 𝑣
Piknometer 25 mL 51,25 𝑔 −21,89 𝑔
ρ=
Formula 2 Piknometer kosong = 21,89 g 25
Piknometer + isi = 51,25 g = 1,174 𝑔/𝑚𝐿

12
BAB V
PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk melihat formulasi sediaan suspensi mana yang
paling stabil dari konsentrasi suspending agent yang berbeda. suspending agent
yang digunakan dalam pembuatan suspensi ini adalah xantan gum dengan bahan
aktif ketoprofen yang berkhasiat sebagai anti inflamasi golongan NSAID.
Formulasi yang digunakan pada percobaan ini ada dua yaitu formulasi 1
menggunakan xantan gum 0,2% dan formulasi 2 menggunakan xantan gum 0,3%.
Xantan gum digerus terlebih dahulu menggunkan air panas agar xantan gum
dapat mengembang. Selain xantan gum bahan lain yang digunakan adalah metil
paraben, propil paraben, asam sitrat dan sirup simplek. Metil paraben dan propil
paraben berfungsi sebagai bahan pengawet karena suspensi berbahan dasar air
yang merupakan tempat tumbuh yang baik bagi mikroorganisme. Asam sitrat
digunakan sebagai pengatur keasaman dari sediaan yang dibuat dan sirup simplek
sebagai pemanis.
Sediaan yang telah dibuat dilakukan evaluasi yaitu uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, uji viskositas, pengukuran volume sedimentasi, pengamatan
partikel suspense dan uji kerapatan. Hasil uji organoleptis yang didapatkan kedua
formulasi ini tidak berbau, dan tidak terlalu manis ada sedikit rasa pahit dan untuk
formula 1 berwarna putih, sedangkan formula 2 berwarna putih susu. Uji
homogenitas dilakukan secara visual untuk melihat ketercampuran bahan, hasil
pengamatan yang didapatkan bahwa kedua formulasi suspense yang dibuat ini
homogen.
Hasil pengujian pH dengan menggunakan pH meter yaitu pada formula 1 pH
yang didapat 2,56 dan formula 2 pH yang didapat 2,64. Hasil ini menunjukkan
bahwa pH sediaan yang dibuat ini bersifat asam, hasil ini kurang sesuai dengan
teori karena pH sediaan suspensi yang ideal berada pada rentang 6,5-7,5 karena
rentang pH tersebut cocok dengan pH tubuh. Kemungkinan ketidaksesuaian ini
terjadi karena adanya pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat asam seperti asam
sitrat sehingga mempengaruhi pH sediaan.
Pengujian viskositas yang dilakukan mendapatkan hasil pada formula 1
berturut-turut yaitu 400,0 OmPa’s, 268,0 OmPa’s dan 192,0 OmPa’s, sedangkan

13
pada formulas 2 hasil viskositar berturut-turut yaitu 730,0 OmPa’s, 396,0 OmPa’s
dan 266,0 OmPa’s. Hasil yang didapat ini menunjukkan bahwa viskositas yang
didapat semakin kecil dengan meningkatnya rate of share. Hal ini juga dapat
dilihat dari kurva viskositas vs kecepatan perputaran, terlihat kurva yang menurun
, berarti sediaan suspensi ketoprofen ini memiliki tipe aliran pseudoplastis.
Pengukuran volume sedimentasi dilakukan setelah sediaan didiamkan
semalam sampai terdapat sedimentasi. Hasil yang didapat pada formula 1
ketinggian sedimentasi 1 cm dengan supernatan 14 cm dan formula 2 ketinggian
sedimentasi 0,2 cm dengan supernatant 14,8 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa
suspensi pada formula 2 memiliki sedimentasi yang lebih kecil dari pada suspensi
pada formula 2.
Pengamatan partikel suspensi dilakukan dengan menggunkan mikroskop, uji
dilakukan untuk melihat penyebaran partikel suspensi dan mengukur partikel.
Pengukuran partikel tidak dapat dilakukan karena tidak adanya alat ukur yang
dapat digunakan, sehingga hanya dapat melakukan pengamatan pada partikel
suspense tersebut. Hasil yang didapat setelah pengamatan dibawah mikroskop
terlihat bahwa penyebaran partikel pada formula 2 lebih rapat dibandingkan pada
formula 1.
Uji kerapatan ini menggunakan piknometer yang ditimbang kemudian diisi
larutan sirup kemudian didinginkan pada suhu 2ºC selama 15 menit, sehingga
larutan yang ada didalam piknometer menurun. Piknometer yang yang telah
didinginkan ditambahkan kembali dengan larutan hingga penuh, kemudian
piknometer beserta isinya ditimbang. Hasil dari evaluasi ini didapatkan nilai
kerapatan yaitu Formula 1 didapat kerapatan 1,149 gram/mL dan Formula 2
didapat kerapatan 1,174 gram/mL. hasil yang paling mendekati kerapatan
ketoprofen sebagai zat aktif adalah suspens formula 2 , karena menurut literatur
kerapatan ketoprofen 1,198 gram/mL.
Hasil evaluasi dari kedua formulasi suspensi ketoprofen menggunakan xantan
gum dengan konsentrasi berbeda ini didapatkan bahwa formulasi 2 dengan
konsentrasi xantan gum 0,3% lebih stabil dibandingkan formulasi 1. Hal ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi pH, pengukuran volume sedimentasi dan kerapatan yang
telah dilakukan.

14
BAB VI
KESIMPULAN
Percobaan ini dilakukan untuk melihat kestabilan sediaan suspense dari dua
formulasi dengan konsentrasi suspending agen yang berbeda. Hasil uji
organoleptis yang didapatkan kedua formulasi ini tidak berbau, dan tidak terlalu
manis ada sedikit rasa pahit dan untuk formula 1 berwarna putih, sedangkan
formula 2 berwarna putih susu. Uji homogenitas didapat hasil sediaan yang
homogen. Hasil pengujian pH yaitu pada formula 1 pH yang didapat 2,56 dan
formula 2 pH yang didapat 2,64. Hail uji viskositas didapat hasil pada formula 1
berturut-turut yaitu 400,0 OmPa’s, 268,0 OmPa’s dan 192,0 OmPa’s, sedangkan
pada formulas 2 didapat hasil 730,0 OmPa’s, 396,0 OmPa’s dan 266,0 OmPa’s.
Hasil pengukuran volume sedimentasi didapatkan formula 1 ketinggian
sedimentasi 1 cm dan formula 2 ketinggian sedimentasi 0,2 cm. Hasil
pengamatan partikel terlihat bahwa penyebaran partikel pada formula 2 lebih rapat
dibandingkan pada formula 1. Hasil uji kerapatan Formula 1 kerapatan 1,149
gram/mL dan Formula 2 kerapatan 1,174 gram/mL

15
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1989. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. P.313,


Jakarta: UI-Press.

Ansel HC., 1994. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.


Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi


Kedua. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi


III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi


IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Indrustri. Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI
Press.

Lachman L, Lieberman dan Herbert A,. 2008. Pharmaceutical Dosage Form:


Tablet.. New York: Pharmaceutical Press

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V. Diterjemahkan


oleh Soendari Noerno Soewandhi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai