Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PERAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA


MELALUI HUBUNGAN INTERNASIONAL

1.1. Hubungan Internasional …………………………………………….. 1

1.1.1. Pengertian Hubungan Internasional ……………………. 1

1.1.2. Asas Hubungan Internasional…………………………….. 3

1.2. Makna Hubungan Internasional ………………………………….. 3

1.3. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Suatu Negara …. 4

1.4. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Indonesia ………. 5

1.5. Politik Luar Negri Indonesia dalam Menjalin Hubungan

Internasional …………………………………………………………….. 7

1.6. Sarana-sarana Hubungan Internasional ………………………… 10

BAB II PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA MELALUI


ORGANISASI INTERNASIONAL

2.1. Makna Perjanjian Internasional ……………………………………. 12

2.2. Klasifikasi Perjanjian Internasional yang Dilakukan

Indonesia…………………………………………………………………… 16

2.2.1. Menurut Subjeknya …………………………………………… 16

2.2.2. Menurut Jumlah Pihak yang Mengadakan

Perjanjian ………………………………………………………… 17

2.2.3. Menurut Isinya …………………………………………………. 17

2.2.4. Menurut Proses Pembentukannya ……………………….. 17

2.2.5. Menurut Sifat Pelaksanaan Perjanjian…………………… 18

2.2.6. Menurut Fungsinya……………………………………………. 18

2.3. Peran Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa ………. 19

2.3.1. Sejarah Berdirinya PBB …………………………………….. 19

2.3.2. Tujuan PBB ……………………………………………………… 21


2

2.3.3. Struktur Organisasi PBB ……………………………………. 23

2.3.4. Peran Indonesia dalam PBB ………………………………. 25

2.4. Peran Indonesia dalam ASEAN…………………………………… 26

2.4.1. Latar Belakang Berdirinya ASEAN ……………………. 26

2.4.2. Sejarah Berdirinya ASEAN ……………………………….. 27

2.4.3. Prinsip Utama ASEAN ……………………………………… 27

2.4.4. Lambang ASEAN …………………………………………….. 28

2.4.5. Anggota ASEAN ……………………………………………… 29

2.4.6. Tujuan Berdirinya ASEAN ………………………………… 29

2.4.7. Peran Indonesia di ASEAN ……………………………….. 30

2.5. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok…………………….. 30

2.5.1. Sejarah Berdirinya Non Blok ……………………………… 31

2.5.2. Tujuan Gerakan Non Blok………………………………….. 33

2.5.3. Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok …………… 33

2.6. Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika………………. 35

2.6.1. Sejarah Berdirinya KAA ……………………………………. 35

2.6.2. Arti Penting KAA …………………………………………….. 37

2.6.3. Peran Indonesia dalam KAA ……………………………… 38

BAB III KEDUDUKAN PERWAKILAN DIPLOMATIK INDONESIA

3.1. Pengertian Perwakilan Diplomatik………………………………… 39

3.2. Tugas dan Fungsi Perwakilan Diplomatik RI…………………. 41

3.3. Perangkat Perwakilan Diplomatik RI…………………………….. 43

3.4. Pembukaan atau Penukaran Perwakilan Diplomatik

atau Konsuler…………………………………………………………….. 45
3

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PERAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA MELALUI


HUBUNGAN INTERNASIONAL

1.1. Hubungan Internasional

1.1.1. Pengertian Hubungan Internasional

Berdasarkan rekomendasi UNESCO maka hubungan internasional merupakan cabang dari


ilmu politik,dimana materi atau ruang lingkupnya begitu luas dan terdiri atas berbagai cabang
ilmu pengetahuan lainnya. Dengan demikian, objeknya adalah Negara,artinya Negara dalam
konteks hubungannya dengan Negara lain di dunia ini.

Pengertian hubungan internasional menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Charles A. Mc. Clalled menyatakan hubungan internasional adalah studi tentang


keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.
2. Warsito Sunaryo menyatakan hubungan internasional merupakan studi tentang
interaksi antara jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu,termasuk studi tentang keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi.
3. Tygve Nathiessen menyatakan hubungan internasional merupakan bagian dari ilmu
politik dan karena itu, komponen-komponen hubungan internasional meliputi politik
internasional,organisasi dan administrasi internasional dan hukum intenasional.
4. Rencana Strategi (Renstra) pelaksanaan politik luar negeri RI menyatakan hubungan
internasional adalah hubungan antarabangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan
oleh suatu Negara untuk mencapai kepentingan nasional Negara tersebut.
5. Trygve Mathiesdan Greyson Kirk menarik kesimpulan tentang hubungan internasional
adalah sebagai berikut.
4

 Hubungan internasional adalah sutu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai satu
bidang spesialisasi yang meliputi aspek-aspek internasional dan beberapa cabang ilmu
pengetahuan lainnya.
 Hubungan internasional adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru serta
mempelajari sejarah dari plitik internasional.
 Hubungan internasional adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia.

Dengan demikian dapat diratik suatu definisi bahwa hubungan internasional adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari politik internasional, organisasi,dan administrasi
internasional,serta politik luar negeri beserta pelaksanaannya di dalam dan di luar lingkungan
diplomatik. Adapun asas yang melandasi hubungan internasional Indonesia sebagai Negara
yang berdaulat adalah politik berbasis aktif, politik bebasaktif tercantum di dalam Tap .MPR
RI No.IV/MPR/1999 mengenai GBHN.

1.1.2. Asas Hubungan Internasional

Dalam hubungan internasional,dikenal beberapa asas yang didasarkan pada daerah dan ruang
lingkup berlakunya hukum bagi daerah dan warga Negara yang masing-masing. Ada tiga asas
dalam hubungan internasioanal yang saling memengaruhi, yaitu:

1. Asas teritorial,yaitu asas yang didasarkan pada asas kebangsaan Negara atas
daerahnya.
2. Asas kebangsaan, yaitu asas yang didasarkan pada kekuasaasan Negara untuk warga
negaranya.
3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang didasarkan pada wewenang Negara untuk
melindungi dan mengatur kepentingan kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2. Makna Hubungan Internasional

Menurut kalian apa yang akan terjadi jika seandainya negara kita tidak menjalin hubungan
dengan negara lain? Tentu semuanya pasti sepakat, kita akan dikucilkan dari pergaulan
bangsa-bangsa di dunia. Hal ini tentunya akan merugikan seluruh kehidupan bangsa. Bangsa
Indonesia tidak bisa berinteraksi dengan sesamanya yang berada di negara lain. Selain itu,
kita akan buta terhadap hal-hal yang terjadi di negara lain yang pada hakikatnya merupakan
sumber pengetahuan bagi kita. Hubungan internasional merupakan salah satu jawaban bagi
persoalan yang dialami oleh suatu negara. Ketika suatu negara mengalami kekurangan dalam
suatu bidang, misalnya kekurangan tenaga ahli untuk membangun negerinya maka melalui
hubungan internasional negara tersebut mampu mengatasi persoalan tersebut dengan meminta
bantuan dari negara lain. Oleh karena itu hubungan internasional mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam kehidupan suatu negara yang beradab.

Berkaitan dengan hal tersebut apa sebenarnya hubungan internasional itu? Mencakup apa saja
hubungan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kalian kaji uraian pada
bagian ini yang akan mengupas makna dari hubungan internasional.

Secara umum hubungan internasional diartikan sebagai hubungan yang bersifat global yang
meliputi semua hubungan yang terjadi dengan melampaui batas-batas ketatanegaraan.
Konsepsi hubungan internasional oleh para ahli sering dianggap sama atau dipersamakan
dengan konsepsi politik luar negeri, hubungan luar negeri, dan politik internasional. Ketiga
5

konsep tersebut sebenarnya memiliki makna yang berbeda satu sama lain, akan tetapi
mempunyai persamaan yang cukup mendasar dalam hal ruang lingkupnya yang melampaui
batas-batas negara (lingkup internasional). Untuk memperluas pemahaman kalian, berikut
dipaparkan makna dari ketiga konsep tersebut.

1. Politik luar negeri adalah seperangkat cara/kebijakan yang dilakukan oleh suatu
negara untuk mengadakan hubungan dengan negara lain dengan tujuan untuk
tercapainya tujuan negara serta kepentingan nasional negara yang bersangkutan.
2. Hubungan luar negeri adalah keseluruhan hubungan yang dijalankan oleh suatu
negara dengan semua pihak yang tidak tunduk pada kedaulatannya.
3. Politik internasional adalah politik antarnegara yang mencakup kepentingan
dan tindakan beberapa atau semua negara serta proses interaksi antarnegara maupun
antarnegara dengan organisasi

1.3. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Suatu Negara

Suatu Negara dapat melakukan hubungan internasional manakala kemerdekaan dan


kedaulatannya, baik secara de facto maupun de jure, telah diakui oleh Negara lain. Fatkor-
faktor dalam hubungan internasional, antar lain :

1. Faktor internal,yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya, baik


melalui kudeta, maupun intervensi dari Negara lain.
2. Faktor eksternal, yaitu kekuaatan hakum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa
suatu Negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa batuan dan kerja sama dengan Negara
lain. Kegantungan tersebut terutama upaya memecahkan masalah-masalah ekonomi,
politik, hukum, social,budaya,pertahanan, keamanan dan untuk membangun
komunukasi lintas bangsa guna mewujudkan kerja sama yang produktif untuk
memenuhi kebutuhan yang menyangkut kepentingan Negara masing-masing.

Dalam membina hubungan internasional diperlukan adanya taktik dan prosedur tertentu yang
diperlukan agar kepentingan nasional suatu bangsa dapat diperjuangna.taktik dan prosedur
tersebut, antara lain:

1. Menentukan tujuan dengan menggunakan semua daya dan tenaga dan mencapai
tujuan.
2. Meyesuaikan kepentingan bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan
tenaga dan daya yang ada.
3. Menentukan apakah tujuan nasinal sejalan atau berbeda dengan kepentingan Negara
lain.

Menggunakan sarana dan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Pada


umumnya,dalam menjalankan tugas diplomasi antarbangsa,setiap Negara menggunakan
sarana diplomasi ajakan, konferensi, menunjukan kekuatan militer,dan ekonomi.

1.4. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Indonesia

Suatu bangsa yang merdeka tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Untuk
menjaga kelangsungan hidup dan mempertahankan kemerdekaannya, negara tersebut
membutuhkan dukungan dari negara lain. Nah, untuk mendapatkan dukungan tersebut, suatu
negara harus mengadakan hubungan yang baik dengan negara lain. Misalnya, ketika awal
kemerdekaan, bangsa Indonesia membutuhkan pengakuan dan dukungan dari negara lain.
Oleh karena itu, para pendiri negara menjalin hubungan dengan India, Australia, Amerika
6

Serikat, Belgia, Mesir, dan sebagainya. Alhasil, kemerdekaan Negara Indonesia mendapatkan
dukungan dari negara-negara lain di dunia.

Suatu negara dapat menjalin hubungan dengan negara lain manakala kemerdekaan dan
kedaulatannya telah diakui secara de facto dan de jure oleh negara lain. Perlunya kerja sama
dalam bentuk hubungan internasional antara lain karena faktor-faktor berikut.

1. Faktor internal, yaitu adanya kekhawatiran terancamnya kelangsungan hidup


kesananya, baik melalui kudeta maupun intervensi negara lain.
2. Faktor ekternal, yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa
suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan negara
lain. Ketergantungan tersebut terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan.

Bagaimana hubungan internasional yang dibangun oleh bangsa Indonesia? Apa arti penting
hubungan internasional bagi bangsa Indonesia? Pola hubungan internasional yang dibangun
oleh bangsa Indonesia dapat dilihat dari kebijakan politik luar negeri Indonesia. Bangsa
Indonesia dalam membina hubungan dengan negara lain menerapkan prinsip politik luar
negeri yang bebas aktif dan diabdikan bagi kepentingan nasional, terutama kepentingan
pembangunan di segala bidang serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan hubungan internasional bangsa Indonesia ditujukan untuk peningkatan


persahabatan dan kerja sama bilateral, regional, dan multilateral melalui berbagai macam
forum sesuai dengan kepentingan dan kemampuan nasional. Selain itu, bagi bangsa Indonesia,
hubungan internasional diarahkan untuk hal-hal berikut.

1. Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan
negara kebangsaan yang demokratis.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua
negara di dunia, dasar kerja sama adalah membentuk satu dunia baru yang bersih dari
imperialisme dan kolonialisme menuju perdamaian dunia yang sempurna .
4. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
5. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar
kemakmuran rakyat, apabila barang-barang itu tidak atau belum dihasilkan sendiri.
6. Meningkatkan perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan damai
Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperbesar kemakmuran rakyat.
7. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang
tersimpul di dalam Pancasila, dasar dan filsaIah negara kita.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dari pelaksanaan hubungan internasional, bangsa Indonesia harus senantiasa meningkatkan
kualitas kerja sama internasional yang dibangun dengan negara lain. Untuk mencapai hal
7

tersebut, bangsa Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar
negeri agar mampu melakukan diplomasi yang pro-aktif dalam segala bidang untuk
membangun citra positif Indonesia di dunia internasional. Selain itu, juga harus mampu
memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia,
serta memanfaatkan setiap peluang bagi kepentingan nasional.

1.5. Politik Luar Negri Indonesia dalam Menjalin Hubungan Internasional

Hubungan yang dijalin oleh suatu negara dengan negara lain, tentu saja tidak dapat dilepaskan
dari tata pergaulan antarnegara. Jika dalam pergaulan manusia dalam lingkungan tetangga ada
yang dinamakan tata krama pergaulan, maka dalam pergaulan antarnegara pun terdapat hal
yang sama. Setiap negara mempunyai kebijakan politiknya masing-masing. Kebijakan politik
masing-masing negara dalam pergaulan internasional dinamakan politik luar negeri.

Berkaitan dengan hal tersebut, bentuk kerja sama dan perjanjian internasional yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari politik luar negeri Indonesia. Selain itu,
politik luar negeri juga memberikan corak atau warna tersendiri bagi kerja sama dan
perjanjian internasional yang dilakukan oleh suatu negara. Apa sebenarnya politik luar negeri
bangsa Indonesia?

Untuk mengetahui corak politik luar negeri Indonesia, coba kalian perhatikan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat, tentang
tujuan negara, “…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa politik
luar negeri kita memiliki corak tertentu. Pemikiran para pendiri negara (founding fathrers)
yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 tersebut didasari oleh kenyataan bahwa sebagai negara yang baru merdeka, kita
dihadapkan pada lingkungan pergaulan dunia yang dilematis.

Pada awal pendirian negara Republik Indonesia, kita dihadapkan pada satu situasi dunia yang
dikuasai oleh dua kekuatan negara adidaya sebagai akibat dari Perang Dunia II. Dua kekuatan
tersebut adalah Blok Barat di bawah kendali Amerika Serikat dengan mengusung ideologi
liberal. Kekuatan lainnya dikuasai oleh Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan
mengusung ideologi komunis. Kenyataan ini sangat berpengaruh kepada negara Indonesia
yang baru saja merdeka dan tengah berupaya keras mempertahankan kemerdekaanya dari
rongrongan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kondisi demikian mau tidak
mau memaksa bangsa Indonesia untuk menentukan sikap, walaupun usianya masih sangat
muda. Sikap bangsa Indonesia tersebut tertuang dalam rumusan politik luar negri Indonesia.

Pemerintah Indonesia yang pada wakttu itu dipimpin oleh Ir. Soekarno sebagai Presiden dan
Drs. Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden pada tanggal 2 September 1948 di hadapan
Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat mengumumkan pendirian politik luar negri
Indonesia yang antara lain berbunyi “… tetapi mestikah kita, bangsa Indonesia yang
memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita hanya harus memilih antara pro-
Rusia atau pro-Amerika? Apakah tak ada pendirian lain yang harus kita ambil dalam
mengejar cita-cita kita?”.

Pemerintah Indonesia pada waktu itu berpendapat bahwa pendirian yang harus diambil
tidak menjadikan negara kita terjebak dalam kepentingan dua blok tersebut. Negara kita tidak
mau menjadi objek dalam pertarungan politik antara dua blok tersebut. Negara kita harus
menjadi subjek yang berhak menentukan sikap sendiri dan memperjuangkan tujuan sendiri,
yaitu merdeka seutuhnya tanpa ada rongrongan dari negara lain. Dalam kesempatan itu Drs.
8

Muhammad Hatta menyampaikan pidatonya dengan judul yang sangat menarik, yaitu
Mendayung antara Dua Karang. Pidato tersebut kemudian dirumuskan lagi secara eksplisit
sebagai prinsip bebas aktif, yang kemudian menjadi corak politik luar negeri Indonesia
sampai sekarang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa politik luar negeri Indonesia
bersifat bebas aktif.

Sifat politik luar negeri inilah yang mewarnai pola kerja sama bangsa Indonesia dengan
negara lain. Dengan kata lain, Indonesia selalu menitikberatkan pada peran atau kontribusi
yang dapat diberikan oleh bangsa Indonesia bagi kemajuan peradaban dan perdamaian dunia.

Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peristiwa di bawah ini yang dengan jelas menggambarkan
bentuk kerja sama yang dikembangkan bangsa Indonesia.

1950. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang ke-60


pada tanggal 28 September 1950. Meskipun pernah keluar dari keanggotaan PBB pada
tanggal 7 Januari 1965 sebagai bentuk protes atas diterimanya Malaysia menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, akan tetapi pada tanggal 28 September
1966 Indonesia masuk kembali menjadi anggota PBB dan tetap sebagai anggota yang
ke-60
1951. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun
1955 yang melahirkan semangat dan solidaritas negara-negara Asia- Afrika yang
kemudian melahirkan Dasasila Bandung.
1952. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada
tahun 1961, bahkan pada tahun 1992 dalam Konferensi Negara- Negara Non-Blok
yang berlangsung di Jakarta, Indonesia ditunjuk menjadi Ketua Melalui GNB ini
secara langsung Indonesia telah turut serta meredakan ketegangan perang dingin
antara Blok Barat dan Blok Timur.
1953. Terlibat langsung dalam misi perdamaian Dewan Keamanan PBB dengan
mengirimkan Pasukan *aruda ke negara-negara yang dilanda kRnflik seperti Konggo,
Vietnam, Kamboja, Bosnia, dan Bahkan pada tahun 2007, Indonesia ditetapkan
menjadi anggota tidak tetap Dewan Kemanan PBB.
1954. Indonesia menjadi salah satu pendiri ASEAN (Assosiaciation of South-East
Asian Nation) yaitu organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, bahkan
Sekretariat Jenderal ASEAN berada di Jakarta.
1955. Ikut serta dalam setiap pesta olah raga internasional mulai dari SEA Games,
Asian Games, Olimpiade, dan sebagainya.
1956. Indonesia aktif juga dalam beberapa organisasi internasional lainnya, misalnya
Organisasi Konferensi Islam (OKI), Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak
(OPEC), dan Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC)
1957. Menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan berbagai negara yang
ditandai dengan pertukaran perwakilan diplomatik dengan negara yang bersangkutan.
Sampai saat ini, Indonesia sudah menjalin kerja sama bilateral dengan 162 negara.
Sebagai wujud dari hal tersebut, di negara kita terdapat kantor kedutaan besar dan
konsulat jenderal negara lain. Begitu juga dengan kantor Kedutaan Besar dan Konsulat
Jenderal negara kita yang terdapat di negara lain.

1.6. Sarana-sarana Hubungan Internasional

Sarana atau perlengkapan Negara yang diberi wewenang untuk melakukan hubungan
internasional dibagi menjadi dua,yaitu:
9

1. Alat kelengkapan Negara di dalam negeri, mempunyai tugas melakukan hubungan


internasional, contohnya dalam ketentuan UUD 1945 menetapkan wewenang presiden
dalam hubungan internasioanl. Misalnya ,menyatakan perang, dan alat perlengkapan
dalam negeri diatur oleh hukum yang berlaku di masing-masing Negara yang
bersangkuta.
2. Alat perlengkapan Negara di luar negeri, terdiri dari berbagai utusan yang mempunyai
tugas melakukan hubungan internasional antara satu Negara dengan Negara lain.

Utusan-utusan alat perlengkapan Negara di luar Negara adalah sebagai berikut:

1). Perutusan diplomatik

Perutusan diplomatik adalah petugas Negara yang berada dinegara lain untuk menjalin
hubungan resmi antarnegara. Petugas diplomatik merupakan salah satu sarana utama dalam
menjalin hubungan internasional.

2).Konsul

Konsul merupakan salah satu sarana hubungan internasional yang tidak mempunyai hak
melaksanakan tugas diplomatik di mana ia ditempatkan. Akan tetapi, konsul dapat
menjalankan tugas jika negaranya tidak mempunyai utusan diplomatik. Sebelum
melaksanakan tugasanya, konsul harus mempunyai persetujuan dari Negara yang
ditempatinya terlebih dahulu.

Adapun tugas konsul adalah melindungi kepentingan komersial Negara yang menugaskan dan
melayani kepentingan untuk warga Negara dari Negara yang menugaskannya di Negara
tersebut.

1. Putusan khusus di Negara yang ditempatkan akan diberi hak istimewa yaitu,
kekebalan untuk berpergian, bergerak sejauh yang diperlukan untuk menjalankan
tugas, dan kekebalan yuridis.
2. Perwakilan lain.
10

BAB II

PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA MELALUI ORGANISASI


INTERNASIONAL

Sebagai salah satu negara yang mencintai perdamaian, Indonesia turut mendukung terciptanya
perdamaian dengan bergabung dalam organisasi internasional. Hal tersebut sesuai dengan
amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan dari Indonesia
adalah okut serta dalam menjaga perdamaian dunia hal tersebut sebagaimana tertuang dalam
alinea keempat. Berikut dipaparkan mengenai andil Indonesia dalam mewujudkan perdamaian
dunia dalam masyarakat Internasional.

2.1. Makna Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan hubungan


internasional. Biasanya negara-negara yang menjalin hubungan atau kerja sama internasional
selalu menyatakan ikatan hubungan tersebut dalam suatu perjanjian internasional. Didalam
perjanjian internasional, diatur hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antarnegara yang
mengadakan perjanjian dalam rangka hubungan internasional.

Apa sebenarnya perjanjian internasional itu? Secara umum perjanjian internasional dapat
diartikan sebagai perjanjian antarnegara atau antara negara dengan organisasi internasional
yang menimbulkan akibat hukum tertentu berupa hak dan kewajiban di antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian tersebut.

Dalam membuat perjanjian internasional,suatu Negara tidak hanya melihat dan


mempertimbangkan berdasarkan kepentingan internasional. Akan tetapi, yang lebih utama
adalah melihat dan memikirkan kepentingan dalam negara tersebut .

Dalam melakukan hubungan internasioanl, perjanjian internasional memiliki kedudukan yang


sangat penting karena merupakan salah satu sumber hukum internasional. Dalam membuat
dan menetapkan perjanjian internasional, hal-hal yang perlu diingat adalah adanya kesadaran
dari pihak-pihak yang mengadakan perjanjian untuk saling menghormati perjanjian tersebut.

Ada beberapan pendapat tentang pengertian perjanjian internasional, antara lain :

1. Openheimer-Lauterpacht, perjanjian internasional adalah suatu persetujuan


antarNegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang
mengadakannya.
2. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, SH, perjanjian internsional adalah perjanjian yang
diadakan antaranggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan
akibat-akibat dari hukum tertentu.
3. Swechwarzenberger, perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarsubjek, di
mana hukum internasional dapat menimbulkan kewajiban yang mengikat dalam
bentuk bilateral ataupun multilateral.
4. Konvensi Wina 1969, perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh
dua Negara dan bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu.
5. Academy of Sciences of USSR, Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan yang
dinyatakan secara formal antara dua Negara atau lebih mengenai pemantapan,
perubahan, atau pembatasan dari hak-hak dan kewajiban mereka secara timbal balik.
11

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa perjanjian


internasional adalah perjanjian atau kesepakatan yang diadakan oleh dua Negara atau lebih
sebagai subjek hukum internasional yang bertujuan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum
tertentu.

Dari beberapa batasan perjanjian internasional di ats maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pihak-pihak yang dapat masuk di dalam perjanjian internasional, yaitu:

1. Perjanjian anatarnegara.
2. Perjanjian antarnegara dengan organisasi internsional.
3. Perjanjian antarorganisasi internasional.

Menurut pasal 38 ayat (1) Piagam Madinah Internasional,dinyatakan bahwa perjanjian


internasional baik yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung ketentuan-
ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh Negara-negara yang bersangkutan. Berkenaan
dengan pasal tersebut maka setiap Negara yang mengadakan suatu perjanjian harus
menunjang tinggi dan menaati ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya. Hal ini
disebabkan oleh salah satu asas yang diakai dalam perjanjian internasional, yaitu asa pacta
sunt servanda yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh
masing-masing pihak yang bersangkutan.

Kedudukan perjanjian internasional dianggap sangat penting, karena alasan berikut.

1. Perjanjian internasional lebih menjamin kepastian hukum sebab perjanjian


internasional dilakukan secara tertulis.
2. Perjanjian internasional mengatur masalah-masalah kepentingan bersama di antara
para subjek hukum internasional.

Berdasarkan dua alasan tersebut, suatu perjanjian internasional yang dibuat secara sepihak
karena ada unsur paksaan dianggap tidak sah dan batal demi hukum. Oleh karena itu, dalam
membuat suatu perjanjian internasional harus diperhatikan asas-asas berikut.

1. Pacta Sunt Servada, yaitu asas yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang telah
dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakannya.
2. Egality Rights, yaitu asas yang menyatakan bahwa pihak yang saling mengadakan
hubungan atau perjanjian internasional mempunyai kedudukan yang sama.
3. Reciprositas, yaitu asas yang menyatakan bahwa tindakan suatu negara terhadap
negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat negatif maupun positif.
4. Bonafides, yaitu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang dilakukan harus
didasari oleh itikad baik dari kedua belah pihak agar dalam perjanjian tersebut tidak
ada pihak yang merasa dirugikan.
5. Courtesy, yaitu asas yang saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara.
6. Rebus sig Stantibus, yaitu asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang
mendasar dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.

Perjanjian internasional mempunyai istilah yang beragam. Pemberian istilah perjanjian


internasional didasarkan pada tingkat pentingnya suatu perjanjian internasional serta
keharusan untuk mendapatkan ratifikasi dari setiap kepala negara yang mengadakan suatu
perjanjian. Dalam perjanjian internasioanal,terdapat beberapa istilah yang sering digunakan,
antar lain:
12

1. Traktat (treaty),yaitu suatu bentuk perjanjian internasional yang sering digunakan


untuk menyelesaikan persoalan menyangkut dalam bidang politik atau
keamanan,misalnya aliansi, perjanjian perdamaian,arbitrase, dan sebaginya.
2. Pakta (pact), yaitu suatu perjanjian internasional yang dilakukan oleh beberapa Negara
yang sifatnya terbatasatau hanya berlaku bagi Negara-negara yang terlibat di
dalamnya, misalnya North Atlantic Treaty Organization ( NATO), Pact of Mutual and
Unifield Comand (Pakta Warsama), The Pact of the League of Arab States.
3. Konvensi (Convention), yaitu suatu bentuk berjanjian internasional yang pada
umumnya digunakan untuk melakukan perjanjian dengan beberapa Negara, misalnya
konvensi Paris 1919 tentang wilayah udara.
4. Charter, yaitu suatu bentuk perjanjian internasional yang mengikat kepada pihak-
pihak yang telibat di dalamnya. Charter dipakai dalam perjanjian internasional untuk
pendirian badan yang melakukan fungsi administratif. PBB yang melakukan anggaran
dasarnya berbentuk charter.
5. Deklarasi (Declaration), yaitu suatu bentuk pernyataan internasional yang mengikat
pihak-pihak atau Negara-negara yang terlibat dalam pernyataan internasional,
misalnya Deklarasi Paris tahun 1856.
6. Modus Vivendi, yaitu merupakan dokumen untuk mencatat persetujuan yang bersifat
sementara, yang berlaku sampai ditetapkannya perjanjian yang lebih terperinci dan
sistematis. Modus Vivendi biasanya tidak membutuhkan tarifikasi.
7. Convenant, yaitu suatu bentuk perjanjian internasional yang dipakai dalam Piagam
Liga Bangsa-Bangsa. Misalnya,The Convenant of the League of
8. Piagam (statute), yaitu suatu bentuk perjanjian internasional yang mengatur anggaran
dasar suatu organisasi internasioanl, seperti Statute of the international Court of the
Justice( Piagam Mahkamah Internasional).
9. Perjanjian (agreement), yaitu suatu bentuk perjanjian internasional yang digunakan
oleh beberapa Negara dan sifatnya terbatas atau hanya berlaku bagi Negara-negara
yang terlibat di dalamnya, misalnya Manila Agreement.

2.2. Klasifikasi Perjanjian Internasional yang Dilakukan Indonesia.

Menurut kalian apa konsekuensi dari corak politik luar negeri yang diterapkan oleh Bangsa
Indonesia? Tentu saja kalian akan menyepakati bahwa bangsa kita adalah bangsa yang tidak
memihak pada salah satu negara, akan tetapi negara kita aktif dalam mewujudkan perdamaian
dunia. Salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif adalah dengan dilakukannya
kerja sama internasional dengan negara lain. Kerja sama tersebut biasanya diikat oleh suatu
perjanjian internasional.

Apa saja bentuk perjanjian internasional yang sudah negara kita lakukan? Negara kita tentu
saja banyak mengadakan perjanjian internasional. Secara formal perjanjian internasional yang
dilakukan oleh negara kita tidak mengenal penggolongan. Namun demikian, suatu perjanjian
internasional dapat dikelompokkan dalam bermacam-macam penggolongan yang didasarkan
atas hal-hal tertentu. Adapun klasifikasi dari perjanjian internasional adalah sebagai berikut.

2.2.1. Menurut Subjeknya

Subjek yang mengadakan perjanjian internasional, terdiri atas perjanjian antarnegara,


perjanjian antarnegara dengan subjek hukum internasional lainnya, dan perjanjian antarsubjek
hukum internasional selain Negara.

 Perjanjian antarnegara yang dilakukan oleh banyak negara yang merupakan subjek
hukum internasional.
13

 Perjanjian antara negara dengan subjek hukum internasional lainnya.


 Perjanjian antar-subjek hukum internasional selain negara.

2.2.2. Menurut Jumlah Pihak yang Mengadakan Perjanjian

Jumlah pihak peserta perjanjian internasional, terdiri atas perjanjian bilateral, yaitu perjanjian
yang dilakukan oleh dua Negara dan perjanjian multilateral, yaitu perjanjian yang dilakukan
oleh lebih dari dua Negara.

 Perjanjian bilateral, artinya perjanjian antara dua negara yang mengatur kepentingan
dua negara tersebut.
 Perjanjian multilateral, artinya perjanjian yang melibatkan banyak negara yang
mengatur kepentingan semua pihak.

2.2.3. Menurut Isinya

1. Segi politis, seperti Pakta Pertahanan dan Pakta Perdamaian. Contoh; NATO,
ANZUS, dan SEATO.
2. Segi ekonomis, seperti bantuan ekonomi dan bantuan keuangan, contoh; CGI,IMF,dan
IBRD.
3. Segi hukum, seperti status kewarganegaraan ( Indonesia – RRC), Ektradisi, dan
sebagainya.
4. Segi batas wilayah,seperti batas laut territorial,batas daratan, dan sebagainya.
5. Segi kesehatan,seperti masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit AIDS,dan
sebagainya.

2.2.4. Menurut Proses Pembentukannya

1. Negotiation /perlindungan merupakan perjanjian tahap pertama di antar pihak atau


Negara tentang objek tertentu.
2. Signature/ penandatanganan dilakukan oleh para menteri luar negeri atau kepala
pemerintahan. Setelah ditandatangani,naskah perjanjian kemudian dibawa pulang
olehmasing-masing Negara peserta untuk dipelajari.
3. Retification/pengesahan merupakan penandatanganan atas perjanjian yang masih
bersifat sementara dan masih harus dilakukan pengesahan atau penguatan. Perjanjian
dengan syarat apabila telah disahkan oleh badan yang berwenang.

2.2.5. Menurut Sifat Pelaksanaan Perjanjian

Treaty contract, adalah suatu bentuk perjanjian internasioanl yang bersifat kontrak dalam
hukum perdata, yaitu timbulnya hak dan kewajiban hukum antara pihakm-pihak yang
menandatangani. Misalnya, perjanjian ekstradisi warga negara Indonesia dan warga Negara
Malaysia padatahun 1974.

Treaty contract dapat dibedakan menjadi duayaitu:

1. Executed traties , yaitu perjanjian yang berkaitan dengan tindakan-tindakan segera


dilakukan dan persoalan yang harus segera diselesaikan, misalnya penentuan batas
wilayah Negara.
2. Executory traties, yaitu perjanjian yang memerlukan pelaksanaan tidak sekali,
melainkan dilanjutkan terus menerus secara teratur,misalnya perjanjian perdagangan
internasional.
14

Perjanjian yang menentukan (dispositive treaties), yaitu suatu perjanjian yang maksud dan
tujuannya dianggap sudah tercapai sesuai isi perjanjian itu.

2.2.6. Menurut Fungsinya

 Perjanjian yang membentuk hukum (law making treaties), yaitu suatu perjanjian yang
meletakkan ketentuan-ketentuan hukum bagi masyarakat internasional secara
keseluruhan atau bersifat multikultural. Perjanjian ini bersifat terbuka bagi pihak
ketiga.
 Perjanjian yang bersifat khusus (treaty contract), yaitu perjanjian yang hanya
menimbulkan akibat-akibat hukum (hak dan kewajiban) bagi pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian atau bersifat bilateral.

Bagaimana perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia? Perjanjian internasional


yang dilakukan indonesia selalu berlandaskan pada pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta kebijakan politik luar negeri negara indonesia yang
bersifat bebas aktif dan kepentingan nasional Negara indonesia. Dengan kata lain, apabila
terdapat perjanjian internasional yang bertentangan dengan ketiga hal tersebut, maka
perjanjian itu batal demi hukum.

Indonesia telah banyak sekali melakukan perjanjian internasional dengan pihak asing baik
berupa perjanjian bilateral maupun multilateral. Berdasarkan catatan Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia, sejak awal kemerdekaan sampai dengan tahun 2014 Pemerintah
Negara Republik Indonesia sudah melakukan 4.485 perjanjian internasional dalam berbagai
bentuk, mulai traktat, agreement, sampai dengan nota kesepahaman. Hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya peran indonesia dalam pergaulan internasional. Selain itu,
semakin menegaskan keberadaan negara lain atau organisasi internasional dalam membantu
perwujudan cita-cita dan tujuan negara kita melalui proses pembangunan yang sedang
dilakukan.

2.3. Peran Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa

2.3.1. Sejarah Berdirinya PBB


15

Setelah Perang Dunia I (1914-1918), Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson


mengusulkan membentuk League Of Nation atau Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada 8 Januari
1918. Usulan presiden ini tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points). Pada 10 Juni
1920, terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adpun markas besarnya ada di Jenewa, Swiss.

Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. Namun, perannya sebagai
lembaga pemelihara perdamaian, tidak dapat terlaksana dengan baik. Usaha mencapai
perdamaian dunia dirimtis kembali oleh Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt
dan perdana menteri Inggris Dir Winston Churchiil. Mereka mengadakan pertemuan di atas
kapal penjelajah Atlanta di lepas Pantai New Foundland Samudera Atlantik pada 14 Agustus
1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi (Altlantic Charter), yaitu negara-negara di dunia
tidak dibenarkan melakukan perluasan wilayah (ekspansi), semua bangsa di dunia berhak
menentukan corak dan bentuk pemerintahannya sendiri, semua negara berhak turut serta
dalam perdagangan dunia, dan semua bangsa berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan
perdamaian dunia. Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan antara lain di
Moskow (1943), Dumbarton Oaks (1944), dan Yalta (1945). Pada pertemuan di Dumbarton
Oaks, Washington, diikuti oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia. Hasil
petremuan tersebut menyetujui terbentuknya organisasi United Nations Organization atau
Perserikata Bangas-Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April-26 Juni1945) dihasilkan Piagam
Perdamaian (Charter Of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam PBB.
Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang. Secara resmi
PBB berdiri pada 24 Oktober 1945. Semua negara yang menjadi anggota PBB mempunyai
kedudukan yang sama. Negara besar maupun kecil, kaya atau miskin semuanya memiliki hak
dan kewajiban yang sama bagi terciptanya perdamaian dunia.

Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia resmi diterima sebagai anggota PBB, dan tercatat
sebagai anggota yang ke-60. Banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia semenjak
menjadi anggota PBB. Berbagai bantuan dan jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia
yaitu sebagai berikut:

 PBB turut berperan menyelesaikan perikaian Indonesia-Belanda dalam perang


kemerdekaan (1945-1950) dengan mengirimkan KTN dan UNCI.
 PBB berjasa menyelesaikan pengembalian Irian Barat ke pangkuan NKRI dengan
mengirim misi UNTEA.
 PBB banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya melalui
IMF, IBRD, UNESCO, WHO dan sebagainya.

Ketika konfrontasi Indonesia dan Malaysia berlangsung, Malaysia dicalonkan sebagai


anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia jelas menolak pencalonan tersebut.
Selanjutnya, Malaysia terpilih sebagai anggota tidak tetep Dewan Keamanan PBB. Akhirnya,
sebagai protes sejak Pada tanggal 7 Januari 1965 presiden Soekarno menyatakan Indonesia
keluar dari PBB. Peristiwa keluarnya Indonesia dari PBB merupakan puncak keterkucilan
Indonesia dari pergaulan Internasional.

Sejak keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan Internasional.
Menyadari adanya kerugian itu, maka Indonesia memutuskan bergabung kembali menjadi
keanggotaan PBB. Pada tanggal 28 September 1966 kembali masuk menjadi anggota PBB
16

juga sebagai anggota yang ke-60. Tindakan Indonesia mendapat dukungan dari Aljazair,
Filipina, Jepang, Mesir, Pakistan dan Thailand.

2.3.2. Tujuan PBB

Tujuan dari PBB yang tercantun dalam Pasal 1 Piagam PBB adalah sebagai berikut.

 Memelihara perdamaian dan keamanan Internasional


 Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas
persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam
negeri negara lain.
 Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
 Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
 Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan
fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
 Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis
untuk mencapai tujuan PBB.

Tujuan PBB tercantum dalam pasal 1 Piagam PBB tersebut dapat di singkat “to maintain
international peace and security”. Tujuan PBB juga bukan hanya untuk menyelesaikan
perselisihan namun juga sebagai promoting the common interest of members in peace,
security, and well being. Guna mencapai tujuan yang tercantum dalam pasal 1, PBB
menganut tujuh asas seperti tertung dalam pasal 2 piagam perdamaian berikut:

 PBB didirikan atas dasar persamaan kedaulatan dari semua anggota.


 Semua anggota dengan semua itikad baik harus melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan piagam.
 Sengketa-sengketa internasional akan diselesaikan dengan cara damai, sehingga tidak
membahayakan, perdamaian, keamanan dan keadilan nasional.
 Dalam melaksanakan hubungan internasional, semua anggota harus mencegah
tindakan-tindakan yang berupa ancaman atau kekerasan terhadap kedaulatan atau
kemerdekaan politik negara lain.
 Semua anggota harus membantu PBB dalam tindakan-tindakan yang diambil
berdasarkan ketentuan piagam PBB.
 PBB akan menjaga agar negara-negara bukan anggota bertindak sesuai dengan asas-
asas yang ditetapkan oleh PBB.
 PBB tidak akan mengadakan campur tangan dalam masalah-masalah dalam negeri
dari setiap anggota atau mengharuskan penyelesain masalah itu menurut ketentuan
piagam.

2.3.3. Struktur Organisasi PBB

Berikut dipaparka mengenai tugas dan wewenang struktur organisasi PBB.

 Organisasi utama

1. Majelis umum (General Assembly)

 Membersihkan saran dan usulan mengenai urusan perdamaian dan keamanan.


 Membicarakan masalah-masalah internasional dan mengambil keputusan.
 Mengadakan pengawasan terhadap organisasi-organisasi PBB lainnya.
17

1. Dewan keamanan

 Menyelesaikan sengketa antarnegara secara damai.


 Mengambil tindakan, baik preventif maupun repesif dan keamanan dunia.
 Bersama Majelis Umum memilih hakim-hakim internasional

1. Dewan ekonomi dan sosial

 Melaksanakan tugas-tugas sebagaimana ditentukan dalam bidang Majelis Umum.


 Mengajukan usulan dan anjuran kepada Majelis Umum dengan meningkatkan
kesejahteraan.
 Mengkoordinasikan kegiatan badan-badan khusus PBB.

1. Dewan perwakilan

Tugas pokok dewan perwakilan adalah mengadakan pengawasan dan melalui negara yang
ditunggu secara aktif memajukan pemerintahan daerah sesuai dengan tujuan.

1. Mahkamah internasional

 Memeriksa perselisihan atau persengketaan.


 Mengajukan pendapatnya berkenaan kepada Majelis Umum.
 Mendesak dewan keamanan untuk menindak suatu negara yang menghiraukan
keputusan Mahkamah Internasioanl.

1. Sekertariat

 Memimpin aktivitas ketatausahaan PBB.


 Menyusun laporan tahunan PBB yang dibahas dalam sidang Majelis Umum.
 Melaporkan kepada Dewan Keamanan atas setiap perkembangan situasi menurut
penilaiannya.
 Organisasi khusus PBB

Organisasi khusus PBB adalah organ seperti yang dimaksudakan oleh ketentuan-ketentuan
lembaga-lembaga kerjasama internasional dalam PBB.

1. United Nations Funds for Population Activities (UNFPA), dana PBB untuk kegiatan
kependudukan.
2. Food and Agriculture Organization (FAO), orgnisasi yang menangani masalah
pangan, pertanian, perikanan, peternakan dan pekerjaan.
3. World Health Organization (WHO), menangani masalah kemiskinan, kelaparan dan
kesehatan.
4. United Nations Environment Programmed (UNEP), menangani dampak negatif
perkembangan industri dan eksploitasi sumber daya alam.
5. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO),
menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
6. International Monetary Fund (IMF), menangani dana keuangan internasioanl yang
menyediakan kredit bagi negara-negara miskin.
7. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) atau Word Bank,
menyediakan kredit bagi negara-negara miskin.
8. Asia Development Bank (ADB), bank pembangunan Asia.
18

9. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), konferensi PBB


tentang perdagangan dan pembangunan.
10. General Agreement on Tariff Trade (GATT), persetujuan umum mengenai tarif dan
perdagangan. GATT berubah nama menjadi World Trade Organization (WTO),
organisasi perdagangan dunia.
11. European Economic Community (EEC), masyarakat ekonomi Eropa.
12. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC), kerja sama ekonomi Asia Pasifik.
13. European Free Trade Association (EPTA), kerja sama perdagangan bebas Eropa.
14. ASEAN Free Trade Areas (AFTA), kawasan perdagangan bebas ASEAN.
15. Noth American Free Trade Association (NAFTA), kerja sama perdagangan bebas
Amerika Utara (AS, Kanada dan Mexico).
16. Latin American Free Trade Association (LAFTA), kerja sama perdagangan bebas
Amerika Latin.

2.3.4. Peran Indonesia dalam PBB

Hubungan antara Indonesia mengalami pasang surut dari masa ke masa. Bahkan pada masa
Orde Lama, Presiden Soekarno memutuskan untuk keluar dari keanggotaan PBB. Akan tetapi,
Pemerintah Indonesia melalui Presidan Soekarno memutuskan untuk kembali menjadi salah
satu anggota PBB. Berikut peran Indonesia sebagai salah satu anggota aktif PBB.

1. Pengiriman Pasukan Garuda, untuk pertama kali ke Timur Tengah, yaitu Pasukan
Garuda I pada bulan Januari 1957 dalam rangka membantu menyelesaikan konflik di
wilayah tersebut.
2. Pengiriman pasukan Garuda II dan III ke negara Kongo pada tanggal 10 September
1960 untuk mengatasi konflik negara tersebut.
3. Pengiriman pasukan Garuda IV, V, VI, VII dan VIII ke negara Vietnam pada bulan
Januari 1973.
4. Ikut aktif dalam menyelesaikan konflik di Bosnia dengan mengirimkan pasukan
perdamaian ke negara tersebut.
5. Berperan penting dalam pembentukan badan kekuasaan sementara PBB di Kamboja.
Pembentukan dewan tersebut untuk mengawasi transisi pemerintahan yang terjadi di
negara Kamboja.
6. Prestasi gemilang menteri Luar Negeri Adam Malik yang berhasil menjabat sebagai
ketua sidang Majelis Umum PBB untuk masa tahun 1974.

2.4. Peran Indonesia dalam ASEAN

ASEAN merupakan perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Dengan terbentuknya


ASEAN akan memperkukuh ikatan solidaritas, terciptanya perdamaian, dan kerja sama yang
saling menguntungkan di antara negara-negara di Asia Tenggara.
19

2.4.1. Latar Belakang Berdirinya ASEAN

ASEAN dibentuk oleh negara-negara di Asia Tenggara atsa dasar ksesaman wilayah
geografis dan tidak membeda-bedakan sistem politik dan ideologi di negara-negara tersebut.
ASEAN merupakan sebuah organisasi yang mengembangkan kerja sama terutama dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya. Berikut persamaan-persamaan negara-negara di kawasan
Asia Tenggara tersebut.

 Persamaan letak geografis di kawasan Asia Tenggara.


 Persamaan budaya yakni budaya Melayu Austronesia.
 Persamaan nasib, negara-negara di kawasan Asia Tenggara merupakan negara bekas
jajahan bangsa asing, kecuali Thailand yang belum pernah mengalami penjajahan.
 Persamaan kepentingan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara ASEAN,
terutama dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.

2.4.2. Sejarah Berdirinya ASEAN

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN juga
disebut sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia.
ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. ASEAN diprakarsai oleh 5
menteri luar negeri di wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina
dan Singapura.

 Perwakilan Indonesia : Adam Malik.


 Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak.
 Perwakilan Thailand : Thanat Khoman.
 Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos.
 Perwakilan Singapura : S. Rajaratman.

2.4.3. Prinsip Utama ASEAN

Prinsip-prinsip utama ASEAN digariskan sebagai berikut.

 Menghormati kemerdekann, persamaan, integritas dan identitas nasional semua


negara.
 Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan permasalahan nasionalnya tanpa ada
campur tangan negara lain.
 Penyelesaian perbedaan atau perdebatan antarnega dengan aman.
 Menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan.
 Meningkatkan kerja sama yang efektif antara anggota.

2.4.4. Lambang ASEAN


20

Seperti halnya negara lainnya, ASEAN juga mempunyai lambang. Adapun lambang ASEAN
yang dilukiskan atau digambarkan sebagai berikut.

 Lingkaran, mengandung arti kesatuan. Dalam logo ASEAN terdapat dua buag
lingkaran, yaitu limgkaran luar dan dalam. Lingkaran luar berwarna biru
melambangkan perdamaian dan stabilitas. Lingkaran dalam berwarna putih
melambangkan kesucian dan ketulusan.
 Batang padi berjumlah sepuluh, melambangkan jumlah anggota ASEAN. Warna
kuning padi tersebut melambangkan kemakmuran.
 Tulisan ASEAN dan lingkaran lambang berwarna biru, melambangkan persahabatan.
 Warna dasar merah melambangkan keteguhan dan kedinamisan.

Secara keseluruhan lambang ASEAN melambangkan hal-hal berikut.

 Solidaritas dan kesepakatan ASEAN.


 Keterikatan dalam kerja sama demi kemakmuran rakyat negara-negara ASEAN.
 Setia pada perdamaian dan stabilitas kawasan ASEAN dan dunia umumnya.

2.4.5. Anggota ASEAN

Anggota ASEAN yang dulunya hanya lima negara di Asia Tenggara, sekarang telah menjadi
11 negara, yaitu sebagai berikut.

 Filipina sebagai negara pendiri.


 Indonesia sebagai negara pendiri.
 Malaysia sebagai negara pendiri.
 Singapura sebagai negara pendiri.
 Thailand sebagai negara pendiri.
 Brunei Darusalam bergabung pada 7 Januari 1984.
 Vietnam bergabung pada 28 Juli 1995.
 Laos bergabung pada 23 Juli 1997.
 Myanmar bergabung pada 23 Juli 1997.
 Kamboja bergabung pada 16 Desember 1998.

2.4.6. Tujuan Berdirinya ASEAN

Maksud dan tujuan berdirinya ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok 8
Agustus 1967 adalah sebagai berikut.
21

 Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta pengembangan


kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.
 Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu sama lain dalam
masalah ekonomi, sosial, budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
 Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana latihan dan penelitian dalam
bidang pendidikan, profesional, teknik dan administrasi.
 Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian serta
industri, perluasan perdagangan komoditas internasional, perbaikan sarana-sarana
pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat.
 Meningkatkan studi-studi tentang Asia Tenggara.
 Memelihara kerja sama yang erat dan berguna bagi organisasi-organisasi internasional
dan regional yang ada dan bertujuan serupa.

2.4.7. Peran Indonesia di ASEAN

Indonesia adalah salah satu negara yang masuk keanggotaan ASEAN maka Indonesia
memiliki peran penting didalam ASEAN. Berikut adalah peran Indonesia dalam ASEAN.

 Indonesia menjadi salah satu negara yang menggagas lahirnya ASEAN


 Meluncurkan gagasan untuk menghargai dan melindungi HAM
 Meluncurkan gagasan pembentukan komunitas keamanan ASEAN
 Meganjurkan kerja sama penukaran barang dan jasa
 Menganjurkan adanya pementasan kesenian atau budaya negara-negara ASEAN.

2.5. Peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Di era tahun 50-an, Negara-negara di dunia terpolarisasi ke dalam dua kubu. Ketika itu terjadi
pertarungan yang kuat antar blok timur dan blok barat terutama sekali pada era perang dingin
( cold war ) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Lalu di dibentuklah GNB atau gerakan
non blok merupakan salah satu gerakan yang tidak memihak salah satu blok, baik barat (
liberalisme ) ataupun timur (komunisme ).

2.5.1. Sejarah Berdirinya Non Blok

Organisasi gerakan non blok muncul di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia, yaitu
blok barat dan blok timur. Persaingan kedua blok terjadi pada masa perang dingin. Negara-
negara blok timur di pimpin uni soviet sementara Negara-negara blok barat di pimpin oleh
Amerika Serikat. Tiap-tiap blok berusaha menarik dukungan-dukungan dari Negara-negara
22

lain. Supaya Negara-negara berkembang tidak terkena pengaruh blok barat maupun blok
timur, maka didirikanlah Organisasi Gerakan Non Blok.

Kata Non Blok dipaparkan pertama kali oleh Pandit Jawaharial Nehru ( Perdana Mentri India
) dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri langka, dalam pidato tersebut Nehru
menjabarkan 5 pilar yang dapat di terapkan sebagai pedoman untuk membentuk relasi sino-
india yang di sebut dengan Panchesheel ( lima pengendali ), prinsip ini kemudian di pakai
sebagai basis dari geraka non blok. Lima prinsip tersebut ialah sebagai berikut.

1. Saling menghormati integritas territorial dan kedaulatan.


2. Perjanjian tidak saling melakukan agresi
3. Tidak melakukan intervensi urusan dalam negri Negara lain
4. Setara dan saling menguntungkan
5. Menjaga perdamaian

Gerakan Non Blok sendiri berawal dari sebuah konverensi tingkat tinggi Asia Afrika /
konferensi asia afrika yaitu sebuah konferensi yang di adakan di bandung. Pada tahun 1955,
di sana Negara-negara yang tidak berpihak pada blok manapun mendeklarasikan keinginan
mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideology blok barat dan blok timur. Pendiri /
tokoh Gerakan Non Blok ini ada 5 pemimpin dunia, yaitu sebagai berikut :

1. Josip Broz Tito Presiden Yugoslavia


2. Soekarno presiden Indonesia
3. Pandit Jawaharhal Nehru Perdana Mentri India
4. Gamal Abdul Naser Presiden Mesir
5. Kwame Nkrumah dari Ghana

Kemudian gerakan ini di canangkan pertama kali dalam konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
yang di selenggarakan pada tahun 1961 di Blograd (Belgrade). Yugoslavia (sebagai tuan
rumah), Indonesia, india, Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar, Kamboja, Sri Lanka,
Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal,
Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, dan Tunisia.

Denagn di dasari oleh semangat dasa sila bandung, maka pada konferensi tingkat tinggi
(KTT) yang di selenggarakan pada tahun 1961 di Beograd, dibentulah gerakan non blok oleh
Josep Broz Tito (presiden Yugoslavia saat itu), hasil dari konferensi tersebut juga mendaulat
Josep Broz Tito sebagai pimpinan pertama dalam Gerakan Non Blok.

Sejak pertemuan bladgre tahun 1961, serangkaian tingkat tinggi gerakan non blok telah di
selenggarakan yaitu di kairo, mesir ( 1964 ) diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir
kebanyakan dari Negara-negara afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian di Lusaka
Zambia (1970) , Algiers, Aljazair, (1973), kolombo srilanka ( 1976 ), havania, cuba ( 1979 ),
new delhi, india ( 1983) Harare Zimbabwe (1986), Jakarta Indonesia ( 1992), Cartagena
theindias kolombia (1995), Durban afrika selatan (1998), kuala lumpur malesia ( 2003)
Havena Kuba ( 2006 ), sharem elshikh mesir ( 2009 ) , Teheran, iran ( 2012 ) dan terakhir
karakas, Vanazuela pada tahun 2015.

Gerakan ini sempat kehilangan kreadibilitasnya pada tahun 1960-an ketika anggota-
anggotanya mulai terpecah dan bergabung pada salah satu blok, terutama blok timur, dengan
demikian muncul pertanyaan bagaimana sebuah Negara yang bersekutu dengan uni soviet
seperti bisa mengklime dirinya sebagai Negara non blok, Negara adapun kasus dimana india
yang bersekutu dengan uni sioviet melawan tiongkok selama beberapa tahun, lebih buruk lagi,
23

beberapa anggota non blok terlibat dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara
iran dengan irak dan Pakistan dengan india.

Gerakan ini kemudian terpecah pada tahun 1959 ketika terjadi invasi uni soviet terhadap
Afghanistan, saat itu seluruh uni soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, trutama
Negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk
Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.

2.5.2. Tujuan Gerakan Non Blok

Tujuan GNB yaitu seperti yang tercantum dalam gerakan Havana tahun 1979, adalah untuk
menjamin “kemerdekaan”, kedaulata, integritas, territorial nasional, dan keamanan dari
Negara-negara non blok, dalam perjuangan mereka menentang imperlalisme, koloniaalisme,
neo-kolonialisme, apartheid, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi
asing tidak mencampuri urusan dalam negri Negara lain, menentang segala bentuk blok
politik, serta kerjasama internasional berdasarkan peramaan hak.

Adapun tujuan dari Gerakan Non Blok dapat di jabarkan dalam poin utama, yaitu sebagai
berikut :

1. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika serikat
(blok barat) dan uni soviet (blok timur) dalam perang dingin.
2. Membendung pengaruh dampak negatif baik dari blok barat maupun blok timur ke
Negara-negara anggota Gerakan Non Blok.
3. Mengembangkan rasa solidaritas di antara anggota Negara, caranya dengan mebantu
perjuangan Negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan,
dan kemakmuran.

2.5.3. Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok

Gerakan Non Blok ( GNB ) menempati posisi khusus dalam politik luar negri Indonesia
karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Secara khusus,
presiden soekarno di akui sebagai tokoh penggegas dan pendiri GNB, Indonesia menilai
penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini di kontribusikan, tetapi juga mengingat
prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia
sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.

Selain peran yang serta di jelaskan tersebut, berbagai peran serta Indonesia di dalam gerakan
non blok dapat di jelaskan beberapa poin berikut ini.

1. Sebagai salah satu Negara premarkarsa, hal tersebut karena Gerakan Non Blok sendiri
bermula dari sebuah konferensi asia afrika yang di gelar di bandung, pada tahun 1955.
2. Sebagai salah satu Negara pengundang dalam konferensi Tingkat Tinggi GNB yang
pertama, hal ini karena Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan
besar mengundang / mengajak Negara lain untuk bergabung ke dalam GNB.
3. Peran menjadi ketua GNB pada tahun 1992-1995 pada saat itu (1-6 september 1992)
Indonesia menjadi tuan rumah KTT X GNB berjumlah 106 negara.
4. Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian
dunia memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas
keadilan Indonesia memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi Negara-negara
berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya sikap ini secara konskwen di
aktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya di GNB.
24

Bedasarkan penjelasan tersebut, maka keberadaan Negara-negara non blok, secara tegas
mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam konferensi asia asfrika yang ada di bandung
pada tahun 1955 penggunaan istilah-istilah non blok atau “ tidak memihak “ adalah
pernyataan bersama untuk menolak melibatkan diri dalam konfrontasi ideologis antara blok
barat dan timur, lebih lanjut bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non Blok lebih
memfokuskan diri pada upaya perjuangan kemerdekaan nasional menghapuskan kemiskinan
dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang.

2.6. Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

Berakhirnya peran dunia II membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika
untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan. Disamping itu juga ditandai dengan
munculnya 2 kekuatan ideologis, yaitu politik dan militer termasuk pengembangan senjata
nuklir. NKRI dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu
berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan
bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara lain.kebijakan yang menyangkut
hubungan dengan negara lain terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh kerena itu,
pelaksanaan politi luar negeri Indonesia juga harus berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama solidaritas antar bangsa
dengan menyelenggarakan KAA.

2.6.1. Sejarah Berdirinya KAA

Konferensi Asia-Afrika diawali oleh Konferensi Colombo, di Colombo, Ibu kota negara Sri
Lanka. Konferensi ini dilaksanakan tanggal 28 April – 2 Mei 1954. Konferensi ini
mempertemukan lima pimpinan negara Asia, sebagai berikut.

 Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India).


 Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Sri Lanka).
25

 Ali Jinnah (Perdana Menteri Pakistan).


 Nu (Perdana Menteri Burma/Myanmar).
 Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia).

Konferensi Colombo menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya adalah kesepakatan


untuk menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika dalam waktu dekat. Indonesia disepakati
menjadi tuan rumah dalam konferensi tersebut. Sebelum KAA dilaksanakan, tanggal 28-31
Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan di Bogor, Indonesia. Dalam pertemuan
ini disepakati beberapa hal sebagai berikut.

 KAA diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.


 Menetapkan kelima negara peserta konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor.
 Menetapkan 25 negara Asia-Afrika yang akan diundang.
 Menetapkan empat tujuan pokok KAA sebagai berikut.

1. Memajukan kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi kepetingan bersama.


2. Membahas dan meninjau persoalan ekonomi, sosial dan budaya.
3. Membahas dan berusaha mencari penyelesaia masalah kedaulatan nasionalisme,
rasialisme, dan kolonialisme.
4. Mempertkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia.

Konferensi Asia-Afrika dihadiri oleh 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. Anggota KAA
adalah Indonesia, India, Burma, Pakistan, Sri Lanka, Cina, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam
Selatan, Laos, Kamboja, Thailand, Filipina, Nepal, Afganistan, Irak, Iran, Yordania, Turki,
Syria, Saudi Arabia dan Yaman. Adapun negara dari benua Afrika adalah Mesir, Ethiopia,
Libya, Sudan, Liberia, dan Pantai Emas (sekarang Ghana). Pada saat itu KAA menjadi pusat
perhatian dunia Indonesia pun tidak lepas dari perhatian dunia karena menjadi tuan rumah
kala itu. Beberapa keputusan penting dalam Konferensi tersebut adalah sebagai berikut.

 Memajukan kerja sama antarbangsa di kawasan Asia-Afrika dalam bidang sosial,


budaya dan ekonomi.
 Menyerukan kemerdekaan Aljazair, Tunisia, dan Maroko dari penjajahan Prancis.
 Menunut pengembalian Irian Barat (Papua) ke PERDA Indonesia dari Aden kepada
Yaman.
 Menentang diskriminasi dan kolonialisme.
 Ikut aktif dalam mengusahakan dan memelihara perdamaian dunia.

2.6.2. Arti Penting KAA

KAA dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18 – 24 April 1955 mempunyai pengaruh yang
sangat besar bagi Indonesia khususnya dan bagi dunia pada umumnya. KAA berpengaruh
sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di
seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika.

 Pengaruh KAA bagi Indonesia, sebagai berikut.

1. Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC.


2. Adanya dukungan yang diperoleh, yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan
merebut Irian Barat dalam forum PBB.

 Pengaruh KAA bagi negara-negara Asia-Afrika, sebagai berikut.


26

KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika yang


belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA, antara
lain Maroko, Tunisa, dan Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Mail,
Niger, Togo, Dahomei, Chad, Senegal, Pantai Gading, dan beberapa negara Afrika (1960).

 Pengaruh KAA terhadap Dunia, sebagai berikut.

1. Berkuruangnya ketegangan dunia.


2. Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di
negaranya.
3. Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afrika-Asia di PBB.

2.6.3. Peran Indonesia dalam KAA

Setelah perang dunia ke II selesai, muncul dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu blok
barat dan blok timur. Sikap bangsa Indonesia terhadap adanya dua kekuatan tersebut tidak
mau memihak salah satu blok. Sebagai warga negara penganut politik luar negeri bebas aktif,
bangsa Indonesia mengambil jalan sendiri untuk tetap memelihara perdamaian dan
meredakan, ketegangan dunia akibat perang dingin. Salah satu upaya bangsa Indonesia untuk
memelihara perdamaian dunia adalah dengan menggalangkan persatuan dengan negara–
negara di kawasan asia dan afrika. Bersama dengan negara lain, yaitu india, Pakistan, Sri
Lanka dan Burma ( Myanmar ). Bangsa Indonesia diwakili oleh ali sastroamijoyo menjadi
sponsor pelaksanaan konfersi asia afrika.

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu
pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan
KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil
menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.

Dalam pelaksanaan KAA Indonesia berperan penting, karena selain menjadi tempat
berlangsungnya Konferensi tersebut Indonesia juga salah satu negara yang ingin bangsanya
hidup setara, maju di berbagai bidang dan tidak ingin tertindas oleh Negara barat, yang paling
penting adalah mengutamakan kerjasama.

KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri
penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA
untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan
Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA
memberikan dua keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan
mengenai masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki
dwikewarganegaraan diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara
RRC. Kedua, RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat. Berikut ini
makna dan arti penting terselenggaranya KAA.

BAB III

KEDUDUKAN PERWAKILAN DIPLOMATIK INDONESIA

3.1. Pengertian Perwakilan Diplomatik


27

Kalian pernah mendengar istilah duta besar atau konsul jenderal? Atau pernah melihat kantor
kedutaan besar negara asing di negara kita? Mengapa mereka berada di negara kita?
Pertanyaan tersebut akan dikupas jawabannya dalam materi pembelajaran pada bagian ini.

Duta besar dan konsul jenderal merupakan dua unsur yang ada dalam perwakilan suatu negara
di negara lain. Hal tersebut merupakan instrumen atau sarana yang melaksanakan hubungan
internasional yang berkedudukan di negara lain. Perwakilan suatu negara di negara lain dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu perwakilan dalam arti politik dan perwakilan dalam arti non-
politik. Perwakilan dalam arti politik sering disebut perwakilan diplomatik, sedangkan
perwakilan non-politik sering disebut dengan istilah konsuler. Nah, pada bagian ini kalian
akan diajak untuk mengkaji terlebih dahulu tentang perwakilan diplomatik.

Perwakilan diplomatik adalah perwakilan yang kegiatannya mewakili negaranya dalam


melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau suatu organisasi
internasional. Atau dengan kata lain, perwakilan yang kegiatannya melaksanakan kepentingan
negaranya di luar negeri. Seseorang yang diberi tugas sebagai perwakilan diplomatik suatu
negara biasanya disebut sebagai diplomat.

Untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain, suatu negara biasanya saling
menempatkan perwakilan diplomatik dengan negara mitranya. Bagaimana prosedur
pembukaan dan pengangkatan perwakilan diplomatik di negara lain? Proses pembukaan dan
pengangkatan perwakilan diplomatik di antara kedua negara yang menjalin hubungan
diplomatik, secara garis besar dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Kedua belah pihak/negara melakukan kegiatan pendahuluan yang diawali dengan


tukar-menukar informasi tentang kemungkinan dibukanya perwakilan diplomatik.
Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh kepala negara atau departemen luar negeri
masing-masing.
2. Masing-masing pihak kemudian mengajukan permohonan persetujuan (agreement)
untuk menempatkan diplomat (duta besar/duta) yang dicalonkan oleh masing-masing
pihak/negara. Setiap diplomat yang dicalonkan tersebut belum tentu diterima,
tergantung pada penilaian negara yang akan menerimanya. Apabila seorang calon
dianggap persona non-grata oleh negara penerima, berarti calon tersebut ditolak.

Dengan demikian, harus diajukan calon lain sampai mendapatkan persetujuan.

1. Setelah ada persetujuan kedua belah pihak untuk saling menempatkan diplomat, maka
diplomat tersebut menerima surat kepercayaan (letter of credence) dari departemen
luar negeri masing-masing yang telah ditandatangani oleh kepala negara. Surat
kepercayaan tersebut menerangkan kebenaran identitas calon diplomat tersebut.
2. Para penerima surat kepercayaan (diplomat) harus menemui direktur protokol
departemen luar negeri untuk memperoleh keterangan mengenai ketentuan yang harus
mereka laksanakan saat bertugas.
3. Penyerahan surat kepercayaan oleh diplomat kepada pihak/negara yang akan
menerima. Surat kepercayaan tersebut kemudian diserahkan langsung kepada kepala
negara penerima. Adapun, surat kepercayaan kuasa usaha, diberikan kepada menteri
luar negeri negara penerima. Dalam upacara penyerahan surat kepercayaan tersebut,
seorang diplomat menyampaikan pidato di hadapan kepala negara penerima. Isi pidato
tersebut harus sudah diketahui oleh menteri luar negeri negara penerima.

3.2. Tugas dan Fungsi Perwakilan Diplomatik RI


28

Secara umum seorang perwakilan diplomatik mempunyai tugas yang mencakup hal-hal
berikut ini.

1. Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat


melakukan protes, mengadakan penyelidikan dengan pemerintah negara penerima. Ia
mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.
2. Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan negara
tempat ia diakreditasikan maupun dengan negara-negara lainnya.
3. Observasi, yaitu menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara
penerima yang mungkin dapat mempengaruhi kepentingan negaranya.
4. Proteksi, yaitu melindungi pribadi, harta benda dan kepentingan-kepentingan warga
negaranya yang berada di luar negeri.
5. Persahabatan, yaitu meningkatkan hubungan persahabatan antara negara pengirim
dengan negara penerima, baik dibidang ekonomi, kebudayaan maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi.
6. Apabila dianggap perlu dapat bertindak sebagai tempat pencatatan sipil, pemberian
paspor,dan sebagainya.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang diplomat dapat berfungsi sebagai lambang prestise
nasional negaranya di luar negeri dan mewakili kepala negaranya di negara penerima. Selain
itu, dia dapat berfungsi sebagai perwakilan yuridis dari pemerintah negaranya. Misalnya, dia
dapat menandatangani perjanjian, meratifikasi dokumen, mengumumkan pernyataan dan lain-
lain. Dia juga dapat berfungsi sebagai perwakilan politik. Dalam melaksanakan fungsinya
tersebut, seorang diplomat dapat menjadi alat penghubung timbal balik antara kepentingan
negaranya dengan kepentingan negara penerimanya.

Berdasarkan Konvensi Wina 1961, disebutkan bahwa fungsi perwakilan diplomatik adalah
sebagai berikut.

1. Mewakili kepentingan negara pengirim di negara penerima.


2. Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima di
dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
3. Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima.
4. Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima, sesuai
dengan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim.
5. Memelihara hubungan persahabatan antara kedua negara.

Berkaitan dengan hal tersebut, apa saja fungsi perwakilan diplomatik bagi Bangsa Indonesia?
Bagi Bangsa Indonesia penempatan perwakilan diplomatik di negara lain berfungsi sebagai
sarana berikut.

1. Mewakili negara Republik Indonesia secara keseluruhan di negara penerima atau pada
suatu organisasi internasional.
2. Melindungi kepentingan nasional dan warga negara indonesia di negara penerima.
3. Melaksanakan pengamatan, penilaian dan pelaporan.
4. Mempertahankan kebebasan Indonesia terhadap imperialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya dengan melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
5. Mengabdi kepada kepentingan nasional dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur.
6. Menciptakan persahabatan yang baik antara negara Republik Indonesia dan semua
negara guna menjamin pelaksanaan tugas negara perwakilan diplomatik.
29

7. Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap warga negara indonesia yang


berada di wilayah kerjanya.
8. Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler protokol, komunikasi
dan persandian.
9. Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan urusan
rumah tangga perwakilan diplomatik.

3.3. Perangkat Perwakilan Diplomatik RI

Secara umum semua negara yang membuka perwakilan diplomatik di negara lain, mempunyai
perangkat perwakilan diplomatik. Bagaimana dengan perangkat perwakilan diplomatik negara
Republik Indonesia? Unsur atau perangkat perwakilan diplomatik indonesia terdiri dari
lembaga-lembaga berikut.

1. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.

Perangkat ini merupakan kepala perwakilan diplomatik tingkat tinggi yang bertanggung
jawab kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Luar Negeri. Duta besar luar
biasa dan berkuasa penuh mempunyai kewajiban sebagai berikut:

 Mengatur pelaksanaan tugas-tugas pokok perwakilan Republik Indonesia;


 Melaksanakan petunjuk, perintah, dan kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah
Republik Indonesia;
 Memberikan laporan, pertimbangan, saran dan pendapat baik diminta maupun tidak
mengenai segala hal yang berhubungan dengan tugas-tugas pokok kepada menteri luar
negeri;
 Melakukan pembinaan semua staf agar tercapai kesempurnaan tugas masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, duta besar luar biasa dan berkuasa penuh mempunyai
wewenang untuk:

 Menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan kegiatan perwakilan diplomatik;


 Mengeluarkan peraturan yang diperlukan dalam menyelenggarakan dan
menyempurnakan kegiatan perwakilan;
 Melakukan tindakan-tindakan otorisasi, yaitu berwenang mengatur penggunaan
anggaran.

1. Kuasa Usaha

Kuasa usaha adalah pejabat dinas luar negeri dan pegawai negeri lainnya yang ditunjuk oleh
menteri luar negeri untuk bertindak sebagai kepala perwakilan diplomatik. Hal ini dilakukan
selama duta besar luar biasa dan berkuasa penuh tidak berada di wilayah kerjanya, atau sama
sekali berhalangan dalam menjalankan tugasnya.

Kuasa Usaha tidak ditempatkan oleh kepala negara kepada kepala negara, tetapi kuasa usaha
ini ditempatkan oleh Menteri Luar Negeri RI kepada menteri luar negeri pihak negara
penerima.

1. Atase-Atase Republik Indonesia

 Atase pertahanan
30

Atase pertahanan adalah perwira TNI/POLRI dari kementerian luar negeri. Perwira ini
ditempatkan di perwakilan luar negeri dengan status sebagai unsur korps diplomatik. Mereka
melaksanakan tugas-tugas perwakilan luar negeri di bidang pertahanan dan keamanan.

Atase pertahanan mempunyai fungsi untuk:

1. Mengamati, menelaah dan melaporkan perkembangan berbagai masalah yang


berhubungan dengan keamanan dan pertahanan;
2. Mengumpulkan dan mengolah data serta bahan-bahan keterangan lainnya mengenai
berbagai masalah;
3. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh kepala perwakilan RI tempat ia
bertugas;
4. Mengkoordinasikan kegiatan lembaga-lembaga ekstra-struktural yang mempunyai
kaitan dengan bidang keamanan dan pertahanan, kecuali ditetapkan lain oleh kepala
perwakilan RI yang terkait;
5. Memberikan laporan perkembangan, sasaran dan pendapat baik diminta maupun tidak,
mengenai segala hal yang berhubungan dengan masalah keamanan dan pertahanan,
kepada perwakilan RI setempat.

 Atase Teknis

Atase teknis adalah pegawai negeri RI dari kementerian luar negeri atau pegawai negeri dari
kementerian lain atau dari lembaga pemerintahan non-kementerian. Mereka diperbantukan
kepada kementerian luar negeri untuk melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan tugas
pokok kementerian yang mengirimkan atau sesuai dengan tugas pokok lembaga pemerintah.

Atase teknis diangkat dan diberhentikan oleh menteri luar negeri atas usul menteri dan
pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian yang bersangkutan.

3.4. Pembukaan atau Penukaran Perwakilan Diplomatik atau Konsuler

Persyaratan dalam pembukaan atau pertukaran perwakilan diplomatik (dalam arti politis)
ataupun konsuler ( dalam arti non-politis) dengan negara lain adalah sebagai berikut.

1. Harus ada kesepakatan antar kedua belah pihak (mutual conceat) yang akan
mengadakan pembukaan atau pertukaran diplomatik ataupun konsuler. Kesepakatan
tersebut berdasarkan pasal 2 Konvensi Wina 1961, dituangkan dalam bentuk
persetujuan bersama (joint agreement) dan komunikasi bersama (joint declaration).
2. Prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku, yaitu setiap negara dapat
melakukan hubungan atau pertukaran perwakilan diplomatik berdasarkan prinsip-
prinsip hubungan yang berlaku dan prinsip timbal balik (resipprositas).

Anda mungkin juga menyukai