Persegi Panjang
Pad foundation atau pondasi telapak adalah pondasi yang biasa digunakan untuk menumpu kolom
bangunan, tugu, menara, tangki air, cerobong asap dan beberapa bangunan sipil lainnya. Pondasi ini
berbentuk papan yang terbuat dari beton bertulang dan diletakan di atas tanah pada kedalaman tertentu
dengan dimensi dan ketebalan yang tertentu pula. Biasanya, pondasi ini dibuat dengan dimensi yang
lebih besar daripada kolom diatasnya, Hal ini bertujuan agar beban yang diteruskan ke pondasi dapat
disebarkan keluasan tanah yang lebih besar dibawahnya.
Karena dimensi ukuran dari pondasi dibuat lebih besar daripada kolom diatasnya, maka secara fisik
terlihat seperti alas kaki atau sepatu kolom, sehingga pondasi ini bisa disebut juga sebagai pondasi kaki
pelat atau “foot plate”
Secara geometrik, bentuk dari pondasi telapak ini dapat dibuat dengan dua macam bentuk, yaitu dengan
bentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
Pondasi dengan bentuk bujur sangkar biasanya digunakan jika beban yang bekerja pada pondasi berupa
beban tekan sentris (P) dan tanpa momen (M), (atau jika ada tapi momennya kecil). Namun apabila
beban yang bekerja pada pondasi berupa beban tekan sentris (P) dan momen (M) secara bersamaan,
maka biasanya digunakan pondasi persegi panjang.
Lho mengapa demikian ?
Lihat ilustrasi berikut,
Nah, kira-kira lebih sulit mana, menggulingkan pondasi di gambar 1 atau pondasi di gambar 2 ?
Dari sini saja sudah terlihat mengapa harus digunakan pondasi berbentuk persegi panjang. Untuk beban
tekan sentris, pondasi dengan bentuk bujur sangkar cukup stabil menahan beban. Namun, apabila selain
beban tekan ini ada lagi beban momen (M) yang menyebabkan penggulingan seperti gambar diatas,
maka bentuk pondasi harus disiasati agar bisa menahan penggulingan, dengan cara memperbesar salah
satu sisi bagian pondasi yang lemah atau tidak aman terhadap beban yang menggulingkannya.
Dan tentu saja, selain luas penampang yang diperbesar, ada faktor lain yang juga harus dijadikan
perhatian agar pondasi yang kita buat nantinya aman dan stabil terhadap beban yang bekerja. “Aman”
dalam artian tidak ngguling, tidak nggeser dan tidak ambles yang mengakibatkan kerusakan struktur
dibagian atasnya, seperti kolom retak, dinding retak, keramik lantai pecah-pecah dan lain sebagainya.
Apakah faktor tersebut?
Terus bagaimana caranya agar kita bisa tahu bahwa tanah tempat pondasi tersebut diletakan mempunyai
- tanya tukang (tidak dianjurkan, tapi boleh dicoba sebagai bahan masukan dan bertukar fikiran)
- Pengujian atau pemeriksaan tanah, baik di laboratorium atau di lapangan ---> ini yang paling di
rekomendasikan
Nich sob… akibatnya jika pondasi sampai mengalami pergeseran atau penurunan yang melebihi batas
toleransi.
Pondasi telapak, apakah nantinya didesain berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang, yang penting
adalah pondasi tersebut harus kuat menahan beban yang bekerja padanya. Dan tentu saja seperti yang
sudah disinggung diatas, selain pondasi harus kuat, tanah tempat pondasi tersebutdiletakan juga harus
bisa memberikan daya dukung yang cukup kuat agar pondasi tidak mengalami penurunan yang
melebihi batas toleransi sehingga mengakibatkan rusaknya struktur dibagian atas.
Catatan :
1. “spreadsheet perencanaan pondasi telapak persegi panjang”, adalah seri lanjutan dari spreadsheet
perencanaan pondasi tapak yang sebelumnya telah membahas mengenai “spreadsheet perencanaan
pondasi telapak bujur sangkar”
2. Untuk spreadsheet “perencanaan pondasi telapak persegi panjang” ini penulis tetap mengandalkan
microsoft excel sebagai platform nya, selain dikarenakan pengoperasiannya yang relatif mudah, excel
juga memilki kekuatan di bahasa ‘macro-nya’ dan bisa dikolaborasikan dengan visual basic sehingga
hasilnya betul2 memuaskan.
Screenshoot Spreadsheet
(Input Data)
(Laporan Singkat Perhitungan)
(Grafik Tegangan Tanah)
(Hasil Perhitungan)
(Hasil Perhitungan)
(Hasil Perhitungan)
(Desain Tulangan)
3. Spreadsheet ini dalam analisanya tidak memperhitungkan pengaruh eksentrisitas kolom terhadap
pondasi, jadi seandainya pengaruh tersebut diperhitungkan, sobat harus menghitungnya sendiri.
4. Tidak seperti “spreadsheet perencanaan pondasi telapak bujur sangkar”, Untuk spreadsheet
“perencanaan pondasi persegi panjang” ini ukuran kertas, margin, dan layout nya sudah diatur
sedemikian rupa sehingga hasilnya bisa langsung dicetak dan tidak perlu di setting lagi.
Landasan Teori (Dasar Perencanaan)
Retak pondasi yang diakibatkan oleh gaya geser 1 arah, biasanya terjadi kurang lebih sejarak d dari
muka kolom, dimana d adalah tebal efektif podasi
Dimana :
Pu = Gaya aksial terfaktor kolom……. (N)
Pup = Daya dukung pondasi yang dibebani……. (N)
fc’ = Mutu beton yang diisyaratkan……. (Mpa)
A = Luas daerah yang dibebani…….(mm2)
Dasar teori spreadsheet perhitungan pondasi telapak persegi panjang ini mengacu pada SNI 03-2487-
2002, dan alur langkah perhitungan ada dalam bagan alir perencanaan pondasi yang ada dalam
spreadsheet tersebut.
Berikut adalah salah satu contoh proyek bangunan villa di daerah Tretes-Mojokerto yang pernah dihitung
sama penulis dengan menggunakan spreadsheet ini. Struktur secara keseluruhan dianaliasa dengan
menggunakan STAAD Pro untuk dicari gaya dalamnya, kemudian gaya dalam tersebut diolah sedemikian
rupa dengan spreadsheet EBC dan ECC untuk didapatkan desain tulangan balok dan tulangan kolomnya,
sedangkan untuk desain pondasi dianalisa menggunakan spreadsheet ini.
Catatan :
1. Spreadsheet ”EBC” atau excel beam calculation adalah spreadsheet excel yang digunakan untuk
menghitung kebutuhan penulangan balok. Didesain sangat simple dan bisa menampung banyak data.
EBC ini lebih dikhususkan untuk STAAD karena settingan lembar input data gaya dalam disesuaikan
dengan lembar output gaya dalam STAAD (gaya dalam dari frame/element ditampilkan per 1/5 bagian).
Jika sobat ingin tahu seperti apa dan bagaimana EBC itu? silahkan klik di sini.
2. Sama halnya seperti spreadsheet “EBC”, cuman bedanya ECC digunakan untuk mencari desain
tulangan dari kolom. ECC sendiri adalah singkatan dari excel column calculation. Spreadsheet ini belum
saya share, Insya Alloh ke depan saya share ke sobat semuanya.
3. Pembahasan hanya difokuskan pada cara penggunaan spreadsheet ini yaitu untuk
menghitungpondasi-nya saja. Sedangkan untuk penggunaan EBC dan ECC dibahas di posting
berikutnya, Insya Alloh…
(Tampak Depan)
(Denah Lantai 1)
(Denah Lantai 2)
(Denah Atap)
(View 3D – STAAD Pro)
Kita akan mencoba mendesain pondasi pada salah satu titik tertentu. Untuk itu coba perhatikan gambar
rencana denah sloof dan titik pondasi berikut ini :
Penyelesaian :
4. Sekarang geser scroll mouse kebawah lagi untuk melihat tegangan tanahnya.
Garis tegangan tanah (warna biru) diatas garis daya dukung tanah (warna merah). ini menunjukan
tegangan tanah melampaui daya dukung tanah yang di izinkan, sehingga ukuran dimensi pondasi
harus diperbesar
5. Sekarang kita ganti ukuran pondasi menjadi 1,30 m x 1,60 m, dengan tebal 0,30 m
6. Jika sudah, sekarang geser scroll mouse kebawah untuk melihat laporan singkatnya. Hasilnya sebagai
berikut :
Daya dukung tanah lebih besar dari tegangan tanah yang terjadi. Ketahanan beton pondasi cukup kuat
atau lebih besar dari gaya geser 1 arah dan 2 arah, serta daya dukung pondasi aman terhadap beban
yang bekerja (Pu > Pu,k). Sehingga pondasi dengan ukuran (1,30 x 1,60) m dengan tebal = 0,3 m bisa
untuk diaplikasikan.
Tulangan pondasi didesain :
Sejajar Arah Panjang : D13 – 139 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 11
buah)
Arah melintang (di jalur pusat) : D13 – 164 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya
ada = 9 buah)
- Arah Tepi (kanan) : D13 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1
buah)
- Arah Tepi (kiri) : D13 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)
Mungkin sobat bingung dengan format penulisan penulangan diatas, biar tidak bingung, sobat klik tab
sheet “Desain Tulangan”. (Lihat hasil penulangannya dalam bentuk grafik)
7. Sekarang kita cek panjang penyaluran tegangan tulangan, untuk itu klik tab sheet “Hasil
Perhitungan”. Geser scroll mouse ke bawah sampai di halaman 9
Perhatikan notasi yang saya beri kotak warna biru, didalamnya ada kotak yang berwarna orange. Kotak
tersebut adalah kotak input data yang harus di isi untuk mengetahui panjang tegangan tulangan yang
terjadi.
Adapun penjelasan notasi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
α = Faktor lokasi penulangan
- 1,3 jika tulangan berada diatas beton setebal ≥ 300 mm
- 1,0 untuk tulangan lain
(karena beton segar dibawah tulangan (selimut beton) adalah = 75 mm, maka α = 1)
β = Faktor pelapis
- 1,5 jika batang atau kawat tulangan berlapis epoksi dengan selimut beton kurang dari 3 db atau spasi
bersih tulangan kurang dari 6db.
- 1,2 jika batang atau tulangan berlapis epoksi lainnya
- 1,0 jika tulangan tanpa epoksi
(karena tulangan kita tanpa epoksi, maka nilai β = 1,0)
c = Spasi antar tulangan atau dimensi selimut beton (diambil nilai terkecil)… (mm)
( c = 75 mm)
Catatan :
Penjelasan secara lengkap mengenai notasi2 ini, sobat bisa merujuk ke SNI 03-2847, pasal 14.2.3
Karena panjang penyaluran λd = 267,90 < 300, maka tidak memenuhi persyaratan, untuk itu tulangan
diganti dengan diameter 16 mm (D16).
Sehingga λd = 329,72 > 300… (Ok!)
Oleh karena terjadi perubahan pada rencana ukuran batang tulangan, maka hitungan dan hasil desain
tulangan secara keseluruhan berubah.
Berikut adalah hasil desain setelah terjadi perubahan ukuran tulangan (lihat gambar bawah) :
Rencana dimensi pondasi = (1,30 x 1,60) m, tebal = 30 cm
Penulangan pondasi :
Sejajar Arah Panjang : D16 – 211 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 8
buah)
Arah melintang (di jalur pusat) : D16 – 254 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya
ada = 6 buah)
- Arah Tepi (kanan) : D16 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1
buah)
- Arah Tepi (kiri) : D16 – 450 (Jika dikonversikan ke parameter jumlah, maka jumlahnya ada = 1 buah)
Untuk kemudahan dilapangan, maka tulangan dipasang sebagai berikut :
Sejajar arah panjang : D16 - 200
Sejajar arah pendek : D16 - 250