Af - Bab I-4
Af - Bab I-4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit yang dapat menyerang
parenkim paru dan disebabkan oleh bakteri (mycobacterium tuberculosis). TB
Paru menyebar melalui udara sehingga ketika seorang penderita TB Paru
batuk, bersin atau meludah maka bakteri infeksius akan tersebar ke udara dan
dapat menginfeksi orang lain jika terhirup (World Health Organization
[WHO], 2017). Kuman TB Paru bukan hanya menginfeksi paru-paru tetapi
juga dapat masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh yang
lain seperti tulang, sendi, selaput otak, kelenjar getah bening dan lainnya
sehingga penyakit TB diluar paru-paru disebut TB extrapulmoner (Carolus,
2017).
Menurut Prihanti, Sulistiyawati, dan Rahmawati (2015) beberapa faktor
risiko penyakit TB Paru diantaranya adalah BMI (body mass index) rendah,
riwayat imunisasi BCG yang tidak dilakukan atau tidak lengkap, riwayat
kontak dengan penderita TB, kondisi lingkungan rumah yang tidak sehat dan
riwayat merokok. Hasil penelitian Suryo (2010) menyebutkan bahwa faktor
lain yang menjadi faktor resiko penyakit TB Paru adalah usia anak-anak dan
usia produktif, jenis kelamin laki-laki, status pendidikan rendah, pekerjaan
yang terpapar partikel infeksius, keadaan sosial ekonomi yang rendah, dan
kesadaran tentang perilaku sehat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes, 2014)
juga menyebutkan bahwa penderita HIV memiliki resiko tinggi terkena TB
Paru berkaitan dengan defisiensi sistem kekebalan dalam tubuh sehingga
lebih mudah terserang penyakit.
WHO (2016) menyebutkan TB Paru merupakan penyakit penyebab
kematian nomor sembilan diseluruh dunia. Kejadian TB Paru diseluruh dunia
pada tahun 2015 mencapai 10,4 juta kejadian dengan 1,4 juta kematian.
Kejadian tertinggi pada tahun 2015 terjadi di India 2,8 juta kasus (26%),
1
2
Indonesia 1,02 juta kasus (10%) dan China 918 ribu kasus (9%). WHO
(2017) juga menjelaskan pada tahun 2016 ditemukan 6,3 juta kasus baru
sehingga estimasinya menjadi 16,7 juta jiwa penderita TB Paru dan 1,6 juta
kematian dengan negara penyumbang tertinggi adalah India 3,8 juta kasus
(23%), Indonesia 2,7 juta kasus (16%) dan Nigeria 1,3 juta kasus (8%).
Indonesia pada dua tahun terakhir tetap menduduki posisi kedua dengan
angka kejadian TB Paru terbanyak di dunia.
Menurut perkembangannya, penyakit TB Paru di dunia dikenal sangat
cepat dan banyak menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua di dunia
setelah India (WHO, Global Tuberculosis Report, 2016). TB Paru juga
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
saluran pernapasan pada semua kelompok usia serta nomor satu untuk
golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB Paru di Indonesia
diperkirakan sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya (Kemenkes RI, 2011).
Kejadian TB Paru di Kabupaten Indragiri Hulu berkisar 226 kasus pada tahun
2016, 390 kasus pada tahun 2017, dan 135 kasus pada tahun 2018. Di
Puskesmas Lirik, kejadian TB Paru berjumlah 22 kasus pada tahun 2016, 23
kasus pada tahun 2017, dan 11 kasus pada tahun 2018. Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan keluarga tentang TB Paru. Pengetahuan
keluarga tentang TB Paru akan berakibat pada sikap keluarga tersebut untuk
menjaga dirinya tidak terkena TB Paru. Hal ini sesuai dengan penelitian
Baharuddin (2015) tentang “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang
Pencegahan Penularan TB Paru di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Makassar”, dimana didapatkan hasil dari 21 responden, lebih dari setengah
jumlah responden yaitu 14 orang yang tidak tau tentang pencegahan
penularan TB Paru, selebihnya hanya 9 orang yang mengetahui tentang
pencegahan penularan TB Paru.
Untuk mencapai keberhasilan pengobatan, bukan semata-mata menjadi
tanggungjawab penderita, namun harus dilihat bagaimana faktor-faktor lain
yang mempengaruhi perilaku penderita dalam melengkapi dan mematuhi
3
B. Rumusan Masalah
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit yang dapat menyerang
parenkim paru dan disebabkan oleh bakteri (mycobacterium tuberculosis) dan
menyebar melalui udara dan menginfeksi jika terhirup. Angka kejadian TB
Paru sangat tinggi dan merupakan penyebab kematian nomor sembilan di
dunia. Indonesia sendiri menduduki posisi kedua dengan kejadian TB Paru
terbanyak di dunia. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang TB Paru. Pengetahuan keluarga TB Paru akan berakibat
pada sikap keluarga tersebut untuk menjaga dirinya tidak terkena TB Paru.
TB Paru dapat dicegah penularannya dan juga disembuhkan jika sudah
terinfeksi. Penularan TB Paru dapat dicegah melalui beberapa program
penanggulangan TB Paru. Program penanggulangan Tuberculosis yang dibuat
oleh Depkes RI dibidang promotif adalah dengan penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting tentang
Tuberculosis secara langsung ataupun menggunakan media.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan
leaflet terhadap pengetahuan keluarga tentang TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan
dan pekerjaan, lama menderita TB Paru).
b. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang TB Paru sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet
pada kelompok eksperimen.
c. Mengetahui perbedaan pengetahuan keluarga tentang TB Paru sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan
leaflet pada kelompok eksperimen
D. Manfaat Penelitian
1. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan khususnya mengenai efektivitas
pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet terhadap pengetahuan
keluarga tentang TB Paru.
2. Tempat penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
melakukan pendekatan dan pembinaan serta meningkatkan pendidikan
kesehatan tentang TB Paru agar keluarga dapat mengetahui dan mencegah
penularan TB Paru di sekitar lingkungan mereka.
7
3. Keluarga
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang TB Paru.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan evidence based bagi
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.