TINJAUAN PUSTAKA
paling dekat adalah memahami teori agensi (agency theory). Teori ini memberikan
wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agen dengan prinsipal
atau prinsipal dengan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendeskripsikan agency
theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, yang mana
menyediakan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada owner atau
sebagai evaluasi kinerja manajer (Masri dan Martani, 2012). Terjadinya konflik
kepentingan antara pemilik dengan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak
sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen,
12
Teori agensi mengarah pada kondisi dimana sering terjadi ketidakseimbangan
informasi antara pemilik dan manajer dalam mencapai tujuan perusahaan. Teori agensi
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham
(Solihin, 2009). Hal tersebut terjadi karena manajer lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik
kegiatan manajer. Teori ini memberikan asumsi bahwa manajer tidak dapat sepenuhya
kepentingan para pemegang saham dan teori agensi dipandang lebih mencerminkan
Agency relationship adalah kontrak dimana satu atau lebih orang (owner)
menunjuk seorang lainnya (agent) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama
keputusan, dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu
mengoptimalkan sumber daya yang ada secara maksimal. Bila kedua pihak
bertindak untuk kepentingan pemilik. Hal ini sangat beralasan sekali karena pada
13
keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan
tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan
mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji. Dengan adanya monitoring cost
keputusan manajemen dalam praktik akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen
bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. governance
berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakni bahwa manajer tidak akan menggelapkan
dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu corporate governance
juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan
Vishny, 1997), dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan berfungsi
14
2.1.2. Corporate Governance
Menurut Sutojo dan Aldridge (2005), kata governance diambil dari kata latin,
manajemen bisnis kata tersebut diadaptasi menjadi corporate governance yang artinya
perusahaan.
para pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan
perusahaan. Istilah corporate governance ini muncul karena adanya agency theory di
Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang
Perusahaan yang Baik (Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah
15
prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan
perusahaan atau corporate governance merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
pemilik yang nantinya akan berdampak pada terciptanya kesejahteraan bagi para
kepercayaan kepada investor bahwa dana yang mereka investasikan dikelola secara
tepat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan para pemegang
saham. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu
negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Solihin, 2009). Dalam
didalamnya telah diaplikasikan dengan baik dan efektif demi kemajuan dan
16
2.1.2.1. Prinsip-prinsip Corporate Governance
harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Kelima, Kewajaran dan
17
Kesetaraan (Fairness), dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa
perusahaan.
terhadap perusahaan.
dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value.
18
Indonesia. Keempat, pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
a. Mekanisme eksternal
mengesahkan legalitas.
b. Mekanisme internal
institusi pendiri perusahaan , bukan institusi pemegang saham public yang diukur
denan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor indtitusi intern (sujoko,
2007). Adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham , maka pemilik
Agresifitas pajak mengarah pada penhematan pajak , itu juga menyebabkan seubuah
perusahaan potensial dikenakan sanki oleh IRS terkait biaya pelaksanaan dan biaya
agency (Chen, 2008) . Fokus pada pengungkapan suka rela menemukan bahwa
19
perusahaan dengan kepemilikan institusionak yang lebih besar lebih memungkinkan
saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah keagenan yang ada dalam perusahaan. Semakin besar
dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Dalam menentukan
yang terbaik bagi kelangsungan hidup perusahaan karena secara langsung manajemen
akan ikut merasakan setiap keputusan yang diambil. Manajemen akan memperoleh
manfaat langsung dari keputusan yang diambil dan menanggung kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah karena manajemen juga sebagai
pemilik perusahaan.
20
Kepemilikan Publik, pemegang saham publik atau masyarakat merupakan
kepemilikan saham perusahaan yang tidak terafiliasi dengan perusahaan dan saham
yang dimiliki jumlahnya tidak signifikan, yang nilainya masing-masing kurang dari
5%. Dapat dikatakan bahwa pemegang saham publik merupakan pemegang saham
para pemegang saham dalam perusahaan. Perbedaan tersebut terlihat jelas diantara dua
pihak yaitu pemegang saham mayoritas (terbesar) dan pemegang saham minoritas
(publik). Pemegang saham publik berharap mendapatkan return atas dana yang mereka
tindakan manipulasi laba karena pengamatan oleh peserta pasar terhadap jumlah laba
keputusan perusahaaan lewat mekanisme dewan yang berasal dari luar (Handayani,
2007).
yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi
dimaksudkan untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih objektif dan
efektif, harus memenuhi beberapa prinsip yaitu terkait komposisi dewan komisaris
21
yang harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta
dapat bertindak independen. Selain itu, dewan komisaris harus profesional, yaitu
berintegritas dan memiliki kemampuan agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Tugas-tugas utama dewan komisaris meliputi (Ariyani, 2014): (1) Menilai dan
pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja,
perusahaan, investasi dan penjualan asset. (2) Menilai sistem penetapan penggajian
pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu
proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil. (3) Memonitor dan
direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan
dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan
afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada
suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang
22
dikeluarkan oleh BEI , jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah
dan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan
(Pohan,2008).
komisaris independen perusahaan tercatat dan pihak ekstern lain yang independen dan
independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan
oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan
23
2.1.3. Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance )
pajak merupakan upaya menghindari pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi
wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dimana
yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk
tahun 1984 Indonesia menganut self assessment system yang memberi kepercayaan
sendiri pajak terutang. Peran otoritas pajak adalah melakukan fungsi pembinaan,
assessment system sangat bergantung pada kesadaran dan peran serta masyarakat, maka
pada pemerintah dan otoritas perpajakan perlu terus dipupuk melalui pembentukan
badan penerimaan negara yang profesional, kredibel, dan akutabel serta redistribusi
24
Dalam penelitian Hoque, et al. (dalam Puspita, 2014) diungkapkan beberapa
dari aktivitas operasional sebagai laba dari modal sehingga mengurangi laba bersih dan
mengurangi laba kena pajak. Kelima, mencatat pembuangan yang berlebihan dari
bahan baku dalam industri manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.
alternatif-alternatif yang riil yang dapat diterima oleh fiskus, sehingga cara tersebut
tindakan penghindaran pajak maka perusahaan berharap dapat menaikkan laba yang
apabila melakukan salah satu tindakan berikut: (a) wajib pajak berusaha untuk
membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya terutang dengan memanfaatkan
kewajaran interpretasi hukum pajak, (b) wajib pajak berusaha agar pajak dikenakan
25
atas keuntungan yang di declare dan bukan atas keuntungan yang sebenarnya
dikenal peraturan specific anti avoidance rule, akan tetapi ketentuan dalam Pasal 18
tersebut tidak mungkin dapat mencakup seluruh jenis transaksi penghindaran pajak
dan melawan praktik penghindaran pajak yang nantinya akan bermanfaat bagi
perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dalam
26
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti dan Judul
Tahun Penelitian Variabel Hasil Penelitian
No
Penelitian
1. I Made Agus Pengaruh Variabel 1. Komisaris Independen
Riko Dewan Independen: berpengaruh negative
Ariawan Komisaris Komisaris terhadap tax avoidance
dan Putu Ery Independen, Independen 2. Profitabilitas
Setiawan Kepemilikan Profitabilitas berpengaruh negative
tahun 2017 Institusional, Kepemilikan terhadap tax avoidance
Profitabilitas, Institusional 3. Kepemilikan
dan Leverage Institusional
Leverage Variabel berpengaruh positif
terhadap Tax Dependen: terhadap tax avoidance
Avoidance Tax Avoidance 4. Leverage berpengaruh
positif terhadap tax
avoidance
27
Variabel 4. Komite audit tidak
Dependen: berpengaruh terhadap
Pajak Agresif pajak agresif
4. Putu Rista Pengaruh Variabel 1. Komite audit
Diantari dan Komite Independen : berpengaruh negative
IGK Agung Audit, Proporsi Komite Audit terhadap tax avoidance
Ulupui tahun Komisaris Komisaris 2. Komisaris independen
2016 Independen, Independen berpengaruh negative
dan Proporsi Kepemilikan terhadap tax avoidance
Kepemilikan Institusional 3. Kepemilikan
Institusional Ukuran institusional tidak
terhadap Tax Perusahaan berpengaruh terhadap
Avoidance tax
Variabel avoidance
Dependen: 4. Ukuran perusahaan
Tax Avoidance berpengaruh positif
terhadap tax avoidance
28
Variabel 4. Komite audit tidak
Dependen: berpengaruh terhadap
Tax Avoidance tax avoidance
5. Dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap
tax avoidance
7. Muhammad Pengaruh Variabel 1. Kepemilikan
Oktofian Corporate Independen: institusional tidak
tahun 2015 Governance Kepemilikan berpengaruh tax
terhadap Tax Institusional avoidance
Avoidance Komisaris 2. Komisaris Independen
pada sector Independen tidak berpengaruh
perbankan Kepemilikan terhadap tax avoidance
yang terdaftar Manajerial 3. Kepemilikan manajerial
di BEI tahun Komite Audit tidak berpengaruh
2011-2013 terhadap tax avoidance
Variabel 4. Komite audit
Dependen: berpengaruh terhadap
Tax Avoidance tax avoidance
8. Rahmi Pengaruh Good Variabel 1. Kepemilikan
Fadhilah Corporate Independen: institusional tidak
tahun 2014 Governance Kepemilikan berpengaruh terhadap
terhadap Tax Institusional tax avoidance
Avoidance Komisaris 2. Komisaris independen
pada Independen tidak berpengaruh
perusahaan Komite Audit terhadap tax avoidance
manufaktur Kualitas Audit 3. Komite audit
ynag berpengaruh positif
terdaftar di BEI Variabel terhadap tax avoidance
tahun 2009 - Dependen: 4. Kualitas audit
2011 Tax Avoidance berpengaruh negative
terhadap tax avoidance
29
2.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Kepemilikan
Manajerial
H1
( X1 )
Kepemilikan
Institusional H2
( X2 ) Perilaku
Penghindaran Pajak
(Y)
Proporsi Dewan H3
Komisaris
( X3 )
H4
Komite Audit
( X4 )
30
2.4. Pengembangan Hipotesis
Perusahaan
Masalah yang seringkali muncul dalam struktur kepemilikan ini adalah konflik
keagenan akibat dari perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan tersebut dan ikut pula
hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemilik perusahaan (Oktafian,
31
2.4.2. Pengaruh Kepemilikan institusional terhadap Penghindaran Pajak
Perusahaan
pengendali dan pemegang saham minoritas. Pemegang saham publik membeli saham
tingginya atas investasi mereka dengan tingkat resiko yang dapat ditolerir. Bauwhede,
et al. (dalam Santoso, 2014) menemukan bahwa kepemilikan publik berperan sebagai
didukung oleh publik adalah yang menaikkan penghasilan, agar memenuhi harapan
pasar modal dan meningkatkan harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti
kesejahteraan pemilik juga akan meningkat. Pemegang saham publik juga terbukti
32
2.4.3. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak
dalam pelaksanaan GCG. Dengan jumlah dewan komisaris yang semakin banyak maka
fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan juga akan semakin baik. Dewan
ketahanan dan kesuksesan perusahaan terletak pada peran komisaris independen yang
efisiensi dan daya saing perusahaan. Dengan adanya fungsi pengawasan dari dewan
melakukan manipulasi laba. Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha
dengan effective tax rates (ETR) dengan menunjukkan bahwa pengawasan yang
dilakukan oleh komisaris independen dilakukan agar tidak terjadi asimetri informasi
yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan stakeholder. Hasil penelitian yang
mencegah terjadinya aktivitas tax avoidance. Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Prakosa (2014), Fahriani dan Priyadi (2016), Diantari dan Ulupui
33
(2016), serta Ariawan dan Setiawan (2017). Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah
34
2.4.4. Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak ( tax avoidance )
Perusahaan.
professional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal
yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal
pajak dengan cara legal. Keahlian akuntansi atau keuangan yang dimiliki oleh anggota
penghindaran pajak karena mereka lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan
dan cara yang menghindari risiko deteksi, sehingga dapat memberikan saran yang
besar bagi pemegang saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008)
menemukan bahwa jika jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai
dengan peraturan BEI yang mengharuskan minimal tiga orang maka akan
pajak. Menurut Diantari dan Ulupui (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
keberadaan komite audit memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Semakin tinggi
avoidance. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Oktofian (2015) yang menyatakan
bahwa jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance
35
dengan menunjukan bahwa semakin banyak komite audit yang ada dalam suatu
perusahaan dapat meminimalisir praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Hal
tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih
(2012), Dewi dan Jati (2014), serta Winata (2014). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
36