Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Menurut Adrian (2012) untuk memahami corporate governance jalan yang

paling dekat adalah memahami teori agensi (agency theory). Teori ini memberikan

wawasan analisis untuk bisa mengkaji dampak dari hubungan agen dengan prinsipal

atau prinsipal dengan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mendeskripsikan agency

theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, yang mana

satu atau beberapa principals (pemilik) mendelegasikan beberapa otoritas mereka

untuk membuat keputusan kepada agen (manajer). Seorang manajer harus

menyediakan informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada owner atau

pemilik, seperti pengungkapan informasi akuntansi dalam bentuk laporan tahunan

sebagai evaluasi kinerja manajer (Masri dan Martani, 2012). Terjadinya konflik

kepentingan antara pemilik dengan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak

sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan. Sebagai agen,

manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para

pemilik dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.

12
Teori agensi mengarah pada kondisi dimana sering terjadi ketidakseimbangan

informasi antara pemilik dan manajer dalam mencapai tujuan perusahaan. Teori agensi

memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi para pemegang saham,

akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri (self-interest)

bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham

(Solihin, 2009). Hal tersebut terjadi karena manajer lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham) serta rendahnya pengawasan pemilik dalam mengawasi semua

kegiatan manajer. Teori ini memberikan asumsi bahwa manajer tidak dapat sepenuhya

dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun

kepentingan para pemegang saham dan teori agensi dipandang lebih mencerminkan

kenyataan yang ada.

Agency relationship adalah kontrak dimana satu atau lebih orang (owner)

menunjuk seorang lainnya (agent) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama

pemilik. Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil

keputusan, dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu

mengoptimalkan sumber daya yang ada secara maksimal. Bila kedua pihak

memaksimalkan perannya, cukup beralasan apabila manejemen tidak akan selalu

bertindak untuk kepentingan pemilik. Hal ini sangat beralasan sekali karena pada

umumnya pemilik welfare motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya

manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung

memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability

13
keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan

tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan

mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji. Dengan adanya monitoring cost

tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan kesejahteraan pemilik, walaupun

keputusan manajemen dalam praktik akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen

dan Mekling, 1976).

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan

dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan

bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan

ketentuan yang berlaku (Solihin, 2009). Corporate governance diharapkan bisa

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa

mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. governance

berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan

memberikan keuntungan bagi mereka, yakni bahwa manajer tidak akan menggelapkan

atau menginvestasikan ke dalam proyek proyek yang tidak menguntungkan berkaitan

dengan modal yang telah ditanamkan oleh investor. Selain itu corporate governance

juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan

Vishny, 1997), dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan berfungsi

untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan.

14
2.1.2. Corporate Governance

Menurut Sutojo dan Aldridge (2005), kata governance diambil dari kata latin,

yaitu gubernance yang artinya mengarahkan dan mengendalikan. Dalam ilmu

manajemen bisnis kata tersebut diadaptasi menjadi corporate governance yang artinya

sebagai upaya mengarahkan dan mengendalikan kegiatan organisasi termasuk

perusahaan.

Menurut Forum Corporate Governance on Indonesia (FCGI), corporate

governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta

para pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

hakhak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan

perusahaan. Istilah corporate governance ini muncul karena adanya agency theory di

mana kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan.

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (dalam

Santoso, 2014) mendefinisikan corporate governance sebagai sistem yang

dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan.

Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang

berkepentingan terhadap suatu perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan

pengurus, manajer, dan semua anggota stakeholders non pemegang saham.

Sedangkan sesuai dengan pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara BUMN

No.PER-01 /MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola

Perusahaan yang Baik (Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah

15
prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, secara singkat tata kelola

perusahaan atau corporate governance merupakan suatu sistem yang dirancang untuk

mengarahkan pengelolaan perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip

transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran, dan kesetaraan.

Corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang

bersih, transparan, dan profesional.

Dengan penerapan corporate governance yang baik dalam sebuah perusahaan

diharapkan dapat meminimalisir munculnya konflik kepentingan antara manajer dan

pemilik yang nantinya akan berdampak pada terciptanya kesejahteraan bagi para

pemangku kepentingan serta diharapkan mampu memberikan keyakinan dan

kepercayaan kepada investor bahwa dana yang mereka investasikan dikelola secara

tepat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan para pemegang

saham. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu

negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan

masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Solihin, 2009). Dalam

penerapan corporate governance juga harus dipastikan bahwa prinsip-prinsip

didalamnya telah diaplikasikan dengan baik dan efektif demi kemajuan dan

perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang.

16
2.1.2.1. Prinsip-prinsip Corporate Governance

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG

memiliki prinsip sebagai berikut (Solihin, 2009). Pertama, Transparasi

(Transparency), untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan

harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami

oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-

undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang

saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Kedua, Akuntabilitas (Accountability), perusahaan harus dapat

mempertangungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu

perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Ketiga, Responsibilitas (Responsibility), perusahaan harus mematuhi peraturan

perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan

mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Keempat, Independensi

(Independency), untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Kelima, Kewajaran dan

17
Kesetaraan (Fairness), dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa

memerhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.2.2. Tujuan Corporate Governance

Penerapan corporate governance secara konkret memiliki tujuan terhadap

perusahaan sebagai berikut:

1 Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.


2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi

perusahaan.

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan

terhadap perusahaan.

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

2.1.2.3. Manfaat Corporate Governance

Manfaat penerapan corporate governance menurut Forum for Corporate

Governance in Indonesia (dalam Rukmana dan Mildawati, 2015) adalah: Pertama,

meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan

yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih

meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Kedua, mempermudah diperolehnya

dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value.

Ketiga, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

18
Indonesia. Keempat, pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.

2.1.2.4. Mekanisme Corporate Governance

Menurut Sutedi (2012) mekanisme good corporate governance mekanisme

eksternal dan internal perusahaan diantaranya:

a. Mekanisme eksternal

Mekanisme eksternal dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan yang

meliputi investor, akuntan publik, pemberi pinjaman dan lembaga yang

mengesahkan legalitas.

b. Mekanisme internal

Mekanisme internal dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yang

meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan

komisaris independen, dan komite audit.

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh

institusi pendiri perusahaan , bukan institusi pemegang saham public yang diukur

denan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor indtitusi intern (sujoko,

2007). Adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham , maka pemilik

institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan

membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejaterahan pemegang saham .

Agresifitas pajak mengarah pada penhematan pajak , itu juga menyebabkan seubuah

perusahaan potensial dikenakan sanki oleh IRS terkait biaya pelaksanaan dan biaya

agency (Chen, 2008) . Fokus pada pengungkapan suka rela menemukan bahwa

19
perusahaan dengan kepemilikan institusionak yang lebih besar lebih memungkinkan

untuk mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan sesuatu lebih spesifik, akurat

dan optimis (Khurana, 2009)

Kepemilikan Manajerial, kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan

saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan (Direktur dan Komisaris). Besarnya kepemilikan manajerial diukur dari

jumlah presentase saham yang dimiliki manajer dalam perusahaan. Meningkatnya

kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu cara

untuk mengatasi masalah keagenan yang ada dalam perusahaan. Semakin besar

kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan

kinerjanya karena manajemen memiliki tanggung jawab untuk memenuhi keinginan

dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Dalam menentukan

keputusan, manajemen akan lebih berhati-hati dan berupaya menghasilkan keputusan

yang terbaik bagi kelangsungan hidup perusahaan karena secara langsung manajemen

akan ikut merasakan setiap keputusan yang diambil. Manajemen akan memperoleh

manfaat langsung dari keputusan yang diambil dan menanggung kerugian sebagai

konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah karena manajemen juga sebagai

pemilik perusahaan.

20
Kepemilikan Publik, pemegang saham publik atau masyarakat merupakan

kepemilikan saham perusahaan yang tidak terafiliasi dengan perusahaan dan saham

yang dimiliki jumlahnya tidak signifikan, yang nilainya masing-masing kurang dari

5%. Dapat dikatakan bahwa pemegang saham publik merupakan pemegang saham

dengan kekuatan minoritas dalam perusahaan. Kecenderungan untuk melakukan

penghindaran pajak perusahaan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan diantara

para pemegang saham dalam perusahaan. Perbedaan tersebut terlihat jelas diantara dua

pihak yaitu pemegang saham mayoritas (terbesar) dan pemegang saham minoritas

(publik). Pemegang saham publik berharap mendapatkan return atas dana yang mereka

investasikan. Kepemilikan publik dapat menjadi penghambat bawaan untuk melakukan

tindakan manipulasi laba karena pengamatan oleh peserta pasar terhadap jumlah laba

yang dilaporkan akan semakin meningkat, sehingga deteksi manajemen laba

kemungkinan juga akan meningkat. Pemegang saham publik dapat mempengaruhi

keputusan perusahaaan lewat mekanisme dewan yang berasal dari luar (Handayani,

2007).

Komisaris Independen, komisaris independen merupakan anggota komisaris

yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen. Keberadaan komisaris independen

dimaksudkan untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih objektif dan

menempatkan kewajaran dan kesetaraan antara kepentingan pemegang saham dan

stakeholders lainnya. Agar dewan komisaris dapat melaksanakan tugasnya secara

efektif, harus memenuhi beberapa prinsip yaitu terkait komposisi dewan komisaris

21
yang harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta

dapat bertindak independen. Selain itu, dewan komisaris harus profesional, yaitu

berintegritas dan memiliki kemampuan agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Tugas-tugas utama dewan komisaris meliputi (Ariyani, 2014): (1) Menilai dan

mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan

pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja,

mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan serta memonitor penggunaan modal

perusahaan, investasi dan penjualan asset. (2) Menilai sistem penetapan penggajian

pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu

proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil. (3) Memonitor dan

mengawasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan

direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan

manipulasi transaksi perusahaan. (4) Memonitor pelaksanaan governance, dan

mengadakan perubahan di mana perlu. (5) Memantau proses keterbukaan dan

efektifitas komunikasi dalam perusahaan.

Dewan direksi berfungsi untuk mengurus perusahaan, sementara dewan

komisaris berfungsi untuk pengawasan. Selain itu, komisaris independen berfungsi

sebagai kekuatan penyeimbangan dalam pengambilan keputusan oleh dewan

komisaris. Komisaris independen didefenisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi

dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan

afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada

suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang

22
dikeluarkan oleh BEI , jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah

komisaris independen sekurang-kurangnya tiga puluh persen (30%) dari seluruh

anggota komisaris, disamping hal itu komisaris independen memahami undang-undang

dan peraturan tentang pasar modal serta diusulkan oleh pemegang saham yang bukan

merupakan pemegang saham pengendalian dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(Pohan,2008).

Komite Audit, untuk mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan

yang baik, perusahaan-perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit.

Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya tiga anggota, seorang diantaranya

komisaris independen perusahaan tercatat dan pihak ekstern lain yang independen dan

minimal salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.

Keberadaan komite audit dimaksudkan untuk memberikan pendapat professional yang

independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan

oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan

perhatian dewan komisaris sehingga diharapkan keberadaan komite audit dapat

mewujudkan terciptanya tujuan perusahaan.

23
2.1.3. Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance )

Perusahaan selalu berupaya untuk memperoleh laba yang tinggi dan

meminimalkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan salah satunya

melalui penghindaran pajak, dimana tindakan penghindaran pajak dilakukan dengan

cara mengurangi jumlah pajak dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan

perpajakan. Pohan (2011) (dalam Santoso, 2014) menyatakan bahwa penghindaran

pajak merupakan upaya menghindari pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi

wajib pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dimana

metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan

yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk

memperkecil jumlah pajak terhutang.

Perpajakan di Indonesia dibangun di atas prinsip kegotongroyongan. Sejak

tahun 1984 Indonesia menganut self assessment system yang memberi kepercayaan

kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan

sendiri pajak terutang. Peran otoritas pajak adalah melakukan fungsi pembinaan,

penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi. Keberhasilan self

assessment system sangat bergantung pada kesadaran dan peran serta masyarakat, maka

edukasi dan komunikasi perlu terus-menerus dilakukan. Di samping itu, kepercayaan

pada pemerintah dan otoritas perpajakan perlu terus dipupuk melalui pembentukan

badan penerimaan negara yang profesional, kredibel, dan akutabel serta redistribusi

pendapatan yang merata dan berkeadilan (Kirchler, 2007).

24
Dalam penelitian Hoque, et al. (dalam Puspita, 2014) diungkapkan beberapa

cara perusahaan melakukan penghindaran pajak, yaitu: Pertama, menampakkan laba

dari aktivitas operasional sebagai laba dari modal sehingga mengurangi laba bersih dan

utang pajak perusahaan tersebut. Kedua, mengakui pembelanjaan modal sebagai

pembelanjaan operasional, dan membebankan yang sama terhadap laba bersih

sehingga mengurangi utang pajak perusahaan. Ketiga, membebankan biaya personal

sebagai biaya bisnis sehingga mengurangi laba bersih. Keempat, membebankan

depresiasi produksi yang berlebihan di bawah nilai penutupan peralatan sehingga

mengurangi laba kena pajak. Kelima, mencatat pembuangan yang berlebihan dari

bahan baku dalam industri manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.

Penghindaran pajak pada intinya adalah usaha wajib pajak untuk

meminimalkan beban pajak perusahaan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak

diatur dalam undang-undang perpajakan yang berlaku dengan cara menggunakan

alternatif-alternatif yang riil yang dapat diterima oleh fiskus, sehingga cara tersebut

tidak melanggar undang-undang dan dapat dianggap ilegal. Dengan melakukan

tindakan penghindaran pajak maka perusahaan berharap dapat menaikkan laba yang

diperoleh dan meminimalkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Palan (2008) menyebutkan suatu transaksi diindikasikan sebagai tax avoidance

apabila melakukan salah satu tindakan berikut: (a) wajib pajak berusaha untuk

membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya terutang dengan memanfaatkan

kewajaran interpretasi hukum pajak, (b) wajib pajak berusaha agar pajak dikenakan

25
atas keuntungan yang di declare dan bukan atas keuntungan yang sebenarnya

diperoleh, (c) wajib pajak mengusahakan penundaan pembayaran pajak.

Untuk meminimalisir praktik penghindaran pajak yang terjadi saat-saat ini,

dalam undang-undang perpajakan Pasal 18 Undang-undang Pajak Penghasilan sudah

dikenal peraturan specific anti avoidance rule, akan tetapi ketentuan dalam Pasal 18

tersebut tidak mungkin dapat mencakup seluruh jenis transaksi penghindaran pajak

karena semakin kompleksnya skema-skema penghindaran pajak yang digunakan. Oleh

karena itu, pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan untuk menyusun dan

melakukan perbaikan pada undang-undang perpajakan di Indonesia untuk mencegah

dan melawan praktik penghindaran pajak yang nantinya akan bermanfaat bagi

perkembangan ekonomi negara dimasa yang akan datang.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian maka

perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dalam

membandingkan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu sehingga akan

menghasilkan suatu analisa yang sesuai dengan teori.

Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh dari corporate

governance terhadap tax avoidance. Pada corporate governance parameter yang

digunakan sebagai alat ukur adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan publik,

dewan komisaris, komite audit .Banyak penelitian terkait pengaruh corporate

governance terhadap tax avoidance namun mendapatkan hasil yang berbeda-beda

seperti table berikut ini

26
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti dan Judul
Tahun Penelitian Variabel Hasil Penelitian
No
Penelitian
1. I Made Agus Pengaruh Variabel 1. Komisaris Independen
Riko Dewan Independen: berpengaruh negative
Ariawan Komisaris Komisaris terhadap tax avoidance
dan Putu Ery Independen, Independen 2. Profitabilitas
Setiawan Kepemilikan Profitabilitas berpengaruh negative
tahun 2017 Institusional, Kepemilikan terhadap tax avoidance
Profitabilitas, Institusional 3. Kepemilikan
dan Leverage Institusional
Leverage Variabel berpengaruh positif
terhadap Tax Dependen: terhadap tax avoidance
Avoidance Tax Avoidance 4. Leverage berpengaruh
positif terhadap tax
avoidance

2. Winda Fitria Pengaruh Variable 1. Proporsi komisaris


Ningsih dan Corporate Indenpenden: independen tidak
Titik Governaice Dewan berpengaruh terhadap
Mildawati terhadap Komisaris perilaku penghindaran
penghindaranKomite Audit pajak
pajak Kepemilikan 2. Komite audit
perusahaan Institusional berpengaruh positif
terhadap perilaku
Variable penghindaran pajak
Dependen : 3. Kepemilikan
Penghindaran intitusional tidak
pajak berpengaruh terhadap
perilaku penghindaran
pajak.
3. Melinda Pengaruh Good Variabel 1. Dewan komisaris
Fahriani dan Corporate Independen: berpengaruh terhadap
Maswar Governance Dewan pajak agresif.
Patuh terhadap Komisaris 2. Dewan direksi
Priyadi tindakan Dewan Direksi berpengaruh
tahun 2016 pajak agresif Komisaris terhada pajak agresif
pada Independen 3. Komisaris independen
perusahaan Komite Audit berpengaruh terhadap
manufaktur pajak agresif

27
Variabel 4. Komite audit tidak
Dependen: berpengaruh terhadap
Pajak Agresif pajak agresif
4. Putu Rista Pengaruh Variabel 1. Komite audit
Diantari dan Komite Independen : berpengaruh negative
IGK Agung Audit, Proporsi Komite Audit terhadap tax avoidance
Ulupui tahun Komisaris Komisaris 2. Komisaris independen
2016 Independen, Independen berpengaruh negative
dan Proporsi Kepemilikan terhadap tax avoidance
Kepemilikan Institusional 3. Kepemilikan
Institusional Ukuran institusional tidak
terhadap Tax Perusahaan berpengaruh terhadap
Avoidance tax
Variabel avoidance
Dependen: 4. Ukuran perusahaan
Tax Avoidance berpengaruh positif
terhadap tax avoidance

5. Arry Pengaruh Variabel 1. Komisaris independen


Eksandy Komisaris Independen: berpengaruh positif
Tahun 2017 Independen, Komisaris terhadap tax avoidance
Komite Audit, Independen 2. Kualitas audit
dan Kualitas Kualitas Audit berpengaruh positif
Audit terhadap Komite Audit terhadap tax avoidance
Penghindaran 3. Komite audit tidak
Pajak pada Variabel berpengaruh pada tax
Sektor Industri Dependen: avoidance
Barang Tax Avoidance
Konsumsi
tahun
2010-2014
6. Khoirunnisa Pengaruh Variabel 1. Komisaris independen
tahun 2015 Corporate Independen: berpengaruh negative
Governance Komisaris terhadap tax avoidance
terhadap Tax Independen 2. Kualitas audit
Avoidance Kualitas Audit berpengaruh negative
pada Kepemilikan terhadap tax avoidance
Perusahaan Institusional 3. Kepemilikan
manufaktur Komite Audit institusional tidak
yang terdaftar Dewan Direksi berpengaruh terhadap
di BEI tahun tax avoidance
2011 -2013

28
Variabel 4. Komite audit tidak
Dependen: berpengaruh terhadap
Tax Avoidance tax avoidance
5. Dewan direksi tidak
berpengaruh terhadap
tax avoidance
7. Muhammad Pengaruh Variabel 1. Kepemilikan
Oktofian Corporate Independen: institusional tidak
tahun 2015 Governance Kepemilikan berpengaruh tax
terhadap Tax Institusional avoidance
Avoidance Komisaris 2. Komisaris Independen
pada sector Independen tidak berpengaruh
perbankan Kepemilikan terhadap tax avoidance
yang terdaftar Manajerial 3. Kepemilikan manajerial
di BEI tahun Komite Audit tidak berpengaruh
2011-2013 terhadap tax avoidance
Variabel 4. Komite audit
Dependen: berpengaruh terhadap
Tax Avoidance tax avoidance
8. Rahmi Pengaruh Good Variabel 1. Kepemilikan
Fadhilah Corporate Independen: institusional tidak
tahun 2014 Governance Kepemilikan berpengaruh terhadap
terhadap Tax Institusional tax avoidance
Avoidance Komisaris 2. Komisaris independen
pada Independen tidak berpengaruh
perusahaan Komite Audit terhadap tax avoidance
manufaktur Kualitas Audit 3. Komite audit
ynag berpengaruh positif
terdaftar di BEI Variabel terhadap tax avoidance
tahun 2009 - Dependen: 4. Kualitas audit
2011 Tax Avoidance berpengaruh negative
terhadap tax avoidance

Sumber: Data Diolah Oktober 2018

29
2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir mengenai hubungan antar variabel – variabel yang dijelaskan

diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Kepemilikan
Manajerial
H1
( X1 )

Kepemilikan
Institusional H2

( X2 ) Perilaku
Penghindaran Pajak

(Y)
Proporsi Dewan H3
Komisaris

( X3 )

H4
Komite Audit

( X4 )

30
2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Penghindaran Pajak

Perusahaan

Masalah yang seringkali muncul dalam struktur kepemilikan ini adalah konflik

keagenan akibat dari perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham.

Semakin besar kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerjanya karena manajemen memiliki tanggung jawab untuk

memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.

Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan mengurangi kecenderungan

terjadinya perilaku opportunistic manajer karena setiap keputusan yang diambil,

manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan tersebut dan ikut pula

menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah,

dengan adanya kepemilikan saham manajemen akan membantu penyatuan kepentingan

manajer dan pemegang saham sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan

hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemilik perusahaan (Oktafian,

2015). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hı : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap perilaku

penghindaran pajak ( tax avoidance ) perusahaan.

31
2.4.2. Pengaruh Kepemilikan institusional terhadap Penghindaran Pajak

Perusahaan

Terdapat perbedaan orientasi terhadap perusahaan diantara pemegang saham

pengendali dan pemegang saham minoritas. Pemegang saham publik membeli saham

perusahaan dengan harapan memperoleh tingkat pengembalian yang setinggi-

tingginya atas investasi mereka dengan tingkat resiko yang dapat ditolerir. Bauwhede,

et al. (dalam Santoso, 2014) menemukan bahwa kepemilikan publik berperan sebagai

penghambat manajemen laba dalam mengurangi penghasilan. Manajemen laba yang

didukung oleh publik adalah yang menaikkan penghasilan, agar memenuhi harapan

pasar modal dan meningkatkan harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti

kesejahteraan pemilik juga akan meningkat. Pemegang saham publik juga terbukti

tidak agresif dalam pembiayaan perusahaan, yang dibutuhkan dalam mengembangkan

usaha (Handayani, 2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap perilaku

penghindaran pajak ( tax avoidance ) perusahaan.

32
2.4.3. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Penghindaran Pajak

( tax avoidance ) Perusahaan

Komisaris independen memiliki peranan penting bagi perusahaan khususnya

dalam pelaksanaan GCG. Dengan jumlah dewan komisaris yang semakin banyak maka

fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan juga akan semakin baik. Dewan

Komisaris ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, melakukan pengawasan

terhadap kinerja manajer, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pusat

ketahanan dan kesuksesan perusahaan terletak pada peran komisaris independen yang

bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen yang bertugas meningkatkan

efisiensi dan daya saing perusahaan. Dengan adanya fungsi pengawasan dari dewan

yang independen, diharapkan dapat mengurangi kemungkinan eksekutif yang lain

melakukan manipulasi laba. Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha

(2013) yang menyatakan terdapat hubungan positif antara komisaris independen

dengan effective tax rates (ETR) dengan menunjukkan bahwa pengawasan yang

dilakukan oleh komisaris independen dilakukan agar tidak terjadi asimetri informasi

yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan stakeholder. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Khoirunnisa (2015) menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, jika komisaris

independen mengalami peningkatan maka aktivitas penghindaran pajak akan

mengalami penurunan, peningkatan proporsi dewan komisaris independen dapat

mencegah terjadinya aktivitas tax avoidance. Hal tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Prakosa (2014), Fahriani dan Priyadi (2016), Diantari dan Ulupui

33
(2016), serta Ariawan dan Setiawan (2017). Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah

H3 : Proporsi komisaris independen berpengaruh negative terhadap

perilaku penghindaran pajak ( tax avoidance ) perusahaan.

34
2.4.4. Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak ( tax avoidance )

Perusahaan.

Keberadaan komite audit dimaksudkan untuk memberikan pendapat

professional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal

yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal

yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Diperlukan keahlian dalam hal

akuntansi, perpajakan, dan peraturan hukum untuk dapat melakukan penghindaran

pajak dengan cara legal. Keahlian akuntansi atau keuangan yang dimiliki oleh anggota

komite audit akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil dalam melakukan

penghindaran pajak karena mereka lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan

dan cara yang menghindari risiko deteksi, sehingga dapat memberikan saran yang

berguna untuk melakukan penghindaran pajak dan menghasilkan keuntungan lebih

besar bagi pemegang saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2008)

menemukan bahwa jika jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai

dengan peraturan BEI yang mengharuskan minimal tiga orang maka akan

meningkatkan tindakan manajemen melakukan minimalisasi laba untuk kepentingan

pajak. Menurut Diantari dan Ulupui (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

keberadaan komite audit memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Semakin tinggi

keberadaan komite audit dalam perusahaan akan meningkatkan kualitas corporate

governcance, sehingga akan memperkecil kemungkinan terjadinya aktivitas tax

avoidance. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Oktofian (2015) yang menyatakan

bahwa jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance

35
dengan menunjukan bahwa semakin banyak komite audit yang ada dalam suatu

perusahaan dapat meminimalisir praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan. Hal

tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Annisa dan Kurniasih

(2012), Dewi dan Jati (2014), serta Winata (2014). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

H4 : Komite audit berpengaruh positif terhadap perilaku penghindaran pajak (

tax avoidance ) perusahaan.

36

Anda mungkin juga menyukai