Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Isokeraunik level didefinisikan sebagai nilai rata-rata hari guruh (thunderstrom day)
yang terjadi per tahun[1]. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika tingkat hari guruh per
tahun Indonesia adalah 25 sampai 200 hari guruh. Nilai tersebut sangat tinggi jika
dibandingkan dengan dengan Amerika 100 hari guruh, Brasil 140 hari guruh dan Afrika 60
hari guruh. Hal tersebut menandakan bahwa kemungkinan terjadinya sambaran petir cukup
tinggi.

Petir terjadi ketika beberapa wilayah atmosfer mencapai muatan listrik yang cukup besar
sehingga medan listrik yang terkait dengan muatan menyebabkan tegangan tembus di
udara.[2]. Menurut Martin (1968) penghasil petir terbanyak adalah awan petir
(thundercloud) atau awan cumulonimbus. Petir tersebut dapat terjadi didalam satu awan
(intracloud atau cloud discharges), antara dua awan (cloud-to-cloud discharges), antara
awan dengan bumi (cloud-to-ground atau ground discharges), atau antara sebuah awan
dengan udara sekitar (air discharges).

Petir memiliki sifat melepaskan muatan dari awan ke benda terdekat dengan awan,
menyebabkan suatu obyek dengan ketinggian yang besar memiliki kemungkinan tersambar
petir yang besar pula.[3]. Sambaran tersebut memiliki beberapa mekanisme, mekanisme
pertama melalui sambaran petir secara langsung, mekanisme kedua melalui sambaran petir
secara tidak langsung. [4].

Berdasarkan mekanisme tersebut maka sistem proteksi petir dibedakan menjadi dua
yaitu antara lain:[3]

1. Sistem proteksi eksternal


Sistem ini berfungsi utuk melindungi bangunan beserta isinya dari sambaran petir
secara langsung dengan cara mengalihkan kemudian menangkap sambaran petir
tersebut ke tempat yang lebih aman dan menyalurkan arus petir ke tanah.
2. Sistem proteksi internal
Sistem ini berfungsi untuk melindungi bangunan dari sambaran petir secara tidak
langsung yang menghasilkan induksi medan magnetik yang ditimbulkan arus
petir yang akan ditanahkan.
Sistem proteksi petir tipe early streamer merupakan tipe proteksi petir non-konvensional
yang mampu menangkap petir dengan arus hingga 150 kA.[6] Sambaran petir yang
ditangkap oleh sistem proteksi petir eksternal akan dialirkan menuju grounding
memungkinkan terjadinya tegangan sentuh dan tegangan langkah disekitar area grounding.
Resistansi pada grounding tidak boleh melebihi 5 Ω sesuai dengan PUIL 2000 pasal
3.13.2.10. Menurut IEEE Std 80-2000 Secara prinsip, desain grounding yang aman memiliki
2 tujuan sebagai berikut:

- Untuk menyediakan sarana untuk membawa arus listrik ke bumi dalam kondisi
normal dan gangguan tanpa melebihi batas pengoperasian peralatan atau
memengaruhi kontinuitas layanan.
- Untuk memastikan bahwa seseorang di sekitar fasilitas grounding tidak terkena
bahaya kritis sengatan listrik.

Untuk menghindari terjadinya sambaran petir secara langsung dan untuk mencegah
terjadinya tegangan sentuh dan tengan langkah maka dari itu penulis mengambil judul
berupa ”Perancangan Sistem Proteksi Petir tipe Early Streamer pada Gedung Parkiran
Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung”

1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Membuat perancangan sistem proteksi eksternal tipe early streamer pada gedung
parkiran mahasiswa Politeknik Negeri Bandung
2. Membuat pemodelan perancangan sistem proteksi petir tipe early streamer pada
gedung parkiran mahasiswa Politeknik Negeri Bandung menggunakan software
solidworks
3. Validasi hasil perancangan menggunakan software ETAP

1.3 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini mengenai perancangan sistem
proteksi petir tipe early streamer pada gedung parkiran mahasiswa Politeknik Negeri
Bandung. Perancangan proteksi petir dilakukan untuk menghindari kerugian akibat
sambaran petir pada gedung parkiran dimana gedung tersebut memiliki ketinggian yang
cukup tinggi. Pengukuran resistansi grounding akan dilakukan dengan metode volt-ampere
yang nantinya akan menjadi data utama dalam melakukan desain sistem grounding dan data
hari guruh tahunan Bandung Barat yang didapat dari BMKG yang digunakan untuk
menentukan tingkat proteksi yang diperlukan pada gedung tersebut.

1.4 Batasan Masalah


Perancangan sistem proteksi petir tipe early streamer pada gedung parkiran
mahasiswa Politeknik Negeri Bandung memiliki banyak cakupan bahasan, maka ada
beberapa batasan yang digunakan untuk mempermudah proses rancangan ini adalah sebagai
berikut:

1. Perancangan sistem proteksi petir hanya dfokuskan pada sambaran petir secara
langsung
2. Tidak melakukan perancangan pada sistem proteksi petir dengan sambaran tidak
langsung
3. Pemodelan dimendi dilakukan dengan menggunakan software solidworks
4. Perancangan ini tidak melibatkan aspek ekonomi
5. Validasi perancangan menggunakan software ETAP

1.5 Sistem Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan tugas akhir,
pembatasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori berkaitan dengan judul yang diambil oleh penulis.
Berdasarkan dari teori-teori inilah penulis akan melakukan perancangan sebuah komponen
hingga langkah pembuatannya.

BAB III PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR

Bab ini berisi mengenai langkah-langkah standar perhitungan dan perancangan


sistem proteksi petir tipe early streameri.

BAB IV PERANCANGAN

Bab ini berisi analisa hasil perhitungan secara manual dengan menggunakan
perhitungan menggunakan software ETAP.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai simpulan dari hasil perancangan dan anilisis yang telah
dilakukan serta saran-saran yang diajukan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai