LONG CASE
“TB PARU BTA (++) KASUS KAMBUH ”
Disusun Oleh :
Ong Reaya Sany
G4A015144
2018
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
“TUBERCULOSIS PARU (+++) KASUS KAMBUH”
Disusun Oleh :
Ong Reaya Sany
G4A015144
A. Pendahuluan
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang wanita berusia
52 tahun pada tanggal 15 Oktober dari IGD di Puskesmas Pekuncen Kabupaten
Banyumas
B. Identitas Penderita
Nama : Ny. SY
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : BA, RT 01/RW 03
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal periksa : 15 Oktober 2018
C. Anamnesis
1. Keluhan utama : Lemas
2. Keluhan tambahan : batuk, nyeri dada, berat badan turun,
sesak napas, pusing, nafsu makan menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang di Puskesmas Pekuncen tanggal 15 Oktober 2017 dengan
keluhan badan terasa lemas. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu setelah suntik
rutin obat TB. Keluhan biasanya membaik dengan beristirahat. Pasien
mengaku belum mengkonsumsi obat untuk meredakan keluhannya. Selai itu
pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk dirasakan sejak 2 bulan lalu dan tidak
kunjung sembuh.
Pada awalnya, pasien mengalami batuk berdahak terutama pada malam
hari dan tidak megeluarkan darah. Pasien juga merasakan nyeri dada di
sebelah kanan, nyeri hanya dirasakan 1-2x dalam sehari, nyeri tidak
memberat dengan aktivitas, tidak ada penjalaran rasa nyeri hingga ke bahu
maupun punggung. Selain itu pada malam hari pasien sering mengalami
keringat dingin. Dada pasien juga terasa sesak saat menarik nafas terutama
saat batuk. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan karena baju
lamanya sekarang bisa dipakai kembali.
Pasien lalu berinisiatif untuk berobat ke RSUD Ajibarang dan dilakukan
pemeriksaan sputum serta rontgent thorax. Hasil pemeriksaan dahak pertama
kali hasilnya BTA (++), lalu pasien dilakukan pemeriksaan foto thorax dan
menunjukkan hasil TB aktif. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan TB
dengan obat suntik dan memasuki bulan ke 2. Pasien mengaku pernah
mengalami keluhan serupa tahun 2004 dan berobat ke RSUD Margono
Soekarjo. Menurut pasien, saat itu dirinya didiagnosa menderita TB paru dan
menjalani pengobatan hingga tuntas. Pasien mengatakan telah dikatakan
bebas TB oleh dokter di Margono.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa : diakui, tahun 2004
b. Riwayat mondok : disangkal
c. Riwayat operasi : disangkal
d. Riwayat darah tinggi : disangkal
e. Riwayat jantung : disangkal
f. Riwayat asma : disangkal
g. Riwayat alergi obat : disangkal
h. Riwayat alergi makanan : disangkal
i. Riwayat ginjal : disangkal
j. Riwayat stroke : disangkal
k. Riwayat pengobatan : penderita telah menjalani pengobatan OAT
selama 1 bulan
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit : disangkal
b. Riwayat mondok : disangkal
c. Riwayat operasi : disangkal
d. Riwayat darah tinggi : disangkal
e. Riwayat jantung : disangkal
f. Riwayat asma : disangkal
g. Riwayat alergi obat : disangkal
h. Riwayat alergi makanan : disangkal
i. Riwayat ginjal : disangkal
j. Riwayat stroke : disangkal
k. Riwayat pengobatan : disangkal
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak lemas, compos mentis
2. Status gizi
a. BB : 49 kg
b. TB : 158 cm
Kesan status gizi : gizi normal (IMT 19.7)
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80
b. Nadi : 90 x /menit, regular
c. RR : 22 x /menit
d. Suhu : 36,7 OC
4. Kepala : Bentuk simetris, mesosefal
5. Rambut : Warna hitam bercampur abu, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
6. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1 detik),
ikterus (-)
7. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
8. Telinga : Bentuk simetris dan discharge (-)
9. Hidung : Nafas cuping hidung (-) dan discharge (-)
10. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-),
mukosa lidah Merah muda (+).
11. Tenggorokan : Tonsil membesar (-) dan radang (-)
12. Leher : Deviasi trakea (-), JVP (+) normal, pembesaran kelenjar
limfe (-)
13. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-),
ketinggalan Gerak (-), Suara dasar vesikuler +/+,
Ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-), dan lesi (-).
Auskultasi :Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)denyut
jantung reguler
Palpasi : Kardiomegali (-), nyeri tekan (-), thril (-)
Perkusi : Normal redup
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal simetris, retraksi (-), gerakan
parusimetris, benjolan (-), tanda radang (-), jejas (-),
lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), retraksi (-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikular normal, wheezing (-) ronki (-/-)
13. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi : Cembung, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda
radang (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Anorektal : Tidak dilakukan
17. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
E. Pemeriksaan Penunjang
Saat di IGD tidak dilakukan, hanya berdasarkan data yang sudah ada
sebelumnya (September 2018).
a. pemeriksaan BTA : positif 2 (++)
b. pemeriksaan rontgent : terdapat infiltrat pada paru
c. Pemeriksaan darah lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Keterangan
Hb 12.2 g/dL Normal
Leukosit 4500 U/L Normal
Ht 35,9% menurun
Eritrosit 4.1 10^6/uL Normal
Trombosit 220.000/uL Normal
Didapati hasil peningkatan hematokrit
F. Resume
Pasien datang di Puskesmas dengan keluhan lemas sejak 2 minggu
setelah suntik rutin obat TB. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk. Batuk
dirasakan sejak 2 bulan lalu dan tidak kunjung sembuh. Pada awalnya, pasien
mengalami batuk berdahak terutama pada malam hari dan tidak megeluarkan
darah. Pasien juga merasakan nyeri dada di sebelah kanan, tidak memberat
dengan aktivitas, tidak ada penjalaran rasa nyeri hingga ke bahu maupun
punggung. Pasien juga sering mengalami keringat dingin. Dada pasien juga
terasa sesak saat menarik nafas terutama saat batuk. Pasien mengaku
mengalami penurunan berat badan. Saat ini pasien sedang menjalani
pengobatan TB dengan obat suntik dan memasuki bulan ke 2.
Pasien tidak bekerja. Status ekonomi pasien menengah, tinggal di
pemukiman padat penduduk. Pasien tinggal di rumah yang sederhana
bersama suami dan anak. Kondisi psikologi keluarga cukup baik. Pada
pemeriksaan sputum didapati hasil BTA ++ dan gambaran rontgen dengan
infiltrat pada paru.
G. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
a. Keluhan Utama : lemas
b. Keluhan tambahan : batuk, nyeri dada, berat badan turun, sesak napas,
pusing, nafsu makan menurun.
c. Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya bisa
sembuh total
d. Concern : pasien merasa penyakit tersebut agak mengganggu aktivitas
sehari-harinya
e. Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh agar
dapat kembali seperti biasa
f. Anxiety : pasien pada awalnya merasa cemas pada penyakitnya, namun
setelah diobati pasien merasa sedikit berkurang cemasnya.
Pasien percaya bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
2. Aspek klinis
Diagnosa : TB paru BTA (++) kasus kambuh
Gejala klinis yang muncul :batuk, keringat malam hari, demam, sesak.
Differential diagnosis : PPOK
3. Aspek faktor intrinsik
a. Usia tua
b. Pengetahuan mengenai TB kurang
c. Pasien jarang berolahraga
d. Pasien kebutuhan nutrisinya kurang mencukupi
4. Aspek faktor ekstrinsik
a. Rumah pasien lembab
b. Tetangga ada yang batuk lama
5. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3 dikarenakan pasien sering
lemas dan tidak bisa beraktivitas, namun pasien masih dapat melakukan
perawatan pada diri sendiri.
H. Tatalaksana komprehensif
1. Personal Care
a. Aspek Kuratif
1) Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan TB adalah menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, menurunkan tingkat
penularan. OAT yang diberikan kepada pasien adalah kategori-2.
BB pasien adalah 49 kg sehingga diberikan obat sebagai berikut :
2) Non Medikamentosa
a) Istirahat yang cukup
b) Makan makanan yang bergizi (tinggi kalori tinggi protein)
c) Menggunakan masker
b. KIE (Konseling, informasi, dan edukasi)
1) Penjelasan tentang penyakit TB, bahaya, gejala, penularan,
pencegahan, serta komplikasi pada keluarga dan pasien.
2) Menggunakan masker bila kontak dekat dengan pasien
3) Dukungan psikologis dari keluarga untuk sembuh.
4) Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker
5) Mengajarkan pasien dan keluarga untuk dapat menerapkan etika
batuk
6) Menyedikan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu serta
pembuangan dahak yang benar. Tempat pembuangan terpisah,
tertutup, setiap hari dibersihkan dan dibuang secara teratur.
7) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat
c. Rehabilitatif
Memberitahu pasien untuk minum obat secara teratur selama pengobatan
tanpa putus. Serta kontrol rutin sebulan sekali untuk memeriksa
perkembangan penyakit TB pasien.
d. Monitoring
Monitoring terhadap kepatuhan minum obat pasien, kemajuan terapi,
kemajuan aktivitas fisik pasien, serta efek samping yang timbul dari
pengobatan minimal setiap satu bulan sekali.
2. Family Care
a. Menyediakan caregiver untuk pasien dari keluarga untuk perawatan
pasien
b. Memberikan pemahaman mengenai pedoman penatalaksanaan TB pada
caregiver
c. Melakukan screening aktif pada semua anggota keluarga untuk
mengetahui adanya pasien yang terinfeksi dengan TB
d. Melaksanakan Pedoman pencegahan TB untuk seluruh keluarga pasien
e. Edukasi kepada keluarga terdekat agar pasien menghindari hal-hal yang
mampu memperberat gejala seperti paparan asap, ventilasi yang kurang
baik,
3. Community Care
a. Memberikan pengetahuan mengenai rumah dengan sirkulasi dan
ventilasi yang baik di rumah
b. Menghimbau masyarakat untuk secara aktif melaporkan warga yang
memiliki gejala TB (batuk lebih dari 3 minggu, demam, berkeringat
malam, penurunan berat badan) kepada petugas kesehatan
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga ini adalah nuclear family, dengan Tn. T (54 tahun)
sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai PNS. Pada keluarga ini terdapat
ibu dan 1 anak yang hidup bersama..
2. Fungsi Psikologis
Pasien merupakan seorang ibu dengan kehidupan pernikahan yang
harmonis. Setiap masalah yang dihadapi selalu didiskusikan bersama-sama.
Mereka saling menyayangi dan mendukung satu sama lain.
3. Fungsi Sosial
Hubungan dengan tetangga awalnya baik. Namun pasca sakit, pasien
jarang bersosialisasi dengan tengga karena pasien lebih sering berbaring di
rumah. Tetangga juga agak takut untuk berkunjung karena mengetahui pasien
sakit paru-paru.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Keluarga pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah.
Sumber penghasilan bersaal dari suami pasien yang bekerja sebagai PNS.
Pasien dan keluarga pasien hidup sedehana dalam mencukupi keperluan hidup
sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan menggunakan
jaminan kesehatan.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga
dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
ADAPTATION
Pasien sering menceritakan keluhan kesehatannya terhadap keluarga namun
tidak semua masalah yang dihadapi pasien akan pasien ceritakan pada suaminya.
Hanya masalah yang dianggap berat saja yang pasien ceritakan. Saat pasien
menceritakan masalahnya, keluarga akan membantu dan berdiskusi untuk
menyelesaikan masalahnya.
PARTNERSHIP
Komunikasi antara anggota keluarga cukup baik. Suami dan anak pasien
sering menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Namun semenjak sakit,
aggota keluarga lebih sering mendukung dan membantu pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
GROWTH
Pasien terlihat cukup puas atas segala bentuk dukungan dan bantuan dari
keluarga untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ibu dan kakaknya
berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
RESOLVE
Pasien merasa bahwa keluarganya memiliki hubungan kasih sayang yang
cukup baik.Demikian sebaliknya, pasien juga sangat menyayangi keluarganya
yang selalu ada untuk dirinya di kala sehat maupun sakit.Selain itu pasien juga
merasa cukup puas dengan segala bentuk dukungan dan bantuan dari keluarga
untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
AS AN N SP
(77) (70) (70) (83)
Tn T
(54) Ny SY Y (42) AM
(51) (36)
R (14)
Keterangan :
Pasien
An. R (14)
Lingkungan:
Pengetahuan : Tetangga dengan
Paisen kurang riwayat batuk
mengetahui penyakit lama
penderita
Tindakan
Sikap: Dibawa ke dokter
Perhatian keluarga setelah pasien
terhadap penyakit Keluarga batuk lama
penderita cukup baik Ny. SY
Keturunan:
Dari keluarga tidak Pelayanan
ada yang menderita Kesehatan:
TB paru Menggunakan BPJS
untuk berobat
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan permanen. Luas rumah
12 x 10 m2 dengan jumlah penghuni 3 orang. Lantai rumah pasien
menggunakan keramik. Dinding rumah sudah menggunakan tembok,
sedangkan atap menggunakan anyaman bambu yang dicat. Rumah pasien
memiliki 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1dapur, 1 kamar
mandi, dan 1 toilet. Di bagian luar rumah terdapat kolam ikan dan kebun
kecil. Setiap ruangan memiliki jendela dan ventilasi yang cukup. Namun,
kesan pencahayaan kurang. Walaupun rumah memiliki jendela yang cukup
besar, sinar matahari kurang dapat masuk ke dalam rumah sehingga rumah
agak lembab. Rumah sudah memiliki 1 kamar mandi sendiri dan memiliki
jamban yang berbentuk dari leher angsa. Sumber air yang didapat berasal dari
gunung. Lingkungan sekitar rumah padat penduduk dengan tanah yang
lembab.
2. Denah Rumah
Di dalam rumah pasien terdapat 8 buah ruangan terdiri dari 2 kamar
mandi, 2 dapur, 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, dan Jumlah jendela sebagai
tempat ventilasi cukup, namun keluarga pasien mengaku jarang membuka
jendela rumahnya. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur.
3. Denah Rumah
Ruang Ruang
Ruang
Keluarga keluarga
Keluarga
Kamar
Tidur Kamar
Tidur
Ruang Tamu
Ruang
Ruang
Tamu Kamar
Tamu Warung
Tidur
Teras
V. DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis :
TB Paru BTA (++) kasus kambuh
B. Masalah non medis :
1. Ny. SY kurang mengetahui tentang penyakit TB paru.
2. Tingkat pengetahuan keluarga Ny. SY tentang kesehatan kurang.
3. Kondisi lingkungan merupakan padat penduduk & rumah lembab.
4. Terdapat tetangga yang menderita gejala mirip TB
5. Dukungan sosial terhadap penyakit TB kurang
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
4. Terdapat tetangga
Ny. SY 52 th 5. Dukungan sosial
yang menderita gejala TB paru
kasus kambuh terhadap penyakit TB
mirip TB
kurang
D. MATRIKULASI MASALAH
Penentuan prioritas masalah pada keluarga Ny. SY dengan menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif dengan empat kelompok kriteria, yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap
dampak, urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu
penilaian terhadap tingkat kesulitan
penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL factor, yaitu penilaian terhadap
propriety, economic, acceptability, resources
availability, legality
2 Pemberian Leafleat 4 3 4 1 41 3
mengenai pencegahan TB ke
keluarga
D. Hasil Evaluasi
1. Input
a. Sasaran
Sebanyak 3 dari total 3 anggota keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan
dan konseling. Maka target penyuluhan terpenuhi, yaitu minimal 2 orang
dari anggota keluarga. Sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan
terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari
pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan anggota keluarganya serta
pasien yang ikut berinteraksi aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya
Ruang tengah di kediaman Ny. SY menjadi tempat memberikan
penyuluhan. Pemateri yaitu Reaya dan dibantu dokumentasi oleh Rani
dan Erine. Reaya menyampaikan materi yang berisi definisi, faktor risiko,
tanda dan gejala, pencegahan, komplikasi, diet, dan pengobatan dari TB
paru. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp. 0.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di ruang tamu kediaman Ny. SY yang berlangsung
kondusif. Semua kegiatan terlaksana dengan baik dan antusiasme peserta
baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta ada
sebanyak tiga pertanyaan yang berhubungan dengan TB paru. Materi
disampaikan dengan metode presentasi langsung/oral tanpa
menggunakan media lain yang meliputi definisi, faktor risiko, tanda dan
gejala, pencegahan, komplikasi, pengobatan dalam TB paru.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018.
Acara dimulai pukul 13.00 WIB – 14.00 WIB dan berlangsung selama 60
menit diakhiri oleh review kembali dan pembagian leaflet. Kegiatan
penyuluhan terlaksana sesuai yang direncanakan.
3. Output
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku masih
bingung mengenai penyakit yang diderita Ny. SY sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling, dilakukan tanya jawab, narasumber
memberikan 5 pertanyaan terkait TB paru. Pasien beserta keluarga dapat
menjawab 4 pertanyaan dengan tepat sehingga tingkat pengetahuan pasien
meningkat menjadi 80 % dari sebelumnya yang hanya 40%.
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. SY adalah seorang pasien yang
didiagnosis TB paru (BTA ++) kasus kambuh.
6. Aspek personal
g. Keluhan Utama : lemas
h. Keluhan tambahan : batuk, nyeri dada, berat badan turun, sesak napas,
pusing, nafsu makan menurun.
i. Idea : pasien berpikir bahwa dengan berobat penyakitnya bisa
sembuh total
j. Concern : pasien merasa penyakit tersebut agak mengganggu aktivitas
sehari-harinya
k. Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh agar
dapat kembali seperti biasa
l. Anxiety : pasien pada awalnya merasa cemas pada penyakitnya, namun
setelah diobati pasien merasa sedikit berkurang cemasnya.
Pasien percaya bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
7. Aspek klinis
Diagnosa : TB paru BTA (++) kasus kambuh
Gejala klinis yang muncul :batuk, keringat malam hari, demam, sesak.
Differential diagnosis : PPOK
8. Aspek faktor intrinsik
a. Usia tua
b. Pengetahuan mengenai TB kurang
c. Pasien jarang berolahraga
d. Pasien kebutuhan nutrisinya kurang mencukupi
9. Aspek faktor ekstrinsik
c. Rumah pasien lembab
d. Tetangga ada yang batuk lama
10. Aspek skala penilaian fungsi sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3 dikarenakan pasien sering
lemas dan tidak bisa beraktivitas, namun pasien masih dapat melakukan
perawatan pada diri sendiri.
B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama pada penyuluhan dan edukasi
yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah mengenai pengertian,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, komplikasi, dan pencegahan TB
paru
2. Menyarankan untuk melakukan pola hidup sehat serta menggunakan masker