Anda di halaman 1dari 15

APOPTOSIS

Disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Biologi Sel

Syahrizal Ramadhan 4411414008


Devy Candrawati 4411414018

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

i
Daftar isi
Sampul .......................................................................................................................... i
Daftar isi ....................................................................................................................... ii
Daftar tabel ................................................................................................................. iii
Daftar gambar ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II ISI
2.1 Pengertian Apoptosis ....................................................................................... 3
2.2 Fungsi Apoptosis ............................................................................................... 3
2.3 Pemicu Mekanisme Apoptosis........................................................................... 4
2.4 Tahapan Apoptosis ............................................................................................ 7
2.5 Perbedaan Apoptosis dengan Nekrosis .............................................................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................................. 10

ii
Daftar tabel

Tabel 1. Perbedaan apoptosis dengan nekrosis ............................................................ 9

iii
Daftar gambar

Gambar 1. Ikatan reseptor Fas dengan FasL (Fas Ligan)............................................. 5


Gambar 2. Pengaktifan caspase 8 (Ektrinsik Pathway)................................................ 6
Gambar 3. Intrinsik Pathway........................................................................................ 7
Gambar 4. Proses/tahapan apoptosis ........................................................................... 8
Gambar 5. Hasil pendeteksian apoptosis menggunakan reaksi imununologis
pada sel timus mencit .................................................................................. 8
Gambar 6. Gambar Perbedaan apoptosis dan nekrosis ............................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia tersusun oleh bermilyar-milyar sel. Setiap kehidupan berawal dari
hanya satu sel yang kemudian membelah menjadi dua, kemudian empat, lalu delapan dan
seterusnya. Selanjutnya beberapa sel tersebut berubah menjadi mata, sementara sel yang
lain menjadi kulit, jantung, otak dan sebagainya. Setelah membentuk organ, sel berhenti
membelah kecuali untuk mengganti sel yang rusak atau akibat luka. Dengan kata lain, sel
sehat mengetahui kapan mereka harus membelah dan juga kapan mereka harus berhenti
melipatganda (McKusick, 2000) Jika sel gagal mengikuti proses ini maka akan terbentuk
kanker.
Sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan
keterbatasan-keterbatasan struktural sel dengan kemampuan metabolik, luarannya adalah
hasil yang tersusun seimbang atau homeostasis. Keadaan fungsional sel dapat berubah
ketika bereaksi terhadap stress yang ringan untuk mempertahankan keadaan yang
seimbang. Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel. Selama
perkembangannya sejumlah sel bertambah yang kemudian akan membentuk berbagai jenis
jaringan dan organ. Seiring dengan pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang mati
merupakan proses regulasi yang normal pada sejumlah sel dari jaringan. Pengendalian
terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini disebut dengan kematian sel yang terprogram atau
apoptosis.
Program bunuh diri sel ini berguna untuk menghindarkan tumbuhnya sel-sel yang
berpotensi bahaya serta yang membersihkan sel-sel yang sudah tidak berguna. Juga, untuk
membersihkan sel-sel yang tidak dapat diperbaiki kerusakan pada protein atau DNA sel
setelah mengalami proses patologis. Berdasarkan latarbelakang tersebut perlu dikaji lebih
dalam lagi mengenai apoptosis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan apoptosis?
2. Bagaimana fungsi apoptosis
3. Bagaimana pemicu mekanisme apoptosis?
4. Bagaimana tahap-tahap apoptosis?
5. Bagaimana perbedaan apoptosis dengan nekrosis?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian apoptosis.
2. Mengkaji fungsi apoptosis.
3. Mengkaji pemicu mekanisme apoptosis.
4. Mengkaji tahap-tahap apoptosis.
5. Mengkaji perbedaan apoptosis dengan nekrosis.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat bagi pembaca
Diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang baik mengenai apoptosis,
fungsi apoptosis, mekanisme apoptosis, dan tahapan apoptosis.
b. Manfaat bagi penulis
Selain memperoleh pemahaman mengenai apoptosis, fungsi apoptosis,
mekanisme apoptosis, dan tahapan apoptosis.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Apoptosis


Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari
beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian
sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi
sehingga sel yang mati menghilang. Kematian sel yang terprogram atau apoptosis
merupakan suatu komponen yang normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan
pada organisme multiseluler. Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai
stimulus dan selama apoptosis sel ini dikontrol dan diregulasi, sel yang mati kemudian
difagosit oleh makrofag.

2.2 Fungsi Apoptosis


Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi
eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan
untuk :
1.Terminasi sel
Apoptosis dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa di
repair, infeksi virus, dan keadaan yang mengakibatkan stress pada sel. Kerusakan
DNA akibat ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga dapat mencetuskan
apoptosis melalui aktivasi tumor supresor gen p53. Keputusan untuk apoptosis dapat
berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan disekitarnya ataupun dari sel yang termasuk
dalam immune system. Pada keadaan ini fungsi apoptosis adalah untuk mengangkat
sel yang rusak, mencegah sel menjadi lemah oleh karena kurangnya nutrisi dan
mencegah penyebaran infeksi virus.
2. Mempertahankan homeostasis
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus
berada dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk dalam

3
homeostasis yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan lingkungan
internalnya. Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis
pada jaringan seimbang dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, maka
akan dapat mengakibatkan :
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel
→terbentuk tumor.
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel →jumlah
sel menjadi berkurang.
3. Perkembangan embrional
Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan jaringan.
Pada masa embrio, perkembangan suatu jaringan atau organ didahului oleh
pembelahan sel dan diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian dikoreksi
melalui apoptosis. Contoh: bila terjadi gangguan proses apoptosis, berupa diferensiasi
inkomplit pada pembelahan jari-jari akan mengakibatkan syndactyly.
4. Interaksi limfosit
Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan
suatu proses yang kompleks, yang akan membuang sel-sel yang berpotensi menjadi
rusak. Cytotoksik T sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui
terbukanya suatu celah pada targetmembran dan pelepasan zat-zat kimia untuk
mengawali proses apoptosis. Celah ini dapat terjadimelalui adanya sekresi perforin,
granul yang berisi granzyme B,serine protease yang dapat mengaktivasi caspase
melalui pemecahan residu aspartat.
5. Involusi hormonal pada usia dewasa.
Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama
siklus menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel
ovarium pada menopause (Kumar et al., 2005)
2.3 Pemicu Mekanisme Apoptosis
Proses apoptosis dikendalikan oleh berbagai tingkat sinyal sel, yang dapat berasal
dari pencetus ekstrinsik maupun intrinsik . Yang termasuk pada sinyalekstrinsik antara lain
hormon, faktor pertumbuhan, nitric oxide dan cytokine. Semua sinyal tersebut harus dapat
menembus membran plasma ataupun transduksi untuk dapat menimbulkan respon. Sinyal
intrinsik apoptosis merupakan suatu respon yang diinisiasi oleh sel sebagai respon
terhadap stress dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.

4
Sebelum terjadi proses kematian sel, sinyal apoptosis harus dihubungkan dengan
pathway kematian sel melalui regulasi protein. Pada regulasi ini terdapat dua metode yang
telah dikenali untuk mekanisme apoptosis, yaitu : melalui mitokondria dan penghantaran
sinyal secaralangsung melalui adapter protein.
1. Ektrinsik Pathway (di inisiasi oleh kematian receptor)
Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan reseptornya.
TNF adalah molekul penginduksi interseluler yang berupa asam amino-157,
dihasilkan terutama oleh makrofag yang teraktivasi, merupakan mediator apoptosis
ekstrinsik utama. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah reseptor untuk signal apoptosis
ekstrinsik lain pada membran sel, dan termasuk famili reseptor TNF. FasL (Fas
ligan) adalah protein yang berikatan dengan Fas untuk mengaktifkan jalur Fas
(gambar 1).

Gambar 1. Ikatan reseptor Fas dengan FasL (Fas Ligan)

Pada saat Fas berikatan dengan ligandnya, membran menuju ligand (FasL).
Tiga atau lebih molekul Fas bergabung dan cytoplasmic death domain membentuk
binding site untuk adapter protein, FADD (Fas –associated death domain). FADD
ini melekat pada reseptor kematian dan mulai berikatan dengan bentuk inaktif dari
caspase 8. Molekul procaspase 8 ini kemudian dibawa keatas dan kemudian pecah
menjadi caspase 8 aktif. Caspase 8 yang ini akan mengaktifkan enzim lain untuk
mediator pada fase eksekusi fagositosis. Pengaktifan caspase 8 dapat dilihat pada
gambar 2 berikut:

5
Gambar 2. Pengaktifan caspase 8 (Ektrinsik Pathway)

2. Faktor Intrinsik (Mitokondrial Pathway)


Pathway ini (gambar 3) terjadi oleh karena adanya permeabilitas
mitokondria dan pelepasan molekul pro-apoptosis ke dalam sitoplasma, tanpa
memerlukan reseptor kematian. Faktor pertumbuhan (Growth factor) dan sinyal
lainnya dapat merangsang pembentukan protein antiapoptosis Bcl2, yang berfungsi
sebagai regulasi apoptosis. Protein anti apoptosis yang utama adalah : Bcl-2 dan Bcl-
x, yang pada keadaan normal terdapat pada membran mitokondria dan sitoplasma.
Pada saat sel mengalami stress, Bcl-2 dan Bcl-x menghilang dari membran
mitokondria dan digantikan oleh pro-apoptosis protein, seperti Ba-k, Ba-x, Bi-m.
Sewaktu kadar Bcl-2 dan Bcl-x menurun, permeabilitas membran mitokondria
meningkat. Beberapa protein dapat mengaktifkan cascade caspase. Salah satu protein
tersebut adalah cytochrom-c yang diperlukan untuk proses respirasi pada mitokondria.
Di dalam cytosol, cytochrom-c berikatan dengan protein Apaf-1 (Apoptosis activating
factor-1) dan mengaktivasi caspase-9 yang selanjutnya digunakan sebagai mediator
pada fase eksekusi fagositosis.

6
Gambar 3. Intrinsik Pathway

2.4 Tahapan Apoptosis


Setelah sel menerima sinyal yang sesuai untuk apoptosis, selanjutnya organela
organela sel akan mengalami degradasi yang diaktifasi oleh caspase proteolitik. Sel yang
mulai apoptosis, secara mikroskopis akan mengalami perubahan :
a. Pengerutan sel
Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse
yang telah diaktifkan di dalam sel. Sel mengerut dan lebih bulat, karena
pemecahan protein sitoskeleton oleh caspase.
b. Kondensasi kromatin (Piknotik)
Kromatin mengalami kondensasi dan fragmentasi menjadi semakin memadat.
Kromatin berkelompok dibagian perifer. Pada tahap ini, membran yang
mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun caspase tertentu telah
melakukan degradasi protein pori inti sel. DNA yang ada didalamnya pecah
menjadi fragmen-fragmen (karyorheksis). Degradasi DNA ini mengakibatkan
inti terpecah menjadi beberapa nukleosomal unit.
c. Pembentukan tonjolan sitoplasma dan badan apoptosis
Membran sel memperlihatkan tonjolan-tonjolan yang iregular / blebs pada
Sitoplasma. Sel terpecah menjadi beberapa fragmen, yang disebut dengan
apoptotic bodies.

7
d. Fagositosis badan apoptosis
Apoptotic bodies ini akan difagosit oleh sel-sel yang sehat maupun sel
makrofag yang ada disekitarnya. Badan apoptosis akan didegradasi di dalam
lisosom dan sel-sel yang berdekatan bermigrasi atau berproliferasi untuk
menggantikan ruangan yang sebelumnya diisi oleh sel apoptosis yang hilang
(Lumongga, 2008).
Secara ringkas, tahapan apoptosis dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini, dan
gambar 5 merupakan kenampakan sel apoptosis di bawah mikroskop:

Gambar 4. Proses/tahapan apoptosis.

Gambar 5. Hasil pendeteksian apoptosis menggunakan reaksi imununologis


pada sel timus mencit (Nurhayati & Lusiyanti, 2006)

8
2.5 Perbedaan Apoptosis dengan Nekrosis
Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel
yang terjadi pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh infeksi atau terluka akut.
Pada nekrosis terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat menyebabkan inti
menjadi lisis dan membran plasma menjadi pecah.

Gambar 6. Gambar Perbedaan apoptosis dan nekrosis.


Adapun perbedaan apoptosis dengan nekrosis dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini:
Tabel 1. Perbedaan apoptosis dengan nekrosis:
Gambaran Apoptosis Nekrosis
Penyebab Fisiologi dan patologi patologi
Keterlibatan Satu sel Sekelompok sel
Proses Biokimia Energi oleh DNA homeostasis
Keutuhan sel membran Diperbaiki Lisis
Morfologi Sel mengkerut dan pecah Hilang
Proses peradangan Tidak ada Sering
Proses kematian sel Difagositosis sel Diserap oleh netrofil
tetangganya dan makrofag

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kematian sel yang terprogram (apoptosis) sangat penting bagi tubuh, kapan
mereka harus membelah dan juga kapan mereka harus berhenti melipatganda. Jika sel
gagal mengikuti proses ini maka akan terbentuk kanker. Sel normal memerlukan
keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan keterbatasan-keterbatasan struktural sel
dengan kemampuan metabolik, luarannya adalah hasil yang tersusun seimbang atau
homeostasis.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di
dalamnya sehingga dapat diterapkan, guna pemaksimalan pemahaman mengenai kematian
sel terprogram (apoptosis).

10
Daftar Pustaka
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM File. Mekanisme Dan
Regulasi Apoptosis: 1-17.
Chandrasoma, P. & Taylor C.R. 1995. Cell Degeneration & Necrosis. In: Concise Pathology.
3rd. McGraw-Hill:4-5.
DeVita,V., Rosenberg, S. 2005. Cancer Principal & Practice of Oncology Book 1, 7thEd.
Lippincott Williams and Wilkins: 95 – 102.
Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N., Neoplasia. 2005. In: Robbins and Cotran Pathology Basis
of Disease. 7th Ed. Philadelphia. Elsevier Saunders:1041- 1042.
Lumongga, F. 2008. Apoptosis. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan. Medan: USU Repository.
McKusick, V.A. 2000. On-line Mendelian inheritance in man (OMIM) National Center for
Biotechnology Information. Nat Inst of Health. Bethesda.
Nurhayati, S & Lusiyanti, Y. 2006. Apoptosis Dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor
Prognosa Radioterapi Kanker. Buletin Alara. 7(3):57 – 66.

11

Anda mungkin juga menyukai