Wa0028
Wa0028
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seluruh dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) (2017), pada
tahun 2015 diperkirakan sebanyak 17,7 juta orang (31% dari seluruh kematian)
akibat penyakit kardiovaskular meningkat sekitar 400.000 orang dari tahun 2008
sampai 2015. WHO memperkirakan pada tahun 2030, hampir 23,6 juta orang
karena penyakit kardiovaskular mengalami kenaikan dari tahun 2000 hingga 2005
dan menurun pada tahun 2006 hingga 2012. Pada tahun 2012, angka kematian di
kelamin didapatkan lebih dari 400 per 100.000 orang pada laki-laki, sedangkan
pada perempuan lebih dari 300 per 100.000 orang (WHO, 2015).
jantung koroner juga meningkat (Kowalk, Mayer & Welsh, 2011). Hal ini dapat
karena dampak dari penyakit jantung koroner (Price & Wilson, 2012). Menurut
Kowalak, Mayer dan Jennifer (2011), infark miokard terjadi karena adanya
Perbaikan daerah iskemia dan aliran darah ke miokardium dapat tercapai dengan
Intervention (PCI) (Price & Wilson, 2012). Menurut Rifqi (2012), data nasional
prosedur PCI di Indonesia belum ada didapatkan. Data RSUD Arifin Achmad
sebanyak 123 prosedur dan data terbaru pada Januari-Maret 2018 adalah sebanyak
53 prosedur. Prosedur PCI dapat menurunkan angka mortilitas, infark dan stroke
menjadi 174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45-54, dan meningkat tajam
menjadi 461,9/100.000 penduduk pada usia lebih dari 55 tahun (Kabo, 2008).
Pada tahun 2010 penyakit jantung dan pembuluh darah yang ada di bagian
pencatatan rawat inap rumah sakit di Sulawesi selatan sebanyak 565 orang dengan
presentase antara 11,56%. Untuk rawat jaln penyakit jantung dan pembuluh darah
sebanyak 792 orang dengan presentase antara 8,23%. Data penyakit jantung
sebanyak 190 kasus, tahun 2010 adalah sebanyak 141 kasus, dan pada tahun 2011
harapan hidup dan kualitas hidup pasien. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi
individu yang berhubungan dengan tujuan hidup, harapan, dan standar yang
menjadi keyakinan individu (self efficacy) itu sendiri. Menurut Bandura (dalam
sumber daya kognitif, dan tindakan yang di perlukan untuk berhasil melaksanakan
menentukan tujuan yang orang tetapkan untuk diri mereka sendiri, kekuatan
komitmen mereka dan hasil yang mereka harapkan dari usaha yang telah mereka
lakukan. Dibutuhkan self efficacy yang kuat dari dalam diri seseorang untuk dapat
sembuh dari penyakit jantung koroner, walaupun pada dasarnya penyakit ini tidak
efficacy, penderita jantung koroner akan jauh dari frustasi dan dapat menjalani
umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan derajat NYHA (New York Heart
Assosiation). Umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang sangat penting pada
pasien GJK. Semakin bertambah tua umur seseorang, maka penurunan fungsi
tubuh akan terjadi baik secara psikologis maupun fisik (Nurchayati, 2011). Begitu
juga dengan jenis kelamin, pria lebih cenderung memiliki kemampuan fungsi
tubuh yang lebih baik daripada wanita terutama fisik (Juenger et al, 2002).
Dampak dari kemampuan fungsi fisik yang menurun akan mempengaruhi derajat
GJK seseorang.
pasien menunjukan gejala ringan saat melakukan aktivitas sehingga pasien merasa
lebih nyaman bila beristirahat, pada derajat III pasien sudah mulai menunjukan
adanya keterbatasan fisik, dan pada derajat IV pasien sudah tidak bisa melakukan
aktivitas apapun tanpa keluhan (O’Connor et al, 2009). Kondisi tersebut akan
dengan kualitas hidup pasien GJK (Rognerud & Zahl5 f cd, 2006). Pasien yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mudah untuk mendapatkan
dalam memilih tindakan terapi yang tepat dalam pemulihan kondisinya sehigga
kualitas hidup pasien juga akan meningkat (Van Der et al, 2006).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
koroner.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teori sebagai
berikut:
1. Manfaat Praktis
keperawatan.
2. ManfaatTeoritis