LP Vertigo
LP Vertigo
oleh :
Kun Subekti Purwandani
172310101142
oleh :
Kun Subekti Purwandani
172310101142
Mengetahui,
Kepala Ruangan/CI (Clinical Instructor) Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “Konsep Dasar Penyakit Vertigo”.
Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini, telah mendapat banyak bantuan dari banyak
pihak. Saya menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan Medikal
2. Ketua Ruangan atau CI (Clinical Instruction) Paviliun Teratai RSU Dr. H. Koesnadi
3. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB sebagai Dosen Pembimbing
4. Seluruh rekan kelas C angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. saya menyadari bahwa dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata “sempurna” untuk itu saya sebagai
penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Penyusun berharap semoga
Laporan Pendahuluan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi saya sebagai
penulis pada khususnya.
Penulis
BAB I
KONSEP TEORI
1.1. Anatomi dan Fisiologi
Sedangkan secara patogenitas Stroke iskemik (Stroke Non Hemoragik) dapat dibagi
menjadi:
a. Stroke trombotik
yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di arteri karotis interna
secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering terjadi pada
waktu tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun
atau secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam,
kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu
dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
b. Stroke embolik
yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada umunya
berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang sangat
cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada
organ dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau
bulan
1.6 Patofisiologi
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (semakin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vascular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering kali merupakan
faktor penting untuk otak, trombus dapat berasal dari plak arterosklerosis atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Oklusi pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan odema dan nekrosis
diikuti trombisis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat
luas akan menyebabkan kematian. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac
arrest.
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data dari sumber primer
(klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosa medis
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
Diagnosa Medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari singkatan-
singkatan atau istilah medis terkait Stroke Iskemik.
Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien sehingga klien
datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami oleh penderita Stroke Iskemik
adalah sakit kepala.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang dialami
sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien memutuskan ke
rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus diceritakan meliputi waktu kejadian,
cara/proses, tempat, suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi
tentang penyebab dan penyakit. Biasanya klien sakit kepala, mual muntah bahkan
kejang sampai tak sadarkan diri, kelumpuhan separuh badan dan gangguan fungsi
otak.
Riwayat Kesehatan Terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya. Biasanya pada klien ini
mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemi, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, pengunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin dan kegemukan/obesitas.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji ada atau tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang sama. Biasanya ada
anggota keluarga yang menderita atau mengalami penyakit seperti : hipertensi,
Diabetes Melitus, penyakit jantung.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan klien. Pada
saat klien sakit, klien mudah bekerja sama untuk proses penyembuhan.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output makanan. Pada
klien Stroke Iskemik biasanya mengalami penurunan asupan.
3. Pola eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan. Karakteristik
tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, berat jenis. Pada klien Stroke
Iskemik jarang terjadi gangguan eliminasi baik BAK maupun BAB
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan Stroke Iskemik kondisi pasien lemah.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan Stroke Iskemik kemungkinan kecil untuk terganggu pada saat tidur.
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien mengalami penurunan kesadaran dan sulit
diajak komunikasi.
7. Pola persepsi diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran masing-
masing individu. Pada klien dengan Stroke Iskemik terjadi gangguan pada pola
persepsi.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan Stroke Iskemik tidak mengalami gangguan pada seksualitas dan
reproduksi.
9. Pola peran dan hubungan
Klien dengan Stroke Iskemik tidak mengalami gangguan pada pola peran dan
hubungan.
10. Pola manajemen koping dan stress
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari berbagai faktor.
Pada klien dengan Stroke Iskemik mengalami gangguan pada pola manajemen
koping danstres .
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan pada penderita Stroke Iskemik ini berkaitan dengan
klien percaya bahwa ia dapat sembuh dan ia mampu melakukan semua tindakan
untuk kesembuhan dirinya meskipun terjadi perubahan dari sebelumnya.
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada klien dengan Stroke Iskemik, klien tampak lemah dan tingkat kesadaran
composmentis.
2. Pemeriksaan TTV
Pada klien dengan Stroke Iskemik juga sama dengan klien lainnya
pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola
pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
4. Kepala
Inspeksi : simetris, rambut putih, kulit kepala bersih.
Palpasi : tidak ada massa
5. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor +/+,
2mm/2mm
Palpasi : tidak ada masalah
6. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, fungsi penciuman baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Mulut & lidah
Inspeksi : mulut asimetris dextra, lidah merah, mukosa lembab
Palpasi : tidak ada masalah
8. Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada jejas.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
9. Thorax/ paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (+), tidak ada jejas.
Palpasi : fremitus simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada massa.
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
10. Jantung
Inspeksi : cekung (-), cembung (-)
Palpasi : ictus cordis di ICS V
Perkusi : batas jantung
Atas : ICS II, linea sternalis kanan dan kiri
Pinggang : ICS III, linea sternalis kiri
Bawah : ICS V, MCL linea kiri
Auskultasi : heart rate regular, bising (-), gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi abdomen (-), tidak ada jejas.
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-),splenomegali (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus 8x/i, (normal= 6-12x/i)
12. Muskuloskeletal
Kekuatan otot : 5555 1111
5555 1111
c. Pemeriksaan Sistem Neurologis
1. Tingkat Kesadaran
2. Pemeriksaan Nervus Cranialis
3. Menilai Kekuatan Otot
4. Pemeriksaan Reflek
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d interupsi aliran darah otak
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan neuromuscular : hemiparise
3. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan neuromuscular
4. Defisit perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
6. Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan
A. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b.d stress dan ketegangan, iritasi tekanan syaraf
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
1) Klien menegungkapkan rasa nyeri berkurang
2) Tanda-tanda vital normal
3) Pasien tampang tenang dan rileks
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas atau 1. Mengenal dan memudahkan dalam
skala nyeri melakukan tindakan keperawatan
2. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur 2. Istirahat dapat mnegurangi intensitas
nyeri
3. Atur posisi pasien sneyaman mungkin 3. Posisi yang tepat dapat mengurangi
penekanan dan mencegah
ketegangan otot serta mengurangi
nyeri
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas 4. Relaksasi mengurangi ketegangan
dalam dan membuat lebih nyaman.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1. Energi yang besar dapat memberikan
keseimbangan pada tubuh saat
istirahat
2. Berikan terapi ringan untuk 2. Salah satu terapi ringan adalah
mempertahankan kesimbangan menggerakan bola mata, jika sudah
terbiasa dilakukan, pusing akan
berkurang.
3. Ajarkan penggunaan alat-alat 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
alternatif dan atau alat-alat bantu resiko jatuh.
untuk aktivitas klien.
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) 4. Nyeri yang berkurang dapat
sebelum aktivitas meminimalisasi terjadinya jatuh.