Anda di halaman 1dari 2

Era smartfren[sunting | sunting sumber]

PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Smart Telecom Tbk dan PT Mobile-8
Telecom Tbk (Mobile-8) sebelum tanggal 23 Maret 2011.[2] PT Mobile-8 Telecom Tbk awalnya
dimiliki oleh PT Global Mediacom Tbk.[3] Namun akibat krisis finansial dan penurunan penjualan
produk,[4] maka perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada tanggal 12 Agustus 2009 dan
mengganti nama perusahaan menjadi PT Smartfren Telecom Tbk pada tanggal 23 Maret 2011.[5]

Logo Smart dan Fren sebelum penggabungan secara resmi membentuk smartfren

Logo smartfren (Januari 2011-3 September 2019)

Logo smartfren (2015-2018)

Era esia dan AHA[sunting | sunting sumber]


Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo), yang
didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan Bakrie Group yang bergerak dalam
bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasis Extended Time Division
Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003, PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo)
berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom Tbk, yang kemudian bermigrasi ke CDMA 1x, dan
memulai meluncurkan produk esia. Pada awalnya jaringan esia hanya dapat dinikmati di Jakarta,
Banten dan Jawa Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia
dan terus berkembang ke kota-kota lainnya. Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-
public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta.
Layanan Bakrie Connectivity dengan Broadband Wireless Access (BWA) berbasis CDMA (Code
Division Multiple Access) yang didukung teknologi terkini EVDO Rev.A (Evolution Data Optimize),
bisnis Bakrie Connectivity adalah berorientasi pada kemudahan pemakaian produk, memberi
layanan dan konten yang menarik serta pengenaan tarif yang bukan hanya terjangkau tetapi juga
bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing konsumen. Sehingga prioritas utama tidak
hanya pelayanan maksimal untuk pelanggan tetapi juga memberikan nilai lebih. Orientasi inilah
diyakini oleh perusahaan akan memberi dampak positif kepada masyarakat pengguna jaringan
internet.
Tujuan Bakrie Connectivity Melihat perkembangan budaya digital dan internet yang sudah masuk ke
pori-pori kehidupan sosial masyarakat dan juga sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat
membuat peluang bisnis layanan data internet begitu menjadi peluang besar bagi Bakrie
Connectivity. Dengan penggarapan yang serius berorientasi penuh pada layanan terbaik bagi
pelanggan untuk memajukan masyarakat Indonesia kearah yang lebih baik.
Selama perjalanan usaha pada tahun 2014, BTEL dilaporkan terancam bangkrut karena hutang
yang menggunung bahkan nominal hutangnya telah melampaui harga aset perusahaan.[6] Untuk
melakukan hal ini, BTEL berusaha membayar seluruh hutangnya satu per satu bahkan hingga
memberhentikan 24 persen total karyawannya dengan alasan penghematan biaya operasional.[6]
Layanan 4G bersama Esia menyerahkan seluruh pelayanan data internet sebesar 5 MHz kepada
Smartfren di spektrum 850 MHz yang digunakan pula oleh Smartfren dalam menggelar
jaringan 4G LTE. Dari spektrum 850 MHz inilah, Smartfren memulai jaringan 4G LTE (FDD - TDD).

Era Hepi[sunting | sunting sumber]


Hepi diluncurkan layanan sistem telepon Fixed Wireless Access dengan yang dirilis oleh Mobile-
8 pada semester I 2008 untuk telepon genggam (ponsel) dengan biaya lokal. Hepi menggunakan
jaringan CDMA Frekuensi 800 MHz untuk seluruh wilayah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai