Anda di halaman 1dari 16

Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Berisiko HIV/AIDS dan IMS Pada

Remaja Di Kabupaten Banyuwangi

Eko Budi Santoso1,*,Antono Suryoputro2,Bagoes Widjanarko3


*)
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
Korespondensi
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang
***)
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

*Coresponding Author: Eko Budi Santoso, ekobudi936@yahoo.co.id

Abstract
Background: Remaja yang terinfeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome) masing-masing diakumulasi dari tahun 1991-2014 sebanyak 71 penderita, dan IMS
(Infeksi Menular Seksual) pada tahun 2014 sebanyak 81 penderita. Penyebab HIV/AIDS dan IMS pada
remaja karena perilaku seks berisiko salah satunya adalah tidak konsistennya penggunaan kondom.
Method: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian observasi analitik
yang bersifat cross sectional. Peneliti menggunakan total Sampling dari populasi yang ada yaitu remaja
Sekolah Menengah Atas sebanyak 120 orang. Variabel penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan keterjangkauan kondom, dan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan.Analisis data secara univariat, bivariate dan multivariat.Analisis bivariate
menggunakan Uji chi square.
Resulth: Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS
dan IMS berdasarkan Uji Chi-Square yaitu umur (nilai p=0,004), pengetahuan (nilai p=0,010), sikap (nilai
p=0,034, dan perilaku teman sebaya (nilai p=0,044). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah
jenis kelamin (nilai p=0,465), ketersediaan dan keterjangkauan kondom (nilai p=0,901), dan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan (nilai p=0,486). Analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan adalah
umur (nilai p=0,001 dan OR= 5,466 pengetahuan (nilai p=0,014 dan OR=3,526), dan perilaku teman
sebaya (nilai p=0,038 dan OR=2,829), dengan nilai probabilitas 96,20%.
Conclusion: Terdapat hubungan umur, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya dengan perilaku seks
berisiko HIV/AIDS pada remaja di Kabupaten Banyuwangi.

Keywords: Umur, Jenis kelamin, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan
keterjangkauan kondom, dan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan.
2

1. INTRODUCTION

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang berhubungan

dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat

dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya

bagi kehidupan fisik dan biologis manusia, termaksuk dalam menjaga kesehatannya dari

gangguan seperti IMS dan HIV/AIDS1).

Data WHO tahun 2013 menunjukkan kasus HIV secra global terdapat 3,5 juta

diantaranya dewasa sebanyak 31.8 juta penderita, women 16 juta penderita dan children

(<15 years) sebanyak 3,2 juta penderita. Orang dengan infeksi baru HIV terdapat 2.1 juta

penderita dengan perspsi dewasa sebanyak 1.9 juta penderita dan children (<15 tahun)

sebanyak 240.000 ribu penderita2).

Di Indonesia menurut sumber Ditjen PP dan PL kementerian Kesehatan Republik

Indonesia dari jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan usia sebagai berikut usia

15-19 tahun sebesar 1.717 kasus, usia 20-29 sebanyak 18.352 kasus dan usia 30-39

sebanyak 15.890 kasus. Penularan HIV/AIDS masih didominasi hubungan sex

(heteroseksual) yang tidak aman3).

Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi menerangkan bahwa

kasus HIV/AIDS pada usia remaja 11-15 tahun sebanyak 5 penderita dan usia remaja 16-20

tahun sebanyak 66 penderita. Data tersebut diakumulasi dari tahun 1991 sampai dengan

20134).

2
3

Data Dinas Kesehatan Banyuwangi memperlihatkan bahwa masih ada peningkatan

jumlah penderita IMS di Banyuwangi. Pada tahun 2011 ditemukan 2.902 kasus IMS, tahun

2012 kasus IMS meningkat dua kali lipat yaitu menjadi 4.755 kasus IMS, pada tahun

2013 ditemukan 4.174 kasusdan pada tahun 2014 ditemukan 4.011 kasus, terlihat adanya

penurunan jumlah kasus yakni pada tahun 2013 dan 2014 namun penurunan ini belum

signifikan. Dilihat dari segi umur pada usia 15-19 tahun sebanyak 81 penderita pada tahun

20144).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada Sekolah Menengah

Atas (SMA) di Kecamatan Genteng dan Kecamatan Banyuwangi dari 747 siswa diperoleh

120 siswa yang telah melakukan hubungan seksual.

Upaya yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik

Indonesia dan lembaga-lembaga lainnya dalam mengurangi penderita HIV/AIDS dilakukan

melalui edukasi dan promosi di fokuskan pada pencegahan HIV/AIDS melalui berpantang

hubungan seks diluar nikah, setia pada satu pasangan, penggunaan kondom dan

menghindari tranfusi darah tanpa pemeriksaan. Tetapi upaya tersebut masih saja kurang

atau belum menurunkan angka HIV/AIDS. Hal lain yang dilakukan oleh LSM adalah

memberdayakan individu penderita HIV/AIDS untuk bisa mandiri dan siap menghadapi

kehidupani). Pada anak remaja sesuai tahap tumbuh kembang secara psikososial selalu

berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, mencari identitas diri dan uji nyali5).

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif demikian pula orang-orang

zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-

3
4

periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu

mengadakan reproduksi6).

Berbagai upaya pencegahan HIV-AIDS telah dilakukan oleh Komisi Penangulangan

AIDS (KPAD) dan Non Goverment Organization (NGO) di kabupaten Banyuwangi, antara

lain dengan USAID, Global Fund, UNICEF, Yayasan Danu Kerta Tia (DKT) dan elemen

lain yang peduli HIV/AIDS. Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan

diantaranya adalah penggerakan masyarakat melalui pembetukan kelompok kerja yang

menangani HIV-AIDS.

Maka upaya Pemerintah Daerah atau Dinas Kesehatan setempat dalam

menanggulangi peningkatan kasus HIV/AIDS dan IMS pada kalangan remaja di

Banyuwangi, gencar melakukan dalam memerangi HIV/AIDS dan IMS dengan cara

pembentukan Duta HIV/AIDS dan IMS dikalangan siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)

atau yang sederajat dan pembentukan mahasiswa peduli AIDS untuk kalangan perguruan

tinggi. Demi kelancaan hal tersebut Dinas Kesehatan Banyuwangi bekerja sama dengan

Dinas Pendidikan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), LSM KKBS dan Ikatan Pemuda

Perawat Banyuwangi (IP2B) dan melakukan survisi sekala berkala di semua puskesmas

untuk layanan sistem laporan IMS dan HIV/AIDS7).

2. METHOD
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan observasi analitik.dengan pendekatan

kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner/angket. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian menggunakan total sampling yaitu siswa Sekolah Menengah Atas

kelas 12 di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng. Variabel dalam penelitian ini

4
5

adalah Umur, Jenis kelamin, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan

keterjangkauan kondom, dan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan. Analisis data

dilakukan secara univariat, bivariate dan multivariat Analisis bivariat menggunakan Uji

Chi-Square dan Analisis bivariat menggunakan model Backward LR.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Analisis Deskriptif Variabel yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Berisiko
HIV/AIDS dan IMS pada Remaja

No Variabel F % p-value
1 Umur 0,004
- Remaja tengah (16-17 th) 59 85,5
- Remaja akhir (18-20 th) 32 62,7
2 Jenis Kelamin
- Laki-laki 51 78,5 0,465
- Perempuan 40 72,7
3 Pengetahuan
- Kurang 50 86,2 0,010
- Baik 41 66,1
4 Sikap Remaja
- Permisif 55 83,3 0,034
- Tidak Permisif 36 66,7
5 Perilaku Teman Sebaya
- Permisif 54 83,1 0,044
- Tidak Permisif 37 67,3
6 Ketersediaan dan Keterjangkauan Kondom
- Tidak Tersedia 42 76,4 0,901
- Tersedia 49 75,4
7 Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan
- Berisiko IMS 38 79,2
0.486
- Tidak Berisiko IMS 53 75,8

Umur

Diantara remaja SMA di Kabupaten Banyuwangi yang melakukan hubungan

seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS lebih banyak pada kategori remaja

pertengahan (15-17) dibandingkan dengan remaja akhir (18-21).Karena

meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak

informasi mengenai seks.Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber

5
6

informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya dari teman-teman, buku-buku

tentang seks hingga mengadakan percobaan dengan jalan mastrubasi, bercumbu,

atau bersenggama8).

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 55,8% responden tergolong usia 15-17

tahun (67 orang), dan 44,2% responden tegolong usia > 18 tahun (53 orang). Rata-

rata umur responden berumur 17,41 Tahun, Umur responden paling muda berumur

16 Tahun dan responden paling tua berumur 18 Tahun. Masa remaja awal dan

akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah

mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Hasil uji statistik, didapatkan nilai p=0,004, maka dapat disimpulkan bahwa

umur responden ada berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Erna

Kusumawati, dimana ada hubungan yang signifikan (nilai p=0,006) antara umur

responden dengan berisiko tertular HIV/AIDS pada ibu hamil9), dan juga sejalan

dengan penelitian Lucky Aris, dimana tidak ada hubungan yang signifikan (nilai

p=0,091) antara umur responden terhadap perilaku seksual berisiko kaitannya

dengan pencegahan HIV/AIDS dan IMS10).

Jenis Kelamin

Hasil uji statistik bivariat, didapatkan nilai p=0,465, maka dapat disimpulkan

bahwa umur responden tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks

berisiko HIV/AIDS dan IMS menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan

dan hasil penelitian ini tidak mendukung adanya hipotesis yang sudah ditentukan

6
7

dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Wilujeng (2012)

dimana ada hubungan yang tidak signifikan (nilai p=0,196) antara variabel jenis

kelamin responden dengan perilaku seks berisiko Infeksi Menular Seksual (IMS)

pada remaja di Kebupaten Sidoarjo11).

penelitian ini menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai

resiko yang sama terhadap perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS. Namun

sebenarnya terdapat cara pandang secara biososial yang menyebutkan bahwa

pola perilaku seksual murni karena dorongan biologis, Hal ini sesuai dengan

pendapat Fitch dan Cox menyatakan bahwa kebanyakan laki-laki lebih

menginginkan seks dari pada wanita. Anak laki-laki mengenal mengenal dunianya

melalui penjelajahan dan dorongan fisik, emosi bahkan dorongan seksual mereka

lebih kuat dari pada perempuan12).

Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 72,6% responden mempunyai

pengetahuan yang baik tentang perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS dan

91,4% responden mempunyai pengetahuan kurang tentang perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS. Hal ini sesuai dengan gencarnya pemberantasan dengan

memberikan informasi yang edukatif dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan13).

Dari hasil analisa bivariat antara variabel pengetahuan dengan perilaku seks

berisiko HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS (p value=0,010. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Siti

7
8

aisyah dimana ada hubungan yang signifikan (nilai p = 0,034) antara penetahuan

responden dengan perilaku terhadap HIV/AIDS pada siswa14).

Berdasarkan uji multivariat dengan uji regresi logistic didapatkan hasil p=0,014

(p<0,05) dan OR=3,526 ini berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara

pengtahuan responden dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS, selain itu

responden yang memiliki pengetahuan kurang mempunyai besar kemungkinan 3,5

kali lebih besar untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS.

Sikap Remaja

Dari hasil analisa bivariat antara variabel sikap dengan perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara sikap dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS

(pvalue=0,034), jadi hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditentukan

dalam penelitian ini. Artinya bahwa remaja yang mempunyai sikap lebih permisif

terhadap perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS mempunyai kecenderungan

berperilaku seksual lebih berisiko dari pada remaja yang tidak permisif.Hasil

penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Aisyah,

yang dimana memiliki hubungan yang bermakna (p=0,048) dengan perilaku

HIV/AIDS terhadap siswa14).

Perilaku Teman Sebaya

Remaja pada umumnya lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa

8
9

pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, penampilan dan perilaku

remaja.Walaupun remaja telah mencapai tehap perkembangan kognitif yang

memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja

pada perilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dalam kelompok teman sebaya7).

Dari hasil analisa bivariat antara variabel perilaku teman sebaya dengan

perilaku seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara perilaku teman sebaya dengan perilaku

seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS (p value=0,044), jadi hasil penelitian ini

mendukung hipotesis yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Artinya bahwa

remaja yang mempunyai sikap lebih permisif terhadap perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS mempunyai kecenderungan berperilaku seksual lebih berisiko

dari pada remaja yang tidak permisif.

Berdasarkan uji multivariat dengan uji regresi logistic didapatkan hasil p=0,038

(p<0,05) dan OR=2,829 ini berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara

sikap responden dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS, selain itu

responden yang mempunyai sikap permisif besar kemungkinan 2,8 kali lebih besar

untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS

Ketersediaan dan Keterjangkauan Kondom

Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil bahwa variabel ketersediaan dan

keterjangkauan kondom dengan perilaku seksual berisiko menunjukkan tidak

adanya hubungan yang signifikan antara ketersediaan dan keterjangkauan kondom

dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS (p value=0,901), artinya bahwa

9
10

remaja yang menjawab tersedianya kondom mempunyai kecenderungan untuk

berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS daripada remaja yang menjawab tidak

tersedia kondom.Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Kristianti, yang dimana memiliki hubungan yang

bermakna (p=0,000) antara ketersediaan kondom terhadap praktek menggunakan

kondom pada pelanggan WPS15).

Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan

Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil bahwa variabel ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan dengan perilaku seks berisiko menunjukkan tidak adanya

hubungan yang signifikan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS (p

value=0,486). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukakn

oleh Lucky Aris, yang dimana adanya hubungan yang bermakna terhadap perilaku

seksual berisiko pada anak buah kapal kaitannya dengan dengan upaya

pencegahan HIV/AIDS dan IMS (p=0,000)10).

Menurut Green, faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan motivasi

atau keinginan terlaksanan termaksuk sumber-sumber yang tersedia dan

keterampilan perorangan dimasyarakat, diantaranya ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan16).

4. CONCLUSION

a. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS adalah umur. Responden yang berada pada rentang usia 15-17 tahun

dan 18 tahun, pada usia rentang 15-17 tahun sebanyak 67 responden, dan

10
11

kategori remaja akhir usia 18 tahun sebanyak 53 responden. Dilihat dari usia

perilaku berisiko terjadi pada usia remaja pertengahan (15-17 tahun) sebesar

85,5%, dan perilaku berisiko terjadi pada usia remaja akhir (18-21 tahun)

sebanyak 62,7%. Ada hubungan antara umur dengan perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS pada remaja di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan

Genteng Kabupaten Banyuwangi (p = 0,004)Nilai rerata pengetahuan guru

tentang bullying pada saat pretest dan post testadalah 17,8 dan 21,34.

b. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS

dan IMS adalah jenis kelamin sebanyak 65 responden laki-laki, dan 55

responden berjenis kelamin perempuan. Dan didapatkan pada perilaku

berisiko pada perempuan sebanyak 72,2% dan perilaku berisiko pada laki-

laki sebanyak 78,5%. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS pada remaja di Kecamatan

Banyuwangi dan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi (p=0,465)

c. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS adalahpengetahuan responden tentang perilaku seks berisiko HIV/AIDS

dan IMS sebanyak 86,2% pengetahuan kurang, dan 66,1% pengetahuan

baik. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS pada remaja di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan

Genteng Kabupaten Banyuwangi (p = 0,010).

d. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS adalahsikap responden terhadap perilaku seks berisiko yang lebih tidak

11
12

permisif sebanyak 66,7% dan sikap permisif sebanyak 83,3%. Ada hubungan

antara sikap dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS pada remaja di

Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

(p=0,034).

e. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS adalah perilaku teman sebaya terhadap perilaku seks berisiko HIV/AIDS

dan IMS pada remaja. Dan sikap tidak permisif pada remaja sebanyak 67,3%

dibandingkan sikap remaja yang permisif sebanyak 83,1%. Ada hubungan

antara perilaku teman sebaya dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS pada remaja di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng

Kabupaten Banyuwangi (p=0,044).

f. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS

dan IMS adalahketersedian dan keterjangkauan kondom terhadap perilaku

seks berisiko HIV/AIDS dan IMS masuk dalam kategori tidak tersedia 76,4%,

dan kategori tersedia sebesar 75,4%. Tidak ada hubungan antara

ketersediaan dan keterjangkauan kondom dengan perilaku seks berisiko

pada remaja di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi (p=0,901).

g. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS

dan IMS adalah ketersediaan sarana pelayanan kesehatan terhadap perilaku

seks berisiko HIV/AIDS dan IMS dalam kategori tidak tersedia sebesar 79,2%

dan kategori tersedia 75,8%. Tidak ada hubungan antara ketersediaan

12
13

sarana pelayanan kesehatan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan

IMS pada remaja di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng

(p=0,486).

h. Faktor yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS

pada remaja adalah umur didapatkan nilai Odd Ratio (OR) atau Exp (B)

sebesar 5,466 artinya responden yang mempunyai umur 15-17 tahun

mempunyai kemungkinan untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS

5,466 kali dibandingkan dengan responden yang berada pada tahap umur

18-21 tahun. Variabel pengetahuan dengan variabel perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS mempunyai Odd Ratio (OR) atau Exp (B) sebesar 3,526

artinya responden yang memiliki pengetahuan kurang mempunyai besar

kemungkinan berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS 3,526 kali

dibandingkan dengan responden yang memilki tingkat pengetahuan baik.

Variabel periaku teman sebaya dengan variabel perilaku seks berisiko

HIV/AIDS dan IMS mempunyai Odd Ratio (OR) atau Exp (B) sebesar 2,829

artinya responden yang mempunyai sikap permisif mempunyai besar

kemungkinan untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS 2,829 kali

dibandingkan dengan responden yang mempunyai sikap tidak permisif.

13
14

REFFERENCES

1. Herbaleng NT. Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi dan

Perilaku Seksual Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin (Tesis). Magister

Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2001.

2. World Health Organization (WHO). Data and Statistics. WHO. Geneva. 2013.

3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan.

Statistik Status HIV/AIDS Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

2013Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Laporan: Temuan Kasus

HIV.Dinas Kesehatan Kabupaten. Banyuwangi. 2014.

4. Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Banyuwangi.

Situasi HIV/AIDS Kabupaten Banyuwangi 1999 sampai dengan 2014. KPAD

Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi. 2014

5. Elizabet B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Edisi V). Erlangga. Surabaya. 2013

6. Dinas kesehatan Kabupaten Banyuwangi. Laporan Rencana Kerja

Penanggulangan HIV/AIDS dan IMS Tahun 2014-2015 Kabupaten

Banyuwangi. Dinas Kesehatan Banyuwangi. Banyuwangi. 2015

7. Stuart GW and Laraira MT. Principles and Practice of Psychiatric Nursing

(Edition VII). Morsby Inc. St. Louis. 2001

8. Erna K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Hamil dari Suami Berisiko

Tertular HIV/AIDS untuk Melakukan VCT di Kecamatan Semarang Timur

(Tesis). Magister Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro. Semarang. 2014

14
15

9. Suryono LC. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terhadap Perilaku Seksual

Berisiko pada Anak Buah Kapal Kaitannya dengan Upaya Penanganan

HIV/AIDS dan IMS (Tesis). Magister Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang. 2010.

10. Wilijeng A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah

pada Remaja SMA yang Berisiko terhadap IMS di Kabupaten Sidoarjo

(Tesis). Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang. 2014

11. Fitch T and Cox M. Questions Kids Ask About Sex. Andi Offset. Yogyakarta.

2007

12. Azwar S. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukuran. Pustaka Fajar. Yogjakarta.

2010

13. Aisyah S. Peran Sikap dan Pengetahuan Terhadap Perilaku Berisiko Tertular

HIV/AIDS pada Siswa SMK Nusantara 01 Tangerang Selatan (Tesis).

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. Jakarta. 2012

14. Elizabet. BH. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (Edisi kelima). Erlangga. Surabaya. 2013.

15. Kristianti S. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan

Kondom pada Pelanggan WPS di Lingkungan Kelurahan Semampir (Tesis).

Magister Promosi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro. Semarang. 2011

15
16

16. Glanz, et al. Healtah Behavirior and Health Education: Theory, Research and

Practice (Edition III). Jossey-Bass. San Fransisco, 1990.

16

Anda mungkin juga menyukai