Abstract
Background: Remaja yang terinfeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome) masing-masing diakumulasi dari tahun 1991-2014 sebanyak 71 penderita, dan IMS
(Infeksi Menular Seksual) pada tahun 2014 sebanyak 81 penderita. Penyebab HIV/AIDS dan IMS pada
remaja karena perilaku seks berisiko salah satunya adalah tidak konsistennya penggunaan kondom.
Method: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian observasi analitik
yang bersifat cross sectional. Peneliti menggunakan total Sampling dari populasi yang ada yaitu remaja
Sekolah Menengah Atas sebanyak 120 orang. Variabel penelitian ini adalah umur, jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan keterjangkauan kondom, dan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan.Analisis data secara univariat, bivariate dan multivariat.Analisis bivariate
menggunakan Uji chi square.
Resulth: Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS
dan IMS berdasarkan Uji Chi-Square yaitu umur (nilai p=0,004), pengetahuan (nilai p=0,010), sikap (nilai
p=0,034, dan perilaku teman sebaya (nilai p=0,044). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah
jenis kelamin (nilai p=0,465), ketersediaan dan keterjangkauan kondom (nilai p=0,901), dan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan (nilai p=0,486). Analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan adalah
umur (nilai p=0,001 dan OR= 5,466 pengetahuan (nilai p=0,014 dan OR=3,526), dan perilaku teman
sebaya (nilai p=0,038 dan OR=2,829), dengan nilai probabilitas 96,20%.
Conclusion: Terdapat hubungan umur, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya dengan perilaku seks
berisiko HIV/AIDS pada remaja di Kabupaten Banyuwangi.
Keywords: Umur, Jenis kelamin, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan
keterjangkauan kondom, dan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan.
2
1. INTRODUCTION
dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat
dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya
bagi kehidupan fisik dan biologis manusia, termaksuk dalam menjaga kesehatannya dari
Data WHO tahun 2013 menunjukkan kasus HIV secra global terdapat 3,5 juta
diantaranya dewasa sebanyak 31.8 juta penderita, women 16 juta penderita dan children
(<15 years) sebanyak 3,2 juta penderita. Orang dengan infeksi baru HIV terdapat 2.1 juta
penderita dengan perspsi dewasa sebanyak 1.9 juta penderita dan children (<15 tahun)
Indonesia dari jumlah kumulatif kasus AIDS menurut golongan usia sebagai berikut usia
15-19 tahun sebesar 1.717 kasus, usia 20-29 sebanyak 18.352 kasus dan usia 30-39
kasus HIV/AIDS pada usia remaja 11-15 tahun sebanyak 5 penderita dan usia remaja 16-20
tahun sebanyak 66 penderita. Data tersebut diakumulasi dari tahun 1991 sampai dengan
20134).
2
3
jumlah penderita IMS di Banyuwangi. Pada tahun 2011 ditemukan 2.902 kasus IMS, tahun
2012 kasus IMS meningkat dua kali lipat yaitu menjadi 4.755 kasus IMS, pada tahun
2013 ditemukan 4.174 kasusdan pada tahun 2014 ditemukan 4.011 kasus, terlihat adanya
penurunan jumlah kasus yakni pada tahun 2013 dan 2014 namun penurunan ini belum
signifikan. Dilihat dari segi umur pada usia 15-19 tahun sebanyak 81 penderita pada tahun
20144).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, pada Sekolah Menengah
Atas (SMA) di Kecamatan Genteng dan Kecamatan Banyuwangi dari 747 siswa diperoleh
melalui edukasi dan promosi di fokuskan pada pencegahan HIV/AIDS melalui berpantang
hubungan seks diluar nikah, setia pada satu pasangan, penggunaan kondom dan
menghindari tranfusi darah tanpa pemeriksaan. Tetapi upaya tersebut masih saja kurang
atau belum menurunkan angka HIV/AIDS. Hal lain yang dilakukan oleh LSM adalah
memberdayakan individu penderita HIV/AIDS untuk bisa mandiri dan siap menghadapi
kehidupani). Pada anak remaja sesuai tahap tumbuh kembang secara psikososial selalu
berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru, mencari identitas diri dan uji nyali5).
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif demikian pula orang-orang
zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-
3
4
periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu
mengadakan reproduksi6).
AIDS (KPAD) dan Non Goverment Organization (NGO) di kabupaten Banyuwangi, antara
lain dengan USAID, Global Fund, UNICEF, Yayasan Danu Kerta Tia (DKT) dan elemen
lain yang peduli HIV/AIDS. Adapun beberapa program yang telah dilaksanakan
menangani HIV-AIDS.
Banyuwangi, gencar melakukan dalam memerangi HIV/AIDS dan IMS dengan cara
pembentukan Duta HIV/AIDS dan IMS dikalangan siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)
atau yang sederajat dan pembentukan mahasiswa peduli AIDS untuk kalangan perguruan
tinggi. Demi kelancaan hal tersebut Dinas Kesehatan Banyuwangi bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), LSM KKBS dan Ikatan Pemuda
Perawat Banyuwangi (IP2B) dan melakukan survisi sekala berkala di semua puskesmas
2. METHOD
Penelitian ini menggunakan jenis rancangan observasi analitik.dengan pendekatan
sampel dalam penelitian menggunakan total sampling yaitu siswa Sekolah Menengah Atas
kelas 12 di Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Genteng. Variabel dalam penelitian ini
4
5
adalah Umur, Jenis kelamin, pengetahuan, sikap, perilaku teman sebaya, ketersediaan dan
dilakukan secara univariat, bivariate dan multivariat Analisis bivariat menggunakan Uji
No Variabel F % p-value
1 Umur 0,004
- Remaja tengah (16-17 th) 59 85,5
- Remaja akhir (18-20 th) 32 62,7
2 Jenis Kelamin
- Laki-laki 51 78,5 0,465
- Perempuan 40 72,7
3 Pengetahuan
- Kurang 50 86,2 0,010
- Baik 41 66,1
4 Sikap Remaja
- Permisif 55 83,3 0,034
- Tidak Permisif 36 66,7
5 Perilaku Teman Sebaya
- Permisif 54 83,1 0,044
- Tidak Permisif 37 67,3
6 Ketersediaan dan Keterjangkauan Kondom
- Tidak Tersedia 42 76,4 0,901
- Tersedia 49 75,4
7 Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan
- Berisiko IMS 38 79,2
0.486
- Tidak Berisiko IMS 53 75,8
Umur
seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS lebih banyak pada kategori remaja
meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak
5
6
atau bersenggama8).
tahun (67 orang), dan 44,2% responden tegolong usia > 18 tahun (53 orang). Rata-
rata umur responden berumur 17,41 Tahun, Umur responden paling muda berumur
16 Tahun dan responden paling tua berumur 18 Tahun. Masa remaja awal dan
akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah
Hasil uji statistik, didapatkan nilai p=0,004, maka dapat disimpulkan bahwa
umur responden ada berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks berisiko
HIV/AIDS dan IMS hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian Erna
Kusumawati, dimana ada hubungan yang signifikan (nilai p=0,006) antara umur
responden dengan berisiko tertular HIV/AIDS pada ibu hamil9), dan juga sejalan
dengan penelitian Lucky Aris, dimana tidak ada hubungan yang signifikan (nilai
Jenis Kelamin
Hasil uji statistik bivariat, didapatkan nilai p=0,465, maka dapat disimpulkan
bahwa umur responden tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks
berisiko HIV/AIDS dan IMS menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan
dan hasil penelitian ini tidak mendukung adanya hipotesis yang sudah ditentukan
6
7
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Wilujeng (2012)
dimana ada hubungan yang tidak signifikan (nilai p=0,196) antara variabel jenis
kelamin responden dengan perilaku seks berisiko Infeksi Menular Seksual (IMS)
resiko yang sama terhadap perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS. Namun
pola perilaku seksual murni karena dorongan biologis, Hal ini sesuai dengan
menginginkan seks dari pada wanita. Anak laki-laki mengenal mengenal dunianya
melalui penjelajahan dan dorongan fisik, emosi bahkan dorongan seksual mereka
Pengetahuan
pengetahuan yang baik tentang perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS dan
HIV/AIDS dan IMS. Hal ini sesuai dengan gencarnya pemberantasan dengan
Dari hasil analisa bivariat antara variabel pengetahuan dengan perilaku seks
berisiko HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
HIV/AIDS dan IMS (p value=0,010. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Siti
7
8
aisyah dimana ada hubungan yang signifikan (nilai p = 0,034) antara penetahuan
Berdasarkan uji multivariat dengan uji regresi logistic didapatkan hasil p=0,014
(p<0,05) dan OR=3,526 ini berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara
pengtahuan responden dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS, selain itu
kali lebih besar untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS.
Sikap Remaja
Dari hasil analisa bivariat antara variabel sikap dengan perilaku seks berisiko
HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS
(pvalue=0,034), jadi hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditentukan
dalam penelitian ini. Artinya bahwa remaja yang mempunyai sikap lebih permisif
berperilaku seksual lebih berisiko dari pada remaja yang tidak permisif.Hasil
Remaja pada umumnya lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan
8
9
pada perilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dalam kelompok teman sebaya7).
Dari hasil analisa bivariat antara variabel perilaku teman sebaya dengan
perilaku seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara perilaku teman sebaya dengan perilaku
seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS (p value=0,044), jadi hasil penelitian ini
mendukung hipotesis yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Artinya bahwa
remaja yang mempunyai sikap lebih permisif terhadap perilaku seks berisiko
Berdasarkan uji multivariat dengan uji regresi logistic didapatkan hasil p=0,038
(p<0,05) dan OR=2,829 ini berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara
sikap responden dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS, selain itu
responden yang mempunyai sikap permisif besar kemungkinan 2,8 kali lebih besar
Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil bahwa variabel ketersediaan dan
dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS dan IMS (p value=0,901), artinya bahwa
9
10
berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS daripada remaja yang menjawab tidak
sebelumnya yang dilakukan oleh Kristianti, yang dimana memiliki hubungan yang
Dari hasil analisa bivariat diperoleh hasil bahwa variabel ketersediaan sarana
hubungan yang signifikan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS (p
value=0,486). Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukakn
oleh Lucky Aris, yang dimana adanya hubungan yang bermakna terhadap perilaku
seksual berisiko pada anak buah kapal kaitannya dengan dengan upaya
4. CONCLUSION
a. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan
IMS adalah umur. Responden yang berada pada rentang usia 15-17 tahun
dan 18 tahun, pada usia rentang 15-17 tahun sebanyak 67 responden, dan
10
11
kategori remaja akhir usia 18 tahun sebanyak 53 responden. Dilihat dari usia
perilaku berisiko terjadi pada usia remaja pertengahan (15-17 tahun) sebesar
85,5%, dan perilaku berisiko terjadi pada usia remaja akhir (18-21 tahun)
sebanyak 62,7%. Ada hubungan antara umur dengan perilaku seks berisiko
tentang bullying pada saat pretest dan post testadalah 17,8 dan 21,34.
b. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS
berisiko pada perempuan sebanyak 72,2% dan perilaku berisiko pada laki-
laki sebanyak 78,5%. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
c. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan
d. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan
IMS adalahsikap responden terhadap perilaku seks berisiko yang lebih tidak
11
12
permisif sebanyak 66,7% dan sikap permisif sebanyak 83,3%. Ada hubungan
antara sikap dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS pada remaja di
(p=0,034).
e. Faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan
IMS adalah perilaku teman sebaya terhadap perilaku seks berisiko HIV/AIDS
dan IMS pada remaja. Dan sikap tidak permisif pada remaja sebanyak 67,3%
antara perilaku teman sebaya dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan
f. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS
seks berisiko HIV/AIDS dan IMS masuk dalam kategori tidak tersedia 76,4%,
Banyuwangi (p=0,901).
g. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS
seks berisiko HIV/AIDS dan IMS dalam kategori tidak tersedia sebesar 79,2%
12
13
(p=0,486).
h. Faktor yang berhubungan dengan perilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS
pada remaja adalah umur didapatkan nilai Odd Ratio (OR) atau Exp (B)
5,466 kali dibandingkan dengan responden yang berada pada tahap umur
HIV/AIDS dan IMS mempunyai Odd Ratio (OR) atau Exp (B) sebesar 3,526
HIV/AIDS dan IMS mempunyai Odd Ratio (OR) atau Exp (B) sebesar 2,829
kemungkinan untuk berperilaku seks berisiko HIV/AIDS dan IMS 2,829 kali
13
14
REFFERENCES
2. World Health Organization (WHO). Data and Statistics. WHO. Geneva. 2013.
8. Erna K. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Hamil dari Suami Berisiko
14
15
11. Fitch T and Cox M. Questions Kids Ask About Sex. Andi Offset. Yogyakarta.
2007
12. Azwar S. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukuran. Pustaka Fajar. Yogjakarta.
2010
13. Aisyah S. Peran Sikap dan Pengetahuan Terhadap Perilaku Berisiko Tertular
15
16
16. Glanz, et al. Healtah Behavirior and Health Education: Theory, Research and
16