Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

oleh
Geldine Raudina Freshta Delendra
NIM 172310101049

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)


Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan
Dosen Pembimbing: Ns. Nur Widayati, S.Kep., MN

oleh
Geldine Raudina Freshta Delendra
NIM 172310101049

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan Judul

“KONSEP DASAR PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)”

yang disusun oleh :

Kelompok : 8

Kelas/Angkatan : A-2017

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :

Hari/Tanggal :

Makalah ini dikerjakan dan disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil
jiplakan atau reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Penulis

Geldine Raudina F.D


NIM 172310101049

Mengetahui

Penanggung jawab mata kuliah DosenPembimbing

Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB Ns. Nur Widayati, S.Kep., MN


NIP. 198401022015041002 NIP: 198106102006042001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
dengan judul “Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru)”. Laporan
Pendahuluan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal pada Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan


berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya:

1 Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku penanggung jawab mata


kuliah Keperawatan Medikal
2 Ns. Nur Widayati, S.Kep., MN selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal
3 Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,

Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan pembacanya

Jember, 22 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... ......i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I ...................................................................................................................... 1

KONSEP PENYAKIT ............................................................................................ 1

1.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 1

1.1.1 Definisi .............................................................................................. 1

1.1.2 Anatomi Fisiologi ............................................................................. 1

1.1.3 Epidemiologi ..................................................................................... 2

1.1.4 Etiologi .............................................................................................. 4

1.1.5 Patofisiologi ...................................................................................... 7

1.1.6 Manifestasi Klinik ............................................................................. 9

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9

1.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................ 9

1.1.9
Pathway.....................................................................................................11

BAB II ................................................................................................................... 15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 15

1.1 Pengkajian .............................................................................................. 15

1.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 23

1.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 24

BAB III ................................................................................................................. 38

ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 38

iv
KASUS BRONKITIS ........................................................................................... 38

I. Identitas Klien ................................................................................................ 38

II. Riwayat Kesehatan ....................................................................................... 38

III. Pengkajian Keperawatan ............................................................................. 40

IV. Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 43

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan) ......... 47

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium ................................................... 47

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 54

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN ........................................................... 55

IX. CATATAN PERKEMBANGAN ............................................................... 66

BAB IV ................................................................................................................. 72

PENUTUP ............................................................................................................ 73

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 73

4.2 Saran ....................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

v
BAB I

KONSEP PENYAKIT
1.1 Tinjauan Pustaka
1.1.1 Definisi Tuberkulosisi Paru-paru

Penyakit Tuberkulosis yang bisa disebut dengan TB atau TBC


merupakan salah satu penyakit yang menular. Tuberkulosis disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri
Tuberkulosis menyerang paru-paru, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat menyerang organ lainnya. Penularan Tuberculosis
melalui udara (saat kita berbicara dengan penderita tuberculosis) dan
alat makan yang bergantian dengan penderita tuberculosis. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis memiliki kandungan lemak yang tinggi di
membran selnya dalam hal ini menyebabkan kuman ini tahan terhadap
asam dan pertumbuhan kumannya berlangsung lambat. Mycobacterium
tuberculosis tidak tahan terhadap ultraviolet sehingga penularannya
terjadi pada malam hari (Rosdiana, 2018). Adapun faktor risiko yang
dapat mempengaruhi seseorang terkena penyakit Tuberkulosis paru-paru
atau TB paru yaitu karena daya tahan tubuh yang rendah, penyakit
penyerta HIV, diabetes melitus, tertular penderita TB paru karena
adanya kontak langsung, bahan kimia seperti alkohol, rokok, dan obat-
obatan terlarang, serta kemiskinan dan kedaan lingkungan rumah
(Oktavia, dkk., 2016).

1
1.1.2 Anatomi Fisiologi

Paru-paru merupakan organ respirasi yang berada pada kedua


sisi toraks (dada). Paru-paru dipisahkan oleh jantung dan struktur
lain dalam mediastinum. Paru-paru terletak pada rongga dada
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu, paru
kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus
tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi
menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil
yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru dibungkus
oleh selaput tipis yaitu pleura. Paru-paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum. Paru-paru
kanan lebih pendek 2,5 cm daripada paru-paru kiri karena
diagfragma kanan lebih tinggi dibanding kiri untuk
mengakomondasi hepar. Paru-paru kanan juga lebih lebar karena
jantung berada lebih banyak disisi kiri rongga toraks.
Kesimpulannya adalah secara keseluruhan kapasitas total dan
berat paru-paru kanan lebih besar jika dibandingkan dengan paru-
paru kiri (Puruhito, 2016)

2
Menurut Puruhito, 2016 Bagian paru paru terdiri dari beberapa
organ, diantaranya adalah :
1. Trakea
Trakea atau tenggorokan merupakan bagian paru-paru
yang berfungsi menghubungkan laring dengan bronkus.
Trakea pada manusia teridiri dari jaringan tulang rawan yang
dilapisi oleh sel bersilia. Silia yang terdapat pada trakea ini
berguna untuk menyaring udara yang akan masuk ke dalam
paru-paru.
2. Bronkus
Bronkus merupakan saluran yang terdapat pada
rongga dada, hasil dari percabangan trakea yang
menghubungkan paru-paru bagian kiri dengan paru-paru
bagian kanan. Bronkus bagian sebelah kanan bentuknya lebih
lebar, pendek serta lebih lurus, sedangkan bronkus bagian
sebelah kiri memiliki ukuran lebih besar yang panjangnya
sekitar 5cm. Jika dilihat dari asalnya bronkus dibagi menjadi
dua, yaitu bronkus premier dan bronkus sekunder.
3. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan bagian dari percabangan
saluran udara dari bronkus. Letaknya tepat di ujung bronkus.

3
Bronkiolus mempunyai diameter kurang lebih 1mm atau bisa
lebih kecil. Bronkiolus berfungsi untuk menghantarkan udara
dari bronkus masuk menuju ke alveoli serta juga sebagai
pengontrol jumlah udara yang akan nantinya akan di
distribusikan melalui paru-paru oleh konstriksi dan dilatasi
4. Alveolus
Alveolus merupakan kantung kecil yang terletak di
dalam paru-paru yang memungkinkan oksigen dan
karbondioksida untuk bisa bergerak di antara paru-paru dan
aliran darah. Di dalam tubuh manusia terdapat kurang lebih
hampir 300 juta alveoli untuk menyerap oksigen yang berasal
dari udara. Alveolus berfungsi untuk pertukaran karbon
dioksida (CO2) dengan oksigen (O2).
5. Pleura
Pleura adalah selaput yang fungsinya membungkus
paru-paru serta melindungi paru-paru dari gesekan-gesekan
yang ada selama proses terjadinya respirasi. Ada dua lapisan
pada Pleura paru-paru manusia yaitu :
a. Pleura visceral adalah bagian dalam yang membungkus
langsung paru
b. Pleura parietal adalah pleura bagian luar yang menempel
di rongga dada.
1.1.3 Epidemiologi
Menurut WHO Tuberkulosis paru atau TB paru sebagai suatu
masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan serius di
seluruh dunia. TB paru juga merupakan penyakit yang
menyebabkan kedaruratan global, karena pada sebagian besar
negara di dunia penyakit TB paru tersebut tidak dapat dikendali.
Hal ini terjadi karena banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan. Penyakit TB paru ini juga dapat dikatan sebagai

4
penyebab kematian utama yang di akibatkan oleh penyakit infeksi
(Kemenkes, 2011).
Satu orang menderita penyakit TB paru dapat menularkan
kurang lebih 10 sampai 15 orang lain dalam waktu 1 tahun.
Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB paru dan lebih
dari 2 juta orang meninggal karena TB paru. Semua negara di
dunia memiliki kasus TB, namun Asia memiliki presentase kasus
TB paru terbanyak yakni 55%, China dan India 35%, dan afrika
30%. (Kemenkes, 2014). Di Indonesia merupakan negara keenam
yang memiliki presentase terbanyak penderita TB paru (Dinkes,
2014).
1.1.4 Etiologi
TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran
pernafasan. Selain itu, Tuberkulosis paru atau TB paru merupakan
penyakit menular yang sebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang memiliki sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Basil TB mempunyai
sel lipoid, sehingga tahan terhadap asam. Basil TB juga sangat
rentan terhadap sinar matahari hal ini membuat basil TB mati
dalam beberapa menit jika terpapar sinar matahari. Basil TB juga
akan mati dalam beberapa menit jika terkena alkohol 70% dan
lisol 50%. Butuh waktu 12 sampai 24 jam untuk Basil TB
melakukan mitosis, dalam hal ini memungkinkan pemberan obat
secara intermiten selama 2 sampai 3 hari sekali. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat dormant yang dapat
bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif kembali. Selain
itu bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat aerob yang
menunjukkan bahwa bakteri tersbut lebih senang tinggal di
jaringan yang kaya akan oksigen, dalam hal ini tekanan bagian
apical paru-paru lebih tinggi daripada jaringan lainnya sehingga
bagian tersebut merupakan tempat predileksi penyakit

5
tuberkolosis. Penularan Tuberculosis melalui udara (saat kita
berbicara dengan penderita tuberculosis) dan alat makan yang
bergantian dengan penderita tuberculosis (Andayani dkk., 2017).
1.1.5 Klasifikasi
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang paru-
paru tetpai tidak termasuk pleura atau selaput paru. Dari hasil
pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi menjadi dua,
diantaranya adalah :
1. Tuberkulosis Paru BTA positif
- Kurang lebih 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif
- 1 spesimen dahak BTA positif dan foto rontgen dada
yang menunjukkan gambaran dari tuberkulosis positif.
2. Tuberkulosis Patu BTA negatif
Dalam pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS kemudian
mendapatkan hasil BTA negatif dan foto rontgen dada
sehingga dapat menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Tuberkulosis paru BTA negatif foto rontgen dada dengan
hasil positif dapat dibagi berdasarkan tingan keparahan
penyakit yang berkaitan, salah satu contohnya ialah
bentuk berat ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru-
paru yang luas dan keadaan umum penderita yang buruk.
b. Tuberkulosisi Ekstra Paru
Tuberkulosisi yang menyerang oragan tubuh lain selain paru-
paru. Tuberkulosis Ekstra Paru dibagi berdasarkan tingkat
keparahan dari penyakit tersebut, diantaranya adalah :
1. TB Ekstra paru ringan
2. TB Ekstra paru berat

6
c. TB paru BTA (+) adalah :
1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif
2. Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukkan
BTA positif dan di jumpai adanya kelainan radiologi
3. Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukan
BTA positif dan biakan positif.
d. TB paru BTA (-) adalah :
1. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA
negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi
menunjukkan gambaran tuberculosis aktif
2. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA
negatif dan biakan micobacterium tuberculosis positif.

(Hasanah, dkk., 2016)

1.1.6 Patofisiologi
Seseorang yang terinfeksi penyakit TB paru biasanya melalui
droplet nuclei dari pasien yang sebelumnya sudah terinfeksi
penyakit TB paru. Penularan tersebut dapat terjadi ketika pasien
TB paru batuk, bersin, mengobrol dengan jarak yang dekat,
meludah dan tertawa. Droplet nuclei tersebut mengandung basil
TB aktif dan memiliki ukuran kurang dari 5 mikron. Selain itu
droplet nuclei tersebut akan melayang-layang di udara dan
menginfeksi orang lain. Setelah tubuh terinfeksi, bakteri
Mycobacterium tuberculosis akan menginfeksi paru-paru. Dalam
hal ini di dalam paru-paru akan tumbuh koloni bakteri yang
berbentuk globular. Melalui reaksi imunologis sel-sel paru paru
menghambat perkembangan bakteri Mycobacterium tuberculosis
melalui pembentukan didinding yang dikelilingi oleh bakteri TB

7
paru tersebut. mekanisme pembentukan dinding pada sel-sel paru
akan membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TB paru akan bersifat dormant. Sifat dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen (Darliana, 2011).
Sistem imun tubuh akan berespon dengan melalukan reaksi
inflamasi. Neutrofil dan makrofag akan mengfagositosis dan
menelan banyak bakteri limpospesifik kemudian tubercolosis
akan melisis atau menghancurkan basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi
dalam 2-10 minggu setelah pemajanan. Massa jaringan paru yang
disebut granulomas merupakan basil aktif. Kemudian granulomas
akan diubah menjadi massa jaringan fibrosa, bagian sentral dari
massa fibrosa ini disebut dengan tuberkel ghon dan akan menjadi
nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami klasifikasi dan membentuk skar kolagena. Bakteri TB
paru menjadi bersifat dormant, tanpa perkembangan penyakit
aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat
mengalami dapat mengalami penyakit aktif karena adanya
gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun.
Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian
menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit
lebih jauh. Tuberkel yang menyerah menyembuh membentuk
jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak,
menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Andayani
dkk., 2017).

8
1.1.7 Manifestasi Klinik
Penderita penyakit TB paru akan mengalami beberapa
gangguan kesehatan seperti batuk berdahak kronis, demam, sesak
napas, nyeri dada, berkeringat tanpa sebab pada malam hari, dan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga menyebabkan berat
badan menurun dan badan kurus. Pada pasien penyakit TB paru
juga sering dijumpai mengalami konjungtiva mata atau kulitnya
pucat karena anemia. Dari gangguan tersebut menyebabkan
penurunan produktivitas hidup penderita penyakit TB bahkan
menyebabkan kematian pada penderita penyakit TB paru
(Darliana, 2011).
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Tempat kelainan lesi TB paru yang perlu dicurigai
adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak
luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi
nafas bronkial. Selain itu juga dijumpai suara nafas tambahan
berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi
vesikular melemah.
Pada limfadenitis tuberculosis, terlihat pembesaran
kelenjar getah bening, paling sering dijumpai pada daerah
leher, kadang-kadang dai daerah aksila. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi “cold abscess”.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Adanya infeksi primer dan digambarkan dengan nodul
terklasifikasi pada bagian perifer paru dengan klasifikasi
dari limfe nodus hilus.
b. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan
gambaran: nekrosis, cavitasi (terutama tampak pada foto

9
posisi apical lordotik), fibrosis dan retraksi region hilus,
bronchopneumonia, serta infiltrat interstitial.
c. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan
hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus
dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat
apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau
regresi.
3. Pemeriksaan Darah
Dari hasil pemeriksaan darah kurang spesifik. Pada saat TB
mulai aktif akan didapat jumlah leukosit yang tinggi dan
jumlah limfosit masih dibawah normal. Kemudian laju endap
darah juga mulai mengalami peningkatan. Jika TB paru mulai
sembuh, jumlah leukosit akan kembali normal dan jumlah
limfosit yang masih tinggi. Kemudian laju endap darah mulai
turun dan akan normal kembali. Anemia ringan juga dapat
dikaitkan dengan gambaran normokrom dan normositer, gama
globulin, meningkat dan kadar natrium darah mengalami
penurunan.
(Budi, dkk., 2018)
1.1.9 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit TB paru
sudah dilakukan melalui berbagai program kesehatan di
tingkat Puskesmas. Program tersebut berupa pengembangan
strategi penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai
strategi DOTS ( Directly Observed Treatment, Short Course =
pengawasan langsung menelan obat jangka pendek) strategi
ini telah terbukti dapat mencegah penularan, juga dapat
mencegah perkembangan MDR (Multi Drugs Resistance =
kekebalan ganda terhadap obat) (Manalu, 2010).

10
2. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati dengan agen kemoterapi (agen
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan.
Tuberkulosis paru dapat di obati dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) dan Vaksinasi Bacillus Calmatte Guerin
(BCG) (Muchtar, dkk., 2015).
Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT Sifat (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniazid 5 10
Bakterisid
(H) (4-6) (8-12)
Rifampicin 10 10
Bakterisid
(R) (8-12) (8-12)
Pyrazinamide 25 35
Bakterisid
(Z) (20-30) (30-40)
Streptomycin 15 15
Bakterisid
(S) (12-18) (12-18)
Ethambutol 15 30
Bakteriostatik
(E) (15-20) (20-35)

Hasil pengobatan dan tindak lanjut terhadap pengobatan :


a. Sembuh
Pasien TB paru yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dan pemeriksaan dahak berulang paling sedikit
2 kali berturut-turut kemudian hasilnya negatif.
b. Pengobatan Lengkap
Pasien TB paru yang telah melaksanakan atau
menyelesaikan penngobatan secara lengkap tetapi tidak ada
hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali secara berturut-turut
negatif. Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif
harus dilakukan pemeriksaan dahak berulang.

11
c. Meninggal
Pasien TB yang dalam proses pengobatan meninggal
karena sebab apapun
d. Pindah
Pasien TB paru yang pindah berobat ke daerah kabupaten
atau kota lain.
e. Defaulted atau Drop Out
Pasien TB paru yang tidak mengambil obat selama 2
bulan berturut-turut atau lebih selama sebelum masa
pengobatan selesai.
f. Gagal
Pasien TB paru dengan BTA positif hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau tetap positif pada 1 bulan sebelum
berakhirnya pengobatan. Penderita TB paru dengan BTA
negatif hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke 2
menjadi positif kembali.
(Muchtar, dkk., 2015).

12
1.1.9 Pathway
Tuberkulosis Paru

Mycrobacterium Tuberculosis

Alveolus

Respon radang

Leukosit Demam Pelepasan bahan tuberkel


memfagosit bacteri dari dinding kavitas

Leukosit digantikan Trakeobronkial


oleh makrofag

Makrofag mengadakan Bersihan jalan


infiltrasi napas tidak efektif Penumpukan sekret

Terbentuk Sel tuberkel


Batuk Anoreksia, mual,
epiteloid
muntah

Nekrosis kaseosa Nyeri droplet

Granulasi Ketidakseimbangan
Resiko tinggi
nutrisi kurang dari
penyebaran
kebutuhan
Jaringan parut kolagenosa infeksi

Ketidaknyamanan
Kerusakan membran Sesak
Insomnia
nafas fisik
alveolar

Nyeri dada Inadekuat oksigen untuk


Gangguan
pertukaran
Intoleransi aktivitas
Gas Ketidakefektifan
pola napas

13
14
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematis dari


pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data mengenai klien. Dalam
melakukan pengkajian ada 2 proses yakni pengumpulan data dari
sumber primer (klien) dan sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan),
dan analisis data sebagai dasar untuk mendiagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian merupakan untuk menetapkan dasar data
tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berhubungan,
praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien
(Widiyani, 2015).

a. Identitas
Identitas klien yang perlu dikali meliputi, Nama lengkap
klien, Tanggal lahir klien, umur klien, jenis kelamin klien,
pendidikan klien, pekerjaan klien, agama klien, alamat klien,
tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, nomer rekam medik
klien, dan diagnosa klien. Adapun data pendukung seperti faktor
penyebab klien sakit, dilihat dari lingkungan rumah, fakor
pekerjaan, dan lain lain.
1. Nama dan jenis kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena TB
paru
2. Umur dan tanggal lahir
Anak dan juga dewasa bisa terkena TB paru
3. Status perkawinan
Status perkawinan tidak mempengaruhi seseorang terkena
TB paru

15
4. Pendidikan
Status pendidikan tidak mempengaruhi seseorang terkena TB
paru. Tetapi kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan
penderita TB paru mengalami keparahan terhadap
penyakitnya dikarenakan tidak mengetahui fakor penyebab
dari factor TB Paru tersebut.

b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :


1. Diagnosa Medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan
penjelasan dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait
TB paru.
2. Keluhan Utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan
utama berupa sesak nafas yang disertai dengan batuk-batuk
dan nyeri dada. Riwayat kesehatan sekarang merupakan data
yang menceritakan gejala atau alasan yang klien alami dan
rasakan sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai
dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang
menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari
keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang
memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya,
waktu timbulnya dan lamanya.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit
klien yang sekarang dialami sejak pertama kali klien
mengalami keluhan sampai klien memutuskan pergi ke
rumah sakit. Biasanya diawali dengan batuk, sesak napas,
nyeri pleuritik, berat pada dada dan berat badan turun.

16
4. Riwayat Kesehatan Lalu
Riwayat kesehatan lalu perlu dikaji apakah klien
pernah menderita penyakit serupa sebelumnya. Kaji penyakit
infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia,
bronkhi\ritis dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola
kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas, penggunaan obat-
obat tertentu, kebiasaan hygiene, dan lingkungan rumah
apakah lingkungan rumah kotor, kurang cahaya dan lain lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Pada riwayat kesehatan keluarga, tanyakan didalam
keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit
paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur
keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan
sekitarnya.

c. Pola Aktivitas Sehari-hari


Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan
sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.

d. Pengkajian pola gordon

NO Pola Gordon Komponen Pengkajian


1 Pola persepsi Klien dengan TB paru biasanya tidak menyadari
dan bahwa mengidap TB paru sebelum memeriksakan
pemeliharaan dirinya ke pelayanan kesehatan. Gaya hidup dan
kesehatan lingkungan rumah yang kurang baik menjadi faktor
penyebab TB paru. Perawat harus melakukan
anamnesis kepada pasien tentang persepsi sehat-
sakit, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini,
perilaku untuk mengatasi kesehatan dan pola

17
pemeliharaan kesehatan.
2 Pola nutrisi Dikarenakan terjadinya inflamasi dan hipersekresi
dan lendir menyebabkan napas klien menjadi terganggu
metabolisme serta dapat mengakibatkan keringat dingin dimalah
hari, peningkatan suhu badan dan sesak napas.
3 Pola Pola eliminasiklien TB paru biasanya tidak ada
eliminasi masalah.
4 Pola aktivitas Ketika melakukan banyak aktivitas biasanya akan
dan latihan mengakibatkan semakin sesak.
5 Pola tidur Istirahat tidak akan terganggu dikarenakan apabila
dan istirahat pasien TB paru istirahat atau tidur maka dapat
memperbaik keadaannya. Tetapi terkadang pola
tidurnya jadi terganggu apabila mengalami sesak
nafas dan kringat dingin pada malam hari.
6 Pola Kognitif Klien TB paru tidak mengalami penurunan dalam
dan pengecapan dan penglihatan.
konseptual
7 Pola persepsi Tidak terdapat perubahan struktur dan fungsi tubuh
diri pada penderita TB paru.
8 Pola peran Klien TB paru akan tetap menjaga peran hubungan
dan dengan keluarganya. Tetapi akan ada sedikit jarak
hubungan antara penderita dengan keluarga mengingat faktor
penyebab penularan dari TB paru
9 Pola Pada sistem pembuluh darah organ reproduksi
seksualitas tidak akan terjadi masalah.
dan
reproduksi
10 Pola toleransi Perawatan yang dilakukan oleh klien 6-7 bulan
coping- sehinnga membuat koping klien tetap terjaga.
stress

18
11 Pola tata Perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
nilai dan tubuh penderita TB paru tidak menghambat klien
kepercayaan untuk beribadah akan tetapi mempengaruhi pola
ibadah klien.

e. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan
auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal
sebagai berikut :

a). Keadaan Umum


Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat keadaan
umumnya yang meliputi, penampilan postur tubuh,
kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan
berat badan, perubahan suhu, bradikardi, dan labilitas
emosional.

b). Sistem kardiovaskular


Lihat apakah kemungkinan terjadi penurunan tekanan
darah, tachikardi, peningkatan JVP, konjugtiva pucat,
perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit,
bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup.

c). Sistem Pernafasan


Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan
cuping hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri
tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan
dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi
nafas dan frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif
ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa,
sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena,

19
perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang
terkena, vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah
atau kering.

d). Sistem Gastrointestinal


Periksa kemungkinan terdapat lesi pada bibir,
kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan waktu
menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya
massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan
anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya
mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.

e). Sistem Genitourinari


Periksa juga kebutuhan dari genetalia, terjadinya
perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput
biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji
adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara
palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola
berkemih dan keluhan klien.

f). Sistem Muskuloskeletel


Periksa pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai
dari kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada
waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB
ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan
intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.

g). Sistem Endokrin


Periksa adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji
adakah riwayat DM pada klien dan keluarga.

h). Sistem Persyarafan

20
Lihat tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri,
refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada
klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan
terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan
kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial,
tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.

i). Sistem Integumen


Lihat dan periksa keadaan kulit meliputi tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, turgor kulit
dan perubahan suhu. Pada klien TB paru bisanya ditemukan
fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan
perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring
lama akibat pneumotorax, maka perlu dikaji adalah
kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai
antisipasi dari dekubitus.

f. Data Penunjang

Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit,


trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax
foto, sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS.

Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :

1. Pemeriksaan darah

 Anemia terutama bila periode akut


 Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
 LED meningkat terutama fase akut
 AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.

21
2. Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara
lain :

 Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas


paru
 Bayangan yang berawan atau berbercak
 Adanya klasifikasi
 Kelainan yang bilateral
 Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
 Bayangan milier
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis
dari dahak penderita TB
4. Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu
penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit
tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika
indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada
gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila
uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.
g. Terapi
 Agen anti infeksi
 Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin,
streptomycin
 Diet TKTP
 Cairan rehidrasi RL

22
1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang


menggambarkan respon aktual dan potensial klien terhadap masalah
kesehatan perawat yang memiliki lisensi dan kompeten untuk
mengatasinya. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat atau ditegakkan pada klien
dengan bronkitis menurut Doenges (2000) dan Nanda (2018) sebagai
berikut:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan


sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk
buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya
ekspresi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga
pleura.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan
membran alveolar-kapiler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan
metabolisme tubuh.
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak
nafas, dan nyeri dada.
6. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan
fisik yang lemah)
7. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas.
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

23
1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan
keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar
tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian kesempatan
pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk
merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan agar masalah yang
dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang
memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai
kebutuhan.

24
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
Domain 11 : NIC
1. NOC
Keamanan/perlindungan. (3160) penghisapan lendir pada jalan
Kriteria Hasil :
Kelas 2. Cedera fisik (00031) nafas
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Definisi : membuang sekret dengan
jalan nafas masalah ketidakefektifan bersihahan jalan nafas memasukkan kateter suksion kedalam
Definisi: ketidakmampuan dapat teratasi. mulut, nasofaring atau trakhea pasien
membersihkan sekresi atau 1. Lakukan tindakan cuci tangan.
(0410) status pernafasan : kepatenan jalan
obstruksi dari saluran nafas 2. Lakukan tindakan pencegahan umum.
nafas
untuk mempertahankan jalan 3. Gunakan alat pelindung diri sesuai
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka
nafas. dengan kebutuhan.
dan lancar untuk pertukaran gas.
4. Tentukan perlunya suktion mulut atau
1. Frekuensi pernafasan dari skala 1(deviasi trakhea.
berat dari kisaran normal) 5. Aukultasi suara nafas sebelum dan

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari setelah tindakan suction.

kisaran normal) 6. Aspirasi nasopharingeal dengan kanul

25
suction sesuai dengan kebutuhan
2. kedalaman inspirasi dari skala 1(deviasi
7. Berikan sedatif sebagaimana mestinya.
berat dari kisaran normal)
8. Masukan nasopharingeal airway untuk
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
melakukan suction nasotracheal sesuai
kisaran normal)
kebutuhan
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari 9. Instruksikan pada pasien untuk menarik
skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) nafas dalam sebelum dilakukan suction
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari nasotracheal dan gunakan oksigen
kisaran normal) sesuiai kebutuhan.
Diagnosa : NOC NIC
2.
Domain 4: Aktivitas/ Kriteria Hasil : 3140 manajemen jalan nafas
Istirahat Definisi: fasilitas kepatenan jalan nafas.
setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam
Kelas 4. Respons
masalah ketidakefektifan pola nafas dapat 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
Kardiovaskuler/ Pulmonal
teratasi. atau jaw thrust sebagai mana mestinya.
(00032) Ketidakefektifan
(0403) status pernafasan : ventilasi. 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
pola nafas.
ventilasi.
Definisi: Inspirasi dan/ atau Definisi : keluar masuknya udara dari dan

26
ekspirasi yang tidak memberi kedalam paru. 3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial
ventilasi adekuat. pasien untuk memasukkan alat
1. Frekuensi pernafasan dari sekala 1 (deviasi
membuka jalan nafas.
berat dari kisaran normal)
4. Masukkan alat (NPA) atau (OPA)
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
sebagaimana mestinya.
kisaran normal)
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana
2. Irama pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat mestinya.
dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari


kisaran normal)

3. Kedalaman inspirasi dari sekala 1 (deviasi


berat dari kisaran normal)
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal)
Diagnosa : NOC NIC
3.
Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: (3140) Manajemen jalan nafas
pertukaran Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Definsi: fasilitas kepatenan jalan nafas.

27
Kelas 4. Fungsi respirasi gangguan pertukaran gas kembali normal. Aktivitas-aktivitas:
(00030) Gangguan (0402) status pernafasan : pertukaran gas 1. Posisikan pasien untuk
pertukaran gas Definisi: memaksimalkan ventilasi
Definisi: kelebihan atau defisit pertukaran karbondioksida dan oksigen di 2.Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
oksigenasi dan/atau eliminasi alveoli untuk mempertahankan konsentrasi dalam, berputar, dan batuk
karbon dioksida pada membran darah arteri. 3.Posisikan untuk meringankan sesak
alveolar-kapiler nafas
1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari
4.Monitor status pernafasan dan
skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal)
oksigenasi sebagaimana mestinya.
ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal).

2. Tekanan parsial karbondioksida didarah


arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal).

3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari


kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4

28
(deviasi ringan dari kisaran normal).

4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat


dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4
(deviasi ringan dari kisaran normal).
Diagnosa : NOC NIC
4.
Domain 2: Nutrisi Kriteria Hasil: (1100) manajemen nutrisi
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam
Kelas 1. Makan (00002) Definisi: menyediakan dan meningkatkan
intake nutrisi klien terpenuhi.
Ketidakseimbangan nutrisi: intake nurisi yang seimbang.
(1009) status nutrisi : asupan nutrisi.
kurang dari
Definisi: akvifitas-aktivitas:
kebutuhan tubuh
asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan - 1. Tentukan status gizi pasien dan
Definisi: asupan nutrisi tidak kebutuhan metabolik kemampuan pasien untuk memenuhi
cukup untuk memenuhi
1.Asupan protein dari skala 1 (tidak adekuat) kebutuhan gizi
kebutuhan metabolik.
ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar 2. Identifikasi adanya elergi atau

adekuat) intoleransi makanan yang dimiliki


pasien.
2.Asupan lemak dari skala 1 (tidak adekuat)
3. Tentukan apa yang menjadi prefensi

29
ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar makanan bagi pasien.
adekuat) 4. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi.
3.Asupan karbohidrat dari skala 1 (tidak
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4
yang dibutuhkan untuk memenuhi
(sebagian besar adekuat)
persyaratan gizi.
4.Asupan vitamin dari skala 1 (tidak adekuat)
6. Berikan pilihan makanan sambil
ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar
menawarkan bimbingan terhadap
adekuat)
pilihan yang lebih sehat.
5.Asupan mineral dari skala 1 (tidak adekuat)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar
adekuat)

6.Asupan zat besi dari skala 1 (tidak adekuat)


ditingkatkan menjadi skala 4 (sebagian besar
adekuat)

7.Asupan kalsium dari skala 1 (tidak


adekuat)ditingkatkan menjadi skala 4

30
(sebagian besar adekuat)
Diagnosa : NOC NIC
5.
Domain 4: aktivitas/istirahat Kriteria Hasil: (1850) peningkatan tidur
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
Kelas 1. Tidur/istirahat Definisi: memfasilitasi tidur/siklus bangun
masalah gangguan pola tidur dapat teratasi.
(000198) Gangguan pola teratur.
(0003) istirahat
tidur
Aktivitas-aktivitas:
Definisi: berkurangnya kuantitas dan pola
Definisi: interupsi jumlah
aktifitas untuk memulihkan mental dan fisik. 1. tentukan pola tidur pasien
waktu dan kualitas tidur akibat
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup
faktor eksternal. 1. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu)
selama penyakit dan lain-lain
ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak
3. monitor pola tidur pasien dan catat
terganggu)
kondisi fisik.
2. kualitas istirahat dari skala 1 (sangat
4. Sesuaikan lingkungan untuk
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
meningkatkan tidur.
(tidak terganggu)
5. Mulai/terapkan langkah-langkah
3. beristirahat secara fisik dari skala 1 (sangat
kenyamanan seperti pijat,pemberian
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
posisi dan sentuhan efektif.
(tidak terganggu)

31
beristirahat secara mental dari skala 1 (sangat 6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur.
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5 (tidak Diskusikan dengan pasien dan keluarga
terganggu) mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.
Diagnosa : NOC NIC
6
Domain 4: aktifitas/istirahat Kriteria Hasil: (4310) terapi aktivitas
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam
Kelas 4. Respon Definisi: peresepan terkait dengan
masalah intoleransi aktifitas tercapai.
kardiovaskular/pulmonal menggunakan bantuan aktivitas fisik,
(0002) konservasi energi
(00092) Intoleran aktivitas kognisi, sosial dan spiritual untuk
Definisi: tindakan individu dalam mengelola
Definisi: ketidakcukupan meningkatkan frekuensi dan durasi
energi psikologis atau fisiologis energi untuk memulai dan mempertahankan aktivitas kelompok.
aktivitas.
untuk mempertahankan atau 1. Pertimbangkan kemampuan klien
menyelesaikan aktivitas 1. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat dari dalam berpartisipasi melalui aktivitas
kehidupan sehari-hari yang skala 1 (tidak pernah menunjukan) spesifik.
harus atau yang ingin ditingkatkan menjadi skala 4 (sering 2. Pertimbangkan komitmen klien untuk
dilakukan. menunjukan) meningkatkan frekuensi dan jarak

32
aktifitas.
2.Menyadari keterbatasan energi dari skala 1
3. Bantu klien untuk tetap fokus pada
(tidak pernah menunjukan) ditingkatkan
kekuatan (yang dimilikinya)
menjadi skala 4 (sering menunjukan)
dibandingkan dengan kelemahan
3.Menggunakan teknik konservasi energi dari
(yang dimilikinya)
skala 1(tidak pernah menunjukan)
4. Dorong aktivitas kreatif yang tepat.
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering
5. Bantu klien untuk mengidentifikasi
menunjukan)
aktivitas yang diinginkan.
4.Mengatur aktivitas untuk konservasi energi 6. Bantu klien dan keluarga untuk
dari skala 1(tidak pernah menunjukan) mengidentifikasi kelemahan dalam
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering level aktivitas tertentu.
menunjukan) 7. Sarankan metode-metode untuk
meningkatkan aktivitas fisik yang
tepat.
8. Bantu klien dan keluarga memantau
perkembangan klien terhadap
pencapaian tujuan

33
Diagnosa : NOC NIC
7.
Domain 9 : koping/toleransi Kriteria Hasil: (5820) pengurangan kecemasan
stres Kelas 2. Respons koping Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
Definisi: mengurangi tekanan, kekuatan,
(00147) Ansietas Kematian klien mampu memahami dan menerima
firasat, maupun ketidaknyamanan terkait
Definisi: perasaan tidak keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
nyaman atau gelisah yang Ansietas
teridentifikasi.
samar atau yang ditimbulkan Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah
oleh persepsi tentang ancaman Aktivitas-aktivitas:
yang samar yang ditimbulkan oleh persepsi
nyata atau imajinasi terhadap 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
ancaman nyawa atau imajinasi terhadap
eksistensi seseorang. meyakinkan
eksistensi seseorang.
2. Nyatakan dengan jelas harapan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
terhadap prilaku klien.
mengungkapkan gejala cemas
3. Berada di sisi klien untuk
2. Klien mampu mengidentifikasi, meningkatkan rasa aman dan
mengungkapkan dan menunjukan teknik mengurangi ketakutan
untuk mengontrol cemas. 4. Dorong keluarga untuk mendampingi

34
klien dengan cara yang tepat.
3. Postur tubuh, dan tingkat aktivitas
5. Dengarkan klien
menunjukan berkurangnya kecemasan.
6. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
tingkat kecemasan.
7. Bantu klien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
8. Instruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi.
Diagnosa : NOC NIC
8.
Domain 5: Kriteria Hasil: (5602) pengajaran: proses penyakit
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam
Persepsi/kognisi Kelas 4. Definisi: membantu pasien untuk
klien mampu melaksanakan apa yang telah
Kognisi (00126) defisiensi memahami informasi yang berhubungan
diinformasikan.
pengetahuan dengan proses penyakit secara spesifik.
(1803) pengetahuan : proses penyakit
Definisi: ketidaan atau Aktivitas-aktivitas:
Definisi: tingkat pemahaman yang disampaikan
defisiensi informasi kognitif
tentang proses penyakit tertentu dan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
yang berkaitan dengan topik
komplikasinya. dengan proses penyakit yang spesifik.
tertentu.

35
1. Karakter spesifik penyakit dari skala 1 (tidak 2. Review pengetahuan pasien mengenai
ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi kondisinya.
skala 4 (pengetahuan banyak) 3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum
2. Faktor-faktor penyebab dan faktor yang dari penyakit, sesuai kebutuhan.
berkontribusi dari skala 1 (tidak ada 4. Jelaskan mengenai proses penyakit,
pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 sesuai kebutuhan
(pengetahuan banyak) 5. Berikan informasi pada pasien
3. Faktor resiko dari skala 1 (tidak ada mengenai kondisi, sesuai kebutuhan.
pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 6. Berikan informasi kepada keluarga yang
(pengetahuan banyak) penting bagi pasien mengenai
4. Tanda dan gejala dari skala 1 (tidak ada perkembangan pasien sesuai kebutuhan.
pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 7. Edukasi pasien mengenai tindakan
(pengetahuan banyak) untuk mengontrol/meminimalkan gejala
5. Proses perjalanan penyakit biasanya dari sesuai kebutuhan.
skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
6. Strategi untuk meminimalkan

36
Perkembangan penyakit dari skala 1 (tidak
ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi
skala 4 (pengetahuan banyak)

37
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

I. Identitas Klien
Nama : Tn. A No. RM : 0025021999

Umur : 50 tahun Pekerjaan : Peternak Ayam

Jenis : Laki-laki Status : Kawin


Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : 25 Oktober 2019

Pendidikan : SMP Tanggal : 25 Oktober2019


Pengkajian

Alamat : Desa Glagahwero, Sumber : Klien, keluarga,


Panti Informasi rekam medik

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Tuberkulosis Paru (TB Paru)
2. Keluhan Utama:
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak nafas.
Sesak dirasakan ketika klien banyak beraktifitas dan berkurang
ketika klien beristirahat, sesak dirasakan pada daerah dada ( kedua
lapang paru ) dan tidak menyebar, sesak dirasakan oleh klien seperti
diikat oleh tali yang keras, klien merasakan nyeri sepanjang hari.

38
3. Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak
enak badan ,lemas disertai panas badan dan menggigil, serta keluar
keringat banyak setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien
merasakan nafsu makan turun, kadang-kadang klien batuk berdahak
dengan lendir kekuningan. Satu bulan sebelum klien masuk rumah
sakit,klien merasakan badannya lemas mual ,muntah sehinhgga klien
dibawa oleh keluarga ke RSKM (UGD). Selanjutnya diruangan
mawar dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa denoopati pada
daerah leher pinggang dan lipatan paha.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
Klien mengatakan pernah dirawat di RS KM pada tahun
2005 dengan gastritis selama 3 hari, klien juga mengatakan punya
penyakit TBC ini sudah sejak tahun 2015 sampai sekarang dan
pernah berobat selama 6 bulan, setelah itu tidak berobat lagi
dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga / dialihkan kepentingan
keluarga.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Klien tinggal bersama dengan keluarga istrinya, Menurut
klien dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan
seperti jantung, hypertensi, dan yang lain, namun dikeluarga pihak
perempuan ada yang menderita penyakit menular seperti TBC
sedangkan mertua laki-laki mempunyai penyakit TBC.

39
Genogram:

Ket. :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit

III. Pengkajian Keperawatan


1. Pola aktivitas

No. Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit


1 Nutrisi Nasi, sayur lauk pauk Nasi, sayur, buah-buahan.
 Makan kadang-kadang buah – 3x/hari, habis ½ porsi
- jenis makanan buahan.
- Frekuensi 2-3 x / hari, habis ¾ porsi. 3 – 6 gelas / hari

40
- keluahan
Klien mengatakan tidak ada klien mengatakan nafsu
keluhan apapun. makan berkurang karena
. sering mual.dan nyeri pada
daerah perut kiri.
3-6 gelas /hari

 Minum 3 botol aqua besar dan air putih


paling sedikit 6 - 8 gelas klien mengatakan jarang
hari (1500 – 2000 cc) minum
Jenis Air putih dan air teh
keluhan Tidak ada keluhan

2 Pola Eliminasi 2 x/ hari, konsistensi lembek 3 x / hari


a. BAB 5 x / hari 3x / hari
b BAK Kuning jernih kuning jernih

3 Pola Siang jam 14.00-17.00 WIB klien mengatakan tidur tidak


Istirahat malam hari jam 22.00-05.00 tentu selama 1-2 jam perhari
WIB. pada malam hari dan pada
siang hari sekitar 2 jam tidak
tentu.

4 Personal hygiene Klien mengatakan mandi Klien mengatakan hanya dilap


 Kebersihan 2x/hari dengan air hangat 1x/hari.
kulit Klien gosok gigi 2x / hari Klien gosok gigi 2x / hari
 Kebersihan
gigi Klien mencuci rambut 2x / Klien mengatakan selama
 Kebersihan minggu dirawat belum pernah dicuci

41
rambut rambut.

Klien dapat melakukan Klien melakukan aktifitas


5 Aktivitas aktifitas sendiri tanpa dibantu oleh perawat dan
bantuan dari orang lain.klien keluarga termasuk ketika
juga seorang karyawan dari hendak BAB.
PT TNT
2. Data Psikologis
a. Status Emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada rendah
b. Kecemasan
Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering
bertanya apakah penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan
tidak tahu banyak tentang penyakitnya dan cara perawatannya.
c. Pola koping
Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka
bercerita padaGaya Komunikasi. Klien berbicara cukup jelas,
expressi muka sesuatu yang klien rasakan
d. Konsep Diri
 Gambaran diri / body image
Klien merasa tidak puas pada kondisi badannya karena
menderita sakit TBC.
 Identitas Diri
Klien sebagai seorang laki-laki yang telah menikah pegawai
PT TNT, dan klien adalah seorang ayah yang memiliki seorang
anak.
 Peran
Klien berperan suami dan tidak dapat melaksanakan
perannya karena sakit
 Idiel Diri

42
Harapan klien ingin cepat sembuh dan lekas pulang, sehingga
ia dapat beraktivitas sebagaimana sebelum sakit
 Harga Diri
Klien merasa bangga dengan dirinya, klien tidak merasa
malu dengan keadaannya saat ini
3. Data Sosisal
Klien dimasyarakat sebagai seorang pekerjaan buruh di PT.
TNT, dan klien sehari-hari berhubungan baik dengan tetangga-
tetangganya. Di RS komunikasi dengan perawat baik, hubungan
dengan keluarga baik dan keluarga mau untuk di ajak kerja sama.
4. Data Spiritual
Falsafah Hidup
Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan
jika sakit akan sembuh dengan pengobatan yang teratur disertai do’a
kepada Tuhan YME. Selama di RS klien tidak dapat menjalankan
ibadahnya seperti biasa.

IV. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum :
Compos mentis GCS 15
b. Tanda-Tanda Vital :
TD : 100 / 70 mmhg N : 100 x / menit

S : 37ْ0C R : 24 x / menit

c. System Pernapasan :
Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, tidak terdapat secret, mukosa hidung
lembab dan berwarna merah muda, patensi hidung kuat, tidak
terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat
retraksi intercostalis, vertebrate lurus, tidak terdapat masa dan tidak
terdapat nyeri tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan kiri

43
simetris, pengembangan paru saat bernafas simetris, pada perkusi
suara paru resonan, suara psru terdengar vesikuler.respirasi 24 x/
menit.

d. Sistem Kardiovaskuler :

Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan JVP


(Jugularis Vena Pressur ), CRT ( Cafilrary Refilling Time ) dapat
kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat, ictus kordis
teraba pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes,
bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler, pulsasi denyut
nadi teraba lemah dengan irama teratur, frekwensi nadi 100 x /
menit. TD : 100 / 70 mmHg.

e. Sistem Pencernaan :
Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada
bentuk bibir, gigi jumlah 32 buah, pergerakan lidah bebas, tidak
terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat nyeri tekan, terdapat
reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan
kwadran kanan bawah, dan tidak teraba pembesaran hepar dan
limpa, BU 8x/menit, BB 48 kg

f. Sistem Persyarafan :
Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS = 15

Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien


dapat menyebutkan dimana klien sekarang berada serta keluarga
yang menunggunya. Klien dapat mengingat kejadian masa lampau
dan kejadian yang baru saja terjadi.

Test Nervus Cranial

(1). Nervus Olfaktorius

Klien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih


44
(2). Nervus Optikus

Klien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm

(3). Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen

Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan


samping mengedip spontan, pupil osokov simetris dan kontraksi
saat diberi cahaya.

(4). Nervus Trigeminus

Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat


menggerakkan rahangnya, klien mampu mengedip

(5). Nervus Fasialis.

Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin,


manis, pada lidahnya, tidak terdapat parese

(6). Nervus Auditorius

Klien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab


semua pertanyaan.

(7). Nervus Glosofaringeus dan Vagus

klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah.

Klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan


kata “Ach “.

(8). Nervus Acessorius

Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi


tekanan pada dagu disaat klien menoleh, klien dapat mengangkat
bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan yang diberikan.

(9). Nervus Hipoglosus


45
kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan
dapat menariknya dengan baik dan pergerakan terkontrol.

g. Sistem Endokrin :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri
terdapat bekas opersi lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda
gangguan hormonal seperti moonface ataupun exopthalmus, tidak
terdapat tremori pada kedua belah tangan.

h. Sistem Genetourinaria
Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar
KGB + 5 cm yang masih basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi
tidak terdapat pembesaran ginjal, blas terasa kosong.

i. Sistem Muskoloskeletal
i. Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat
menahan pada saat dagu diberi tahanan.
ii. Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral
kidanka 45o, dan rotasi 360o.
iii. Extermitas Atas
Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC
rotasi 360o, pergelangan tangan dapat di extensikan , fleksi,
rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari tangan dapat di abduksikan,
reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem terpasang
infus RL 20 tpm pada tangalo kanan.

iv. Extermitas bawah


Pada kaki kiri panggul extensi 90o, fleksi, abduks 20o abduksi
45o, extensi lutut 120o, pergelangan kaki dapat difleksikan,
extensi dan jari-jari kaki dapat diversikan, inversi, abduksi,
abduksi, reflek fatella (++/++), kekuatan otot 5 5

5 5

46
j. Sistem Integumen
Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe,
tugor kulit baik) S . 376C., terdapat luka operasi pada daerah lipatan
paha pinggang

k. Sistem penglihatan dan pendengaran dan wicara


Klien dapat membaca dengan baik, klien dapat menjawab
pertanyaan bila diajukan perawat dengan benar klien dapat bicara
dengan arti kulasi yang jelas

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)

- Agen anti infeksi


Obat primer : Isoniazid (INH), Ethambutol, Rifampycin,
Streptomycin
- Diet TKTP
- Cairan rehidrasi RL
- Anadex 3 x 1 tablet - Broxed 1 x 2 gr
- Santibi 2 H - Rantin 2 x 1 amp
- Rifamficin 1 x 1 - Cedantron 3 x 1 amp
- Inoxin 1 x 1 tablet
- Dumin 3 x 1 tablet
- Tusilan 3 x 1 tablet

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


(1). Laboratorium
Tanggal 25 Oktober 2019

HAEMATOLOGI I
Haemoglobin : 9.1 G / DL 13-16 (lk), 12-14 (*)
Leukosit : 4300 / **3 5000 – 10000
Haematokrit : 29.8 % 40-48 (lk), 37-46 (*)
JUmlah Trombosit : 261.00 /**3 150.000 – 400.000

47
(2). Hasil pemeriksaan sputum
Tgl 24 – 04 – 2006 BTA +

Tgl 26 – 04 – 2006 BTA +

Tgl 30 – 04 – 2006 BTA +

Photo thorax : kesan thorax kusam TB paru duplex Aktif

VI. ANALISA DATA

Masalah
No. Hari/Tgl/Jam Data Etiologi Paraf
Keperawatan
1. Jum'at, 25 Okt Ds : Invasi Ketidakefektifan Ns.
2019 - Klien mycobacterium Pola Napas Dine
mengeluh tuberculosa
sesak nafas 
dan batuk terbentuk tuberkel
- Nyeri dada pada paru
Do : 
- Klien keruakan jaringan
tampak alveoli
sesak 
- Klien batuk pertukaran gas
- Ro : thorax pada alveoli
kusam Tb terhambat
paru duplex 
aktif Pola napas
- Nadi 100 x / abnormal
mnt

- Respirasai
28x/mnt
48
- Sputum Ketidakefektifan
kental Pola Napas
warna
kuning
2. Jum'at, 25 Okt Ds : Infeksi kuman TBC Intoleransi aktivitas Ns.
2019 - Klien pada paru Dine
mengatakan 
badan klien inflamasi /
lemah dan peradangan pada
lemah. paru-paru
- Klien 
merasa penyekatan
mudah membrane respirasi
lelah. 
Do : oksigenasi kurang
- Klien 
tampak metabolisme
lemas menurun
- Hb 9,1 gr/dl

dari nilai
energi yang
normal 13-
dihasilkan menurun
16 gr/dl.

- Klien
lemah
terlihat

pucat.
Intoleran aktifitas
- TD : 100/70
mmHg.
- Nadi :
100x/menit.
- Resp :

49
28x/menit.
- Suhu : 37
0c
- Keperluan
klien di
bantu oleh
keluarga
dan perawat
3. Jum'at, 25 Okt Ds : Masuknya Ketidakseimbangan Ns.
2019 - Klien Mikroorganisme nutrisi : Kurang Dine
mengeluh TBC dari kebutuhan
tidak ada  tubuh
nafsu terjadi reaksi
makan antigen dan
- Mual antibodi
Do : 
- Porsi makan kerusakan jaringan
tidak habis, paru-paru
hanya ¼ 
setiap kali suplai 02
makan kejaringan
- BB: 48 KG berkuang
- Hb : 9,1
mg/dl
- Klien Proses
metabolis me
tampak
menurun
lemas

- Konjungtiva
pemecaahan
pucat
karbohidrat,
protein,
lemak

50
Merangsang
impuls saraf

merangsang
medulla
vomoitng
center

mual /
respon
makan
menurun


Tidak nafsu makan
intake nutrisi

tidak
Ketidakseimbangan
adekuat
nutrisi : Kurang
dari kebutuhan
tubuh
4. Jum'at, 25 Okt Ds : Kurangnya Ansietas Ns.
2019 Klien pengetahuan pasien Dine
menanyakan tentang keadaan
terus keadaan penyakitnya
penyakit nya 
dan Salah persepsi
menanyakan 
apa stressor psikologis
pantangannya 
Do : Penurunan
Ekspresi wajah produktivitas

51
agak tegang, 
klien selalu Gelisah
menanyakan 
dan proses Khawatir tentang
kejadiannya perubahan dalam
penyakit pada peristiwa hidup
pemeriksa klien 
terlihat murung Ansietas
5. Ds : Reaksi imflamasi Insomnia
Klien pada paru
mengatakan 
susah tidur Peningkatan
Do : metabolisme dan
- Wajah lesu oxigenasi di paru-
- Mata merah paru
- Frekwensi 
nafas Respon saraf
meningkat simpatis
- Tidur 
malam 1-2 Keringat
jam sering meningkat
terjaga 
RAS teraktivasi
untuk
mengaktifkan kerja
organ tubuh

Rem menurun

Klien terjaga

52

Kesulitan
mempertahankan
tidur nyenyak

Tidur tidak
memuaskan

Insomnia
6. Jum'at, 25 Okt Ds : Kurangnya Defisiensi Ns.Dine
2019 Klien informasi Pengetahuan
mengatakan 
tidak tahu Kurangnya
tentang pengetahuan pasien
penyakitnya. tentang keadaan
Do : penyakitnya
Klien sering 
bertanya Kurangnya
apakah pengetahuan
penyakitnya perawatan di rumah
bisa kambuh 
lagi Defisiensi
Pengetahuan
7. Jum'at, 25 Okt DS : Adanya luka insisi Risiko infeksi Ns.
2019 Klien pada leher dan Dine
mangatakan paha
ada luka bekas 
insisi pada port of entry bagi
daerah leher, m.o untuk
lipatan paha. menginvasi

53
DO : 
Terdapat luka resiko infeksi
bekas insisi
pada leher,
lipatan paha
- luka
sepanjang 3 cm

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola napas b.d nyeri dada karena sesak napas
2. Intoleransi aktivitas b.d fisik tidak bugar karena ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan
makanan kurang karena tidak nafsu makan
4. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi
5. Insomnia b.d ketidaknyamanan fisik
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber pengetahuan
7. Risiko infeksi b.d kurangnya pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen

54
VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan
NO Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan oksigenasi : Tupan : 1. Atur dan pertahankan posisi 1. posisi membantu memaksi
diffusi b.d kerusakan Tidak terjadi gangguan tidur klien dalam semi malkan ekspansi paru dan
membran alveoli. oksigenasi : diffuse. fowler. menurunkan upaya per
Ditandai dengan : Tupen : napasan
Ds : Setelah dilakukan perawatan 2. Observasi status pernafasan
- Klien mengeluh selama 5 hari, akumulasi secret setiap 8 jam sekali termasuk 2. Untuk mengetahui efekti
sesak nafas dan berkurang dengan kriteria : frekuensi nafas, kedalaman vitas jalan nafas serta
batuk - Ronchi berkurang dan bunyi nafas kondisi tubuh akibat jalan
Do : - Frekuensi nafas dalam nafas yang tidak efektif. 8
- Klien tampak sesak batas-batas normal 18-24 3. Kolaborasi pemberian O2 jam ditentukan dari
- Klien batuk x/mnt lembab sesuai dengan pergerakan mukus di
- Ro : tharox kusam - Klien tidak terlihat sesak kebutuhan klien saluran nafas yang di
Tb paru duplex akitf dorong oleh silia
- Terdengar suara 4. Ajarkan metode dalam dan (1cm/ment)

55
ronchi batuk efektif 2-3 kali sehari
- Nadi 100 x / mnt 3. Meningkatkan ventilasi
- Respirasai 28x/mnt 5. Laksanakan program media maksimal dan oksigenasi
Sekret kental warna Mucos 3 x 1 tab 4. Metode ini memudahkan
kuning 1. Brodxed 3 x 26 mg. ekspansi maksimum paru
Lanjutkan therapi antibiotik sehingga dahak akan
- Rifampisin 450gr 1 x 1 terdorong keluar.
tab
- INH 100mg 3 x 1 tab 5. Agen mukolik menurunkan
- Etambutol 500mg 2x2 tab kekentalan dan
- Pirazinamid 500mg 2 x 1 perlengketan sekret dan
tab mencegah penyebaran
kuman lebih lanjut.
6. Anjurkan klien untuk banyak
minum ± 1600-2000 ml/ hari 6. dengan minum banyak air
membantu klien untuk
mengeluarkan secret.

56
2. Resiko infeksi pada luka Tupan : 1. kaji keadaan luka bekas 1. untuk mengetahui apakah
insisi b.d post op insisi. luka dalam keadaan baik.
Tidak terjadi infeksi.
lympadenopati
Tupaen :
Ditandai dengan : 2. kaji tanda-tanda vital 2. untuk mengetahui adanya
DS : Setelah dilakukan tindakan infeksi melalui peningkatan
Klien mangatakan ada keperawatan selama 3 hari 3. lakuikan perawatan luka suhu tubuh.
luka bekas insisi pada tanda-tanda infeksi tidak insisi.
daerah leher, lipatan terjadi. Dengan kriteria :
paha. Tanda-tanda infeksi tidak ada. 3. untuk mencegah infeksi.
DO :
Luka insisi tidak menunjukan
Terdapat luka bekas
adanya infeksi.
insisi pada leher, lipatan
paha
- luka sepanjang 3 cm

3. Gangguan pemenuhan Tupan : 1. Tingkatkan pemahaman Pemahamanan yang baik


kebutuh an nutrisi b.d klien tentang pentingnya tentang pentingnya nutrisi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi

57
anorexsia akibat mual, Tupen : nutrisi bagi tubuhnya terhadap kondisinya akan
ditandai dengan : Setelah dilakukan perawatan serta diit yang di meningkatnya motivasi
Ds : selama lima hari kebutuhan butuhkan klien dalam memenuhi
- Klien mengeluh nutrisi klien terpenuhi dengan 2. Anjurkan minum air kebutuhan nya.
tidak ada nafsu kriteria : hangat sebelum makan 2. Makanan/minuman dalam
makan dan anjurkan klien untuk keadaan hangat akan
- Mual berkurang
- Mual memakan makanan menam bah menetralisiri
- Porsi makan habis
Do : dalam keadaan hangat. asam lambung.
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan tidak 3. Atur pola makan dengan 3. Porsi kecil akan mengurangi
BB naik 0.5 kg
habis, hanya ¼ porsi kecil tapi sering mual dan kebutuhan nutrisi
setiap kali makan atau makanan yang tetap terpenuhi
- BB: 48 KG disukai klien, roti, nasi 4. Dukungan keluarga terdekt
- Hb : 9,1 mg/dl atau susu. diharapkan membangkitkan
- Klien tampak lemas 4. Motivasi keluarga untuk semangat klien untuk
Konjungtiva pucat memenuhi klien saat makan.
makan 8. Oral hygeine yang kurang
5. Cegah/atasi penurunan akan menimbulkan bau

58
selera makan klien mulut yangkurang sedap
dengan cara sehingga akan menurunkan
meningkatkan oral selera makan klien.
hygiene klien dan beri 9. Antiemetik dapat mengu
motivasi. rangi mual.
6. Berikan rantin 3 x 1 10. Vitamian bisa membantu
ampul sesuai instruksi. mengembalikan atau
7. Berikan ATP 3 x 1 tab meningkatkan daya tahan
sesuai instruksi tubuh
8. Timbang BB secara rutin 11. Untuk mengetahui
perkemba ngan klien.
4. Gangguan pemenuhan Tupan 1. Pertahankan upaya untuk 1. Untuk mencegah
kebutuh an istrirahat mengurangi sesak dan nyeri kehilangan oksigen.
Kebutuhan istirahat tidur klien
tidur berhubungan dengan tidur klien dalam
terpenuhi
dengan RAS yang semi fowler. 2. Memberikan rasa nyaman
teraktivitas akibat sesak dan diharapkan klien dapat
dan nyeri dada, ditandai Tupen : 2. Bereskan tempat tidur dan beristirahat.

59
dengan : Setelah dilakukan perawatan lingkungan tempat tidur.
Ds : selama tiga hari tidur klien 3. Pengunjung yang banyak
- Klien mengatakan bertambah dengan kriteria : 3. Anjurkan klien dan keluarga akan menganggu klien
susah tidur untuk membatasi pengunjung untuk istirahat
- Klien tampak segar
- Tidur malam 1-2 jam - dan penunggu hanya boleh
Klien tidak sering menguap
sering terjaga dua orang. 4. Lampu yang redup akan
- Jam tidur menjadi tujuh
Do : 4. Anjurkan keluarga klien mengendorkan syarat-
jam
- Wajah lesu untuk mematikan atau syaraf yang ada pada pola
- Mata merah meredupkan lampu ketika mata sehingga klien akan
- Frekwensi nafas klien mau tidur. tidur.
meningkat
5. Anjurkan klien untuk minum 5. Asam tritokan yang
susu hangat ketika akan tidur. terkandung dalam susu di
harapkan akan membuat
6. Anjurkan untuk selalu klien mengantuk dan
berdo’a menjelang tidur. tertidur
6. Berdo’a dapat

60
menenangkan jiwa klien.
5. Aktivitas intolerance b.d Tupan 1. Jelaskan pada klien untuk 1. Menambah pengetahuan
kelemahan fisik akibat melakukan aktivitas pada klien tentang penting
Klien dapat bertoleransi
tidak seimbangnya nya melakukan aktivitas
terhadap aktivitas secara
antara demand dan secara bertahap.
bertahap
supply 02, ditandai
Tupan
dengan: 2. Siapkan dan dekatkan 2. Menyiapkan dan mendekat
Ds : Aktivitas klien terpenuhi peralatan untuk memenuhi kan semua peralatan akan
- Klien mengatakan dalam 4 hari dengan kriteria kebutuhan ADLnya memudahkan klien untuk
badan klien lemah - Lemas berkurang memenuhi ADLnya.
dan lemah. - Klien dapat beraktivitas 3. Ajarkan pada klien metoda
- Klien merasa mudah secara bertahap penghematan energi untuk 3. Agar energi tidak terbuang
lelah. - Kulit bersih aktivitas. sehingga mengurangi
Do : - Rambut dan kulit kepala 4. Bantu klien memenuhi kelelahan.
- Klien tampak lemas bersih kebutuhan personal hygiene
- Hb 9,1 gr/dl dari 4. Menjaga kebersihan klien
nilai normal 13-16 5. Berikan waktu istirahat dan memberikan rasa

61
gr/dl. setelah klien melakukan nyaman.
- Klien terlihat pucat. aktivitas.
- TD : 100/70 mmHg. 5. Memberikan kesempatan
- Nadi : 100x/menit. 6. Libatkan anggota keluarga pada tubuh untuk mengum
- Resp : 28x/menit. untuk melatih klien untuk pulkan tenaga baru.
- Suhu : 37 0c memenuhi kebutuhannya
- Keperluan klien di 6. Agar keluarga tidak ber
bantu oleh keluarga 7. Hitung denyut nabi dan RR gantung pada perawat
dan perawat setelah klien melakukan untuk pemenuhan
aktivitas kebutuhan ADL klien.

7. Untuk mengetahui keadaan


umum klien setelah
melakukan aktivitas.

6. Gangguan rasa aman Tupan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Dengan hubungan
cemas sedang b.d saling percaya diri
Raman aman cemas teratasi

62
kurangnya pengetahuan Tupen 2. Berikan penjelasan tentang meningkatkan
tentang penyakit dan pengetian, pencegahan, pera keyakinan klien
Rasa aman cemas terpenuhi
cara pencegahan dan watan dan pengobatan (satpel terhadap perawat.
dengan kriteria :
perawatan, ditandai terlampir) 2. Menambah
- Cemas berkurang
dengan : pengetahuan sehingga
- Klien mengerti pencegahan
Ds : 3. Libatkan keluarga dalam klien merasa nyaman
dan perawatan
Klien menanyakan terus memberikan support sistem
- Klien mengerti tentang
keadaan penyakit nya 3. Dukungan keluarga
kondisi dan proses
dan menanyakan apa terdekat diharapkan
terjadinya penyakit
pantangannya membangkitkan
Do : semangat klien untuk
Ekspresi wajah agak sembuh
tegang, klien selalu
menanyakan dan proses
kejadiannya penyakit
pada pemeriksa klien
terlihat murung

63
7. Resiko kambuh ulang Tupan : 1. Berikan pendidikan 1. Menambahkan pengetahuan
berhubungan dengan kesehatan tentang pentingnya klien tentang pentingnya
Tidak terjadi kambuh ulang
ketidak teraturannya kesehatan. kesehatan bagi klien.
Tupen :
klien minum obat.
DS : Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan pendidikan 2. dengan diberikannya
- Klien mengatakan perawatan selama 1 hari kesehatan tentang manfaat pendkesh obat klien
dahulu tidak teratur pengetahuan klien tentang obat. diharapkan mengetahui
minum obat. perawatan di rumah meningkat tentang pentingnya obat
- klien mengatakan dengan kriteria : 3. libatkan keluarga untuk turut
tidak minum obat - Klien mengetahui tentang mendukung kesehatan klien 3. dukungan keluaraga turut
karena terdorong penyakit TBC, penyebab, mendukung kesehatan
oleh kebutuhan cara penularan dan 4. Libatkan keluarga menjadi klien.
ekonomi. perawatan di rumah pengawas obat klien
DO : - Keluarga dapat 4. keluarga adalah yang
Klien terlihat serius bekerjasama untuk pertama berhubungan
menceritakan kisahnya . mengawasi klien minum dengan klien.
Klien obat secara teratur

64
- - Klien minum obat secara
teratur

65
IX. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tgl Diagnosa Implementasi keperawatan Paraf dan
Evaluasi Sumatif
/Jam Keperawatan Nama
1. Jum'at, Gangguan 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns. Dine
antara perawat dan klien
25 Okt oxigenasi : difusi
2. Merapikan tempat tidur dan - Klien mengatakan batuk dan sesak
2019 lingkungan disekitar klien nafas
3. Mengobservasi tanda-tanda vital - Klien mengatakan keluar dahak
4. Pertahanankan posisi tidur setengah hanya sedikit
duduk
O:
5. Menciptakan lingkungan yang
tenang - Klien tampak batuk-batuk dan
6. Menganjurkan keluarga membatasi
sesak nafas
pengunjung
- Pada auskultasi masih terdengar
ronchi
- Pernafasan 24 x menit
A:

- Masalah belum teratasi

66
P:

- Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5


2. Jum'at, Resiko infeksi pada 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns. Dine
25 Okt luka insisi antara perawat dan klien.
1. Memberikan O2 sesuai kebutuhan - Klien mengatakan mual berkurang
2019
klien dan mengobservasi efektivitas dan nafsu makan ada
pemberian oksigen, lembab sesuai
O:
dengan kebutuhan klien.
2. Memberikan obat sesuai dan ganti - Klien belum makan
balutan obat diberikan pad klien
- BB tidak ada kenaikan
 Anadex 3 x 1 A:
 Santibi 2 H
 Rifamficin 1 x 1 - Masalah teratasi
 Inoxin 1 x 1 P:
 Dumin 3 x 1
 Tusilan 3 x 1 - Lanjutkan intervensi
3. Pertahankan posisi tidur setengah
duduk
4. Menciptakan lingkungan yang
tenang
5. Menganjurkan keluarga membatasi

67
pengunjung

3. Jum'at, Gangguan 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns, Dine


25 Okt pemenuhan antara perawat dan klien.
2. Mengatur posisi klien senyaman - Klien mengatakan sudah bisa tidur
2019 kebutuhan nutrisi
mungkin (semi fowler) dan - Klien mengatakan tidur 7 jam
mengganti balutan
sehari
3. Memberikan penjelasan kepada
klien tentang pentingnya nutrisi A:
bagi tubuh.
- Masalah teratasi
4. Menemani klien saat makan siang
menganjurkan klien untuk untuk P :
mengonsumsi makanan lain seperti
Lanjutkan intervensi
roti, nasi, susu sebagai pengganti
makanan yang tidak habis
menganjurkan klien untuk
memakan makanan. Dalam keadaan
masih hangat
5. Menganjurkan kepada keluarga
agar membatasi pengunjung dan
mengajurkan kepada klien agar
minum susu dan berdo’a sebelum

68
tidur.

4. Jum'at, Gangguan 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns. Dine


25 Okt pemenuhan antara perawat dan klien.
2. Memberikan O2 sesuai kebutuhan - Klien mengatakan lemas
2019 kebutuhan istirahat
klien dan mengobservasi efektivitas berkurang
tidur pemberian oksigen, lembab sesuai
O:
dengan kebutuhan klien.
3. Memberikan obat sesuai dan ganti - Masalah teratasi
balutan obat diberikan pad klien
P:
 Anadex 3 x 1
- Lanjutkan intervensi
 Santibi 2 H
 Rifamficin 1 x 1
 Inoxin 1 x 1
 Dumin 3 x 1
 Tusilan 3 x 1
5. Jum'at, Aktivitas 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns, Dine
25 Okt intolerance antara perawat dan klien.
2. Memandikan klien dengan cara di - Klien mengatakan mengerti
2019
lapangan menggunakan sabun. pencegahan dan perawatan
3. Memberikan penjelasan pada klien
penyakit TBC
4. Tentang pentingnya mandi bagi
tubuh - Klien mengerti tentang kondisi

69
5. Menganjurkan untuk meningkatkan dan proses terjadinya
oral hygiene klien O:
6. Memberikan pendidikan kesehatan
kesehatan pada klien pentingnya Klien tidak terlihat murung lagi.
pengobatan secara teratur dan
perawatan di rumah

6. Jum'at, Gangguan rasa 1. Membina hubungan saling percaya S: Ns. Dine


25 Okt aman cemas sedang antara perawat dan klien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan Klien mengantakan sudah tidak lemas
2019
kesehatan pada klien pentingnya
pengobatan secara teratur dan O:
perawatan di rumah
Klien kelihatan segar

A:

Masalah teratasi

P:

lien sudah pulang

7. Jum'at, Resiko kambuh Membina hubungan saling percaya Ns. Dine

70
25 okt ulang antara perawat dan klien.
2019

71
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Tuberkulosis yang bisa disebut dengan TB atau TBC
merupakan salah satu penyakit yang menular. Tuberkulosis disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri
Tuberkulosis menyerang paru-paru, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat menyerang organ lainnya. Penularan Tuberculosis
melalui udara (saat kita berbicara dengan penderita tuberculosis) dan
alat makan yang bergantian dengan penderita tuberculosis. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis memiliki kandungan lemak yang tinggi di
membran selnya dalam hal ini menyebabkan kuman ini tahan terhadap
asam dan pertumbuhan kumannya berlangsung lambat. Mycobacterium
tuberculosis tidak tahan terhadap ultraviolet sehingga penularannya
terjadi pada malam hari (Rosdiana, 2018).

4.2 Saran
a. Untuk penderita TB paru
Diharapkan penderita TB paru dapat menghindari faktor
pencetus terjadinya TB paru. Selalu menjaga lingkungan rumah
yang bersih, berhatikan ventilasi rumah, dan jangan lupa
pengobatan rutin.
b. Untuk keluarga
Diharapkan keluarga mampu mengawasi dan memperhatikan
klien yang sedang mengalami TB paru, karena dukungan dari
keluarga juga hal yang penting untuk klien.
c. Untuk tenaga kesehatan
Diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik,
dan bertugas sesuai dengan peranan masing-masing.

72
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, S., dan Y. Astuti. 2017. Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkolosis


Paru Berdasarkan Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020.
Indonesian Journal for Health Sciences. 1(2) : 29-33.

Budi, I. S., Y. Ardillah., I. P. Sari., & D. Septiawati. 2018. Analisis Faktor


Risiko Kejadian penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat Daerah
Kumuh Kota Palembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
17 (2) : 87 – 94.

Darliana, D. 2011. Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal PSIK–FK


Unsyiah. 2(1) : 2087-2879.

Hasanah, M., Makhfudli., & A.S. Wahyudi. 2018. Hubungan Dukungan


Keluarga Dengan Efikasi Diri Penderita Tuberculosis Multidrug
Resistant (TB-MDR) Di Poli TB-MDR RSUD Ibnu Sina Gresik.
Jurnal Kesehatan. 11 (2) : 72 – 85

Manalu, H. S. P. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB


Paru dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan. 9(4)
: 1340-1346

Muchtar, N. H., D. Herman., & Yulistini. 2018. Gambaran Faktor Risiko


Timbulnya Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit
DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan
Andalas. 7(1) : 80-87

73
Nawas, A. 2012. Diagnosis dan penatalaksanaan TB Paru. Jakarta : Divisi
Infeksi ,Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI/SMF Paru RSUPsahabatan Jakarta

Oktavia, S., R. Mutahar., & S. Destriatania. 2016. Analisis Faktor Risiko


Kejadian Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat . 7 (2) : 124-138

Puruhito. 2013. Buku ajar primer : Ilmu bedah toraks, kardiak, dan vaskuler.
Surabaya : Airlangga University Press.

Rosdiana. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis


Paru Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 8 (1) : 78 - 82

Sangadji, N. W., dan H. Kusnanto. 2017. Tuberculosis paru pada anak di


Salatiga: pengaruh kondisi rumah dan pendapatan keluarga. BKM
Journal of Community Medicine and Public Health. 34 (3) : 121-126

Suryo, J. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan dan Bidan. Jakarta: EGC.

74
Widiyani,, C. T. C. 2015. Pengaruh Pursed Lips Breathing Exercise
Terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Pasien Bronkitis
Kronis Di Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru Kabupaten
Jember. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.

75

Anda mungkin juga menyukai