Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Konsep Farmasi Dan Sejarah Farmasi

OLEH :
Kelompok 1
SITI ATIKA JUNIAR HASRI
HARDIANTI
ALDI
RUSNIATI
SRI KARTINI
YUYUN ANGRAINI
MEUTIA NURUL AINNUNNISA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah

ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan

membahas mengenai “konsep Farmasi Dan Sejarah Farmasi” Makalah ini berisikan

tentang sejarah perkembangan farmasi dari masa ke masa.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dan saran dari pembaca sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar, 10 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

A. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 2

A. Konsep farmasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Sejarah farmasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat
dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Farmasi pada dasarnya
merupakan sistem pengetahuan (ilmu, teknologi dan sosial budaya) yang
mengupayakan dan menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan
dirinya dalam mendalami, memperluas, menghasilkan dan mengembangkan
pengetahuan tentang obat dalam arti dan dampak obat yang seluas-luasnya serta
efek dan pengaruh obat pada manusia dan hewan.

Farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari ilmu


biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi; pengetahuan ini
dikaji, diuji, diorganisir, ditransformasi dan diterapkan. Sebagian besar
kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk yang dikelola dan
didistribusikan secara profesional bagi yang membutuhkannya.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu


sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. (Permenkes nomor 889/Menkes/Per/V/2011)

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep farmasi
2. Untuk mengetahui sejarah farmasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP FARMASI
1. Defenisi Profesi Farmasi
Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan
ilmu dalam hal penyediaan dan pengolahan bahan sumber alam serta bahan
sintetis yang cocok dan menyenangkan untuk di distribusikan serta
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluran obat, pengolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetik.

2. Defensi Farmasi
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmacon”, yang berarti
cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan
selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu
seorang ahli farmasi (Pharmacist) ialah orang yang paling mengetahui hal
ilmu obat (Wattimena, J.R. dkk. 1986).

Secara bahasa, Farmasi dalam bahasa Yunani yaitu pharmacon, yang


berarti obat, sedangakan dalam bahasa Inggris pharmacy yang juga berarti
obat. Batasan farmasi menurut kamus adalah seni dan ilmu meracik dan
menyerahkan atau membagikan obat. Dengan demikian berarti bahwa kedua
konsep farmasi dan farmasis adalah kongruen, yakni yang satu dapat
diturunkan dari yang lainnya. Farmasi juga biasa diartikan seni atau praktek
penyiapan, pengawetan, peracikan, dan penyerahan obat (Webster’ New
Collegiate Dictionary. Springfield, MA, G, & C. Merriam Co, 1987).
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan
(selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan
pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai
dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter gigi, dan
dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai (Gennaro, 1990).

Pada Ekspose Perkembangan Ilmu Kesehatan oleh ISFI/IDI di Jakarta


bulan Maret 1986 oleh suatu Tim dari Institut Teknologi Bandung
mendefenisikan Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun
(ilmu, teknologi dan sosial budaya) yang mengupayakan dan
menyelenggarakan jasa kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam
mendalami, memperluas, menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan
tentang obat dalam arti dan dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan
pengaruh obat pada manusia dan hewan (Wattimena, J.R. dkk. 1986).

Berdasarkan undang-undang, Farmasi merupakan profesi di bidang


kesehatan yang bertanggung jawab atas kualitas (quality assurance) obat dan
penggunaan kliniknya. Selanjutnya Farmasi, secara fundamental dan
profesional, menyelenggarakan pelayanan tentang keamanan dan
penggunaan obat yang tepat/benar (safe and appropriate/rational use of
drugs) untuk mencapai tujuan fundamental, yaitu peningkatan kesehatan.
Dengan demikian, Farmasi harus mengandung makna profesi yang memiliki
sikap kepemimpinan (leadership) yang karakteristik (Brown, 1992).

3. Defenisi Apoteker Dan Tenaga Teknis Kefarmasian


 Apoteker adalah seorang yang ahli dalam bidang farmasi seperti defenisi
diatas, seorang sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucap sumpah jabatan apoteker
 Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli
madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker.
4. Karir Farmasi
Karir Farmasi Meliputi :
 Farmasi rumah sakit, ialah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di
rumah sakit pemerintah maupun swasta. Instalasi farmasi di rumah sakit
adalah instalasi di rumah sakit yang dipimpin oleh seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker, tenaga ahli madya farmasi (D-3)
dan tenaga menengah farmasi (AA) yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehatan, dispensing obat, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di
rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik (Menkes RI, 2014).
 Pedagang besar farmasi (PBF), Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1148/ MENKES/ PER/ VI/ 2011 tentang
Perdagangan Besar Farmasi, yang dimaksud dengan Pedagang Besar
Farmasi, disingkat BPF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. PBF sangat berperanan sebagai sumber penyalur obat dari
berbagai industri farmasi yang secara cepat dapat melayani kebutuhan
Farmasis Komunitas (Apoteker) untuk secara cepat pula melayani
kebutuhan penderita akan obat. PBF juga mengurangi beban finansial
Apoteker dalam hal menyimpan stok obat dalam jumlah besar dan
menjembatani kerumitan negosiasi dengan ratusan industri farmasi
sebagai produsen obat.
 Farmasi industri, prospek kerja Jurusan Farmasi dapat mengabdikan diri
di dunia industri, seperti obat, makanan, minuman dan kosmetik.
Biasanya dibagian research dan development. Farmasis di industri
farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran produk, riset dan
pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi dan administrasi
atau manajemen.
 Pendidikan farmasi, Prospek kerja Jurusan Farmasi dalam bidang
pendidikan, dapat mengabdikan diri sebagai dosen di Jurusan Farmasi.
Biasanya untuk menjadi tenaga pendidik di bidang farmasi khususnya,
Sebelum itu diharuskan menyelesaikan kuliah sampai jenjang S2
Jurusan Farmasi.
 Pelayanan farmasi di pemerintahan, Badan Pengawas Obat dan Makanan,
atau disingkat BPOM merupakan salah satu lembaga resmi pemerintah
dalam urusan pelegalan obat dan makanan. Hal ini menjadi prospek kerja
Jurusan Farmasi bagi Anda yang minat bekerja dalam naungan
pemerintah. Adapun prospek kerja Jurusan Farmasi di lembaga lain yang
berada dibawah naungan pemerintah, yaitu Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan (BPJS).Departemen HANKAM, juga memerlukan
Farmasis yang terutama berfungsi pada bagian logistik dan penyaluran
obat dan alat kesehatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi.
 Farmasi komunitas, Seorang Farmasis di Apotek langsung berhadapan
dengan masyarakat sehingga fungsi tersebut dikelompokkan dalam
Farmasi Masyarakat (Community Pharmacy). Fungsi Farmasis
Masyarakat di Apotek merupakan kombinasi seorang profesional dan
wiraswastawan.
 Farmasi manajemen, Berdasarkan Surat Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004, pada BAB II, bahwa
pengelolaan sumber daya di apotek meliputi:
a. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus meliputi
kemampuan.
b. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
c. Mengambil keputusan yang tepat.
d. Mampu berkomunikasi antar profesi.
e. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
f. Kemampuan mengelola SDM secara efektif.
g. Selalu belajar sepanjang karir, dan membantu memberi pendidikan.
h. Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

B. SEJARAH FARMASI

Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan


tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan
Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu
secara turun-temurun dari keluarganya.

Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia.


Mulai Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang
pertama didirikan di Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang
sekolah tersebut bernama Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah
itu, mulailah era baru ilmu farmasi dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi
dan fakultas di Universitas.

Farmasi Arab ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah


merupakan satu bentuk profesi yang mulanya agak asing dari dunia kedokteran.
Pada abad ke-9, dunia Arab dan Islam telah berhasil membangun jembatan ilmu
yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi moderen
sekarang ini. Malah tahap ilmu yang diperoleh daripada Yunani khususnya terus
ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga ke abad ke-13 melalui berbagai karya,
terjemahan ataupun peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk
pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi
medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai
dengan siapnya satu panduan praktikum farmasi pada tahun 1260.
Tulisan berjudul Minhaj itu adalah hasil karya Abu’l-Muna al-Kohen al-
Attar dari Mesir. Al-Attar seorang ahli farmasi berpengalaman. Dalam Minhaj, al-
Attar menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek, atau seni
meracik ubat. Sebahagian besar buku itu menguraikan tentang etika farmasi, salah
satu topik penting dalam sejarah profesi kesehatan.

Sementara itu, di kota-kota seperti Baghdad, profesi farmasi dipraktekkan


dengan rapi sehingga ahli farmasi mendapat perlindungan dan sanjungan daripada
pemerintah serta pengguna ketika itu. Melalui penyebaran perdagangan dunia Islam
yang kian pesat, dan daya tarik bahan rempah-rempah dan bahan obat-obatan,
menjadikan kedudukan profesi farmasi khususnya, dan kesehatan pada umunya di
dunia Arab semakin meningkat. Dan sebenarnya bidang farmasi Barat adalah
berasal daripada farmasi Arab dan Islam. Aspek dan pengaruh Arab ini tidak ditulis
oleh penulis barat pada sejarah perubahan umumnya dan sejarah farmasi khususnya.
Sedangkan pada hakikatnya prestasi sains dan budaya dunia Arab begitu banyak
mempengaruhi profesi serta sumbangan pustaka farmasi di barat yang ada hingga
hari ini.

Sayangnya, kurang daripada satu abad selepas al-Attar, praktek farmasi


mulai beku dan kaku, dan terus merosot dengan jatuhnya peradaban Arab pada abad
ke 19. Sejak dari itu, farmasi mula berkembang dengan pesatnya di Eropa
khususnya dan Barat umumnya.

Berikut tokoh-tokoh Arab yang berperan dalam perkembangan kefarmasian :

1. Yuhanna b. Masawayh (777 – 857)


Beliau adalah anak seorang ahli farmasi (dikenali sebgai apoteker). Beliau
terkenal melalui tulisannya dalam bahasa Arab tentang meteria medica dan
rawatan. Salah satu dari padanya berjudul al-Mushajjar al-Kabir yang
menyusun daftar penyakit serta obat-obatnya dan juga pola makanan yang
berkaitan. Malah beliau menyatakan bahwa para dokter yang boleh
menyembuhkan penyakit dengan hanya melalui pengaturan pola makan tanpa
penggunaan ubat adalah yang paling berjaya dan beruntung. Masawayh juga
mengusulkan penggunaan beberapa tumbuhan terkenal untuk meningkatkan
sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit.
2. Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Tabari
Beliau dilahirkan pada 808, sahabat dari Masawayh. Pada usia 30 tahun
beliau diperintahkan untuk ke kota Samarra oleh Khalifah Mu’tasim (833-
842) untuk mengabdi sebagai dokter. Tabari menulis banyak buku kedokteran,
yang terkenal adalah Syurga Hikmah yang membicarakan tentang tingkah
laku manusia, kosmologi, embriologi, psikoterapi, kebersihan, pola makan
dan penyakit (akut dan kronik) serta cara merawatnya. Buku ini juga memuat
kisah-kisah kedokteran abstrak serta petikan dari referens yang berbahasa
India. Bukunya juga mengandung beberapa bab tentang meteria medika,
makanan biji-bijian, kegunaan terapeutik hewan serta organ-organ burung dan
juga campuran obat-obatan termasuk cara membuatnya.
3. Sabur b. Sahl

Beliau merupakan orang pertama menulis formula pertama dalam sejarah


Islam. Formula ini dikenali sebagai Agradadhin. Sabur meninggal dunia pada
869. Dalam tulisannya, beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah
dan teknik meracik obat, tindakan farmakologinya, dosis-dosisnya untuk
setiap sekali pengunaan. Formula-formula ubat ini disusun berdasarkan jenis
sediaan: tablet, serbuk, salap, sirup dan sebagainya. Banyak dari resep-reses
ini menunjukkan persamaan dengan dokumen dari Asia Barat dan Yunani-
Roman.
Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi apakah di apotik ataupun di
hospital. Oleh itu, hampir selama 200 tahun formula ini digunakan sebagai
panduan ahli farmasi di seluruh dunia Islam. Tulisan Sabur ini merupakan satu
langkah penting dalam sejarah farmakope dan banyak disalin serta ditiru
dalam buku kedokteran Arab selanjutnya.
4. Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)

Sumbangan beliau tidak kurang pentingnya kepada praktek farmasi dan


kedokteran Arab. Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar
ke Baghdad, yang pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpenting
untuk mengikuti pendidikan dalam perawatan. Beliau kemudian ke Syria,
Mesir dan negara sekitarannya untuk mendalami lagi latihannya. Setelah
beliau kembali ke Baghdad, beliau sudah mahir tentang asal-usul perubatan
Yunani khususnya yang diterjemahkan dalam Bahasa Syria.

5. Ibnu Al-Baitar

Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan


dan Obat-obatan yang Sederhana), beliau turut memberi kontribusi dalam
dunia farmasi. Di dalam kitabnya itu, dia mengupas beragam tumbuhan
berkhasiat obat (sekarang lebih dikenal dengan nama herbal) yang berhasil
dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari dari seribu
tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang
ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman yang telah
ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila kemudian Al-Jami fi
Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang berkaitan dengan botani
pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar melampaui prestasi
Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai masa Renaisans di
Benua Eropa.

6. Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M – 1051 M)

Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu


pengetahuan dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu
alam. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah
dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam
farmasi. Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas
dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi
perkembangan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 M – setahun
sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas
dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas dan
fungsi yang diemban seorang farmasis.

7. Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)

Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam
pengembangan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu
tentang komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya
dalam kitab Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Kitab tersebut memaparkan
tentang pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang
farmasi.

8. Al-Razi

Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut
andil dalam membesarkan bidang farmasi. Al-Razi memperkenalkan
penggunaaan bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan seperti pada obat-
obatan kimia sekarang.

9. Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)

Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia


(farmakope). Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya
untuk pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin.
Dalam kitabnya beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan
teknik meracik obat, tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap
penggunaan. Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200
tahun.
10. Ibnu Sina

Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga


mengupas tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan
obat dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang
sederhana.

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kesehatan,


problematika dalam pengadaan obat menjadi semakin rumit, baik karena
formulanya dan cara pembuataan obat tersebut. Oleh karena itu dibutuhkanlah
seseorang yang dapat mendalami keahlian dalam pembuatan dan peracikan obat.
Sehingga pada tahun 1240 SM Raja Jerman Frederick menyadarinya dan
memberikan perintah untuk memisahkan dengan resmi antara Kedokteran dan
Farmasi. Perintah tersebut sekarang dikenal dengan Dektrit Two Silices. Dari
sinilah sejarah farmasi ini berasal, sehingga para ahli mengambil kesimpulan bahwa
akar ilmu kedokteran dan ilmu kefarmasian ialah sama.

Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional


seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern
yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien di antaranya layanan
klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi
obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang
dipakai pada tahun 1400 – 1600an.

Hunayn memainkan peranan yang penting dalam penerjemahan atau


penentuan ketepatan terjemahan yang dilakukan (termasuk penulis Hippocrate,
Gelen dan penulis Yunani lain) di samping menulis buku-bukunya sendiri.
Sumbangannya menjadi lebih terasa pada tahun 830, Khalifah al-Ma’mun
mendirikan satu institusi sains (bait al-Hikmah) untuk tujuan penyelidikan dan
penterjemahan bahan-bahan Yunani ke dalam bahasa Arab. Hunayn menjadi
pembimbing pusat kajian ini dan dalam masa 40 tahun, beliau menterjemahkan dan
mewujudkan istilah serta rangkaian kata yang digunakan untuk tujuan praktek
kedokteran dan pengajaran.

Ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran


antara lain adalah:

1. Hippocrates (460 – 370 Sebelum Masehi)

Hippocrates adalah seorang dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi


dan kedokteran secara ilmiah. Beliau disebut sebagai bapak Ilmu kedokteran.
Dia menerangkan obat secara rasional, dan menyusun sistematika pengetahuan
kedokteran, serta meletakkan pekerjaan kedokteran pada suatu etik yang tinggi.
Hasil uraiannya dari beratus-ratus obat-obatan pada masa itu menimbulkan suatu
istilah “Farmakon”, yang diartikan sebagai obat yang dimurnikan haya untuk
tujuan kebaikan.

2. Dioscorides (abad ke-1 Setelah Masehi)

Dioscorides adalah seorang dokter Yunani yang juga ahli Botani. Dia
meruapakan orang yang pertama kali menggunakan ilmu tunbuhan sebagai Ilmu
Farmasi Terapan. Hasil karyanya De Materia Medika dianggap sebagai awal dari
pengembangan botani farmasi, yang kemudian ilmu bidang ini sekarang dikenal
sebagai Farmakognosi. Obat-obat yang berhasil dibuat oleh Dioscorides antara
lain Opium, Ergot, Hyoscyamus, dan Cinnamon.

3. Galen (130 – 200 Setelah Masehi)

Galen adalah seorang dokter dan ahli farmasibangsa Yunani yang


menciptakan suatu sistem yang sempurna dari fisiologi, patologi, dan pengobatan.
Dialah yang memulai pembuatan obat-obatan yang berasal dar tumbuhan dengan
mencampur atau melebur masing-masing bahan, yang sekarang ini disebut
sebagai “Farmasi Galenika”.
4. Philippus Aureolus Theophratus Bombastus van Hohenheim (1493 – 1541
Setelah Masehi)

Philipus adalah seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut
dirinya sebagai “Paracelcus”. Pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan dan
perkembangan dunia farmasi, yakni menyiapkan bahan obat yang spesifik untuk
melawan penyakit dan memperkenalkan sejumlah besar zat kimia obat secara
internal.

Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan


perkembangan ilmu farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik
lingkup nasional maupun internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali
didirikan pada tahun 1841 dengan nama “The Pharmaceutical Society of Great
Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul 11 tahun kemudian dengan
nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi internasionalnya
akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation International
Pharmaceutical”.

Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman


menemukan cara menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra
karbon dan lima atom ekstra hidrogen ke dalam sari pati kulit kayu willow. Hasil
penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnya menyebabkan
lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaitu Bayer. Selanjutnya,
perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II
para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC,
hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.

Sejak saat itulah, dunia farmasi (industri & pendidikannya) terus


berkembang dengan didukung oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya
penggunaan bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini hampir dijumpai di
seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang Amerika
Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri obat pertama berdiri).
C. KURIKULUM PENDIDIKAN FARMASI SAAT INI

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun


mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus
tetapi saling berkaitan antaranya,

1. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah; khasiat obat dalam


segala seginya, yaitu sumber/ asal-usulnya, sifat kimia dan fisikanya
kegiatan fisiologisnya/ efek terhadap fungsi biokimiawi dan faal, cara kerja,
abrorbsi, nasib (distribusi, biotransformasi), ekskresinya dalam tubuh, dan
efek toksiknya; dan penggunaannya dalam pengobatan. Cabang-cabang
farmakologi, yaitu
a. Farmakognosi, ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat dari
alam terutam dari tumbuh-tumbuhan (bentuk mikroskopis dan
mikroskopis berbagai tumbuhan dan organisme lainnya yang dapat
digunakan dalam pengobatan).
b. Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari kegiatan obat/ cara
kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ serta pengaruh obat
terhadap reaksi biokimia dan struktur organ. Singkatnya , pengaruh obat
terhadap sel hidup atau terhadap organisme hidup, terutama reaksi
fisiologis yang ditimbulkannya.
c. Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari absorbs, distrobusi,
metabolism (biotransformasi) dan ekskresi obat (ADME). Singkatnya,
pengaruh tubuh terhadap obat.
d. Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat
dalam pengobatan penyakit.
e. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tetnatng zat-zat racun
dengan khasiatnya serta cara-cara untuk mengebal/mengidentifikasi dan
melawan efeknya.
2. Kimia farmasi (organic dan anorganik) adalah ilmu yang mempelajari
tentang analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari
golongan organic (alifatik, aromatic, alisiklik, heterosiklik) maupun
anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai
obat.
3. Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan
obat-obatan; serta perkembangan-perkembangan obat yang meliputi ilmu
dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaaan yang dapat digunakan
dan diberikan kepada pasien
4. Teknologi farmasi merupakan ilmu yang membahas tentang teknik dan
prosedur pembuatan sediaan farmasi dalam skala industry farmasi termasuk
prinsip kerja serta perawatan/ pemeliharaan alat-alat produksi dan
penunjangnya sesuai ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
5. Dispensi farmasi adalah ilmu dan seni meracik menjadi bentuk sediaan
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
6. Fisika farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat
fisikanya, misalnya spektrofotometri massa, spektrofotometri, dan
kromatografi.
7. Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi
terhada[p aktivitas terapi dan produk lokal.
8. Farmasi klinik meliputi kegiatan memonitor penggunaan obat, memonitor
efek samping obat (MESO), dan kegiatan konseling/ informasi obat bagi
yang membutuhkan.
9. Biologi farmasi adalah imu yang mempelajari tentang dasar-dasar
kehidupan organisme; peran biologi dalam bildang kesehatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung memberikan pengauh kehidupan manusia;
serta morfologi, anatomi dan taksonomi tumbuhan dan hewan yang
berhubungan dengan dunia kefarmasian.
10. Administrasi farmasi, manajemen farmasi dan pemasaran adalah ilmu yang
mempelajari tentang administrasi, manajemen dan pemasaran yang
berhubungan dengan kewirausahaan farmasi berdasarkan aspek-aspek
kewirausahaan. (Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, 2006).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Farmasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pharmacon”, yang berarti
cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan
selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. Farmasi juga biasa
diartikan seni atau praktek penyiapan, pengawetan, peracikan, dan
penyerahan obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan
tradisional yang berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina,
dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya “ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang
tertentu secara turun-temurun dari keluarganya.

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun


mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus
tetapi saling berkaitan antaranya, farmakologi (farmakognosi,
farmakodinamik, farmakokinetik, farmakoterapi, toksikologi), kimia
farmasi, farmasetika, teknologi farmasi, dispensi, fisika farmasi,
biofarmasetika, farmasi klinik, biologi farmasi, administrasi farmasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, T.R., (1992), Handbook of Institusional of Pharmacy Practice, 3rded., AS


HP, Bethesda, bab terkait, 11 -18, 63 -133.

Gennaro, A.R. [Ed.] (1990) “ Remington’s Pharmaceutical Sciences”, Mack


Publishing Co, Easton, Pennsylvania.

Haeria. 2017. Buku Daras Pengantar Ilmu Farmasi. Makassar : UIN Alauddin
Makassar
Permenkes RI. 2014. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

Permenkes RI. 2011. Tentang Registrasi, Izin Praktek, Dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian

PPRI NO 51. 2009. Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

Program studi farmasi. 2018. Tokoh-Tokoh Berjasah Dalam Bidang Farmasi.


Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia

Sudewi,sri. 2018. Sejarah Farmasi Islam dan Hasil Karya Tokoh-Tokohnya.


Manado : Universitas Samratulangi Manado

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC.

Syamsuni . 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC.

Wattimena, J.R. dkk. (1986) makalah dalam Ekspose Perkembangan Ilmu


Kesehatan oleh IDI/ISFI, Jakarta.

Webster’s New Collegiate Dictionary. SpringField, MA, G. & C. Merriam Co,


1987 ).

Anda mungkin juga menyukai