Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika
Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi
sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini,
jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya
adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai
produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.(Wikipedia, 2018)
Jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di
bidang biologi dan pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi
objek penelitian genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya
teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini
tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari.
Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap
kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai
tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai.(Wikipedia, 2018)
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-
polongan atau legumanggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi
kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang
berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1
hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk.( Wikipedia, 2018)
Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya
selain kacang bogor,Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan
di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan bijiterganggu.(Wikipedia, 2018)
Di Indonesia, ia dikenal pula sebagai kacang una, suuk (Sd.), kacang
jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, serta kacang banggala.

Universitas Sriwijaya
1
2

Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai bahasa Inggris : peanut,


groundnut.(Wikipedia, 2018)
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan
pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman
pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-
barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih
jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa
juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat
melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air,
kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman
yang akan ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari persaingan (penyerapan hara dan air) pada suatu petak lahan antar
tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan
antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal. ( Fahmi, 2012)
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman
budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang
dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung tanah) dikenal sebagai tumpang gilir. Tumpang sari dapat pula
dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman

Universitas Sriwijaya
3

perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil
atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping).
Jagung atau kacang biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.
Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga
diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai minat
tani.(Wikipedia, 2013)
Berdasarkan tipe fotosintesis,tumbuhan dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu C3, C4, dan CAN (Crassulasea Acid Metabolism). Tumbuhn C4 dan CAN
lebih adaftif didaerah panas dan kering dibanding dengan tanaman C3. Jagung dan
kacang tanah memungkinkan untuk ditanam secara tumpng sari karena kacang
tanah termasuk tanaman C3. Jagung tergolong C4 sehingga sangat serasi dan
mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi.(Arief, 2014)
Pola tanam tumpangsari banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada
pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain :
terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari), populasi tanaman dapat diatur sesuai yang
dikehendaki dalam satu areal diperoleh produsi lebih dari satu komoditas, teap
mempunai peluang mendapatkan hasil jika satu jenis tanaman yang diusahakan
gagal dan kombinasi beberapa jenis tanaman yang diusahakan gagal dan
kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga
dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian
sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat
kecocokan dalam hal meimilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.
Tanaman jagung dan kacang-kacangan (leguminase) adalah tanamanyang sesuai
untuk diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua jenis
tanaman tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil
persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut.
Menurut Myrna (2003), syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung
yang tinggi adalah ketersediaan unsur hara yang optimal yang salah satu hara
tersebut adalah nitrogen. Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis

Universitas Sriwijaya
4

dengan suhu dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia systemnya
rendah. Oleh sebab itu diharapkan pada system tanam tumpangsari jagung dan
kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya
tumpangsari menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan Nitrogen (N)
yang berasal dari tanaman kacang tanah.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dan kacang tanah secara tumpang sari

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung


2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung
Purwono et al., (2007) dalam dunia tanaman, jagung diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae(tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan luar derah tersebut. Daerah yang di kehendaki oleh sebagian
besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim
subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara
50°LU-40° LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,pertumbuhan tanaman
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200mm/ bulan selama masa
pertumbuhan. (Purwono, 2011)
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (bersal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah tanah dengan
bertekstur berat (grumosol) masih dapat di Tanami jagung dengan produksi yang
baik dengan pengolahan tanah yang baik. Sedangkan tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhammya.
(Budiman, 2012)
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya
antara 27-32°C. Pada proses perkecambahan benih,jagung memerlikan suhu
sekitar 30°C. Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari

Universitas Sriwijaya
5
6

pada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. (Abdul, 2013)
Jagung dapat ditanam di Indonesia milai dari dataran rendah sampai
dataran pegunungan yang memillliki ketinggian antara1000 – 1800 dpl. Daerah
dengan ketinggian antara 0 – 600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman jagung. (Purwono, 2011)
Pada lahan yang tidak beririgasi, Pertumbuhan tanaman ini memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fese
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan,dan menjelang musim kemarau.
(Abdul, 2013)
2.1.3. Morfolofi Tanaman Jagung
2.1.3.1. Sistem Perakaran
Karena tanaman jagung merupakan tanaman dikotil, maka akarnya pun
dalam bentuk akar serabut. agung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.
Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara
7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot
total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar
kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di
atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar
tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara
dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung
pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap

Universitas Sriwijaya
7

cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong


dan tidak mempunyai bulu-bulu akar.(Syafruddin, 2002)
2.1.3.2. Batang dan Daun
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe
jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler. Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe yang dapat digunakan
untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang. (Paliwal, 2000)
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis
mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang
(temperate) (Paliwal, 2000). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal
panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun
dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9
cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm).
Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga
beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa genotipe jagung
memiliki antocyanin pada helai daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun
atau tulang daun. Intensitas warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari
sangat lemah hingga sangat kuat.

Universitas Sriwijaya
8

Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun)
terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant).
Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun
bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan
pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun
erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi.
Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi
pula.
2.1.3.3. Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga
jantan(Paliwal, 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel
vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding
tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena
adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas
dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara
kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm
atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot.
Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas,
bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul
(silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike
yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu
bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh

Universitas Sriwijaya
9

karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam
keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol
kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval
antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI)
adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi
pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar.
Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan
terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi
nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari
serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman
sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross
pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman
lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).
Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari.
Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan
kemudian kering.
2.1.3.4. Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan
kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah
embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai
cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati
dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai

Universitas Sriwijaya
10

miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.(
Hardman and Gunsolus, 1998)
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian
besar terdiri atas dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil
bahan antara. Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi
kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas
beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin
(larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut
dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali).(Vasal, 1994)
2.1.4. Cara Budidaya Tanaman Jagung
Adapun cara budidaya tanaman jagung menurut Litbang(2008) sebagai
berikut :
2.1.4.1. Varietas Unggul
Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai
peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Memilih varietas
hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya
terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam,
umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang.
2.1.4.2. Benih Bermutu
Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju
keberhasilan dalam usahatani jagung. Gunakan benih bersertifikat dengan vigor
tinggi. Sebelum ditanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih.
Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95%. Hal ini
penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman
tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman
yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena
adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak
penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu
meningkatkan hasil. Sebelum ditanam, hendaknya diberi perlakuan benih (seed
treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan
produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut
dicampur dengan benih secara merata, sesaat sebelum tanam. Perlakuan benih ini

Universitas Sriwijaya
11

dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit


utama pada jagung. Benih jagung yang umumnya dijual dalam kemasan biasanya
sudah diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga tidak perlu lagi
diberi perlakuan benih.
2.1.4.3. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan
gembur. Namun bila tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan
tanah sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagung dua kali setahun,
penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah sempurna dan pada
musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengan tanpa
olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
2.1.4.4. Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri
pupuk kandang atau kompos 1-2 genggam (+50-75 gr) tiap cangkulan/koakan,
sehingga takaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5 t/ha. Pemberian
pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelum tanam. Bisa juga pupuk kandang
itu diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih yang baru ditanam/ditugal
Jarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x 20 cm dengan 1 benih
per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40 cm dengan 2 benih per lubang tanam).
Dengan jarak tanam seperti ini populasi mencapai 66.000–71.000 tanaman/ha.
2.1.4.5. Pemupukan
Dari semua unsur hara yang diperlukan tanaman yang paling banyak
diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen
dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji.
Tanaman ini menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua
stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji. Kekurangan nitrogen dalam
tanaman walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil. Tanaman
jagung membutuhkan pasokan unsur P sampai stadia lanjut, khususnya saat
tanaman masih muda. Gejala kekurangan fosfat akan terlihat sebelum tanaman
setinggi lutut. Sejumlah besar kalium diambil tanaman sejak tanaman setinggi
lutut sampai selesai pembungaan.

Universitas Sriwijaya
12

2.1.4.6. Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat
dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman
dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap terus di
pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan
dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai
menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus
dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk
memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah
pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
2.1.4.7. Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari
sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan
pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak
layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah
hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga
dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung atau
menggunakan pompa air bila kesulitan air.

Universitas Sriwijaya
13

2.1.4.8. Pengendalian Hama dan Penyakit


Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit
bulai dan jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan
benih, 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang
dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) dapat
disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi 15 liter.
Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini dilakukan
sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan cara
membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi
sempurna dan biji sudah keras. Hama yang umum mengganggu pertanaman
jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol. Lalat bibit umumnya
mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu
pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida carbofuran
utamanya pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit. Untuk hama
penggerek batang, jika mulai nampak ada gejala serangan dapat dilakukan dengan
pemberian carbofuran (3-4 butir carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman
pada tanaman yang mulai terserang. Hama penggerek batang dikendalikan dengan
memberikan insektisida carbofuran sebanyak 3-4 butir dengan ditugal bersamaan
pemupukan atau disemprot dengan insektisida cair fastac atau regent dengan dosis
sesuai yang tertera pada kemasan.
2.2. Botani dan Ekologi Tanaman Kacang Tanah
2.2.1. Klasifikasi Tanaman Kacang Tanah
Dalam ilmu penggolongan makhluk hidup atau taksonomi, klasifikasi
dari tanaman kacang tanah sebagai berikut (Wikipedia, 2018) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis Hypogeae L

Universitas Sriwijaya
14

2.2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah


Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dibawah 500 m dpl dan pada ketinggian maksimum 1000 m dpl kacang tanah
dapat tetap tumbuh. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi daerah penanaman dari
permukaan laut, produksi kacang tanah akan menurun. Kacang tanah tidak
memerlukan naungan, apabila areal penanaman kacang tanah ternaungi maka
akan berdampak buruk bagi pertumbuhan kacang tanah kerena tanaman menjadi
kurus dan tinggi, bunganya kurang produktif yang membuat hasil penen rendah.
Terdapat jenis kacang tanah tertentu yang membutuhkan ketinggian tempat
tertentu untuk dapat tumbuh optimal. (Indra, 2017)
Agar kacang tanah dapat tumbuh optimal, darajat keasaman tanah yang
diperlukan pH berkisar antara 6,0-6,5. Struktur tanah yang baik adalah tanah yang
berstruktur ringan (remah) agar menguntungkan bagi tanaman kacang tanah yang
dimana bakal buah (ginofor) mudah mesuk ke dalam tanah dan polong mudah
menembus tanah, perkembangannya normal, serta mudah untuk dipanen. Tanah
yang tegenang/kelembabannya tinggi (berdrainase buruk) menyebabkan akar dan
polong kacang tanah mudah busuk. Demikian sebaliknya, tanah yang
kelembabannya terlalu rendah/kering menyebabkan tanaman tumbuh merana
(kerdil), bahkan gagal membentuk polong dan kalaupun ada polongnya kopong.
(Indra, 2017)
Curah hujan yang cocok untuk kacang tanah dapat tumbuh optimal adalah
kisaran antara 800 mm-1300 mm per tahun dan bulan kering rata-rata sekitar 4
bulan per tahun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan kacang tanah berkisar antara
28-32 derajat celcius dengan RH 65%-75%. Kacang tanah sangat memerlukan
sinar matahari penuh untuk kesuburan daun dan perkembangan ukuran kacang.
(Indra, 2017)
2.2.3. Morfologi Tanaman Kacang Tanah
2.2.3.1. Sistem Perakaran
Kacang tanah merupakan tanaman herba semusim dengan akar tunggang
dan akarakar lateral yang berkembang baik. Akar tunggang biasanya dapat masuk
ke dalam tanah hingga kedalaman 50–55 cm, sistem perakarannya terpusat pada
kedalaman 5–25 cm dengan radius 12–14 cm, tergantung tipe varietasnya.

Universitas Sriwijaya
15

Sedangkan akar-akar lateral panjangnya sekitar 15–20 cm, dan terletak tegak lurus
pada akar tunggangnya. Seluruh aksesi kacang tanah memiliki nodul (bintil) pada
akarnya. Keragaman terlihat pada jumlah, ukuran bintil, dan sebarannya. Jumlah
bintil beragam dari sedikit hingga banyak, dengan ukuran kecil hingga besar, dan
terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagian besar aksesi memiliki
bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral.(Trustinah,
2015)
2.2.3.2. Batang dan Daun
Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling
(alternate), sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, dan
tidak beraturan tanpa bunga pada batang utama. Pola percabangan berseling
dicirikan dengan cabang dan bunganya terbentuk secara berselang-seling pada
cabang primer atau sekunder dan batang utamanya tidak mempunyai bunga,
cabang lateral biasanya melebihi panjang batang utama, jumlah cabang dalam 1
tanaman berkisar antara 5–15 cabang, umur panennya panjang, berkisar antara 4–
5 bulan(Purseglove 1977 dalam Trustinah 2015). Pola percabangan sequential
dicirikan dengan buku subur terdapat pada batang utama, cabang primer maupun
pada cabang sekunder, tumbuhnya tegak, cabangnya sedikit (3–8 cabang) dan
tumbuhnya sama tinggi dengan batang utama. Bunganya terbentuk pada batang
utama dan ruas cabang yang beruruta. Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin
pada batang kacang tanah, warna batang dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu warna merah atau ungu, dan hijau. Batang utama ada yang memiliki sedikit
bulu dan ada yang berbulu banyak.(Trustinah, 2015)
Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate yang
muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun mempunyai
beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip dengan ukuran
bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung varietas dan letaknya.
Warna daun hijau dan hijau tua. Daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar
dibandingkan dengan yang di bawah. Daun yang terletak pada batang utama
umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada cabang. Ukuran
dan bentuk daun tercermin dari panjang daun, lebar daun, serta rasio panjang dan
lebar daun. Perbandingan panjang dan lebar daun ini menentukan bentuk daun, di

Universitas Sriwijaya
16

mana untuk tipe-tipe Spanish bentuk daun umumnya lebih mendekati bulat-oval,
sedangkan pada tipe Valencia umumnya lebih lancip. Semakin besar nilai
perbandingan menunjukkan semakin lancip (lanceolate) bentuk daunnya.
Trustinah (2009) melaporkan, dari 148 aksesi plasma nutfah kacang tanah lokal
yang hampir seluruhnya tipe Spanish, kisaran panjang daun 3,72–5,95 cm, lebar
daun 1,91–3,04 cm, dan rasio panjang dan lebar daun 1,70–2,32. Sedangkan dari
73 aksesi kacang tanah introduksi yang terdiri dari tipe Spanish dan tipe Valencia,
kisaran panjang daun 4,01–6,17 cm, lebar daun 1,86–2,91 cm, dan rasio panjang
dan lebar daun 1,77–2,67. (Trustinah, 2015)
Daun kacang tanah memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya
2,5–3,5 cm, dan tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3–7 cm. Berdasarkan
adanya bulu/rambut daun, permukaan daun kacang tanah dibedakan menjadi:
tidak berbulu, berbulu sedikit dan pendek, berbulu sedikit dan panjang, berbulu
banyak dan pendek, serta berbulu banyak dan panjang.
2.2.3.3. Bunga
Kacang tanah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, yakni kepala
putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan terjadi
beberapa saat sebelum bunga mekar (kleistogam). Oleh karena itu jarang terjadi
penyerbukan silang. Bunganya tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak
daun, dan termasuk bunga sempurna, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. Bunga kacang tanah berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri dari
kelopak (calyx), tajuk atau mahkota bunga, benang sari (anteridium), dan kepala
putik (stigma). Mahkota bunga berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang
bentuknya berlainan satu dengan yang lain. Helaian yang paling besar disebut
bendera, pada bagian kanan dan kirinya terdapat sayap yang sebelah bawah
bersatu membentuk cakar, di dalamnya terdapat kepala putik yang berwarna hijau
muda. Kelopak bunga kacang tanah berbentuk tabung sempit sejak dari pangkal
bunga yang disebut hipantium dan panjangnya berkisar antara 2–7 cm. Bunga
memiliki 10 benang sari, 2 di antaranya lebih pendek. Bunga kacang tanah
berwarna kuning dan mekar di malam hari, melakukan proses penyerbukan pada
pagi hari, dan akan layu disore hari. Bunga menandakan adanya polong namun
yang berhasil menjadi polong hanya 15-20 %. Bunga kacang tanah tersusun dalam

Universitas Sriwijaya
17

bentuk bulir yang muncul di ketiak daun, dan termasuk bunga sempurna yaitu alat
kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga. Mahkota bunga kacang
tanah berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang bentukn ya berlainan satu dengan
yang lain. (Trustinah, 2015)
2.2.3.4. Polong
Buah kacang tanah berbentuk polong. Polong akan terbentuk setelah
bunga selesai melakukan proses pembuahan. Setelah pembuahan, maka akan
membentuk bakal buah yang disebut ginofora. Ginofora akan membentuk tangkai
polong yang akan masuk ke dalam tanah, disini peranan hujan sengat dibutuhkan.
Setelah ginofora membentuk polong maka proses pertumbuhannya akan terhenti.
Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan, dimana bakal buah tumbuh
memanjang dan disebut ginofor. Setelah tumbuh memanjang, ginofor tadi
mengarah ke bawah dan terus masuk ke dalam tanah. Apabila polong telah
terbentuk maka proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Menurut
Suprapto (2004) ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas tidak masuk ke
dalam tanah sehingga tidak akan membentuk polong.
Kulit biji kacang tanah berwarna putih, fles, coklat, merah muda, merah,
ungu dan ungu tua tergantung varietasnya. Struktur kulit polong bervariasi antara
halus, sedang sampai dengan kasar. Jenis atau varietas kacang tanah yang berkulit
kasar memiliki kecenderungan tahan terhadap hama penggerek kacang (Cylas
formicarius F).
2.2.4. Cara Budidaya Tanaman Kacang Tanah
2.2.4.1. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan cara untuk menyiapkan lahan yang akan
digunakan dalam proses budidaya tanaman yang meliputi kegiatan seperti
pembukaan lahan.
Pembuatanbedengan untuk tanaman dan pembersihan dari gulma. Tujuan
dari penyiapan lahan iniadalah untuk membuka dan membersihkan lahan dari
berbagai tanaman yang tidakdiinginkan sehingga dapat digunakan dalam proses
budidaya tanaman.Teknik persiapan lahan untuk tanaman kacang tanah dilakukan
dengan cara pembersihan area yang akan ditanami oleh kacang tanah,
pencangkulan yang dilakukan dapat mencabut akar tanaman yang tidak

Universitas Sriwijaya
18

diinginkan (gulma) yang berada disekitar areal lahansehingga lahan bersih dari
berbagai tanaman yang tidak diinginkan dan juga pengukuranlahan yang akan
digunakan karena dapat menghitung jumlah populasi kacang tanah yangakan
digunakan sehingga dapat menghemat biaya dan juga dapat menghemat
penggunaan benih kacang tanah.
2.2.4.2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan membalikkan tanah
dengan caramekanik maupun manual sehingga dapat menciptakan suasana tanah
yang gembur (memilikitekstur yang relative halus) dan memudahkan dalam
proses penanaman tanaman sertamenguraikan endapan-endapan sisa pemupukan
dari penanaman sebelumnya.
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan
sesuai denganukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak
tanam cukup 0,5 m danuntuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40
meter. Sedangkan untuk tanah datar,luas bedengan adalah 10-20 meter atau 2 x 10
meter. Ketebalan bedengan antara 20-30 cm.Untuk tanaman kacang tanah
pengolahan tanah dilakukan dengan cara manual seperti pencangkulan
dengan menggunakan tenaga manusia.
Untuk penggunaan tenaga mesin tidak dilakukan karena dapat
menimbulkan dampak negative pada tanah terutama sifat fisik seperti kadar air
tanah, Bulk Density, dan ketahanan tanah dalam penetrasi dari luar sedangkan
pada
2.2.4.3. Persiapan Benih
Benih kacang tanah didapatkan dari kacang yang dibiarkan sampai tua,
kira-kira 100 hari. Buah yang siap dijadikan benih warnanya kehitaman dan
apabila dibuka tidak memiliki selaput pada bagian dalam cangkang. Benih kacang
tanah sebaiknya disimpan selama 3-6 bulan saja. Cangkang kacang sebaiknya
tidak dikupas selama masa penyimpanan. Buka cangkang hanya apabila benih
akan digunakan. Varietas kacang tanah yang dianjurkan adalah Gajah, Kelinci,
Zebra, Kijang, Rusa, Anoa, Tapir, Pelanduk, Kancil, dan Domba. (Lisa, 2018)

Universitas Sriwijaya
19

2.2.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan
2 butir benih per lubang, kemudian lubang tanam ditutup tanah. Benih kacang
tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm pada
tanah subur. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x
10 cm atau 20 x 20 cm. (Lisa, 2018)
2.2.4.5. Pemupukan
Pupuk yang umum digunakan bagi kacang tanah adalah pupuk nitroge
(N), fosfat (P), dan kalium (K). Pupuk nitrogen dapat diberikan dalam dosis 20
kg-25 kg N/ha. Pemberiannya dilakukan 1 hari sebelum tanam atau bersamaan
pada saat tanam. Pupuk dipendam kira-kira 5 cm dari tanaman. Pupuk fosfat
diberikan dalam dosis 45 kg-60 kg/ha. Diberikan sebagian sebelum tanam dan
sebagian lagi pada saat tanam. Pupuk kalium diberikan sebanyak 50 kg-60 kg/ha.
Pupuk ini diberikan pada saat tanam, yang berfungsi sebagai pupuk dasar. (Lisa,
2018)
2.2.4.6. Pengairan
Pengairan merupakan salah satu kegiatan dalam produksi tanaman yang
digunakanuntuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Faktor yang
mempengaruhi dalam proses pengairan adalah faktor iklim, faktor tanaman
dan faktor sifat tanah atau lahan.
Faktor iklim pada proses pengairan sangat berpengaruh terutama curah hu
jan dan intensitas matahari. Curah hujan yang tinggi memiliki ketersedian air yang
tinggi sedangkan curah hujan yanglebih rendah mempengaruhi ketersediaan air
dalam tanah. Pengairan dalam proses pertumbuhan kacang tanah digunakan
sistem irigasi permukaan dengan tipe alur karena tanaman kacang tanah ini
merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan selalu
menginginkan tanah yang lembab. Tanaman kacang tanah membutuhkan air pada
saat berumur 3 minggu. Pengairan dilakukan dengan frekuensi yang berbeda-beda
pada saat musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim kemarau digunakan
pengairan dengan frekuensi 6-8 kali tetapi pada saat musim kemarau juga
disesuaikan oleh dengan banyaknya hujan yang turun. Pengairan terhadap

Universitas Sriwijaya
20

bedengan tanaman kacang tanah dapat dilakukan pada saat pagi hari sekitar jam 6
sampai jam 8 pagi hari atau dilakukan pada setelah jam 15 sore hari.(AAK, 1999)
2.2.4.7. Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Penyulaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas lubang tanam
terdahulu. Penyiangan dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan penyiangan kedua dilakukan
pada umur 40 hari setelah tanam. Penyiangan kedua ini juga dilakukan
pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian ditimbun didekat pangkal
batang tanaman. Pada saat berbunga sebaiknya tanaman tidak dilakukan
penyiangan karena dapat merusak bunga. (Lisa, 2018)
2.2.4.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama tanaman yang menyerang kacang tanah biasanya berupa uret
(pemakan akar), ulat penggulung daun, ulat grayak, dan ulat jengkal. Selain itu
juga ada penyakit yang banyak dijumpai yakni penyakit layu, sapu setan, bercak
daun, gapong, sklerotium, dan penyakit karat.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut bisa dilakukan tindakan
pencegahan diantaranya olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang
sudah matang. Selain itu juga dilakukan penyiangan intensif, bersihkan gulma,
menanam serentak, pergiliran tanaman. Cabut tanaman yang terkena penyakit dan
musnahkan. Selain hal di atas jangan lupa untuk menjaga sanitasi agar tanaman
tahan terhadap penyakit. (Lisa, 2018)
2.3. Sistem Tumpang Sari
2.3.1. Pengertian Tumpang Sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman
budidaya yang sama, sepertijagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang
dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagaitumpang gilir (relay cropping).

Universitas Sriwijaya
21

Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur)


suatutanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok
masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang
sela (intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang
dipilih. Sistem budidaya surjan, suatu bentuk kearifan lokal dari Yogyakarta
selatan, juga dapat digolongkan sebagai tumpang sari. Konsep serupa tumpang
sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain. Dalam kehutanan, kombinasi
pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon hutan dikenal sebagai wana
tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padidan ikan air
tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina padi. (Wikipedia, 2017)
2.3.2. Kelebihan Tumpang Sari
Menurut Muhaimin (2015) adapun kelebihan dari penggunaan pola tanama
tumpang sari sebagai berikut:
a) Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman
yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun
dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena
mengeluarkan bau allicin.
b) Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan
unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang
terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran
berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan
tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
c) Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi
dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT,
d) Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena
bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas
lainnya.
e) Dapat menambah kesuburan tanah. Menanam tanaman kacang-kacangan
berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan
unsur Nitrogen dalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan
menempel bakteri Rhizobium yangdapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan

Universitas Sriwijaya
22

menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat


membuat tanah menjadi gembur.
f) Meminimalkan hama dan penyakit tanaman. Sistem polikultur dibarengi
denganrotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit
tanaman. Menanamtanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama
penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang
mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis.
g) Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan. Menanam dengan lebih
dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam
tanaman. Pemilihan ragam tanaman yang tepat dapat menguntungkan karena
jika satu jenis tanaman memiliki nilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai
harga tanaman pendamping lainnya
2.3.3. Kekurangan Tumpang Sari
Adapun kekurangan dari pola tanam tumpang sari (Priyono, 2017)
sebagai berikut :
a) Kehilangan kesuburan tanah, sebab ada pembagian unsur hara yang terkadang
tidak adil antar satu tumbuhan dengan tanaman lainnya.
b) Tanah semakin rentan terhadap erosi karengan pengaruh kandungan air hujan
yang tinggi .
c) Menyebabkan masalah penyakit dan hama. Terkadang hama bisa saja
ditularkan dari tanaman jenis lainnya.
d) Terjadi perebutan unsur hara antara satu tanaman dengan tanaman lainnya.
Hal ini tentunya memicu kemungkinan terjadinya gejala kekurangan unsur
hara sebab tanaman tidak memperoleh unsur hara dalam jumlah cukup.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum ini mulai dilaksanakan pada September – November 2018
setiap hari kamis pukul 15.00 sampai dengan selesai. Penanaman dilaksanakan
di ATC (Agrotech Training Center) Fakultas Pertanian Unversitas Sriwijaya.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan–bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : 1) Air,
2) Benih jagung, 3) Benih kacang tanah, dan 4) Pupuk kompos
Adapun alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : 1) Arit,2)
ATK,3) Cangkul, 5) Cengkuit, 6) Ember, 7) Meteran, 4) Parang, 5) Patok kayu, 6)
Sepatu boots, dan 7) Tali rafia
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Bersihkan terlebih dahulu lahan dari gulma dan sersa-sersa tanaman, lalu
gemburkan tanah dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman sekitar 20-
30cm guna untuk mengeluarkan racun-racun tanah yang merupakan hasil
aktivitas mikroba.
2. Kemudian dibuat petakan yang berukuran 2m x 3m setiap orang.
3. Pilih Varietas benih dan jagung dan kacang tanah yang bagus dan pastikan
benih yang di tanam mempunyai daya perkecambahan dan vigor benih yang
baik.
4. Tanam benih jagung satu biji perlubang dan tanam benih kacang tanah satu
biji perlubang. Pada baris pertama ditanami jagung dengan ukuran jarak 25cm,
baris ke 2 dan 3 di tanami kacang dengan ukuran jarak tanam 20cm, baris ke 4
sampai 6 di tanami jagung dengan ukuran jarak tanam 25cm, baris ke 7 dan 8
ditanami kacang dengan ukuran jarak tanam 20cm, dan baris ke 9 ditanami
jagung dengan ukuran jarak tanam 20cm.
5. Beri pupuk agar tanaman cepat subur, berkembang serta untuk menambah
unsur hara pada tanaman.

Universitas Sriwijaya
23
24

6. Lakukan penyiraman secara rutin agar hasil tanaman mendapatkan mineral


dari air yang di berikan.
7. Ukur perkembangan tanaman setiap seminggu sekali dan salin dikertas
laporan sementara

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Tabel Pengamatan Minggu 1
4.1.1.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 14,6 4 Hidup
2 2 13,5 3 Hidup
3 3 28,4 6 Hidup
4 4 9,1 3 Hidup
5 5 23,5 5 Hidup
6 6 34 5 Hidup
7 7 28,5 6 Hidup
8 8 4 2 Hidup
9 9 4 2 Hidup
10 10 22,5 5 Hidup
11 11 18,5 4 Hidup
12 12 5 2 Hidup
Rata-rata 17,13 3,97 Hidup

4.1.1.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 3 6 Hidup
2 2 4 5 Hidup
3 3 6,4 9 Hidup
4 4 2,8 5 Hidup
5 5 7 10 Hidup
6 6 4 6 Hidup
7 7 5,1 8 Hidup
8 8 5 8 Hidup

Universitas Sriwijaya
25
26

9 9 2,5 2 Hidup
10 10 4,5 10 Hidup
11 1 5 10 Hidup
12 2 3,5 10 Hidup
13 3 3,5 6 Hidup
14 4 6 7 Hidup
15 5 3 4 Hidup
16 6 3 2 Hidup
Rata-rata 4,27 6,75 Hidup

4.1.2. Tabel Pengamatan Minggu 2


4.1.2.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 29,1 5 Hidup
2 2 26 5 Hidup
3 3 39,5 7 Hidup
4 4 15,1 3 Hidup
5 5 42,7 6 Hidup
6 6 53,5 8 Hidup
7 7 56 7 Hidup
8 8 21,5 4 Hidup
9 9 19 4 Hidup
10 10 34,5 6 Hidup
11 11 36 5 Hidup
12 12 20 4 Hidup
Rata-rata 32,74 4 Hidup

Universitas Sriwijaya
27

4.1.2.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 5,7 12 Hidup
2 2 5 7 Hidup
3 3 7,5 16 Hidup
4 4 4,5 8 Hidup
5 5 8 20 Hidup
6 6 9,3 21 Hidup
7 7 8,5 12 Hidup
8 8 8 10 Hidup
9 9 4,5 7 Hidup
10 10 9 20 Hidup
11 11 7 13 Hidup
12 12 6,5 14 Hidup
13 13 5,5 11 Hidup
14 14 9,2 12 Hidup
15 15 3,5 6 Hidup
16 16 3 5 Hidup
Rata-rata 6,54 12,12 Hidup

4.1.3. Tabel Pengamatan Minggu 3


4.1.3.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 43 7 Hidup
2 2 43,8 6 Hidup
3 3 65 9 Hidup
4 4 38,5 6 Hidup
5 5 61 9 Hidup
6 6 65,3 8 Hidup
7 7 67,8 9 Hidup
8 8 34 5 Hidup
9 9 34 5 Hidup
10 10 47,6 7 Hidup
11 11 51,8 7 Hidup
12 12 39,3 5 Hidup

Universitas Sriwijaya
27
28

Rata-rata 49,26 6,92 Hidup

4.1.3.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 10 22 Hidup
2 2 7,5 12 Hidup
3 3 11,5 18 Hidup
4 4 7 14 Hidup
5 5 16,4 26 Hidup
6 6 11,5 24 Hidup
7 7 12,6 19 Hidup
8 8 10 16 Hidup
9 9 6,5 14 Hidup
10 10 9,3 22 Hidup
11 11 10,5 19 Hidup
12 12 7,7 17 Hidup
13 13 9,8 18 Hidup
14 14 10,3 16 Hidup
15 15 8,2 17 Hidup
16 16 4,5 12 Hidup
Rata-rata 9,58 17,87 Hidup

4.1.4. Tabel Pengamatan Minggu 4


4.1.4.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 68 8 Hidup
2 2 68 8 Hidup
3 3 86 9 Hidup
4 4 55 8 Hidup
5 5 84 9 Hidup
6 6 96 10 Hidup

Universitas Sriwijaya
29

7 7 85 10 Hidup
8 8 56 6 Hidup
9 9 59 7 Hidup
10 10 67 8 Hidup
11 11 74 8 Hidup
12 12 67 6 Hidup
Rata-rata 72,08 8,08 Hidup

4.1.4.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 12 24 Hidup
2 2 11,5 23 Hidup
3 3 18 28 Hidup
4 4 13 22 Hidup
5 5 22 31 Hidup
6 6 22 33 Hidup
7 7 18 24 Hidup
8 8 13,5 21 Hidup
9 9 9 18 Hidup
10 10 15,5 26 Hidup
11 11 17,5 25 Hidup
12 12 15,5 26 Hidup
13 13 14 24 Hidup
14 14 16 27 Hidup
15 15 11,4 22 Hidup
16 16 7 16 Hidup
Rata-rata 14,74 24,37 Hidup

Universitas Sriwijaya
30

4.1.5. Tabel Pengamatan Minggu 5


4.1.5.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 100 10 Hidup
2 2 98 9 Hidup
3 3 89 11 Hidup
4 4 85 10 Hidup
5 5 103 12 Hidup
6 6 98 12 Hidup
7 7 97 12 Hidup
8 8 76 9 Hidup
9 9 82 9 Hidup
10 10 85 10 Hidup
11 11 85 10 Hidup
12 12 80 9 Hidup
Rata-rata 89,83 10,25 Hidup

4.1.5.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 19,5 27 Hidup
2 2 16,5 24 Hidup
3 3 20,2 33 Hidup
4 4 17,8 25 Hidup
5 5 27 34 Hidup
6 6 24 38 Hidup
7 7 22 31 Hidup
8 8 19 24 Hidup
9 9 17 28 Hidup
10 10 21,3 33 Hidup
11 11 22 31 Hidup
12 12 22 33 Hidup

Universitas Sriwijaya
31

13 13 22,5 31 Hidup
14 14 17 28 Hidup
15 15 19,5 31 Hidup
16 16 16,5 22 Hidup
Rata-rata 20,24 25,88 Hidup

4.1.6. Tabel Pengamatan Minggu 6


4.1.6.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 115 11 Hidup
2 2 102 10 Hidup
3 3 93 12 Hidup
4 4 96 11 Hidup
5 5 126 13 Hidup
6 6 107 13 Hidup
7 7 111 11 Hidup
8 8 92 11 Hidup
9 9 102 10 Hidup
10 10 100 12 Hidup
11 11 102 11 Hidup
12 12 100 12 Hidup
Rata-rata 103,83 11,42 Hidup

4.1.6.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 21 30 Hidup
2 2 18 26 Hidup
3 3 22 35 Hidup
4 4 19 31 Hidup
5 5 29 36 Hidup
6 6 25,2 41 Hidup

Universitas Sriwijaya
32

7 7 25,1 35 Hidup
8 8 21 27 Hidup
9 9 19 32 Hidup
10 10 23 35 Hidup
11 11 24,2 33 Hidup
12 12 23,1 36 Hidup
13 13 24,5 33 Hidup
14 14 19 32 Hidup
15 15 21,3 34 Hidup
16 16 18,3 24 Hidup
Rata-rata 22,04 32,5 Hidup

4.1.7. Tabel Pengamatan Minggu 7


4.1.7.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 142 11 Hidup
2 2 133 11 Hidup
3 3 111 14 Hidup
4 4 122 11 Hidup
5 5 148 15 Hidup
6 6 123 15 Hidup
7 7 135 14 Hidup
8 8 116 13 Hidup
9 9 138 12 Hidup
10 10 119 13 Hidup
11 11 132 13 Hidup
12 12 121 13 Hidup
Rata-rata 128,33 12,92 Hidup

Universitas Sriwijaya
33

4.1.7.2. Tabel Pengamatan Kacang Tanah


No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 25 32 Hidup
2 2 21 31 Hidup
3 3 24 42 Hidup
4 4 23 34 Hidup
5 5 32 43 Hidup
6 6 28 47 Hidup
7 7 29 32 Hidup
8 8 24 31 Hidup
9 9 25 37 Hidup
10 10 30 43 Hidup
11 11 31 38 Hidup
12 12 29,5 41 Hidup
13 13 32 39 Hidup
14 14 27 37 Hidup
15 15 29 39 Hidup
16 16 26 31 Hidup
Rata-rata 27,22 37,31 Hidup

4.1.8. Tabel Rata-Rata Tanaman Jagung dan Kacang tanah


Jagung Kacang Tanah
Minggu
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
1 17,13 3,97 4,27 6,75
2 32,74 4 6,54 12,12
3 49,26 6,92 9,58 17,87
4 72,08 8,08 14,74 24,37
5 89,83 10,25 20,24 25,88
6 103,83 11,42 22,04 32,5
7 128,33 12,92 27,22 37,31

Universitas Sriwijaya
34

4.1.9. Grafik Rata-rata Tanaman Jagung dan Kacang Tanah

GRAFIK RATA-RATA TANAMAN JAGUNG DAN


TANAMAN KACANG TANAH
150
Pengukuran

100

50

0
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
Jagung Kacang Tanah

MINGGU
1 2 3 4 5 6 7

4.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di dapatkan hasil pada tabel
dan grafik diatas. Pada pengamatan minggu pertama, tanaman jagung di
dapatakan hasil yang paling tinggi yaitu tanaman jagung ke 7 dengan ketinggian
28,5cm dan jumlah daun sebanyak 6, selanjutnya tanaman jagung yang paling
rendah yaitu tanaman jagung ke 8 dan 9 dengan ketinggian 4cm dan jumlah daun
sebanyak 2. Pada tanaman jagung minggu pertama ini memiliki rata-rata
ketinggian 17,13 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 3,97. Pada tanaman kacang
tanah minggu pertama didapatkan tanaman yang paling tinggi yaitu tanaman ke 5
dengan ketinggia 7cm dan jumlah daun 10, selanjutnya tanaman kacang tanah
yang paling rendah yaitu tanaman ke 9 dengan ketinggian 2,5cm dan jumlah daun
2. Pada tanaman kacang tanah minggu pertama ini memiliki rata-rata ketinggian
4,27 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 6,75.
Pada minggu kedua tanaman jagung didapatkan hasil yang paling tinggi
yaitu tanaman jagung ke 7 dengan ketinggian 56cm dan jumlah daun 7,
selanjutnya tanaman jagung yang paling rendah yaitu tanaman jagung ke 9 dengan
ketinggian 19cm dan jumlah daun 4. Pada tanaman jagung minggu pertama ini
memiliki rata-rata ketinggian 32,74 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 4. Pada
tanaman kacang tanah pada minggu kedua ini memiliki tanaman yang paling
tinggi yaitu tanaman ke 9 dengan ketinggi 9,3cm dan jumlah daun sebanyak 21,
selanjutnya tanaman kacang tanah yang paling rendah yaitu tanaman ke 16 dengan

Universitas Sriwijaya
35

ketinggian 3cm dan jumlah daun 5. Pada tanaman kacang tanah minggu kedua ini
memiliki rata-rata ketinggian 6,54 dan rata-rata jumlah daun 12,12.
Pada minggu ketiga tanaman jagung didapatkan hasil tanaman yang paling
tinggi yaitu tanaman ke 7 dengan ketinggian 67,8 dan jumlah daun 9, selanjutnya
tanaman yang paling rendah yaitu tanaman ke 8 dan 9 dengan ketinggian 34cm
dan jumlah daun 5. Pada tanaman jagung minggu ketiga ini memiliki rata-rata
ketinggian 49,26 dan rata-rata jumlah daun 6,92. Pada tanaman kacang tanah pada
minggu ketiga ini memiliki tanaman yang paling tinggi yaitu tanaman ke 5 dengan
ketinggian 16,4cm dan jumlah daun 26, selanjutnya tanaman yang paling rendah
yaitu tanaman ke 16 dengan ketinggian 4,5 dan jumlah daun 12. Pada tanaman
kacang tanah minggu ketiga ini memiliki rata-rata ketinggian 9,58 dan rata-rata
jumlah daun 17,87. Begitu pula pada minggu selanjutnya bahwa tanaman tersebut
itu merupakan tanaman yang paling tinggi.
Pada grafik dapat dilihat bahwa setiap minggunya tanaman memiliki rata-
rata ketinggian dan jumlah daun yang terus bertambah. Dapat dilihat pula bahwa
tanaman jagung memilik ukuran tinggi yang paling besar dari pada tanaman
kacang tanah. Selanjutnya untuk rata-rata jumlah daun kacang tanah memiliki
jumlah yang banyak dibandingkan tanaman jagung. Pada minggu ke 6 dan 7
beberapa tanaman jagung tumbuh buah dan bunga, begitupula pada tanaman
kacang tanah sudah tumbuh bunganya.
Dapat dilihat pula dengan menggunakan metode pola tumpang sari ini
tanaman jagung dan kacang tanah yang di tanaman menghasilkan produksi
tanaman yang baik serta mengurangi resiko kegagalan panen. Jika salah satu
komoditi gagal dalam pembudidayaan,atau atau tanamannya banyak diserang oleh
hama dan penyakit,dapat digantingan oleh tanaman yang diselakan.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Teknik budidaya tumpangsari jagung dan kacang tanah meliputi pembersihan
lahan, penanaman, pemeliharaan (meliputi penyiraman, penyulaman,
pemupukan, penyemprotan, pestisida, pembumbunan), dan pemanenan.
2. Pertumbuhan tanaman jagung dan kacang tanah semakin meningkat seiring
bertambahnya umur tanaman.
3. Tumpangsari jagung dan kacang tanah mendapatkan keuntungan, sehingga
budidaya ini layak untuk dilakukan dan dikembangkan.
4. Tumpangsari bermanfaat untuk lingkungan (hara, air dan sinar matahari)
dalam memperoleh produksi maksimum.
5. Tanaman jagung tumbuh dengan baik karena syarat tanam yangt erpenuhi
serta topografi dan iklim setempat yang mendukung.
5.2. Saran
Seharusnya penanaman jagung dan kacang tanah dilubang yang jangan
terlalu dalam agar mudah menyerap air dan tidak menyulitkan benih untuk
tumbuh.

Universitas Sriwijaya
36
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1999. Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius

Abdul, A. 2013. Budi Daya Tanaman Tumpang Sari Jagung (Zea Mays) dan
Kacang Kedelai (Glycine Max L.). http://anarfanabdul.blogspot.com/.
Diakses pada 10 November 2018 pukul 21.09 WIB.

Arief. 2014. Tumpang Sari Tanaman Jagung ( Zea mays) dan Kacang Tanah
(Arhis hipogea). http://arief-parinduri.blogspot.com/2014/12/tumpang-
sari-tanaman-jagung-zea-mays.html. Diakses pada tanggal 10 November
2018 pukul 20.07 WIB.

Budiman, H. 2012. Sukses Bertanam Jagung. Pustaka Baru Press : Yogyakarta

Fahmi. 2012. Pola Tanam. http://kcikfahmi.blogspot.com/pola-


tanam/2012/05.html. Diakses pada tanggal 10 November 2018 pukul
18.34 WIB.

Hardman and Gunsolus. 1998. Corn growth and development. Extension Service.
University of Minesota. p.5

Indra, K. 2017. Syarat Tumbuh Kacang. https://materi-pengetahuan-


umum.blogspot.com/2017/04/syarat-tumbuh-kacang-tanah.html. Diakses
pada tanggal 10 November 2018 pukul 22.00 WIB

Lisa. 2018. Budi Daya Kacang Tanah dengan Tepat.


http://8villages.com/full/petani/article/id/5a5219b10687634e35c62452. Di
akses pada tanggal 10 November 2018 pukul 22.47 WIB

Litbang. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan


Pertanian : Lampung

Muhaimin, A. 2015. Sistem Pertanian Monokultur.


https://ahmadmuhaimin913.wordpress.com/2015/06/12/sistem-pertanian-
monokultur/ . Diakses pada tanggal 11 November 2018 pukul 10.46 WIB

Universitas Sriwijaya
37
38

Myrna, N.E.F. 2003. Hasil Tanaman Jagung pada Berbagai Dosis dan Cara
Pemupukan pada Lahan dengan Sistem Olah Tanah Minimum. Jurnal
Agronomi. 9(1) : 9-15.

Paliwal, R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: Tropical Maize: Improvement
and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome. p 13-20.

Priyono, W. 2017. Manfaat Serta Kekurangan Bertanam dengan Sistem Tumpang


Sari. https://tipspetani.com/manfaat-serta-kekurangan-bertanam-dengan-
sistem-tumpang-sari/. Diakses pada tanggal 11 November 2018 pukul
16.45 WIB.

Purwono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya : Jakarta.

Purwono, et al. 2007. Introdusksi Rumput dan Leguminosa untuk Pakan Ternak
dada Berbagai Tipe Lahan. BPTP : Makassar.

Suprapto. 2004. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya : Jakarta.

Syafruddin. 2002. Fisiologi efisiensi hara P pada tanaman jagung dalam kondisi
cekaman aluminium. Tesis Pasca Sarjana IPB

Trustinah. 2009. Plasma nutfah kacang tanah: Keragaman dan potensinya untuk
perbaikan sifat-sifat kacang tanah. Bul. Palawija 18:58–65.

Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Balai Penelitian


Tanaman Aneka Kacang dan Umbi : Lampung

Vasal, S.K. 1994. High quality protein corn. In: A. R. Halleuer (Ed.).
Specialtycorns. CRC Press Inc. USA.

Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah.


BPTP : Jawa Tengah.

Universitas Sriwijaya
39

Wikipedia. 2013. Tumpang Sari. http://id.wikipedia.org/wiki/Tumpang_sari.


Diakses pada tanggal 10 November 2018 pukul 19.00.

Wikipedia. 2017. Tumpang Sari. https://id.wikipedia.org/wiki/Tumpang_sari.


Diakses pada 11 November 2018 pukul 09.00 WIB.

Wikipedia. 2018. Jagung. https://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses pada


tanggal 10 November 2018 pukul 15.09 WIB.

Wikipedia, 2018. Kacang Tanah. https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah.


Diakses pada tanggal 10 November pukul 17.05 WIB

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

1.1. Pengolahan Lahan

1.2. Pembuatan Pupuk

1.3. Pumupukan

Universitas Sriwijaya
40
41

1.4. Pengamatan Minggu 1

1.5. Pengamatana Minggu 2

1.6. Pengamatan Minggu 3

Universitas Sriwijaya
42

1.7. Pengamatan Minggu 4

1.8. Pengamatan Minggu 5

Universitas Sriwijaya
43

1.9. Pengamatan Minggu Ke 6

1.10. Pengamatan Minggu Ke 7

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai