Bab 1-5
Bab 1-5
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
Universitas Sriwijaya
3
perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil
atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping).
Jagung atau kacang biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.
Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga
diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal sebagai minat
tani.(Wikipedia, 2013)
Berdasarkan tipe fotosintesis,tumbuhan dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu C3, C4, dan CAN (Crassulasea Acid Metabolism). Tumbuhn C4 dan CAN
lebih adaftif didaerah panas dan kering dibanding dengan tanaman C3. Jagung dan
kacang tanah memungkinkan untuk ditanam secara tumpng sari karena kacang
tanah termasuk tanaman C3. Jagung tergolong C4 sehingga sangat serasi dan
mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi.(Arief, 2014)
Pola tanam tumpangsari banyak keuntungan yang tidak dimiliki pada
pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain :
terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun
penyerapan sinar matahari), populasi tanaman dapat diatur sesuai yang
dikehendaki dalam satu areal diperoleh produsi lebih dari satu komoditas, teap
mempunai peluang mendapatkan hasil jika satu jenis tanaman yang diusahakan
gagal dan kombinasi beberapa jenis tanaman yang diusahakan gagal dan
kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga
dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian
sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah (Warsana, 2009).
Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat
kecocokan dalam hal meimilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.
Tanaman jagung dan kacang-kacangan (leguminase) adalah tanamanyang sesuai
untuk diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua jenis
tanaman tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil
persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut.
Menurut Myrna (2003), syarat bagi tercapainya hasil produksi jagung
yang tinggi adalah ketersediaan unsur hara yang optimal yang salah satu hara
tersebut adalah nitrogen. Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis
Universitas Sriwijaya
4
dengan suhu dan kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia systemnya
rendah. Oleh sebab itu diharapkan pada system tanam tumpangsari jagung dan
kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya
tumpangsari menjadi efisien karena tanaman jagung mendapatkan Nitrogen (N)
yang berasal dari tanaman kacang tanah.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dan kacang tanah secara tumpang sari
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
5
6
pada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. (Abdul, 2013)
Jagung dapat ditanam di Indonesia milai dari dataran rendah sampai
dataran pegunungan yang memillliki ketinggian antara1000 – 1800 dpl. Daerah
dengan ketinggian antara 0 – 600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman jagung. (Purwono, 2011)
Pada lahan yang tidak beririgasi, Pertumbuhan tanaman ini memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fese
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan,dan menjelang musim kemarau.
(Abdul, 2013)
2.1.3. Morfolofi Tanaman Jagung
2.1.3.1. Sistem Perakaran
Karena tanaman jagung merupakan tanaman dikotil, maka akarnya pun
dalam bentuk akar serabut. agung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga.
Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara
7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot
total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar
kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di
atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar
tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara
dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung
pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun)
terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant).
Daun erect biasanya memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun
bisa lurus atau bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan
pola daun bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun
erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi.
Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi
pula.
2.1.3.3. Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga
jantan(Paliwal, 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel
vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding
tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena
adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas
dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara
kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm
atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot.
Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas,
bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul
(silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike
yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu
bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh
Universitas Sriwijaya
9
karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam
keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol
kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval
antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI)
adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi
pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar.
Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan
terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi
nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari
serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman
sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross
pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman
lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).
Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari.
Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan
kemudian kering.
2.1.3.4. Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan
kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah
embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai
cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati
dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai
Universitas Sriwijaya
10
miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.(
Hardman and Gunsolus, 1998)
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian
besar terdiri atas dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil
bahan antara. Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi
kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas
beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin
(larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut
dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam alkali).(Vasal, 1994)
2.1.4. Cara Budidaya Tanaman Jagung
Adapun cara budidaya tanaman jagung menurut Litbang(2008) sebagai
berikut :
2.1.4.1. Varietas Unggul
Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai
peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Memilih varietas
hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya
terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam,
umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang.
2.1.4.2. Benih Bermutu
Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju
keberhasilan dalam usahatani jagung. Gunakan benih bersertifikat dengan vigor
tinggi. Sebelum ditanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih.
Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95%. Hal ini
penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman
tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman
yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena
adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak
penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu
meningkatkan hasil. Sebelum ditanam, hendaknya diberi perlakuan benih (seed
treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan
produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut
dicampur dengan benih secara merata, sesaat sebelum tanam. Perlakuan benih ini
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
2.1.4.6. Pemeliharaan
Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman,
penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat
dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman
dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap terus di
pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.
Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam
sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor
budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak
tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.
Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan
dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai
menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus
dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk
memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah
pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh.
2.1.4.7. Pengairan
Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45-55 hari
sesudah tanam) dan pengisian biji (60-80 hari setelah tanam). Pada masa
pertumbuhan kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu
berbunga yang membutuhkan air terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan
pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada huja terus menerus.
Pengairan sangat penting untuk mencegah tanaman jagung agar tidak
layu. Pengairan yang terlambat mengakibatkan daun layu. Daerah dengan curah
hujan yang tinggi, pengairan melalui air hujan dapat mencukupi. Pengairan juga
dapat dilakukan dengan mengalirkan air melalui parit diantara barisan jagung atau
menggunakan pompa air bila kesulitan air.
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Sedangkan akar-akar lateral panjangnya sekitar 15–20 cm, dan terletak tegak lurus
pada akar tunggangnya. Seluruh aksesi kacang tanah memiliki nodul (bintil) pada
akarnya. Keragaman terlihat pada jumlah, ukuran bintil, dan sebarannya. Jumlah
bintil beragam dari sedikit hingga banyak, dengan ukuran kecil hingga besar, dan
terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagian besar aksesi memiliki
bintil akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral.(Trustinah,
2015)
2.2.3.2. Batang dan Daun
Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling
(alternate), sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, dan
tidak beraturan tanpa bunga pada batang utama. Pola percabangan berseling
dicirikan dengan cabang dan bunganya terbentuk secara berselang-seling pada
cabang primer atau sekunder dan batang utamanya tidak mempunyai bunga,
cabang lateral biasanya melebihi panjang batang utama, jumlah cabang dalam 1
tanaman berkisar antara 5–15 cabang, umur panennya panjang, berkisar antara 4–
5 bulan(Purseglove 1977 dalam Trustinah 2015). Pola percabangan sequential
dicirikan dengan buku subur terdapat pada batang utama, cabang primer maupun
pada cabang sekunder, tumbuhnya tegak, cabangnya sedikit (3–8 cabang) dan
tumbuhnya sama tinggi dengan batang utama. Bunganya terbentuk pada batang
utama dan ruas cabang yang beruruta. Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin
pada batang kacang tanah, warna batang dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu warna merah atau ungu, dan hijau. Batang utama ada yang memiliki sedikit
bulu dan ada yang berbulu banyak.(Trustinah, 2015)
Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate yang
muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun mempunyai
beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip dengan ukuran
bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung varietas dan letaknya.
Warna daun hijau dan hijau tua. Daun-daun pada bagian atas biasanya lebih besar
dibandingkan dengan yang di bawah. Daun yang terletak pada batang utama
umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada cabang. Ukuran
dan bentuk daun tercermin dari panjang daun, lebar daun, serta rasio panjang dan
lebar daun. Perbandingan panjang dan lebar daun ini menentukan bentuk daun, di
Universitas Sriwijaya
16
mana untuk tipe-tipe Spanish bentuk daun umumnya lebih mendekati bulat-oval,
sedangkan pada tipe Valencia umumnya lebih lancip. Semakin besar nilai
perbandingan menunjukkan semakin lancip (lanceolate) bentuk daunnya.
Trustinah (2009) melaporkan, dari 148 aksesi plasma nutfah kacang tanah lokal
yang hampir seluruhnya tipe Spanish, kisaran panjang daun 3,72–5,95 cm, lebar
daun 1,91–3,04 cm, dan rasio panjang dan lebar daun 1,70–2,32. Sedangkan dari
73 aksesi kacang tanah introduksi yang terdiri dari tipe Spanish dan tipe Valencia,
kisaran panjang daun 4,01–6,17 cm, lebar daun 1,86–2,91 cm, dan rasio panjang
dan lebar daun 1,77–2,67. (Trustinah, 2015)
Daun kacang tanah memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya
2,5–3,5 cm, dan tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3–7 cm. Berdasarkan
adanya bulu/rambut daun, permukaan daun kacang tanah dibedakan menjadi:
tidak berbulu, berbulu sedikit dan pendek, berbulu sedikit dan panjang, berbulu
banyak dan pendek, serta berbulu banyak dan panjang.
2.2.3.3. Bunga
Kacang tanah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, yakni kepala
putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan terjadi
beberapa saat sebelum bunga mekar (kleistogam). Oleh karena itu jarang terjadi
penyerbukan silang. Bunganya tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak
daun, dan termasuk bunga sempurna, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. Bunga kacang tanah berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri dari
kelopak (calyx), tajuk atau mahkota bunga, benang sari (anteridium), dan kepala
putik (stigma). Mahkota bunga berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang
bentuknya berlainan satu dengan yang lain. Helaian yang paling besar disebut
bendera, pada bagian kanan dan kirinya terdapat sayap yang sebelah bawah
bersatu membentuk cakar, di dalamnya terdapat kepala putik yang berwarna hijau
muda. Kelopak bunga kacang tanah berbentuk tabung sempit sejak dari pangkal
bunga yang disebut hipantium dan panjangnya berkisar antara 2–7 cm. Bunga
memiliki 10 benang sari, 2 di antaranya lebih pendek. Bunga kacang tanah
berwarna kuning dan mekar di malam hari, melakukan proses penyerbukan pada
pagi hari, dan akan layu disore hari. Bunga menandakan adanya polong namun
yang berhasil menjadi polong hanya 15-20 %. Bunga kacang tanah tersusun dalam
Universitas Sriwijaya
17
bentuk bulir yang muncul di ketiak daun, dan termasuk bunga sempurna yaitu alat
kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga. Mahkota bunga kacang
tanah berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang bentukn ya berlainan satu dengan
yang lain. (Trustinah, 2015)
2.2.3.4. Polong
Buah kacang tanah berbentuk polong. Polong akan terbentuk setelah
bunga selesai melakukan proses pembuahan. Setelah pembuahan, maka akan
membentuk bakal buah yang disebut ginofora. Ginofora akan membentuk tangkai
polong yang akan masuk ke dalam tanah, disini peranan hujan sengat dibutuhkan.
Setelah ginofora membentuk polong maka proses pertumbuhannya akan terhenti.
Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan, dimana bakal buah tumbuh
memanjang dan disebut ginofor. Setelah tumbuh memanjang, ginofor tadi
mengarah ke bawah dan terus masuk ke dalam tanah. Apabila polong telah
terbentuk maka proses pertumbuhan ginofor yang memanjang terhenti. Menurut
Suprapto (2004) ginofor yang terbentuk di cabang bagian atas tidak masuk ke
dalam tanah sehingga tidak akan membentuk polong.
Kulit biji kacang tanah berwarna putih, fles, coklat, merah muda, merah,
ungu dan ungu tua tergantung varietasnya. Struktur kulit polong bervariasi antara
halus, sedang sampai dengan kasar. Jenis atau varietas kacang tanah yang berkulit
kasar memiliki kecenderungan tahan terhadap hama penggerek kacang (Cylas
formicarius F).
2.2.4. Cara Budidaya Tanaman Kacang Tanah
2.2.4.1. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan cara untuk menyiapkan lahan yang akan
digunakan dalam proses budidaya tanaman yang meliputi kegiatan seperti
pembukaan lahan.
Pembuatanbedengan untuk tanaman dan pembersihan dari gulma. Tujuan
dari penyiapan lahan iniadalah untuk membuka dan membersihkan lahan dari
berbagai tanaman yang tidakdiinginkan sehingga dapat digunakan dalam proses
budidaya tanaman.Teknik persiapan lahan untuk tanaman kacang tanah dilakukan
dengan cara pembersihan area yang akan ditanami oleh kacang tanah,
pencangkulan yang dilakukan dapat mencabut akar tanaman yang tidak
Universitas Sriwijaya
18
diinginkan (gulma) yang berada disekitar areal lahansehingga lahan bersih dari
berbagai tanaman yang tidak diinginkan dan juga pengukuranlahan yang akan
digunakan karena dapat menghitung jumlah populasi kacang tanah yangakan
digunakan sehingga dapat menghemat biaya dan juga dapat menghemat
penggunaan benih kacang tanah.
2.2.4.2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan membalikkan tanah
dengan caramekanik maupun manual sehingga dapat menciptakan suasana tanah
yang gembur (memilikitekstur yang relative halus) dan memudahkan dalam
proses penanaman tanaman sertamenguraikan endapan-endapan sisa pemupukan
dari penanaman sebelumnya.
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan
sesuai denganukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak
tanam cukup 0,5 m danuntuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40
meter. Sedangkan untuk tanah datar,luas bedengan adalah 10-20 meter atau 2 x 10
meter. Ketebalan bedengan antara 20-30 cm.Untuk tanaman kacang tanah
pengolahan tanah dilakukan dengan cara manual seperti pencangkulan
dengan menggunakan tenaga manusia.
Untuk penggunaan tenaga mesin tidak dilakukan karena dapat
menimbulkan dampak negative pada tanah terutama sifat fisik seperti kadar air
tanah, Bulk Density, dan ketahanan tanah dalam penetrasi dari luar sedangkan
pada
2.2.4.3. Persiapan Benih
Benih kacang tanah didapatkan dari kacang yang dibiarkan sampai tua,
kira-kira 100 hari. Buah yang siap dijadikan benih warnanya kehitaman dan
apabila dibuka tidak memiliki selaput pada bagian dalam cangkang. Benih kacang
tanah sebaiknya disimpan selama 3-6 bulan saja. Cangkang kacang sebaiknya
tidak dikupas selama masa penyimpanan. Buka cangkang hanya apabila benih
akan digunakan. Varietas kacang tanah yang dianjurkan adalah Gajah, Kelinci,
Zebra, Kijang, Rusa, Anoa, Tapir, Pelanduk, Kancil, dan Domba. (Lisa, 2018)
Universitas Sriwijaya
19
2.2.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan
2 butir benih per lubang, kemudian lubang tanam ditutup tanah. Benih kacang
tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm pada
tanah subur. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x
10 cm atau 20 x 20 cm. (Lisa, 2018)
2.2.4.5. Pemupukan
Pupuk yang umum digunakan bagi kacang tanah adalah pupuk nitroge
(N), fosfat (P), dan kalium (K). Pupuk nitrogen dapat diberikan dalam dosis 20
kg-25 kg N/ha. Pemberiannya dilakukan 1 hari sebelum tanam atau bersamaan
pada saat tanam. Pupuk dipendam kira-kira 5 cm dari tanaman. Pupuk fosfat
diberikan dalam dosis 45 kg-60 kg/ha. Diberikan sebagian sebelum tanam dan
sebagian lagi pada saat tanam. Pupuk kalium diberikan sebanyak 50 kg-60 kg/ha.
Pupuk ini diberikan pada saat tanam, yang berfungsi sebagai pupuk dasar. (Lisa,
2018)
2.2.4.6. Pengairan
Pengairan merupakan salah satu kegiatan dalam produksi tanaman yang
digunakanuntuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Faktor yang
mempengaruhi dalam proses pengairan adalah faktor iklim, faktor tanaman
dan faktor sifat tanah atau lahan.
Faktor iklim pada proses pengairan sangat berpengaruh terutama curah hu
jan dan intensitas matahari. Curah hujan yang tinggi memiliki ketersedian air yang
tinggi sedangkan curah hujan yanglebih rendah mempengaruhi ketersediaan air
dalam tanah. Pengairan dalam proses pertumbuhan kacang tanah digunakan
sistem irigasi permukaan dengan tipe alur karena tanaman kacang tanah ini
merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan selalu
menginginkan tanah yang lembab. Tanaman kacang tanah membutuhkan air pada
saat berumur 3 minggu. Pengairan dilakukan dengan frekuensi yang berbeda-beda
pada saat musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim kemarau digunakan
pengairan dengan frekuensi 6-8 kali tetapi pada saat musim kemarau juga
disesuaikan oleh dengan banyaknya hujan yang turun. Pengairan terhadap
Universitas Sriwijaya
20
bedengan tanaman kacang tanah dapat dilakukan pada saat pagi hari sekitar jam 6
sampai jam 8 pagi hari atau dilakukan pada setelah jam 15 sore hari.(AAK, 1999)
2.2.4.7. Penyulaman dan Penyiangan
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Penyulaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas lubang tanam
terdahulu. Penyiangan dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan penyiangan kedua dilakukan
pada umur 40 hari setelah tanam. Penyiangan kedua ini juga dilakukan
pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian ditimbun didekat pangkal
batang tanaman. Pada saat berbunga sebaiknya tanaman tidak dilakukan
penyiangan karena dapat merusak bunga. (Lisa, 2018)
2.2.4.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama tanaman yang menyerang kacang tanah biasanya berupa uret
(pemakan akar), ulat penggulung daun, ulat grayak, dan ulat jengkal. Selain itu
juga ada penyakit yang banyak dijumpai yakni penyakit layu, sapu setan, bercak
daun, gapong, sklerotium, dan penyakit karat.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut bisa dilakukan tindakan
pencegahan diantaranya olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang
sudah matang. Selain itu juga dilakukan penyiangan intensif, bersihkan gulma,
menanam serentak, pergiliran tanaman. Cabut tanaman yang terkena penyakit dan
musnahkan. Selain hal di atas jangan lupa untuk menjaga sanitasi agar tanaman
tahan terhadap penyakit. (Lisa, 2018)
2.3. Sistem Tumpang Sari
2.3.1. Pengertian Tumpang Sari
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan
adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman
budidaya yang sama, sepertijagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang
dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai
atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagaitumpang gilir (relay cropping).
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
23
24
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tabel Pengamatan Minggu 1
4.1.1.1. Tabel Pengamatan Jagung
No Tanaman Ke- Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun Keterangan
1 1 14,6 4 Hidup
2 2 13,5 3 Hidup
3 3 28,4 6 Hidup
4 4 9,1 3 Hidup
5 5 23,5 5 Hidup
6 6 34 5 Hidup
7 7 28,5 6 Hidup
8 8 4 2 Hidup
9 9 4 2 Hidup
10 10 22,5 5 Hidup
11 11 18,5 4 Hidup
12 12 5 2 Hidup
Rata-rata 17,13 3,97 Hidup
Universitas Sriwijaya
25
26
9 9 2,5 2 Hidup
10 10 4,5 10 Hidup
11 1 5 10 Hidup
12 2 3,5 10 Hidup
13 3 3,5 6 Hidup
14 4 6 7 Hidup
15 5 3 4 Hidup
16 6 3 2 Hidup
Rata-rata 4,27 6,75 Hidup
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
27
28
Universitas Sriwijaya
29
7 7 85 10 Hidup
8 8 56 6 Hidup
9 9 59 7 Hidup
10 10 67 8 Hidup
11 11 74 8 Hidup
12 12 67 6 Hidup
Rata-rata 72,08 8,08 Hidup
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
31
13 13 22,5 31 Hidup
14 14 17 28 Hidup
15 15 19,5 31 Hidup
16 16 16,5 22 Hidup
Rata-rata 20,24 25,88 Hidup
Universitas Sriwijaya
32
7 7 25,1 35 Hidup
8 8 21 27 Hidup
9 9 19 32 Hidup
10 10 23 35 Hidup
11 11 24,2 33 Hidup
12 12 23,1 36 Hidup
13 13 24,5 33 Hidup
14 14 19 32 Hidup
15 15 21,3 34 Hidup
16 16 18,3 24 Hidup
Rata-rata 22,04 32,5 Hidup
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
100
50
0
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
Jagung Kacang Tanah
MINGGU
1 2 3 4 5 6 7
4.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di dapatkan hasil pada tabel
dan grafik diatas. Pada pengamatan minggu pertama, tanaman jagung di
dapatakan hasil yang paling tinggi yaitu tanaman jagung ke 7 dengan ketinggian
28,5cm dan jumlah daun sebanyak 6, selanjutnya tanaman jagung yang paling
rendah yaitu tanaman jagung ke 8 dan 9 dengan ketinggian 4cm dan jumlah daun
sebanyak 2. Pada tanaman jagung minggu pertama ini memiliki rata-rata
ketinggian 17,13 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 3,97. Pada tanaman kacang
tanah minggu pertama didapatkan tanaman yang paling tinggi yaitu tanaman ke 5
dengan ketinggia 7cm dan jumlah daun 10, selanjutnya tanaman kacang tanah
yang paling rendah yaitu tanaman ke 9 dengan ketinggian 2,5cm dan jumlah daun
2. Pada tanaman kacang tanah minggu pertama ini memiliki rata-rata ketinggian
4,27 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 6,75.
Pada minggu kedua tanaman jagung didapatkan hasil yang paling tinggi
yaitu tanaman jagung ke 7 dengan ketinggian 56cm dan jumlah daun 7,
selanjutnya tanaman jagung yang paling rendah yaitu tanaman jagung ke 9 dengan
ketinggian 19cm dan jumlah daun 4. Pada tanaman jagung minggu pertama ini
memiliki rata-rata ketinggian 32,74 dan rata-rata jumlah daun sebanyak 4. Pada
tanaman kacang tanah pada minggu kedua ini memiliki tanaman yang paling
tinggi yaitu tanaman ke 9 dengan ketinggi 9,3cm dan jumlah daun sebanyak 21,
selanjutnya tanaman kacang tanah yang paling rendah yaitu tanaman ke 16 dengan
Universitas Sriwijaya
35
ketinggian 3cm dan jumlah daun 5. Pada tanaman kacang tanah minggu kedua ini
memiliki rata-rata ketinggian 6,54 dan rata-rata jumlah daun 12,12.
Pada minggu ketiga tanaman jagung didapatkan hasil tanaman yang paling
tinggi yaitu tanaman ke 7 dengan ketinggian 67,8 dan jumlah daun 9, selanjutnya
tanaman yang paling rendah yaitu tanaman ke 8 dan 9 dengan ketinggian 34cm
dan jumlah daun 5. Pada tanaman jagung minggu ketiga ini memiliki rata-rata
ketinggian 49,26 dan rata-rata jumlah daun 6,92. Pada tanaman kacang tanah pada
minggu ketiga ini memiliki tanaman yang paling tinggi yaitu tanaman ke 5 dengan
ketinggian 16,4cm dan jumlah daun 26, selanjutnya tanaman yang paling rendah
yaitu tanaman ke 16 dengan ketinggian 4,5 dan jumlah daun 12. Pada tanaman
kacang tanah minggu ketiga ini memiliki rata-rata ketinggian 9,58 dan rata-rata
jumlah daun 17,87. Begitu pula pada minggu selanjutnya bahwa tanaman tersebut
itu merupakan tanaman yang paling tinggi.
Pada grafik dapat dilihat bahwa setiap minggunya tanaman memiliki rata-
rata ketinggian dan jumlah daun yang terus bertambah. Dapat dilihat pula bahwa
tanaman jagung memilik ukuran tinggi yang paling besar dari pada tanaman
kacang tanah. Selanjutnya untuk rata-rata jumlah daun kacang tanah memiliki
jumlah yang banyak dibandingkan tanaman jagung. Pada minggu ke 6 dan 7
beberapa tanaman jagung tumbuh buah dan bunga, begitupula pada tanaman
kacang tanah sudah tumbuh bunganya.
Dapat dilihat pula dengan menggunakan metode pola tumpang sari ini
tanaman jagung dan kacang tanah yang di tanaman menghasilkan produksi
tanaman yang baik serta mengurangi resiko kegagalan panen. Jika salah satu
komoditi gagal dalam pembudidayaan,atau atau tanamannya banyak diserang oleh
hama dan penyakit,dapat digantingan oleh tanaman yang diselakan.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Teknik budidaya tumpangsari jagung dan kacang tanah meliputi pembersihan
lahan, penanaman, pemeliharaan (meliputi penyiraman, penyulaman,
pemupukan, penyemprotan, pestisida, pembumbunan), dan pemanenan.
2. Pertumbuhan tanaman jagung dan kacang tanah semakin meningkat seiring
bertambahnya umur tanaman.
3. Tumpangsari jagung dan kacang tanah mendapatkan keuntungan, sehingga
budidaya ini layak untuk dilakukan dan dikembangkan.
4. Tumpangsari bermanfaat untuk lingkungan (hara, air dan sinar matahari)
dalam memperoleh produksi maksimum.
5. Tanaman jagung tumbuh dengan baik karena syarat tanam yangt erpenuhi
serta topografi dan iklim setempat yang mendukung.
5.2. Saran
Seharusnya penanaman jagung dan kacang tanah dilubang yang jangan
terlalu dalam agar mudah menyerap air dan tidak menyulitkan benih untuk
tumbuh.
Universitas Sriwijaya
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, A. 2013. Budi Daya Tanaman Tumpang Sari Jagung (Zea Mays) dan
Kacang Kedelai (Glycine Max L.). http://anarfanabdul.blogspot.com/.
Diakses pada 10 November 2018 pukul 21.09 WIB.
Arief. 2014. Tumpang Sari Tanaman Jagung ( Zea mays) dan Kacang Tanah
(Arhis hipogea). http://arief-parinduri.blogspot.com/2014/12/tumpang-
sari-tanaman-jagung-zea-mays.html. Diakses pada tanggal 10 November
2018 pukul 20.07 WIB.
Hardman and Gunsolus. 1998. Corn growth and development. Extension Service.
University of Minesota. p.5
Universitas Sriwijaya
37
38
Myrna, N.E.F. 2003. Hasil Tanaman Jagung pada Berbagai Dosis dan Cara
Pemupukan pada Lahan dengan Sistem Olah Tanah Minimum. Jurnal
Agronomi. 9(1) : 9-15.
Paliwal, R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: Tropical Maize: Improvement
and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome. p 13-20.
Purwono, et al. 2007. Introdusksi Rumput dan Leguminosa untuk Pakan Ternak
dada Berbagai Tipe Lahan. BPTP : Makassar.
Syafruddin. 2002. Fisiologi efisiensi hara P pada tanaman jagung dalam kondisi
cekaman aluminium. Tesis Pasca Sarjana IPB
Trustinah. 2009. Plasma nutfah kacang tanah: Keragaman dan potensinya untuk
perbaikan sifat-sifat kacang tanah. Bul. Palawija 18:58–65.
Vasal, S.K. 1994. High quality protein corn. In: A. R. Halleuer (Ed.).
Specialtycorns. CRC Press Inc. USA.
Universitas Sriwijaya
39
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
1.3. Pumupukan
Universitas Sriwijaya
40
41
Universitas Sriwijaya
42
Universitas Sriwijaya
43
Universitas Sriwijaya