Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGRESIVITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi SosiaL

Dosen Pengampu

Lukman Ahmad Irfan S.Ag,. M.Pd

Oleh:

1. Muhammad Syifaul Huda (17422130)


2. Hidayatul Fajriah (17422131)
3. Nabiha Khoiri El-Muna (17422134)
4. Nadiya Rahmawati (17422135)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku1 agresif di kalangan remaja,khususnya pelajar sekolah menengah
atas,dari tahun ke tahun semakin meningkat,baik dari jumlahnya maupun
variasibentuk perilaku agresif yang dimunculkan.Data di Poltabes Yogyakarta tahun
2008menunjukkan adanya 78 kasus perilakuagresif remaja dan telah diproses
secarahukum pada tahun 2003 hingga 2006,dengan pelanggaran berupa
penggunaansenjata tajam, penganiayaan, pengeroyok‐an, pencabulan, pemerkosaan,
termasukpencurian dan penggelapan.
Rentang usiapelaku berkisar 12 hingga 18 tahun. SelamaJuli 2006 hingga
April 2008 di Sebuah SMAdi Yogyakarta tercatat 73 laporan penganiayaan,
pemukulan, pengejaran dan pengeroyokan. Sementara di SMA lainnya, setidaknya
tercatat 8 peristiwa serupa yang terjadipada periode September 2007 hingga
April2008. Kondisi ini menunjukkan bahwaterdapat sejumlah siswa yang
memilikiagresivitas yang tinggi dan mereka tidakragu‐ragu untuk menyerang atau
menyakiti orang lain, yang juga menggambarkanbahwa para siswa memiliki kontrol
diri. yang lemah sebagaimana hasil penelitianElfida (1995) yang menyatakan
bahwakemampuan mengontrol diri berhubungannegatif dengan kecenderungan
berperilakudelinkuen, termasuk didalamnya adalahperilaku agresif.
Apa yang disebut dengan agresif, faktor apa saja yang mempengaruhui dan
bagaimana penanganannya. Makalah ini membahas mengenai beberapa hal tengang
agresivitas.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Agresif
2. Teori Agresif
3. Faktor Penyebab terjadinya agresi
4. Cara mengurangi perilaku AgresifT

C. ujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui definisi dan teori dari Agresif
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya agresiv
2
3. Mahasiswa mampu mengendalikan diri dan mengurangi perilaku agresif

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Agresivitas
Agresivitas sering kali diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk
melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Definisi yang hampir sama juga
disampaikan oleh Brehm dan Kassin (1997) dan Taylor, Peplau, dan Sear (1998).
Dengan redaksi yang tidak jauh berbeda, Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan
agresivitas sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk membahayakan
orang lain. Selain agresivitas, ada istilah lain yang sering dipakai, yaitu, kekerasan
atau violence. Kekerasan sebetulnya agresivitas juga, namun dengan intensitas dan
efek yang lebih berat daripada agresivitas (Bushman & Bartholow, 2010). Agresivitas
menyebabkan si korban mengalami luka serius, ataupun meninggal dapat
dikategorikan sebagai kekerasan. Namun, definisi seperti itu bukan tanpa kontroversi.
Jadi agresivitas adalah perilaku sosial yang memiliki maksud untuk melukai
atau menyakiti orang lain, baik secara fisik, jasmani dan menyebabkan kerugian dan
kerusakan dan dapat menimbulkan munculnya perilaku antisosial.
1. Teori teori agresivitas
Banyak ahli yang mengemukakan teori tentang agresi. Teori agresi, menurut
para ahli ada yang berpendapat bahwa agresi adalah sebuah perilaku yang diturunkan
(biologis), agresi adalah sebuah perilaku yang di pelajari (lingkungan) ataupun
perilaku agresi karena hasil dari sebuah keputusan (kognitif).
Menurut Sarwono (2002), teori agresi terbagi dalam beberapa kelompok,yaitu:
a. Teori Bawaan
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori
Biologi
b. Teori Naluri --- Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan
bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau
tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks
berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi
mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada dalam alam
ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut Id
yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip
kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain dari
4
kepribadian yang dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang
ada dalam masyarakat dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.
c. Teori Biologi --- Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari
proses faal maupun teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah
proses tertentu yang terjadi otak dan susunan saraf pusat. Menurut tim
American Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih
banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosteron meningkat
sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada
remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan penyalah
guna obat dibanding pada remaja dan dewasa biasa.
d. Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi
terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.
e. Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu: agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi
artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan
teori tersebut, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
f. Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu: frustrasi menimbulkan kemarahan dan
emosi, kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber
frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang
menimbulkan frustrasi itu.
g. Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar.
Bandura menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang
berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk
dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat
dipelajari dan terbentuk pada individu- individu hanya dengan meniru atau
mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model yang
diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
h. Teori Kognitif
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam
membuat penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi),
penilaian, dan pembuatan keputusan.

B. Faktor-fakor yang mempengaruhi Agresi

5
Baron dan Branscombe (2012) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi
seseorang bertindak agresif, yaitu :
1. Faktor sosial
Faktor sosial terdiri dari frustasi (frustation), provokasi langsung dariorang lain
(direct provocation) berupa cemoohan, kritikan ataupuncandaan yang bersifat
kasar dan menghina, serta adanya pengaruh mediamassa (media violence) seperti
tayangan kekerasan melalui televisi,film,game, dan sebagainya
2. Faktor budaya (cultural)
Agresivitas yang disebabkan oleh faktor budaya, dipengaruhi olehbeberapa hal,
yaitu (1) kehormatan pada budaya, dimana sebagian negaracenderung
memperbolehkan adanya tindakan yang mengandung unsuragresivitas atas nama
kehormatan bagi negaranya, (2) Kecemburuanseksual, yang terkait dengan
perselingkuhan ataupun perasaan dihianati, serta (3) peran laki-laki, dimana
terdapat beberapa negara yangmengkaitkan kejantanan seorang laki-laki dengan
menantangnya untukmelakukan tindakan yang mengandung unsur agresivitas.
3. Faktor pribadi atau personal
Agresivitas yang disebabkan oleh faktor pribadi, dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu kepribadian, narsis, dan perbedaan jenis kelamin.
4. Faktor situasi
Agresivitas yang disebabkan oleh faktor situasi, dipengaruhi olehbeberapa hal,
yaitu : suhu yang panas dan konsumsi alkohol.
Sementara Mundia (2006) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku agresif, antara lain :
1. Faktor biologis
Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa anak laki-laki
memilikitendensi perilaku agresif yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.
2. Karakteristik Individual
Karakteristik pribadi seseorang dapat berkontribusi pada adanya
perilaku agresif. Seperti tempramental, kemampuan sosial yang rendah,
sensitif dan mudah tersinggung dengan perilaku orang lain, serta adanya
ketidakmampuan dalam menemukan solusi non-agresif pada konflik
yang dihadapi
3. Keluarga dan lingkungan rumah
Adanya pola asuh orang tua yang terlalu otoriter dan keras dalam
6
mendidik anak, menyebabkan anak menjadi cenderung membangkang
4. Lingkungan sekolah
Adanya peran guru dalam mengajar yang cenderung tidak
menyenangkan, seperti bersikap koersif maupun diktator, serta sikap guru
yang kasar, dapat menjadi contoh (modelling) bagi siswa untuk
berperilaku serupa.
5. Pengaruh teman sebaya
Berteman dengan teman yang memiliki sikap dan perilaku antisosial,
dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berperilaku serupa melalui
adanya modelling pada sikap kasar teman sebaya tersebut
6. Kekerasan media
Banyak penelitian yang menyebutkan adanya pengaruh besar dari
adanya paparan media elektronik seperti tayangan televisi, game,
maupun internet, yang menyebabkan berkembangnya perilaku agresif
pada anak maupun remaja. Anak-anak yang sering menyaksikan
tayangan yang bersifat kekerasan ataupun memainkan permainan yangterdapat
unsur adegan kekerasan fisik.
7. Komunitas dan faktor sosial
Adanya toleransi dan penerimaan masyarakat di sekitar anak terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan di lingkungan sosial menyebabkan
anak menjadi cenderung bersikap agresif, karena menganggap hal
tersebut wajar untuk dilakukan.

C. MENGURANGI PERILAKU AGRESIF


Dua langkah dalam mengurangi perilaku agresif yakni
1. Catharsis
Katarsi smerupakan pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan
melampiaskannya dalam dunia nyata. Teori katarsis menyatakan bahwa
pemberian kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah
untuk berperilaku keras (dalam aktivitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak
merugikan, akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk
melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori katarsis, Baron dan
Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa katarsis bukanlah merupakan
instrumen yang efektif untuk mengurangi agresi yang bersifat terbuka. Penelitian
7
Robert Arms dan kawan-kawan melaporkan bahwa penonton sepak bola gaya
Amerika, gulat, dan hoki ternyata malah semakin menunjukkan sifat kekerasan
setelah menonton pertandingan olah raga itu dibanding sebelum menonton.
2. A Learning Sosia approach
Jika perilaku agresif dapat dipelajari maka ada kemungkinan untuk
mengontrolnya. Hampir semua agresifitas bersifat dari desakan hati, agresif yang
memanas, karena hasil dari sebuah argumen, hinaan, atau serangan. Dengan
demikian kita dapat mencegah sebelum agresifitas itu terjadi. Kita harus belajar
strategi-2 resolusi konflik non-agresi. Hukuman bagi pelaku agresif tidak terlalu
efektif karena strategi ini akan berhasil hanya dibawah situasi tertentu.

8
BAB III

KESIMPULAN

A. Agresi adalah tingkah laku individu yang di tunjukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang dilakukan dengan sengaja dan didasarkan
atas faktor-faktor tertentu. Teori-teori tentang agresi di bagi dalam dua
kategori utama yaitu teori-teori yang berpandangan bahwa agresi bersifat
naluriah atau merupakan kodrat bawaan manusia.
B. Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengomunikasikan diri
kepada orang lain.
C. Pada dasarnya, emosi bukan sekedar suatu reaksi umum, namun
merupakan reaksi spesifik pula.
D. Manusia bersifat damai hanya terdapat manusia lain dalam kelompok
kecinya saja, misalnya terhadap sesama anggota clan. Sebaliknya manusia
memusuhi orang-orang dari luar kelompoknya dan ingin menghancurkan
mereka untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya sendiri

9
DAFTAR PUSTAKA
Dayaksini, tri & Hudaniah. 2015. Psikologi Sosial.Malang: UMM press
Mahmudah, Siti. 2012. Psikologi Sosial Teori dan Model Penelitian. Malang:UIN Maliki
PRESS
https://www.psychologymania.com/2012/06/teori-teori-agresi.html
Fajri, Reza. 2014. https://www.academia.edu/6924556/Agresivitas_-_PSISOS. 29 November
2019.

https://www.pdfdrive.com/bab-ii-tinjauan-pustaka-a-agresivitas-1-pengertian-agresivitas-
agresivitas-adalah-perilaku-e95233909.html

10

Anda mungkin juga menyukai