Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala
besar.Salah satu sistem koloid yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan dalam
industri adalah jenis emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,
sehinggkan dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya
sehingga antara zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau
keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan
campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal
sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu
terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera
contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang
menggunakan pengemulsi gelatin. Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting
untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem
emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat – zat pengemulsi
apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui
faktor – faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat
pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi. Sistem
emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun
dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja
diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan
persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari dan industri.
1.2.Tujuan
 Untuk mengetahui bagaimana cara membuat emulsi minyak yang baik.
 Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi emulsi minyak ikan sesuai
ketentuan.
 Untuk mengetahui apakah emulsi minyak ikan yang dibuat sudah memenuhi
persyaratan atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Emulsi


Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair
dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur,
biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir – butir ini
bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang
terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan
komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat
pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin,
sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera
(emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau
buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya
merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu
tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan
menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak
diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal
yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau
krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%.
Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase
eksternal setengah padat (Anonim, 1995).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama
surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi
kecepatan pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan
pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan
yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada
kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat,
terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin
besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi
minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur
dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat
fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn
pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam
seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995).
Masing – masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga
mempunyai nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut:
a) Emulsi gas (aerosol cair )
Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan
medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya hairspray, dimana
dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan
pendorong atau propelan aerosol
b) Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun
pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua
fase bersifat polar dan non polar.Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2
jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai
fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air atau emulsi air
dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air
dalam minyak.
c) Emulsi padat
Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase
pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel
elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat
sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen
yang kuat.
Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat
contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat
secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl
pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul – molekul asam silikat
yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel.
Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak
Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak
yang hidrofobik.
2. Emulsi M/A yaitu butiran – butiran minyak terdispersi dalam air
Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan
adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi
dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulgator berarti telah
menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan
energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi
bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.
Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu,
ditentukan gaya – gaya:

 Gaya tarik – menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini
menyebabkan partikel – partikel koloid membentuk gumpalan lalu
mengendap
 Gaya tolak – menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda elektrik
yang muatannya sama saling bertumpukan.
Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada
beberapa macam yaitu sebagai berikut :
 Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau
sebuah agregat
 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga
terjadi pencampuran
 Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada
daerah permukaan dan dasar
 Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan
viskositas
 Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga
hilang karena pengaruh suhu. (Ladytulipe, 2009)

Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami


kerusakan (Demulsifikasi) dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor
suhu, rusaknya emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini
akan dapat menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau
membentuk krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan
menambahkan elektrolit guna pemisahan karet dalam lateks yaitu
menambahkan asam format asam asetat. (Nuranimahabah,2009)

2.2 Mekanisme Secara Kimia Dan Fisika


a. Mekanisme secara kimia
Mekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan
minyak. Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila
suatu pengemulsi ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air
dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang
digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi
tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan
hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan
yang hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil.
b. Mekanisme secara fisika
Secara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga
misalnya dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase
terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Ian,
2009)
2.3 Teori Terjadinya Emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori
tersebut ialah :
a. Teori tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut
dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar
molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi.Daya kohesi suatu zat
selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface
tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan
bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”.
Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas.
“interface tension”. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk
tercampur. Tegangan yang terjadi dapat air akan bertambah dengan
penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organic tertentu antara lain sabun
(sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan
menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
b. Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya
kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat
suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka minyak atau
mudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua :
 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
 Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang


disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam
minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara
minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan
membuat suatu kesetimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki harga
keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal
dengan istilah H.L.B, (Hydrophyl Lipophyl Belance) yaitu angka yang
menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan kelompok
hidrofil. Semakin besal HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka
pada air itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya.

Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator ditinjau
dari harga HLB-nya.

Tabel Harga HLB

HARGA HLB KEGUNAAN


1–3 Anti foaming agent
4–6 Emulgator tipe w/o
7–9 Bahan Pembasah (wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 – 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)

Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai


HLB yang dikehendaki dan menentukan nilai HLB campuran dapat dilakukan
perhitungan seperti tersebut dibawah ini.
a. Menentukan komposis campuran emulgator
Contoh: Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe w/o ditentukan emulgator
sesuai dengan nilai HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20
(HLB 8,6) dan tween 20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Bahan gram
masing-masing berat span 20 dan Tween 20?
Jawab :
Rumus I (x−HLBb)
A% B = × 100 %
HLBa−HLBb

B % a = (100% - A %)
Keterangan :
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB Tinggi
B = Harga HLB Rendah
(12−8,6)
% Tween =
(16,7−8,6)
× 100% = 42%
42
× 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100% - 42 % = 58%
58
× 5 gram = 2,9 gram
100
b. Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan
Contoh :
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :
70
Tween 80 = × 15 = 10,5
100
30
Span 80 = × 4,5 = 1,35 +
100

HLB Campuran = 11,85


c. Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air
dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah :
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup
semua partikel dengan segera.
d. Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,
sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan
dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan.
Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan
melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena
susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang
mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesame partikel
akan tolak menolak. Dan stabilitas akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di
bawah ini:
 Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
 Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya
Keuntungan emulsi:
1. Sifat teurapetik dan kemampuan menyabar konstituen lebih meningkat
2. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi
3. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol
4. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar
5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emulsi

Kerugian emulsi:

1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet


2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan
tablet karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri
3. Takaran dosisnya kurang teliti
2.4 Bahan Pengemulsi (Emulgator)
A. Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.
Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak
bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus
selalu ditambah bahan pengawet.
 Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum.
Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental.
Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2
faktor yaitu :

 Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)


 Terrbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju
pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah
dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab
menggunakan gom arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom,
diaduk keras dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air
sisanya. Selain itu dapat disebutkan :
 Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak
padat
Cara pembuatan : Lemak padat dilebur lalu ditambahkan
gom, buat corpus emulsi dengan air panas 1,5 X berat
gom. Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin.
Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
 Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri
 Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali
oleum ricini karena memiliki gugus OH yang bersifat
hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan
1/3 nya saja.
Contoh : Oleum amygdalarum
 Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut
dalam minyak lemak. Kedua minyak dicampur dulu, zat
padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom ( ½ x
myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
 Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform,
bromoform : Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka
BJ campuran mendekati satu. Gom sebanyak ¾ kali bahan
obat cair.
 Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
 Oleum Iecoris Aseli
Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

 Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk
memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan
trgacanth sebanyak 1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya
bekerja optimum pada pH 4,5 – 6. Tragacanth dibuat corpus emulsi
dengan menambahkan sekaligus air 20 x berat tragacanth.
Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak dapat
membentuk koloid pelindung.
 Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada
umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari
emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar tersebut
dilarutkan dengan air mendidih Kemudian didinginkan pelan-pelan
sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila suhunya kurang dari
45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya digunakan 1-
2 %.
 Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat
menutup rasa dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan
dilakukan seperti pada agar.
2. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

a. Emulgator alam dari hewan


1. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe
o/w. Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya
dan minyak menguap dua kali beratnya.

2. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o
dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator
ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam
keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.
b. Emulgator alam dari tanah mineral.
1. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam
magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk
adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah
sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.
2. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert
gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.
B. Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit.
Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung
dari valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium,
merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal
sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.
 Tween 20 : 40 : 60 : 80
 Span 20 : 40 : 80
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
 Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
 Kationik : senyawa ammmonium kuartener
 Non Ionik : tween dan span.
 Amfoter : protein, lesitin.

2.5 Kestabilan Emulsi


Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa
berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan,
maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi
emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya
ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda
elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.

Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.

Sedangkan bentuk – bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa
macam yaitu sebagai berikut :
 Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak
tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok –flok atau sebuah
agregat
 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga
terjadi pencampuran.
 Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada daerah
permukaan dan dasar
 Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan
viskositas
 Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang
karena pengaruh suhu.

2.6 Alat-Alat Yang Digunakan Untuk Pembuatan Emulsi


a. Dengan Mortir dan Stampel
Sering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecil
b. Botol
Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam
botol pengocokan dilakukan terputus – putus untuk memberi kesempatan
emulgator bekerja.
c. Mixer
Partikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang
didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.
d. Homogenizer
Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga
partikel mempunyai ukuran yang sama.
2.7 Metode Pembuatan Emulsi
a) Metode gom basah (Anief, 2000)
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan
metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang
kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan
pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara
bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan.
b) Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat
pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus
emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan
sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya
suatu emulsi yang baik.
c) Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan
yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu
dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan
pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase
internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.
Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara
9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.
Hidrophilic – Lipophilic Balance yang disingkat dengan HLB
menggambarkan rasio berat gugus hidrofilik dan lipofililik didalam molekul
emulsifier. Niai HLB suatu emulsifier dapat ditentukan dengan salah satu
metode titrasi, membandingkan struktur kimia molekul, mencari korelasi
dengan nilai tegangan permukaan struktur kimia molekul, mencari korelasi
dengan nilai tegangan permukaan dan tegangan interfasial, koefisien
pengolesan, daya larut zat warna, konstanta dielektrika dan dengan teknik
kromatografi gas – cairan.

2.8 Metode Pengujian Emulsi


Emulsi yang dibuat harus diketahui tipenya . Ada 5 cara untuk mengetahui tipe
emulsi yaitu
a) Cara pengenceran
Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini
hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi
tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M
b) Cara Pewarnaan
Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air
(M/A). contoh : metilen-blue.
c) Penggunaan Kertas Saring
Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe
emulsi A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A .
d) Cara Flouresens
Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A
flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya
sempurna.
e) Hantaran Listrik
Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena
adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak A/M tidak
dapat menghantarkan arus listrik
BAB III
PRAFORMULASI
EMULSI MINYAK IKAN

3.1 Acuan Formula


a. Formularium Nasional Hal 217
OLEI IECORIS EMULSUM
Emulsi Minyak Ikan
Oleum Iecoris Asellis 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt VI
Aqua destillata hingga 215 g
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Dosis 3 kali sehari 15 ml.
Catatan
1. Serbuk Gomarab dapat diganti dengan emulgator lain.
2. Ditambahkan zat pengawet yang cocok.

b. Rancangan Formula
R/ Ol iecoris 40 %
Gum Arab 12 %
Asam Sitrat 5%
Asam Benzoat 0,15 %
Gliserin 40 g
Sirupus Simplex 20 g
Ol. Citrus 20 gtt
Aquadest ad 200 ml

c. Alasan Penambahan
1. Oleum lecoris
Fungsinya : Sebagai zat aktif
2. Gom Arab
Fungsinya : Sebagai emulgator dengan konsentrasi 10-20 %
Alasan penambahan: Dipilih gom arab, karena memiliki daya sebagai
emulgator yang baik sehingga dapat menghasilkan emulsi yang baik, serta
viskositas yang dihasilkan cukup tinggi
3. Gliserin
Fungsinya : Sebagai stabilisator emulsi dan kosolven
Alasan penambahan: Digunakan gliserin dalam formulasi karena gliserin
memiliki multi fungsi selain sebagai stabilisator emulsi, gliserin juga
dapat berfungsi sebagai pengawet, pemanis, dan juga dapat meningkatkan
viskositas.
4. Asam sitrat
Fungsinya : Sebagai penambah rasa
Alasan penambahan: Dapat memberikan sensasi asam pada sediaan
sehingga rasa tidak enak pada minyak ikan dapat ditutupi oleh asam sitrat
dan memberikan sensasi rasa jeruk.
5. Asam benzoate
Fungsinya : Sebagai pengawet
Alasan penambahan : Digunakan asam benzoate sebagai pengawet karena
baik untuk penggunaan oral dan tidak OOT dengan bahan lain.
6. Sirupus simplex
Fungsinya : Sebagai pemanis
Alasan penambahan: Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat
aktif serta untuk meningkatkan penerimaan konsumen. Penambahan
sirupus simplex juga dapat menaikkan viskositas dari sediaan suspensi.

d. Uraian Bahan
1. Oleum Iecoris Asellis
Nama Resmi OLEUM IECORIS
Nama Lain Minyak Ikan
Pemerian Cairan; kuning pucat; bau khas, agak manis, tidak tengik,
rasa khas.
Kelarutan Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari
cahaya.
K/P Sumber vitamin A dan vitamin D.

2. Glycerolum
Nama Resmi GLYCEROLUM
Nama Lain Gliserol; Gliserin
Pemerian Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan
beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga
suhu mencapai lebih kurang 200.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P;
praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan
dalam minyak lemak.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Zat tambahan.

3. Gummi Arabicum
Nama Resmi GUMMI ACACIAE
Nama Lain Gom Akasia; Gomarab
Pemerian Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.
Kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental
dan tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Zat tambahan

4. Oleum Cinnamomi
Nama Resmi OLEUM CINNAMOMI
Nama Lain Minyak Kayumanis
Pemerian Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas.
Jika disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P;
opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi
larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak
nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 natrium klorida 0,02 N
dan 50 ml air.
Penyimpanan Dalam wadah tetutup rapat, terisi penuh, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk.
K/P Zat tambahan; karminativum.

5. Aqua destillata
Nama Resmi AQUA DESTILLATA
Nama Lain Air Suling
Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Pelarut
e. Perhitungan Bahan
1. Oleum Iecoris 40% = 40/100 x 200 ml = 80 g
2. Gum Arab 12% = 12/100 x 200 ml = 24 g
3. Air Untuk Gum Arab 2,5 ml x 24 g = 60 g/ml
4. Asam Sitrat 5% = 5/100 x 200 ml = 10 g
5. Asam Benzoat 0,15% = 0,15/100 x 200 ml = 0,3 g
6. Gliserin 40 g
7. Sirupus Simplex 20 g
8. Oleum Citrus 20 gtt
9. Aquadest ad 200 ml
f. Cara Kerja
1) Dikalibrasi botol dengan volume 200 ml
2) Ditimbang PGA sebanyak 24 g
3) Ditimbang minyak ikan di atas cawan, dimasukkan ke dalam lumpang.
4) Diteteskan dengan oleum cinnamomi, diaduk, ditambahkan PGA,
digerus ad homogeny ditambahkan air untuk PGA aduk ad homogen.
5) Diencerkan dengan gliserol sedikit demi sedikit, lalu digerus.
6) Dimasukkan ke dalam botol, dibilas lumping dengan aquades.
7) Dicukupkan volumenya ad 200 ml.
8) Diberi etiket dan label kocok dahulu.
g. Pengujian
1. Uji Organoleptik
Dilakukan dengan mengamati :
 Bentuk
 Warna
 Bau
 Rasa
2. Uji Tipe Emulsi
 Dengan pengenceran fase
Diencerkan dengan air
Tipe O/W: jika ditambahkan air emulsi tidak akan pecah
Tipe W/O: jika ditambahkan air emulsi akan pecah
 Dengan kertas saring
Diteteskan sedikit pada kertas saring
Tipe W/O: meninggalkan noda pada kertas saring
Tipe O/W: tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas
saring
3. Uji Viskositas
Cara Kerja
o Disiapkan viskometer ostwald yang sudah dibersihkan
- Air
o Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang
yang besar
o Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan
pipet volume, dan tutup lubang viskometer yang besar.
o Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer
yang besar dibuka, hitung dan catat waktu larutan turun dari
tanda batas atas hingga tanda batas bawah (Hasil I)
- Emulsi Minyak Ikan
o Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang
yang besar
o Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan
pipet volume, dan tutup lubang viskometer yang besar.
o Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer
yang besar dibuka, hitung dan catat waktu larutan turun dari
tanda batas atas hingga tanda batas bawah (Hasil II)
Hasil I ( t air) dan II (t sediaan)
4. Uji Volume Terpindahkan
- Tuang sediaan dalam gelas ukur
- Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak
5. Uji pH
- Dimasukkan kertas pH
- Tunggu beberapa saat
- Diamati kertas pH tersebut
- Dibandingkan dengan indikator pH kemasan
- Diamati warna yang terjadi
Jika pH>7 = basa
pH=7 = netral
pH<7 = asam
6. Uji Perubahan Warna
Diamati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-
1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5.
7. Uji Perubahan Volume
Diamati perubahan volume yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari
ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5.
8. Etiket = 3 x Sehari 15 ml
9. Brosur
10. Kemasan
11. Nama Dagang
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria
(emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak
lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur.
Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat – sifat emulsi,
stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil
sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai
contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator
yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari
pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari
asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan
dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htm di akses (23-10-2014)


 Ian, 17 Januari 2009 , sistem koloid http://blogkita.info/tag/emulsi/ (diakses 23-10-
2014)
 Ibnuhayyan, 10 September 2008, colloid-chemistry
http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Ladytulipe, 4 januari 2009 , Emulsi
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/ (diakses 24-10-2014)
 Nuranimahabah, 16 Mei 2009, koloid suspense larutan (kimia)
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
(diakses 23-10-2014)
 Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,
Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai