In Slimline logging, the tool is usually referred to as a sonde, and the log is normally made

with the sonde moving out of the borehole (which allows for greater control over the logging
speed). The weight of the sonde is carried by an armoured steel cable or wireline, and the
electrical signals brought to the surface through one or more conducting wires within the
wireline.
Dalam Slimline logging, alat ini biasanya disebut sebagai sonde, dan log biasanya dibuat
dengan sonde bergerak keluar dari lubang bor (yang memungkinkan kontrol yang lebih besar
terhadap kecepatan logging). Berat sonde dilakukan oleh kabel baja lapis baja atau kabel, dan
sinyal listrik dibawa ke permukaan melalui satu atau lebih kabel penghantar di dalam kawat
tersebut.
A winch mounted in the surface logging unit controls movement of the sonde into and out of
the borehole. The logging unit also supplies power to the sonde, takes the electrical signals
from the wireline, processes them, then displays and records the results as a log. Modern
logging units are also capable of analysing the data, and presenting evaluated results or
answer products.
Sebuah winch yang dipasang di unit logging permukaan mengontrol pergerakan sonde ke dan
keluar dari lubang bor. Unit logging juga memasok daya ke sonde, mengambil sinyal listrik
dari kabel, memprosesnya, kemudian menampilkan dan mencatat hasilnya sebagai log. Unit
logging modern juga mampu menganalisis data, dan menyajikan hasil yang dievaluasi atau
menjawab produk.

1.2 A Brief History Of Slimline Logging

1.2 Sejarah Singkat Logging Slimline
Small diameter logging tools have been used by the extractive industries for many years, but
it was their use in coal exploration and evaluation during the 1970s and 80s that produced a
dramatic growth in the number and variety of tools. It was during this period that BPB (now
Reeves Wireline) coined the phrase "Slimline Logging", a term now synonymous with small
tool logging.
Alat logging berdiameter kecil telah digunakan oleh industri ekstraktif selama bertahun-
tahun, tetapi penggunaannya dalam eksplorasi dan evaluasi batubara selama tahun 1970-an
dan 80-an yang menghasilkan pertumbuhan dramatis dalam jumlah dan beragam alat. Itu
selama periode ini bahwa BPB (sekarang Reeves Wireline) menciptakan frase "Slimline
Logging", sebuah istilah yang sekarang identik dengan logging alat kecil.
Early tools were used primarily to determine depth to coal seams and seam thickness. As
tools became more sophisticated, more quantitative analysis became possible. Coal ash
content, roof and floor rock strength, and sedimentary dip were all routinely evaluated from
logs.
Alat awal digunakan terutama untuk menentukan kedalaman lapisan batubara dan ketebalan
lapisan. Ketika alat menjadi lebih canggih, analisis kuantitatif menjadi lebih mungkin.
Kandungan abu batubara, kekuatan atap dan lantai batuan, dan kemiringan sedimen
semuanya secara rutin dievaluasi dari log.
The dramatic growth in the availability and sophistication of Slimline tools meant that they
became increasingly common in non-coal applications - base and precious metal deposit
evaluation, iron ore, evaporite evaluation, geotechnical and civil engineering work,
environmental and hydrogeological logging, tar sands and oil shale evaluation accounting for
much of these.
Pertumbuhan dramatis dalam ketersediaan dan kecanggihan alat Slimline berarti bahwa
mereka menjadi semakin umum dalam aplikasi non-batubara - evaluasi deposit logam mulia
dan dasar, bijih besi, evaluasi evaporite, pekerjaan geoteknik dan teknik sipil, logging
lingkungan dan hidrogeologi, pasir tar dan evaluasi serpih minyak terhitung untuk sebagian
besar dari ini.
In all these applications, the ability of the technique to produce a continuous and objective
record of subsurface formations is its greatest asset. It removes many of the uncertainties
associated with the interpretation of chipping records and incomplete core.
Dalam semua aplikasi ini, kemampuan teknik untuk menghasilkan catatan yang terus-
menerus dan objektif dari formasi bawah permukaan adalah aset terbesarnya. Ini
menghilangkan banyak ketidakpastian terkait dengan interpretasi catatan chipping dan inti
tidak lengkap.
By the 1980s the specialised nature of minerals logging meant that Slimline equipment was in
many important respects different to its larger or "conventional" oilfield counterpart.
However, in the 1990s as oil companies all over the world struggled to reduce their costs,
small diameter oil wells became increasingly common.
Pada 1980-an sifat khusus dari mineral logging berarti bahwa peralatan Slimline dalam
banyak hal berbeda dengan rekan ladang minyaknya yang lebih besar atau "konvensional".
Namun, pada 1990-an ketika perusahaan minyak di seluruh dunia berjuang untuk mengurangi
biaya mereka, sumur minyak berdiameter kecil menjadi semakin umum.
In order to evaluate these smaller wells, a new generation of compact equipment has evolved
incorporating many of the sophisticated communications and processing techniques used in
larger tools. This is starting to blur the distinction between conventional and Slimline
equipment.
Untuk mengevaluasi sumur-sumur yang lebih kecil ini, generasi baru peralatan kompak telah
berevolusi menggabungkan banyak komunikasi canggih dan teknik pemrosesan yang
digunakan dalam peralatan yang lebih besar. Ini mulai mengaburkan perbedaan antara
peralatan konvensional dan Slimline.

1.3 Applications
The reasons given for running logs invariably include one or more of the following:

♦ depth to lithological boundaries

♦ lithology identification

♦ minerals grade/quality

♦ inter-borehole correlation

♦ structure mapping

♦ dip determination

♦ rock strength
 ♦ in-situ stress orientation

♦ fracture frequency

♦ porosity ♦ fluid

salinity

Alasan yang diberikan untuk menjalankan log selalu mencakup satu atau lebih
hal berikut ini:
♦ kedalaman hingga batas litologis
♦ identifikasi litologi
♦ mineral kelas / kualitas
♦ korelasi antar-lubang bor
♦ pemetaan struktur
♦ penentuan kemiringan
♦ kekuatan batu
♦ orientasi stres in-situ
♦ Frekuensi fraktur
♦ porositas
♦ salinitas cairan

1.4 Surface Equipment

1.4 peralatan permukaan
1.4.1 Winch And Depth Control
1.4.1 Kontrol Winch Dan Kedalaman Commented [A1]: Winch adalah alat atau sebuah piranti
yang digunakan untuk menarik beban secara horizontal.
Slimline surface systems need to be self-contained, typically skid-mounted for ease of
transportation. For land work, they are normally housed in a vehicle, whilst for offshore or
remote location work they are placed in a small cabin (dog box) or on a skid suitable for
helicopter lifting.
Sistem permukaan Slimline harus mandiri, biasanya dipasang selip untuk kemudahan
transportasi. Untuk pekerjaan darat, mereka biasanya ditempatkan di dalam kendaraan,
sementara untuk pekerjaan di lepas pantai atau lokasi terpencil mereka ditempatkan di kabin
kecil (kotak anjing) atau di selip yang cocok untuk mengangkat helikopter.
Land units require some level of off-road capability. Their size is governed by the deepest
borehole likely to be logged, since this dictates the size of winch, and indirectly the number
of tools it is likely to carry.
Satuan lahan membutuhkan beberapa tingkat kemampuan off-road. Ukuran mereka diatur
oleh lubang bor terdalam yang kemungkinan akan dilogging, karena ini menentukan ukuran
winch, dan secara tidak langsung jumlah alat yang kemungkinan akan dibawa.
The winch itself comprises a cable drum, motor and gearbox. The motor is typically electric,
and together with the gearbox must be capable of running a tool into and out of a borehole
quickly, and of winding the cable slowly and smoothly during data acquisition.
Winch itu sendiri terdiri dari drum kabel, motor dan gearbox. Motor biasanya listrik, dan
bersama-sama dengan gearbox harus mampu menjalankan alat masuk dan keluar dari lubang
bor dengan cepat, dan berkelok-kelok kabel secara perlahan dan lancar selama akuisisi data.

Cable diameters between 0.1 and 0.25 inches are used; selection is controlled by cable length
and the load it needs to carry. Most cables are monocore, that is they contain a single
electrical conductor. Signals are taken from the cable by slip rings on the drum spindle.
The length of cable wound to or from a drum is measured with a depth wheel over which the
cable passes; as the wheel rotates it interrupts a magnetic field or light beam producing a
series of electronic pulses. These are interpreted by the depth control system, and converted
to linear depth. Setting the tool depth to zero at a surface datum point allows borehole depth
to be read continuously as cable is spooled in and out - Figure 1.2.

Diameter kabel antara 0,1 dan 0,25 inci yang digunakan; pemilihan dikontrol oleh panjang
kabel dan beban yang harus dibawa. Sebagian besar kabel monocore, yaitu mengandung
konduktor listrik tunggal. Sinyal diambil dari kabel dengan cincin selip pada spindel drum.

Panjang luka kabel ke atau dari drum diukur dengan roda kedalaman yang dilewati kabel;
ketika roda berputar itu menginterupsi medan magnet atau sinar yang menghasilkan
serangkaian pulsa elektronik. Ini ditafsirkan oleh sistem kontrol kedalaman, dan dikonversi
ke kedalaman linier. Mengatur kedalaman pahat ke nol pada titik datum permukaan
memungkinkan kedalaman lubang bor dibaca terus-menerus karena kabel tergulung masuk
dan keluar - Gambar 1.2.
 POWER LOGGING
SUPPLY SKID UNIT

WINCH & SONDE &

DISPLAY
DEPTH DEPTH
SCREEN
CONTROL INTERFACE
SYSTEMS SYSTEMS

WINCH, SLIP
RINGS & COMPUTER KEYBOARD
CABLE
DRUM

WIRELINE
PRINTER/ DATA
CABLE &
PLOTTER STORAGE
CABLE
HEAD

LOGGING
TOOL
(SONDE)

Figure 1.2 Schematic of wireline logging surface and downhole equipment

Figure 1.3 shows the arrangement for logging boreholes over which the drill rig still stands;
boreholes over which there is no rig are logged with the arrangement shown in Figure 1.4.

Gambar 1.3 menunjukkan pengaturan untuk lubang bor logging di mana rig pengeboran
masih berdiri; lubang bor di mana tidak ada rig dicatat dengan pengaturan yang ditunjukkan
pada Gambar 1.4.
Figure 1.3 Typical wireline logging setup in a deep mine environment using a gamma
ray, density and caliper tool
using a gamma ray, density and caliper sonde

1.4.2 Data Acquisition and Plotting

1.4.2 Akuisisi dan Perencanaan Data
Signals from the tools are transmitted up the logging cable then decoded and merged with
depth information in the Slimline Computer Interface (SCI) before being passed to the
surface computer for processing. Generally, data at this stage comprises raw transducer
outputs, namely count rates, voltages and so on. These are normalised, and processed into
engineering units (such as such as grams/cc or ohm-m) by the acquisition computer.
Sinyal dari alat ditransmisikan melalui kabel logging kemudian diterjemahkan dan
digabungkan dengan informasi mendalam di Slimline Computer Interface (SCI) sebelum
diteruskan ke komputer permukaan untuk diproses. Secara umum, data pada tahap ini terdiri
dari output transduser mentah, yaitu laju penghitungan, tegangan, dan sebagainya. Ini
dinormalisasi, dan diproses menjadi unit teknik (seperti gram / cc atau ohm-m) oleh komputer
akuisisi.
Normalisation ensures that different tools of the same type give the same processed output
when logged over the same formation, and in the same borehole environment. The logging
industry has historically called this process calibration, and the calibration record is printed as
a calibration table or "tail". Strictly speaking, however, calibration encompasses a broader
range of procedures, and these are discussed in Chapter 2.
Normalisasi memastikan bahwa alat yang berbeda dari jenis yang sama memberikan output
yang diproses sama ketika login formasi yang sama, dan di lingkungan lubang bor yang sama.
Industri logging secara historis menyebut proses ini sebagai kalibrasi, dan catatan kalibrasi
dicetak sebagai tabel kalibrasi atau "ekor". Namun, secara tegas, kalibrasi mencakup
serangkaian prosedur yang lebih luas, dan ini dibahas dalam Bab 2.
The acquisition computer also generates the hard copy plots that are essential for quality
control and quick-look style analysis. The plotting device is typically a high speed thermal
plotter; these have the advantage of not requiring ink (they use heatsensitive paper or film),
and have a minimum of moving parts (which contributes to their reliability).
Komputer akuisisi juga menghasilkan plot hard copy yang penting untuk kontrol kualitas dan
analisis gaya tampilan cepat. Perangkat plotting biasanya adalah plotter termal berkecepatan
tinggi; ini memiliki keuntungan karena tidak memerlukan tinta (mereka menggunakan kertas
atau film yang sangat sensitif), dan memiliki bagian bergerak yang minimum (yang
berkontribusi terhadap keandalannya).
Data and plots generated in this way constitute field data; in the case of simple logging jobs,
this may be the final product. Frequently, however, further processing may be needed, for
example, to merge data from different logging runs, or to generate interpreted results. This is
often done at a base location, and the result is the final log.
Data dan plot yang dihasilkan dengan cara ini merupakan data lapangan; dalam hal pekerjaan
logging sederhana, ini mungkin produk akhir. Namun, sering kali, pemrosesan lebih lanjut
mungkin diperlukan, misalnya, untuk menggabungkan data dari berbagai proses logging, atau
untuk menghasilkan hasil yang ditafsirkan. Ini sering dilakukan di lokasi dasar, dan hasilnya
adalah log akhir.
1.4.3 Data Storage
Digital field data are written to file in a proprietary binary format that makes the most
efficient use of available storage capacity - see Chapter 3. Customer data files are delivered in
one of the internationally recognised formats, this requiring a format conversion from the
field format. Two common digital formats are LIS (Log Industry Standard) and LAS (Log
ASCII Standard). The latter is the most commonly used format, except for image and
waveform data (which have multiple data values per depth increment).
Data lapangan digital ditulis ke file dalam format biner berpemilik yang membuat
penggunaan kapasitas penyimpanan yang tersedia paling efisien - lihat Bab 3. File data
pelanggan dikirim dalam salah satu format yang diakui secara internasional, ini
membutuhkan konversi format dari format bidang. Dua format digital umum adalah LIS
(Standar Industri Log) dan LAS (Standar Log ASCII). Yang terakhir adalah format yang
paling umum digunakan, kecuali untuk gambar dan data bentuk gelombang (yang memiliki
beberapa nilai data per kenaikan kedalaman).
LIS is preferred by the oil business. It handles large volumes of data efficiently, but requires
relatively complex software. It is the prime digital format for image and waveform data.
LIS lebih disukai oleh bisnis minyak. Ini menangani volume data yang besar secara efisien,
tetapi membutuhkan perangkat lunak yang relatif kompleks. Ini adalah format digital utama
untuk data gambar dan gelombang.
LAS is a much simpler digital format accessible to any text editing software or spreadsheet
application. Data are recorded in columns, the first being depth, usually incremented at the
same frequency as the original data, with subsequent columns containing the other log data. A
simple header contains basic identification information.
LAS adalah format digital yang jauh lebih mudah diakses oleh perangkat lunak pengedit teks
atau aplikasi spreadsheet. Data dicatat dalam kolom, yang pertama adalah kedalaman,
biasanya bertambah pada frekuensi yang sama dengan data asli, dengan kolom berikutnya
yang berisi data log lainnya. Header sederhana berisi informasi identifikasi dasar.
Figure 1.5 shows a typical LAS format file listing of 10 cm incremented data acquired from a
gamma ray, caliper, density, sonic and neutron porosity suite of logs. The data from three
logging tools has been merged together prior to the production of the LAS file. The LAS file
in Figure 1.6 is from interactively produced formation dip tadpoles on a Slim Acoustic
Scanner log. Alongside the irregularly incremented depths are formation dip magnitude,
formation dip azimuth and correlation value (in this case, correlation values reflect only any
user inputted tadpole classifications).
Gambar 1.5 menunjukkan daftar file format LAS tipikal dari data yang bertambah 10 cm
yang diperoleh dari gamma ray, caliper, density, sonic dan neutron porosity suite log. Data
dari tiga alat logging telah digabung bersama sebelum produksi file LAS. File LAS pada
Gambar 1.6 adalah dari berudu dip formasi yang dihasilkan secara interaktif pada log Slim
Acoustic Scanner. Di samping kedalaman yang bertambah secara tidak teratur adalah
besarnya kemiringan formasi, nilai kemiringan formasi dan nilai korelasi (dalam hal ini, nilai
korelasi hanya mencerminkan setiap klasifikasi yang dimasukkan pengguna kecebong yang
dimasukkan).
~Version Information
VERS. 2.00: CWLS log ASCII Standard VERSION 2.00
WRAP. NO: One line per depth step
#
#
~Well Information Block
#MNEM.UNIT Data Type Description
#
STRT.M 740.000 :START DEPTH
STOP.M 737.000 :STOP DEPTH
STEP.M 0.100 :STEP NULL.
999.250 :NULL VALUE
COMP. :COMPANY
WELL. :WELL
FLD . :FIELD
LOC . :LOCATION
PROV. :PROVINCE
SRVC. Reeves Wireline :SERVICE COMPANY
DATE. 5FEB1999 :LOG DATE UWI .
:UNIQUE WELL ID
#
#
~Curve Information Block
#MNEM.UNIT API Codes Curve Description
#
DEPT.M 00 001 00 01: DEPTH
GRDE.GAPI 00 000 00 00: GAMMA FROM DENSITY TOOL
CADE.IN 00 000 00 00: CALIPER FROM DENSITY
DENB.G/C3 00 000 00 00: DENSITY SHORT SPACED
MC2F.MS/M 00 000 00 00: 20 CM TRANSIT TIME
RPOR.PERC 00 000 00 00: SANDST NEUTRON POROSITY
#
#
~A Depth GRDE CADE DENB MC2F RPOR
740.000 53.238 3.868 2.869 216.864 27.595
739.900 48.119 3.867 2.909 215.551 23.691
739.800 47.957 3.867 2.983 210.521 22.778
739.700 45.748 3.869 3.027 205.381 25.485
739.600 52.107 3.870 3.019 201.006 29.152
 739.500 48.011 3.872 3.035 199.366 29.897
739.400 49.089 3.870 3.064 201.662 28.789
739.300 52.322 3.870 3.088 2 13.692 26.901
739.200 64.985 3.867 3.102 227.373 25.622
739.100 89.287 3.864 3.270 240.934 23.463
739.000 101.195 3.866 3.819 255.698 22.556
738.900 95.591 3.864 4.743 266.951 24.073
738.800 76.139 3.869 5.282 268.701 24.010
738.700 70.912 3.867 5.046 256.780 23.838
738.600 84.707 3.869 4.057 241.032 23.005
738.500 93.544 3.867 3.218 231.190 23.679
738.400 88.209 3.867 2.824 225.066 24.226
738.300 82.066 3.864 2.788 221.457 22.566 738.200
78.241 3.858 2.830 216.426 24.810
738.100 69.942 3.862 2.870 210.630 25.935
738.000 61.752 3.863 2.913 207.240 25.666
737.900 54.316 3.874 2.882 207.896 25.313
737.800 56.202 3.881 2.880 212.380 24.805
737.700 67.733 3.890 2.862 216.864 25.703
737.600 71.451 3.892 2.926 221.271 24.289
737.500 80.180 3.887 2.919 226.061 24.361
737.400 86.539 3.888 2.886 233.716 22.985
737.300 93.921 3.889 2.833 238.714 22.536
737.200 108.470 3.892 2.780 240.048 24.780
737.100 101.195 3.889 2.799 235.783 25.989
737.000 95.107 3.889 2.820 231.201 28.623

Figure 1.5 Layout of a typical LAS file showing 10 cm incremented curves

~Version Information
VERS. 2.00: CWLS log ASCII Standard VERSION 2.00
WRAP. NO: One line per depth step
#
#
~Well Information Block
#MNEM.UNIT Data Description
#
STRT.M 86.975: :START DEPTH
STOP.M 74.975: :STOP DEPTH STEP.M
0.000: :STEP
NULL. 999.250: :NULL VALUE
COMP. :COMPANY
WELL. :WELL
FLD . :FIELD
LOC . :LOCATION
PROV. :PROVINCE
SRVC. Reeves Wireline :SERVICE COMPANY
DATE. 05FEB1999 :LOG DATE
UWI . :UNIQUE WELL ID
#
#
~Curve Information Block
#MNEM.UNIT Curve Description
#
DEPT.M : DEPTH
DIPA. : DIP ANGLE
AZIA. : DIP AZIMUTH
CORA. : DIP CORRELATION
#
#
~A Depth DIPA AZIA CORA
86.975 59.455 316.257 7.008
86.920 69.515 306.027 15.992
86.760 54.682 343.519 7.008
 86.750 58.593 340.587 15.992
86.725 81.826 301.895 7.008
86.585 82.595 318.608 7.008
86.445 83.362 318.562 7.008
86.370 83.421 316.127 7.008 86.325
44.851 322.441 7.008
86.285 83.293 322.484 7.008
85.410 82.669 355.579 17.992
81.155 86.916 86.378 9.008
81.130 86.889 102.965 15.992
80.800 87.588 286.332 15.992
74.975 85.542 223.582 18.992

Figure 1.6 LAS file listing showing irregularly incremented dip tadpoles ( dip
magnitude, azimuth and classification) from an interactive analysis of Slim
Acoustic Scanner data.

1.5 Downhole Equipment

1.5 Peralatan Lubang Bawah
The downhole end of the cable terminates in a cable head. This is a special connector that
provides rapid electrical and mechanical coupling to the logging tool. It also contains a weak
point that will fail at a pre-determined load, allowing retrieval of the cable in the event of the
tool becoming stuck. In this situation, the tool would be retrieved using special fishing
equipment. he tools themselves typically contain a variety of transducers with their associated
power supplies, measurement systems, analogue-to-digital converters, processors and
communications electronics, encased in a stainless steel pressure casing.
The tools vary in length from about 1m to 6m (about 3ft to 20ft), the longer tools being
divided into sections or subs for ease of handling and transportation.
Ujung downhole kabel berakhir di kepala kabel. Ini adalah konektor khusus yang
menyediakan kopling listrik dan mekanis yang cepat ke alat logging. Ini juga mengandung
titik lemah yang akan gagal pada beban yang ditentukan sebelumnya, memungkinkan
pengambilan kabel jika alat menjadi macet. Dalam situasi ini, alat akan diambil menggunakan
peralatan memancing khusus. alat itu sendiri biasanya berisi berbagai transduser dengan catu
daya yang terkait, sistem pengukuran, konverter analog-ke-digital, prosesor dan elektronik
komunikasi, yang terbungkus dalam selubung tekanan stainless steel.
Alat bervariasi panjangnya dari sekitar 1m hingga 6m (sekitar 3 kaki hingga 20 kaki), alat
yang lebih panjang dibagi menjadi beberapa bagian atau sub untuk memudahkan penanganan
dan transportasi.
Figure 1.7 summarises the range of slimline logging tools and their associated measurements.
Tool Dia. Measurements Open Cased
Fluid Air Fluid Air

DD1 1 7/8 ” Gamma Ray, Long Spaced Density

Bed Resolution Density & Caliper

DD2 1 1/2 ” Gamma Ray, Long Spaced Density

& Bed Resolution Density (or High
Resolution Density)

DD3 1 7/ 8 ” Gamma Ray, Long & Short Spaced

Densities & Caliper

SGS ≤ 3” Spectral Gamma Ray (K, Ur & Th)

DR1 1 11/16” Gamma Ray, Bed Resolution Density,

Micro-Focussed Resistivity & Caliper

MG1 1 7/8” Gamma Ray, Micro-guard Resistivity

& Caliper

GO1 1 1/2 ” Neutron-Gamma Ray

NO1 1 /2 ”
1
Long/Short Spaced Neutron Porosity

NN1 1 /2 ”
1
Gamma Ray, Long & Short Ratio
Neutron Porosity

RO1 1 1/2 ” Medium Spaced Resistivity

RR1 1 1/ 2 ” Shallow & Deep Resistivities

RR2 1 /2 ”
1
High Resolution Shallow & Deep
Resistivities

IGS 2 1/4 ” Gamma Ray, Spontaneous

Potential, Shallow & Deep
Induction Resistivities

SAI 2 1/ 4 ” Gamma Ray, Temperature, Array

Induction Resistivities &
Spontaneous Potential

RS1 1 5/16 ” Spontaneous Potential

IP1 2” Induced Polarisation

MSU 1 /16”
11
Magnetic Susceptibility

MS1/2 2 1/ 2 ” Despiked & undespiked Sonic Transit

Times (MS2 - compensated) at
various spacings
Figure 1.7 Slimline logging tools and measurements
Tool Diam. Measurements Open Cased
Fluid Air Fluid Air

SR1 2 3/ 8 ” Acoustic Transit Time between

SR2 2” surface sesimic source &
down-hole seismic geophone
SS1 2 1/4 ” Acoustic P-wave & S-wave
Transit Times & Waveforms
VO2 1 11/16” Borehole deviation & direction * *
HAV 1 11/16” High accuracy borehole deviation
& direction * *
GYR 1.8 ” Borehole Deviation & Azimuth
in steel cased boreholes
DV1 2” Formation Dip & Azimuth plus
DV2 2 1/2 ” VO1/VO2 outputs
SQD 2 1/ 4 ” As DV1/2
SAS 2 1/4 ” As DV1/2 plus circumferential Acoustic
Amplitude & Transit Time images
BGT 2 1/ 4 ” Gamma Ray, X- & Y-Calipers plus
VO1/VO2 outputs
CO1 1 1/2” Diameter from 3-Arm Caliper
GC1 1 1/2 ” Gamma Ray, 3-Arm Caliper &
Casing Collar Locator (CCL)
GL1 1 1/ 2 ” Gamma Ray & CCL
TT1 1 /2 ”
1
Absolute & Differential Temperature
FT1 1 11/16” Absolute & Differential Temperature
plus Absolute & Differential Fluid
Conductivity >
FM1 1 13/16” Fluid flow >
FS2 1 1/ 4 ” Fluid sample >
CBL 2 1/ 8 ” Gamma Ray, Acoustic Travel Times
& Amplitudes plus CCL >
FP1 1 11/16” Free point indicator > >
* Can be logged through plastic casing.

Figure 1.7 (continued).