Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh manusia dan dapat
menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat. Namun
penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan
penanggulangan harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Dan pada masalah gizi pada anemia gizi disini merupakan kondisi sakit seseorang yang
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: perdarahan, kekurangan makanan yang
mengandung besi, dan lain-lain. Anemia gizi defisiensi besi dapat dilihat dari kadar Hb, dan
penderita yang sering mengalaminya yaitu pada wanita, disebabkan karena menstruasi,
kehamilan dan pada bayi: karena membutuhkan gizi zat besi yang tinggi karena proses
pertumbuhan yang cepat.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Anemia
2. Penyebab Anemia
3. Gejala Anemia
4. Jenis-jenis Anemia
5. Pencegahan Primer pada Anemia
6. Pencegahan Sekunder pada Anemia
7. Pencegahan Tersier pada Anemia
8. Pengobatan Anemia
1
C. Manfaat Makalah
1. Mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang
sistem imunologi dan Hematologi yang berhubungan dengan Anemia.
2. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang system Imunologi
dan Hematologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 :
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu
diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar
yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah
yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari
12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan anemia.Berikut
ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
• Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
• Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan
pembentukan sel darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat
menyebabkan terjadinya anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen
penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara
Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)
3
2. Penyebab Anemia
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk
atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang
mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui,
jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia.
Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal,
menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi
dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat
terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi
darah merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut.
Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya
berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga
kemungkinan dasar penyebab anemia :
4
3. Gejala Anemia
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:
Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
Wajah tampak pucat.
Mata berkunang-kunang.
Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
Sering sakit.
Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau
berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan
ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.
Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah
,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih
mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.
4. Jenis-jenis Anemia
a) Anemia Defisiensi zat besi
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat
kurangnya zat besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin.Oleh sebab itu , ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi
hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian , penurunan hemoglobin
sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah
benar-benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan
banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan
prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita
kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan
makanan yang kurang mengandung zat besi . Sedabgkan pada orang
dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan
oleh pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua
bagian tubuh.
5
Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di
bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit
daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin .setiap harinya
seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara
normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan
melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat
besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.
c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar
(Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi
(hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular Volume merupakan
salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90% anemia makrositik yang
terjadi adalah anemia pernisiosa.
6
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini akan
merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati
rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah
buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka dilidah atau
lidah seperti terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih
gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual.
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop ,tampak
selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan
trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika
diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam
darah.
d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil
sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
7
f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.
b. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh
mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang dianjurkan
adalah minimal 8 jam per hari.
8
c. Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit.
Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat
oksigen berkurang.
d. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan
oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat profil darah dan mencegah
terjadinya anemia.
e. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
9
menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan
secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi
dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga
memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif
dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat
sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi
maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun
parasitnya sendiri belum tereliminasi.
10
menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan
karena kekurangan
zat besi.
e. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
f. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
7. Pencegahan Tersier pada Anemia
a. Pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan
pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan seperti vitmin B12 atau
B kompleks.
b. Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6,
dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan.
c. Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah
sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious.
Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian
asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
d. Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
e. Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
11
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. R masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD, lalu
masuk ruang rawat inap bedah. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran
Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa
lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan
akral klien dingin dan berkeringat, HB awal 6,1 gr/dl, CTR >3dtk, Klien mengatakan cemas
dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60 mmHg, N : 120 x/menit, RR
: 22x/menit, S: 36,5°c. Saat di timbang berat badannya 62kg, klien mengatakan berat badan
menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah. Diagnosa Anemia.
12
A. PENGKAJIAN
Focus data
6. Konjungtiva anemis
Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
13
Klien mengeluh: (Anemia)
- Pusing
- Pandangan kabur
Data Objektif:
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
- Anoreksia
- Konjungtiva anemis
- Diagnosa Anemia
14
- Cepat lelah saat
beraktivitas
Data Objektif:
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
- Anoreksia
- Konjungtiva anemis
- Diagnosa Anemia
15
3 Data Subjektif : Intoleran aktivitas Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
1. Klien mengeluh lemah dan
oksigen
letih
Data Objektif :
- TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37°c
B. Diagnosa
Diagnosa
C. Intervensi
16
berhubungan keperawatan selama 3x24 1. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kondisi jam, diharapkan perfusi mengakibatkan kelelahan
fisiologis (anemia) jarigan adekuat dengan
2. sediakan lingkungan yang nyaman dan
kriteria hasil :
rendah stimulus
1. Klien tidak tampak pucat
Lakukan rentan gerak pasif dan aktif
2. CRT < 3 detik
Anjurkan melakukan aktivitas secara
3. Konjungtiva tidak anemis bertahap
Kolaborasi :
17
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas :
berhubungan keperawatan 2X24 jam,
1. Pertimbangkan kemampuan pasien dalam
dengan intoleransi aktivitas dapat
berpartisipasi melalui aktivitas fisik
ketidakseimbangan teratasi dengan kriteria
antara suplai dan hasil :
2. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas
kebutuhan oksigen
yang diinginkan
1. Klien dapat melakukan
ambulasi
3. Bantu pasien memilih aktivitas
2. Penurunan tingkat
Kolaborasi :
keletihan
1. Kolaborasi dengan ahli fisik, okupasi dan
3. Peningkat kenyamanan
terapis rekreasional dalam perencanaan dan
lingkungan
pemantauan program aktivitas
D. implementasi
1. Keletihan
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
melakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif
menganjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
2. ketidak seimbangan nutrisi
mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
menganjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan
menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia
menawarkan makanan ringan yang padat gizi
3. intoleransi aktifitas
melakukan pertimbangkan kemampuan pasien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas fisik
membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
18
E. Evaluasi
A: masalah teratasi
P: tindakan dihentikan
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999). Berikut ini katagori tingkat
keparahan pada anemia.:
B. Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan
makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita.Sehingga kita
terjauh dari penyakit terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk
memproduksi darah.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
2. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
3. NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC
21