Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


MOBILISASI PADA PASIEN CVA DI RUANG IHSAN DI RUMAH SAKIT BINA
SEHAT JEMBER

oleh:
Uswatun Hasanah, S.Kep
NIM 192311101090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 192311101090

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Jember, September 2019

FAKULTAS KEPERAWATAN

Mengetahui,

PJ Program Profesi Ners PJMK

Ns. Erti Ikhtiarini D., M.Kep.S.Kep.J Ns. Ahmad Rifai MS


NIP. 19811028 200604 2 002 NIP. 19850207 201504 1 001

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Wantiyah, M.Kep.


NIP. 19810712 200604 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Uswatun Hasanah

NIM : 192311101090

Judul : Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan


Mobilisasi Pada Pasien dengan Cerebrovascular Accident (CVA)
Di Ruang Ihsan Rumah Sakit Bina Sehat Jember

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, September 2019

TIM PEMBIMBING

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

3
1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015).
Latihan mobilisasi atau rehabilitasi juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi
neurologis melalui terapi fisik dan teknik-teknik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi
dini di tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan
kekakuan (dekondisioning), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah
medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya (Junaidi,
2006). Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal
seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan
fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry, 2006).
Menurut Mubarak 2008 jenis mobilisasi sebagai berikut:
1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat
dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian
ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak


dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf
motorik dan sensorik.
3. Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan

B. Epidemiologi
Gangguan pada mobilitas fisik dapat disebabkan karena adanya penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan
fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung,
Hipertensi, dan Stroke (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Organisasi stroke dunia
mencatat 85% orang yang mempunyai resiko dapat terhindar dari stroke apabila
menyadari dan mengatasinya sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa
kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat peryakit jantung
dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta ditahun 2030. Di
1

Indonesia sendiri peryakit stroke merupakan peryakit ketiga tersering setelah peryakit
jantung dan kanker. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada (2015) jumlah kasus
stroke di Jawa Tengah yaitu terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 4.558 dan stroke non
hemoragik sebanyak 12.795. Sebuah riset juga menyatakan bahwa masalah yang sering
dijumpai pada pasien stroke adalah hambatan untuk beraktifitas atau hambatan mobilitas
(Nabyl, 2012).

C. Etiologi
Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995 dalam
Khairani, 2013):
1. Usia dan status perkembangan
Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia. Orang
dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-anak. Anak
yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan anak yang sehat.
2. Gaya hidup
Masing-masing individu mempunyai gaya hidup sendiri yang berbeda-beda. Hal ini
juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan kesehatannya.
Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan tentang mobilitas dan
akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang sehat.
3. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnya seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki berbeda
dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga dapat
disimpulkan mobilitasnya sangat berbeda.
4. Tingkat energi
Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi. Individu
yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih sedikit dibandingkan
dengan individu yang sehat.
1

5. Proses dari suatu penyakit


Individu yang dihadapkan dengan penyakit tertentu akan berpengaruh terhadap
mobilitasnya. Beberapa kondisi penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
mobilisasi adalah sebagai berikut:
No Golongan Penyakit
1 Gangguan Artritis
muskuloskeletal Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur
2 Gangguan neurologis Stroke
Penyakit parkinson
3 Penyakit kardiovaskular Gagal jantung kongestif berat
Penyakit jantung koroner
4 Penyakit paru Penyakit paru obstruksi kronis
5 Faktor sensorik Gangguan penglihatan
Takut jatu
6 Penyebab lingkungan Imobilisasi yang dipaksakan
yang tidak adekua Alat bantu mobilitas
7 Lain-lain Malnutrisi
Depresi
Efek samping obat

D. Tanda dan Gejala


Seseorang yang mengalami gangguan mobilitas mengalami beberapa tanda dan
gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2018):
1) Keterbatasan rentang gerak
2) Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
3) Instabilitas postur
4) Gangguan sikap berjalan
5) Gerakan lambat
6) Ketidakmampuan melakukan perawatan diri
7) Ketidak mampuan mencapai toilet

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Kondisi stroke merupakan kondisi dimana terjadi perdarahan atau sumbatan darah di
otak. Ketidaknormalan aliran darah ke otak ini menyebabkan fungsi sistem saraf pusat
(SSP) juga terganggu dan dapat terjadi vaso spasme. Timbulnya vaso spasme diduga
1

karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub-arachnoid. Vaso spasme
ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan oksigen sehingga kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Akibatnya kondisi stroke ini dapat terjadi
hipoksia yang berlanjut pada kondisi iskemia. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak. Kondisi ini yang akan menyebabkan defisit neurologi yang
menjadikan keadaan hemiparase atau hemiplegi kanan dan kiri. Hemiplegi adalah jika
satu tangan atau satu kaki atau bahkan satu sisi wajah menjadi lumpuh dan tak dapat
bergerak. Hemiparesis adalah jika satu tangan atau satu kaki atau satu sisi wajah
menjadi lemah, namun tak sepenuhnya lumpuh. Dari kondisi ini pasien dapat mengalami
hambatan mobilitas fisik. Ketidakmampuan tubuh untuk bergerak atau mobilisasi
menyebabkan berbagai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri (berpakaian,
,mandi, makan, atau eliminasi).
1

Clinical pathway

Stroke

Peningkatan tekanan sistemik

Perdarahan arachnoid/ventrikel

Hematoma serebral

Vasospasme arteri serebral/saraf serebral

Iskemik

Defisit neurologi

Hemifer kanan Hemifer kiri


j
Hemiparase/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan

gg. mobilitas fisik

ketidakmampuan melakukan aktivitas


sehari-hari

defisit perawatan diri


7

F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mobilisasi antara lain:
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.
8

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
b) Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
9

f) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak. Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang
disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.
10

12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual

g) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
11

10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus tidak teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1
dan S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary
refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid,
terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak
disadari, atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau
tidak.
2. Diagnosa Keperawatan yang sering Muncul
1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
ditandai dengan penurunan motorik kasar dan halus, penurunan rentang gerak,
gerakan lambat, gerakan tidak terkoordinasi, dan dispnea setelah beraktifitas.
2. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh ditandai dengan ketidakmampuan mengakses kamar
mandi
3. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengakses kamar mandi untuk toileting yang ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan higiena eliminasi secra komplet,
ketidakmampuan menyiram toilet, ketidakmampuan memanipulasi pakaian
untuk eliminasi, ketidakmampuan mencapai toilet, ketidakmampuan naik ke
toilet, etidakmampuan untuk duduk di toilet
12

a. Perencanaan/Nursing Care Plan :

No. Masalah NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Terapi latihan: Terapi latihan: ambulasi
mobilitas fisik jam, hambatan mobilitas fisik pasien dapat teratasi ambulasi 1. Mempermudah pasien
dengan kriteria hasil: 1. Sediakan tempat untuk melakukan
tidur yang rendah perpindahan dari tempat
Pergerakan sendi (0206) dan sesuai tidur ke kursi roda atau
2. Bantu pasien untuk sebaliknya.
Tujuan
No Indikator Awal duduk di sisi tempat 2. Mempermudah pasien
1 2 3 4 5 tidur untuk untuk menyesuaikan
memfasilitasi sikap tubuh yang
1 Pergelangan kaki 3 √ penyesuaian sikap diinginkan.
(kiri) tubuh 3. Pasien mudah
3. Bantu pasien untuk melakukan perpindahan.
2. Lutut (kiri) 3 √ perpindahan, sesuai 4. Membantu pasien dalam
kebutuhan melakukan perpindahan
3. Panggul (kiri) 3 √ √
4. Instruksikan pasien dan teknik ambulasi
Keterangan: mengenai yang aman.
pemindahan dan 5. Mengetahui kemampuan
1. Deviasi berat dari kisaran normal teknik ambulasi pasien dalam
2. Deviasi cukup besar dari kisaran normal yang aman menggunakan alat
3. Deviasi sedang dari kisaran normal 5. Monitor penggunaan bantu.
4. Deviasi ringan dari kisaran normal kruk atau alat bantu
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal berjalan lainnya Terapi latihan:
pergerakan sendi
Terapi latihan: 6. Mencegah pergerakan
pergerakan sendi sendi yang berlebihan
6. Tentukan batasan 7. Membantu pasien dan
13

pergerakan sendi keluarga tentang


dan efeknya manfaat dan tujuan
terhadap sendi; melakukan latihan gerak
7. Jelaskan pada klien sendi
dan keluarga 8. Mencegah terjadinya
mengenai manfaat kekakuan pada sendi
dan tujuan 9. Mengontrol nyeri
melakukan latihan 10. Mempermudah
sendi pasien agar mampu
8. Instruksikan bergerak tanpa
klien/keluarga cara hambatan
melakukan latihan
ROM aktif atau
pasif.
9. Monitor lokasi dan
kecenderungan
adanya nyeri.
10. Pakaikan baju yang
tidak menghambat
pergerakan pasien
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Bantuan perawatan
perawatan diri: jam diharapkan defisit perawatan diri : eliminasi pasien diri: mandi/kebersihan
mandi berkurang dengan kriteria hasil: 1. Letakkan handuk, 1. Mempermudah pasien
sabun, dan alat madi dalam melakukan
lain yang diperlukan persiapan mandi
di samping tempat 2. Mempermudah pasien
tidur atau kamar dalam melakukan oral
mandi higyene
2. Fasilitasi pasien 3. Membantu pasien untuk
untuk menggosok lebih mandiri dalam
14

gigi dengan tepat melakukan mandi


3. Fasilitasi pasien 4. Menjaga kelembapan
Ambulasi (0200) untuk mandi sendiri kulit
4. Monitor integritas
Tujuan
No Indikator Awal kulit pasien
1 2 3 4 5

1 Menopang berat 2 √
badan

2 Berjalan dengan 3 √
pelan

Keterangan:
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
1. 5 : tidak terganggu
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Bantuan perawatan
perawatan diri: jam diharapkan defisit perawatan diri : eliminasi pasien diri: eliminasi 1. Mempermudah pasien
eliminasi berkurang dengan kriteria hasil: 1. Bantu pasien ke toilet dalam menjangkau toilet
pada waktu tertentu 2. Mengajarkan
2. Instruksikan pasien/keluarga dalam
pasien/keluarga menggunakan toilet
15

dalam rutinitas toilet. dengan tepat dan rutin


3. Buat jadwal aktivitas 3. Melatih pasien agar
terkait dengan terbiasa melakukan
eliminasi dengan eliminasi dengan tepat
Ambulasi (0200)
tepat. dan terjadwal
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5

1 Menopang berat 2 √
badan

2 Berjalan dengan 3 √
pelan

Keterangan:
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
16

J. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing


Perencanaan pulang (discharge planning) perlu disusun sejak pasien
masuk ke rumah sakit. Perencanaan pulang (discharge Planning) yang dilakukan
dengan baik bermanfaat antara lain pasien dan keluarga merasa siap untuk
kembali ke rumah, mengurangi stress, meningkatkan kepuasan pasien dan
keluarga dalam menerima pelayanan perawatan, serta meningkatkan koping
pasien (Kozier, 2010). Keluarga membutuhkan bimbingan untuk mengantisipasi
dan memprioritaskan kebutuhan, mempelajari strategi dan mengatasi masalah-
masalah yang ditimbulkan. Hasil sebuah penelitian menyebutkan bahwa
pelaksanaan model discharge planning berbasis teknologi mempunyai pengaruh
terhadap dukungan psikososial keluarga dalam perawatan penyakit stroke di
Ruangan Lontara 3 Syaraf RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Discharge
planning sangat membantu keluarga dalam perawatan pasien stroke dan
mempersiapkan untuk rencana pemulangan pasien ke rumah, selain itu CD media
pembelajaran juga membantu perawat dalam memberikan edukasi kepada pasien
dan keluarga. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi rumah
sakit dalam melakukan discharge planning yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien (Fuady et al, 2016). Materi yang diberikan dapat berupa latihan Gait.
Latihan gait merupakan intervensi yang sangat berpengaruh terhadap fungsi
kemandirian pasien. Latihan ini membuat pasien dapat mengembalikan
kemampuan untuk duduk dan berdiri. Latihan berjalan bisa melatih distribusi
berat badan pada kedua tungkai, sekaligus melatih keseimbangan dalam berbagai
posisi. dengan latihan gait berupa latihan mobilisasi dini/preambulasi, sitting
balance, standing balance, memakai kruk, walker dan tongkat maka diharapkan
pasien dapat meningkatkan nilai kemandiriannya serta dapat meningkatkan
kemampuan fungsional motorik ((Hickey, 2003; Smeltzer & Bare, 2004, dalam
Marlina 2013).
17

DAFTAR PUSTAKA

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth


Edition. United State of America: Mosby Elsevier.
Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing
Interventions Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby
Elsevier.
Fatkhurrohman, M. 2011. Pengaruh Latihan Motor Imagery Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Dengan Hemiparesis Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bekasi. Depok. Program Srudi Magister Keperawatan
Kekhusussn Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan.
http://lib.ui.ac.id [Diakses pada 17 September 2019]
Fuady, N., E. L. Sjattar, dan V. Hadju. 2016. Pengaruh Pelaksanaan Discharge
Planning Terhadap Dukungan Psikososial Keluarga Merawat Pasien Stroke
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. JST Kesehatan. 6(2): 172-178.
[diakses pada 17 September 2019]
Handika, M. D. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Stroke Non
Hemoragik (SNH) Di Ruang Matahari Rumah Sakit Umum Daerah Kajen
Kabupaten Pekalongan. Karya tulis ilmiah. Pekajangan: prodi DIII
keperawatan Stikes muhammadiyah Pekajangan
Handiyani, H. 2013. Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id [Diakses pada
17 September 2019]
Herdman, T. H. dan S. Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi Dan Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta: EGC
Junaidi, I. 2006. Stroke A-Z Pengenalan, Pencegahan, Pengobatan, Rehabilitasi
Stroke, Serta Tanya Jawab Seputar Stroke. Jakarta. PT. Bhuana Ilmu
Populer
Khairani, A. 2013. Laporan pendahuluan tentang Mobilisasi.
https://plus.google.com [Diakses 17 September 2019]
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC
Marlina. 2013. Fungsi Kemandirian Pasien Stroke dengan Metode Latihan “Gait”.
Jurnal Ners. 8(1): 56-63. https://media.neliti.com [Diakses 17 September
2019]
Mubarak, Wahid Iqbal, Nurul Chayati. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
18

Mubarak, W. I., Lilis I., Joko S., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
Buku 1. Jakarta. Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Pradana, M. D. 2016. Upaya peningkatan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke


NonHemoragik di RSUD dr Soehadi Prijonegoro. Naskah Publikasi
Surakarta: Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta [Diakses pada 17 September 2019]
19

LAPORAN

HALAMAN SAMPUL

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


MOBILISASI PADA PASIEN CVA DI RUANG IHSAN DI RUMAH SAKIT
BINA SEHAT JEMBER

oleh:
Uswatun Hasanah, S.Kep
NIM 192311101090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Anda mungkin juga menyukai