Demsa Simbolon*
Abstrak
Balita Indonesia mengalami masalah gizi ganda. Stunting, overweight dan obesitas merupakan
masalah gizi kronis yang dapat menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas, juga
memiliki efek sisa (retain effect) yang berdampak pada peningkatan penyakit degenetarif.
Penelitian menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) dengan dengan desain
longitudinal. Sampel berjumlah 837 balita dipilih secara multistage random sampling.
Pengukuran tinggi dan berat badan dilakukan 4 kali mulai tahun 199, 1997, 2000 dan 2007.
Indikator TB/U dan IMT/U menggunakan software WHO Antro v.3.1.0 dan WHO anthroPlus
v.1.0.3 dengan rujukan WHO 2007. Dinamika perubahan tinggi badan dan IMT dianalisis
menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menemukan keadaan stunting mempunyai
kecenderungan akan tetap stunting pada kelompok umur berikutnya, namun anak tinggi badan
normal dapat menjadi stunting, dan anak stunting dapat pula mengejar pertumbuhan menjadi
normal. Tingginya prevalensi gemuk/obesitas pada balita sampai remaja di Indonesia berkaitan
dengan tingginya prevalensi stunting. Dinamika perubahan IMT/U dari usia balita sampai remaja
menunjukkan kecenderungan akan tetap sampai remaja. Anak kurus/sangat kurus akan
cenderung tetap kurus/sangat kurus, demikian juga anak gemuk/obesitas. Upaya memutus mata
rantai kelanjutan gangguan pertumbuhan sejak usia dini sampai remaja perlu intervensi yang
diprioritaskan pada perbaikan tinggi badan yang dimulai sejak awal kehamilan bahkan
sebelumnya untuk mencegah fetal programming. Perlu intervensi tepat dan segera berupa
program pemberian makanan tambahan yang dapat mengoreksi tinggi badan.
Abstract
In Indonesia, based on BMI of under five years children suffered multiple nutritional problems,
where the prevalence of malnourished are still high , but the problem of overweight continues to
increase. Stunting, overweight and obes are a chronic nutritional problems can be a major cause
of morbidity and mortality, also have a retain effect which increased degenetarif disease. The
study used Indonesian Family Life Survey (IFLS) data with a longitudinal study design. Samples
totaling 837 infants selected by multistage random sampling. Height and weight measurements
conducted 4 times 1993, 1997, 2000 and 2007. Height and weight measurements conducted 4
PENDAHULUAN
Masalah gizi dan kesehatan terjadi hampir di setiap siklus daur kehidupan. Para ilmuan
sepakat bahwa terdapat kaitan yang terus menerus dalam hal status gizi di sepanjang kehidupan.
Masalah status gizi pada usia balita yang masih memprihatinkan di antaranya adalah gangguan
pertumbuhan linier (stunting) berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dan
masalah kelebihan berat badan dan obesitas berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur
(IMT/U). Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas karena memiliki efek sisa (retain effect) yang berdampak pada
peningkatan penyakit degenetarif demikian juga masalah kegemukan dan obesitas.1
Stunting umumnya terjadi dalam periode yang singkat (sebelum lahir hingga kurang lebih
umur 2 tahun) namun mempunyai konsekuensi yang serius dikemudian hari. Balita stunting
biasanya akan menjadi lebih stunting pada masa dewasa2. Seorang anak laki-laki yang stunting
akan berisiko menjadi lelaki dewasa yang stunting juga, yang akan mempengaruhi pada
produktivitas kerja yang kurang hingga berdampak pada status ekonomi, sedangkan seorang
anak perempuan yang stunting akan menjadi seorang perempuan dewasa yang stunting, yang
apabila mengalami kehamilan akan berisiko melahirkan bayi BBLR3, sehingga dampak stunting
terus berlanjut dalam siklus kehidupan.
Beberapa negara termasuk Indonesia telah melaporkan prevalensi masalah gizi ganda
pada kelompok usia balita. Walaupun berbagai upaya penanggulangan telah banyak dilakukan
Tabel 1
Disrtibusi Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh dari Usia Balita sampai Remaja
Tabel 1 menunjukkan mendeskripsikan tinggi badan dan indeks massa tubuh sejak usia
balita sampai remaja. Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi stunting sejak balita sampai
remaja diatas dari 35% yang berarti stunting di Indonesia merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan prevalensi yang sangat tinggi dan diperkirakan berkontribusi terhadap
kegemukan/obesitas. Berdasarkan indikator IMT/U sejak balita sampai remaja, Indonesia
dihadapkan dengan beban ganda masalah gizi. Pada usia balita 9,9% balita kurus/sangat kurus
dan 14,4% balita gemuk/obesitas. Pada usia 5-9 tahun 9,3% anak kurus/sangat kurus dan 5,6%
anak gemuk/obesitas. Pada usia 8-12 tahun 12,2% anak kurus/sangat kurus dan 7,7% anak
gemuk/obesitas, dan pada usia remaja 7,9% remaja kurus/sangat kurus dan 9,3% remaja
gemuk/obesitas.
Komposit antara tinggi badan dan IMT menunjukkan bahwa keadaan gemuk/obesitas
lebih banyak dikontribusi karena stunting baik pada usia balita maupun remaja. Prevalensi balita
gemuk/obesitas 14,4% dikontribusi dari 55,6% stunting dan 9,8% remaja gemuk/obesitas
dikontibusi dari 57,1% stunting. Sedangkan pada keadaan kurus/sangat kurus lebih banyak
dikontribusi oleh tinggi badan normal. Dari 9,9% balita kurus/sangat kurus dikontribusi 60,6%
dari tinggi badan normal namun pada usia remaja kontribusi tinggi badan normal dan stunting
sama terhadap kurus/sangat kurus (50%). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan gambaran
TB/U Usia 5-9 tahun TB/U Usia 8-12 tahun TB/U Remaja
Status Gizi Anak N
Normal Stunting Normal Stunting Normal Stunting
TB/U Balita
Normal 395 82,0 18,0 80,3 19,7 69,9 30,1
Stunting 343 43,7 56,3 40,2 59,8 45,5 54,5
OR (95%CI) 5,87 (4,2 – 8,2) 6,04 (4,4 – 8,4) 2,78(2,1 – 3,8)
P* 0,0001 0,0001 0,0001