MARWATUN NAZLA
[5163111026]
MAYANGSARI PERMATA PUTRI
[5163111027]
SANNY RAHMADANI SIREGAR
[5163111042]
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, perlindungan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Desain Bangunan Dengan Komputer (Autocad) ini yang berjudul “Rekayasa
Ide : Analisis Kerusakan Bangunan Untuk Renovasi Rumah Tinggal Type 60/130”. Dan
penulis juga berterima kasih kepada Ibu Kinanti Wijaya, M.Sc dan Ibu Sarra Rahmadani,
S.T., M.Eng, selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
Medan, 8 Oktober 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk itu, penulis mengambil judul ‘ANALISIS KERUSAKAN
BANGUNAN UNTUK RENOVASI RUMAH TINGGAL TIPE 60/130’ untuk
mewakili isi dari pembahasan yang ada di dalam makalah ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah diatas maka secara operasional
permasalahan yang akan diteliti serta diamati dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja kekurangan ataupun kerusakan pada bangunan rumah tinggal yang
diamati?
2. Apa saja solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi
kerusakan/kekurangan pada bangunan rumah tinggal yang diamati?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apa saja yang menjadi penyebab kerusakan bangunan rumah
tersebut.
2. Untuk mengetahui cara penanganan guna menghindari kerusakan lebih
lanjut.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi dan
bahan pertimbangan pada pengambilan keputusan pemilik rumah tinggal untuk
menentukan solusi dalam mengatasinya.
2
BAB II
KERANGKA PENELITIAN/GAMBARAN UMUM
2.1.Uraian Permasalahan
Permasalahan kami dapat simpulkan setelah melakukan pengamatan di
lokasi bangunan yang direncanakan untuk direnovasi adalah :
1. Tanah dasar bangunan terlalu rendah dari tanah di sekelilingnya. Tanah dasar
berdirinya bangunan tidak lebih tinggi atau sama dengan tinggi jalan di
depannya/tanah bangunan di sekitarnya, sehingga ketika terjadi hujan, maka
air hujan akan membanjiri rumah bahkan hingga masuk ke dalam rumah.
Berdasarkan perhitungan tinggi yang telah di lakukan dengan GPS, didapat
tinggi bangunan adalah 13 MDPL, sementara tinggi daerah disekitarnya
berada di sekitar ketinggian 13,15-13,250 MDPL.
2. Bahan dinding rumah yang diamati adalah anyaman bambu, yang memiliki
kekurangan mudah lapuk apabila terus-menerus terkena air hujan dan harus
diganti secara rutin setiap beberapa tahun sekali. Kemudian apabila
memasuki musim hujan, udara dalam ruangan menjadi dingin dan air hujan
seringkali merembes masuk ke dinding.
3. Kemudian masalah selanjutnya adalah penutup atap yang sering mengalami
kebocoran dan karat.
4. Atap bangunan juga tidak memakai lisplank sehingga air hujan sering
merembes masuk ke dinding.
5. Rumah yang sehat memiliki jendela di setiap kamar dan juga di setiap
ruangan yang berfungsi untuk sirkulasi udara. Sirkulasi udara yang baik akan
membuat penghuninya nyaman untuk tinggal di dalam rumah.
2.2. Subjek, Lokasi dan Fungsi Bangunan
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 2 Oktober 2018.
Tempat penelitian berlokasi di Jl. Pusaka Dusun XVIIGg.Walet, Desa Bandar
Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan. Rumah yang diamati berjarak sekitar 50
meter dari jalan besar (Jl.Pusaka).
3
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Sementara fungsi bangunan adalah sebagai rumah tinggal. Dimana fungsi
rumah tinggal itu sendiri adalah untuk melindungi manusia dari pengaruh sekitar
(Alam), sebagai tempat beristirahat/ tidur setelah beraktifitas, dan juga sebagai
wadah untuk aktifitas-aktifitas harian manusia. seperti : mandi, makan, masak, dll.
Detail bahan bangunan yang digunakan rumah, yaitu :
Penutup Atap : Seng
Dinding : bagian samping rumah, setengah dindingnya terbuat dari batu bata yang
di plester, dan setengahnya adalah anyaman bambu. Bagian depan rumah, bagian
bawah sampai tengah dindingnya terbuat dari batu bata yang diplester, dan
setengahnya lagi adalah papan yang disusun horizontal.
Lantai : Semen
Jendela : Papan
4
Gambar 2. Tampak Depan Rumah
5
2.3. Asesment Data
Sampel penelitian ini adalah satu rumah yang bertempat di Jl. Pusaka Dusun
XVII, Gg.Walet, Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan yang
direncanakan untuk di renovasi sesuai dengan kerusakan yang ada.
Sesuai dengan pengamatan serta penelitian yang telah kami sebutkan diatas,
ada 2 sumber data yang akan dijaring untuk penelitian ini. Kedua data tersebut,
yaitu (1) Data diperoleh melalui pengamatan/survey lapangan. (2). Data diperoleh.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan
untuk menjelaskan,meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan
apa yang terjadi, kemudian mengangkat ke permukaan karakter
atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut (Bungin, 2010,
p.36).
6
BAB III
METODE PELAKSANAAN
7
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
8
4. Tampak Samping Kiri
9
Berdasarkan Gambar bangunan awal tersebut, dapat deskripsikan sebagai
berikut :
1. Bangunan rumah dengan ukuran (6 x 10) m ini, pada bagian luarnya masih
dikeliingi oleh tanah dan rerumputan. Tanah disekeliing berdirinya bangunan
memiliki tinggi hampir sama dengan teras bangunan sehingga ketika terjadi
hujan, maka air hujan akan membanjiri rumah bahkan hingga masuk ke
dalam rumah. Berdasarkan perhitungan tinggi yang telah di lakukan dengan
GPS, didapat tinggi bangunan adalah 13 MDPL, sementara tinggi daerah
disekitarnya berada di sekitar ketinggian 13,15-13,250 MDPL.
2. Dapat dilihat pada Gambar 2. Bangunan ini merupakan bangunan rumah
semi permanen dimana dapat dilihat dari struktur bangunan, yaitu pada
tampak samping dimana dinding yang sebagian menggunakan batu bata yang
telah dilapisi oleh lapisan cat berwarna hijau dan sebagian lagi menggunakan
bahan dinding dari anyaman bambu, begitupula dengan tampak depan
menggunakan batu bata dan sebagian lagi dinding berbahan papan yang
disusun secara horizontal. Akan terjadi kerusakan pada bahan dinding
anyaman bambu dan papan horizontal yang diakibatkan oleh air hujan
menyebabkan mudah lapuknya bahan dinding, itu pula yang menyebabkan
dinding lembab dan udara dalam ruangan menjadi dingin dikarenakan air
hujan seringkali merembes masuk ke dinding.
3. Dapat dilihat pada Gambar 3. Yaitu pada bagian atap dimana terdapat
perubahan warna dari atap yang berbahan seng yaitu atap menjadi berkarat
akibat sering mengalami kebocoran pada saat hujan turun. Selain itu tidak
terdapat lisplank pada bagian atap sehingga air hujan sering merembes
masuk ke dinding.
4. Dapat dilihat pada Gambar 3. bahwa Rumah ini memiliki pintu dan jendela
yang berbahan dasar kayu, dimana pada awalnya dinding berbahan dasar
anyaman bambu tersebut dapat mengalirkan air pada bagian konstruksi
seperti pintu dan jendela yang semakin lama dapat menyebabkan proses
pemuaian/penyusutan ataupun lembabnya bagian tersebut, sehingga fungsi
dari bagian konstruksi tidak lancar.
10
3.3. Solusi Yang Ditawarkan
Adapun solusi berdasarkan deskripsi gambar bangunan awal, antara lain :
1. Menaikkan level/elevasi lantai teras maupun ruangan di dalam rumah agar
tidak sama dengan tanah disekeliling luar bangunan rumah.
2. Merubah bangunan semi permanen menjadi bangunan permanen dengan
Mengganti material bahan dinding dari anyaman bambu menjadi batu bata
secara keseluruhan.
3. Penggantian / perawatan pada bahan penutup atap serta penambahan
lisplank pada bagian atap bangunan.
4. Pembaharuan design pintu rumah serta penambahan letak sirkulasi udara
pada bangunan rumah seperti jendela dan ventilasi.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Pembahasan
Analisis kerusakan bangunan diperlukan untuk mengetahui kondisi global
bangunan, untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya
kerusakan yang telah terjadi, untuk mengetahui besarnya prosentase kerusakan
guna penentuan kelayakan bangunan.
Analisis Perilaku Kerusakan Analisis kerusakan dilakukan pada elemen-
elemen bangunan bagian struktural maupun non-struktural yang terletak
dipermukaan tanah.
Sesuai dengan Kepmen Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal dan Kepmen Kimpraswil
No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah yaitu:
Bangunan Fisik Rumah:
- Bahan bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat
yang dapat membahayakan kesehatan. Bahan bangunan tidak terbuat dari
bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikro organisme
patogen.
- Atap berfungsi untuk menahan panas, debu, dan air hujan. Penutup atap
sebaiknya merupakan bidang datar dan sudut kemiringan atap tergantung
dari jenis bahan penutup atap yang dipakai. Bumbungan rumah yang
memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal
petir.
- Dinding berfungsi untuk menahan angin dan debu, serta dibuat tidak
tembus pandang. Bahan dinding dapat berupa batu bata, batako, bambu,
papan kayu. Dinding dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan
sirkulasi udara. Dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan
mudah dibersihkan.
- Jendela dan pintu berfungsi sebagai lubang angin, jalan udara segar dan
sinar matahari serta sirkulasi. Letak lubang angin yang baik adalah searah
dengan tiupan angin.
12
Analisis kerusakan yang terjadi pada bangunan rumah tinggal TIPE
60/130’ serta cara penanganan kerusakan yang bisa diterapkan terutama dalam
pencegahannya, sebagai berikut :
1) Atap
Kebocoran pada penutup atap (seng) dan karat.
Penyebab :
Kerusakan ini terjadi karena atap menerima atau mengalami gaya-gaya
yang bekerja, dalam hal ini adalah gaya tekan dan gaya isap oleh angin
secara terus menerus selama bangunan beroperasi yang dilawan /
diimbangi oleh kekuatan paku sebagai pengunci atap seng dan asam dari
air hujan, setelah sekian lama mengalami gaya-gaya yang bekerja ini seng
mengalami pelebaran atau pelonggaran pada lubang paku, bahkan terjadi
paku mengalami pelemahan atau pelonggaran pada tumpuan serta karat
sehingga lepas, lubang paku yang mengalami pelonggaran dan pelebaran
inilah yang kemudian meloloskan atau dilalui oleh air atau bocor yang
mana akhirnya air mengenai elemen dibawahnya. Kerusakan ini akan lebih
cepat terjadi apa bila pada pemasangan seng paku tidak mengunci seng
dengan rapat / tidak kaku sehingga labil / bergerak.
Penanganan :
- Memastikan pemasangan seng di paku dengan benar atau kaku pada
saat pengerjaan dan kemiringan atap yang tepat, karena tekanan angin
pada permukaan atap seng gelombang besar sebaiknya atap dibuat
dengan sudut kemiringan yang landai.
Untuk bangunan rumah tinggal sederhana memang tidak terlalu
disyaratkan dengan kemiringan atap bangunan tetapi harus
memperhatikan kaidah kaidah yang ada karena dalam pengamatan di
lapangan banyak objek yang mengganti penutup atap dari seng ke
genteng, sirap dan sebagainya, masing-masing jenis penutup atap itu
mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kemiringan atap untuk masing-
masing jenis penutup juga berbeda dengan maksud tertentu seperti
tekanan angin, rembesan atau kebocoran air dan atap yang landai
relatif lebih ekonomis.
13
- Melakukan pengecatan pada permukaan seng setelah dipasang ini
sangat membantu dalam mencegah dan melindungi seng dari karat
yang disebabkan oleh air hujan dan segera mengganti seng yang sudah
rusak / lapuk oleh karat, karena jika dibiarkan akan merusak elemen
dibawahnya seperti rangka atap, kuda-kuda, gording, kasau dan langit-
langit.
- Penambahan listplank, agar air hujan dapat mengalir tanpa merusak
bangunan rumah.
2) Dinding
Bahan dinding mudah lapuk.
Penyebab :
Hal ini dapat terjadi karena terkena air hujan ataupun saat musim
penghujan udara yang dingin menjadikan sebagian bahan dinding
anyaman bambu menjadi lembab, yang semakin lama terjadi pelapukan
ataupun pengelupasan, serta perubahan warna bintik-bintik hitam tanda
telah terjadinya kelembaban pada dinding bangunan. Pada sebagian bahan
dinding batu batu, hal yang sama juga terjadi terdapat batasan / celah air
mengalir dari bahan dinding anyaman bambu, yang akan masuk ke dalam
pori-pori dinding batu bata sehingga semakin lama akan terjadi keropos
ataupun rongga-rongga kecil, tanda kerusakan pada dinding batu bata.
Penanganan :
Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan dengan mengganti bahan dinding
secara keseluruhan dengan batu bata yang kemudian diplester dengan
campuran yang tepat dan dilapisi oleh cat agar lebih kuat dan tahan lama.
3) Lantai
Air mengalir dari sisi luar bangunan kedalam rumah.
Penyebab :
Hal ini terjadi dikarenakan tinggi tanah pada sisi luar rumah hampir sama
dengan tinggi lantai teras yang masih berbahan semen, apabila hujan
turun dengan curah yang cukup tinggi maka air dapat masuk ke dalam
rumah, dan dapat menyebabkan kerusakan pada bagian bangunan lainnya.
14
Penanganan :
Memberikan elevasi antara lantai rumah dengan tanah pada sisi luar
bangunan, serta penggantian bahan material penutup lantai teras dengan
ubin maupun keramik.
4) Pintu dan Jendela
Pemuaian dan Penyusutan pada sisi Pintu dan Jendela
Penyebab :
Hal ini terjadi dipengaruhi oleh udara, dimana pada saat udara dingin akan
menyebabkan terjadinya pemuaian dan udara panas terjadi penyusutan. Ini
dapat menyebabkan fungsi daripada bagian konstruksi tersebut tidak
berjalan dengan lancar. Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan lebab
pada bahan dinding yang langsung berbatasan dengan pintu dan jendela,
semakin lama akan merusak bagian konstruksi tersebut.
Penanganan :
Setelah dilakukan penggantian bahan material dinding dengan batu bata,
maka kerusakan pada bagian konstruksi pintu dan jendela dapat
diminimalisir.
Penambahan letak serta jumlah sirkulasi udara
Kurangnya sirkulasi udara seperti jendela dan ventilasi dapat menjadi
penyebab ketidaknyamanan berada di dalam rumah. Oleh karena itu akan
dilakukan penambahan beberapa jendela maupun ventilasi agar proses
pernafasan/sirkulasi udara berjalan dengan lancar.
15
4.3. Kelemahan Penelitian
Sedangkan kelemahan dari penelitian ini ialah:
1. Tidak memakai kajian pustaka mengenai kekuatan atau durabilitas dinding
anyaman bambu.
2. Waktu penelitian yang terlampau singkat sehingga tidak menghasilkan data
penelitian yang mendalam.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bangunan yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah Rumah Tinggal
Bertipe 60/130 yang beralamat di Jl. Pusaka Dusun XVII Gg.Walet, Desa
Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan. Dimana pada Rumah ini telah
diamati memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah ketinggian
permukaan lantai teras yang hampir sama dengan tinggi tanah pada sisi luar
bangunan, pemakaian bahan dinding dari sebagian batu bata, anyaman
bambu,dan papan horizontal yang mudah lapuk dan keropos akibat air hujan,
bagian atap berbahan seng yang sudah mengalami perkaratan serta tidak
adanya pemakaian lisplank yang menjadikan air mengalir membasahi
permukaan dinding, dan juga letak serta jumlah jendela ruangan yang
berfungsi sebagai sirkulasi udara yang kurang memadai.
Oleh karenanya, kami telah menuliskan beberapa solusi yang dapat
ditawarkan pada pemilik rumah, demi penanganan beberapa titik kerusakan
pada bangunan, diantaranya :
1. Pada bagian permukaan dasar bangunan, diberkan elevasi antara lantai
rumah dengan tanah pada sisi luar bangunan, serta penggantian bahan
material penutup lantai teras dengan ubin maupun keramik
2. Bahan dinding diganti secara keseluruhan dengan bahan batu bata,
serta dilakukan plesteran dengan campuran yang tepat dan dilapisi oleh
cat agar lebih kuat dan tahan lama.
3. Bahan penutup atap yang berbahan seng diperbaharui serta dilakukan
pemasangan dengan paku secara benar sehingga kemiringan atap yang
tepat dan tidak lagi mengalami kerusakan seperti perkaratan akibat air
hujan yang tertahan. Kemudian penambahan listplank, agar air hujan
dapat mengalir tanpa merusak bangunan rumah.
4. Penambahan letak serta jumlah sirkulasi udara agar proses
pernafasan/sirkulasi udara berjalan dengan lancar.
17
5.2. Referensi
18