Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REAKSI KIMIA DALAM SEHARI HAR

“KOROSI”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kimia yang dibimbing
oleh :

Ir. Asep Hodijat, MT

Disusun oleh:

Andri Gunawan 19466001

JURUSAN AGRIBISNIS

(Non Reguler)

FAKULTAS PERTANIAN

MA’SOEM UNIVERSITY

BANDUNG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Yang Mahaesa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Korosi”.
Perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada : Dosen mata
kuliah Kimia atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan kami
tentang Reaksi Kimia dalam sehari-hari, demikian pula kepada teman-teman yang
turut memberi sumbang saran dalam penyelesaian makalah sebagaimana yang
kami sajikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu dari lubuk hati kami yang paling
dalam memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dan mendorong
membuka cakrawala pemahaman tentang korosi .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan selalu menginspirasi
kita.

Bandung, 27 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
ABSTRAK 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
1.1.Latar belakang 4
1.2.Rumusan masalah 4
1.3.Tujuan 4
BAB II : PEMBAHASAN 5
2.1. Korosi 5
2.2. Penyebab korosi 6
2.3. Proses terjadinya korosi 7
2.4. jenis – jenis korosi 8
BAB V : KESIMPULAN 16
5.1. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18

4|Korosi
ABSTRAK

Karya ilmiah yang berjudul Pengamatan terjadinya korosi pada paku


ini membahas faktor yang mempengaruhi korosi pada paku dan cara
pencegahannya. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui
bahan-bahan yang dapat mempercepat terjadinya korosi. Metode yang
digunakan dengan melakukan penelitian langsung terhadap paku. Berdasarkan
hasil penelitian, paku yang lebih cepat berkarat / korosi adalah paku di dalam
asam cuka yang terbuka. Salah satu penyebabnya adalah karena asam cuka
mengandung H+ dan asam serta dipengaruhi oleh kelembaban udara di sekitar
tempat penyimpanan.

Adapun karya ilmiah ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana


proses terjadinya korosi. Bagaimana reaksi – reaksi yang terjadi pada saat
korosi, entah itu reaksi kimia, fisika, dan biologi.

5|Korosi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan. Karat


adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala
destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu
dari banyak jenis logam yang mengalami korosi. Karena itu tidak
mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sama. Korosi
dikenal merugikan karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Oleh
karena itu, dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi.

Mempelajari korosi juga penting bagi dunia industry terutama industry


yang bahan bakunya atau alat yang digunakan merupakan bahan yang mudah
terjadinya proses korosi. Akan sangat berbahaya, jika hasil dari proses korosi
ini masuk ke dalam pencernaan manusia. Maka dari itu akan dijabarkan
bagaimana pencegahan korosi pada benda logam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terjadinya korosi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?

1.3. Tujuan masalah


1. Mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi.
2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi.

6|Korosi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Korosi
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama
terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa teroksidasinya
suatu logam oleh gas oksigen di udara.

Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa
disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan
rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai
preduksi dan Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai
pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :

Anode : Fe2++ + 2e- → Fe


Katode : 2H2O → O2- + 4H+ + 4e-
Redoks : Fe2+ + 2 H2O → 2 Fe + O2 + 4 H+

Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam
akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Korosi adalah kerusakan
atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai
zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh
korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam
mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3. nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi
merupakan proses elektro kimia.Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses
korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam
dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer
dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian
teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:

4 Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4 + 2x) H2O (l) 2 Fe2O3.x H2O + 8


+
H (aq)

Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik
dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi

7|Korosi
dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka
reaksi katodik yang terjadi adalah:

O2 (g) + 2 H2O (l) + 2 e 4 OH- (aq)

Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab
lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial
reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi
terhambat karena hasil oksidasi, Al2O3, yang melapisinya tidak
bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan
udara luar.

2.2. Penyebab korosi


Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan.

Faktor dari bahan meliputi :


1. kemurnian bahan
2. struktur bahan
3. bentuk kristal
4. unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan
5. teknik pencampuran bahan dan sebagainya.

Faktor dari lingkungan meliputi :

1. tingkat pencemaran udara


Tingkat pencemaran udara ini berpengaruh dikarenakan dalam
udara terdapat berbagai macam unsur yang dapat mempercepat
ataupun memperlambat proses korosi pada suatu logam

2. suhu
Suhu dapat berpengaruh karena suhu akan proses korosi
memerlukan temperature yang optimal, dan akan mempengaruhi
kecepatan dari proses korosi tersebut.

8|Korosi
3. Kelembaban
Semakin lembab lingkungan, akan semakin mempercepat
proses korosi. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya ion oksgen
yang akan bereaksi.

4. keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.


Dengan keberadaan zat – zat yang bersifat korosif seperti zat –
zat asam, akan mempercepat korosi tersebut. Bahan-bahan korosif
(yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta
garam, baik dalam bentuk senyawa maupunan-organik.

Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat


mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa
dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan
tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaan-senyawaannya dikenal
sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk
sintesa bahan-bahan organik. Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang
cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan
normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke
udara. (Purba, Michael.2007)

2.3. Proses Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan –
bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada
permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan
terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak
kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam
menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan
proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama :
proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari
lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab.
(Purba, Michale. 2007)

Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan
mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan
kondisi mpy (mils per penetration)

9|Korosi
mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)

dimana:
A = luas permukaan (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = wakt korosi (hari)

2.4. JENIS – JENIS KOROSI

1. KOROSI HOMOGEN

Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara


homogen terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka (telanjang)

Korosi homogen memiliki Sifat :

a. Merata dan material menipis


b. Kehilangan tonage besar dan kecepatan tinggi

Contoh korosi pada badan kapal, pilar – pilar pelabuhan, korosi pada
kaki kaki jacket, sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat, atap seng.

Korosi homogen dapat dicegah dengan pemilihan material yang sesuai,


coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection

2. GALVANIC CORROSION (Korosi galvanik)

Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah (potensial rendah)
akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan
mengalami penurunan korosinya. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas

Pencegahannya :

Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin, menghilangkan


pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan, memberikan isolasi
diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan, penerapan coating
dengan mengutamakan pada logam anode, penambahan inhibitor dengan
cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam proses korosi, pencegahan
sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan logam induknya

10 | K o r o s i
3. CREVICE CORROSION (Korosi celah)

Crevice corrosion memiliki sifat :

a. Tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi


b. Sering terjadi pada sambungan kurang kedap

Hal ini disebabkan oleh, lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan

Reaksi dari korosi ini :

Oksidasi : M + 1e

Reduksi : O2 + 2H20 + 4e 4OH-

Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi
oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk
menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada
setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau celahnya terbatas
maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis sedangkan metal
M terus bereksi

Kecenderungan pembentukan ion M+ ini kemudian disetimbangkan


oleh adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada celah tersebut. Hasil reaksi
dari kedua ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi dari metal clorida atau
MCl.

Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang
dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi
didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya ion
H+ dan Cl-

Hal ini dapat di cegah dengan :

1. Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding


dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru
2. Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan
soldering
3. Peralatan – peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur,
terutama pada sambungan – sambungan yang rawan
4. Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis
5. Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan
6. Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan – lengkungan
tajam serta daerah genangan fluida

11 | K o r o s i
4. FILIFORM CORROSION

Filiform corrosion memiliki sifat :

Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi
hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana
permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.

Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis


korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O
dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi
dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan
berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus
menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang terjadi
dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi
ini dapat menyebar secara otomatis

Pencegahan secara global :

a. Menyimpan material berlapis metal (email) didalam kondisi kering


b. Memberikan lapisan brittle film

5. INTERGRANULAR CORROSION (Korosi batas butir)

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan


penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan
unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini
terjadi pada casting and welding

Casting, pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam
dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar
sesuai dengan karakteristik masing – masing logam dan kegunaannya

12 | K o r o s i
BAB III

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai
berikut:
 Asam cuka,air tawar,air hujan dan air panas termasuk kedalam bahan-
bahan korosif (bahan yang dapat menyebabkan korosi).
 Minyak tanah bukanlah bahan yang dapat menyebabkan korosi,oleh
karena itu minyak tanah tidak termasuk kedalam bahan yang korosif.

13 | K o r o s i
DAFTAR PUSTAKA

Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan
Pustaka

14 | K o r o s i
LAMPIRAN

Gambar 1. Korosi homogeny

Gambar 2. Korosi galvanic

Gambar 3. Korosi celah

15 | K o r o s i
Gambar 4. Korosi batas butir

Gambar 5. Proses korosi

16 | K o r o s i

Anda mungkin juga menyukai