Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS


DIABETES MELLITUS DI RUANG INSTANSI GAWAT
DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
HARYOTO

APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN

Oleh :
Ana Shafira Nur Fadila
NIM 172310101102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................i

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi................................................................................................1
1.2 Epidemiologi.......................................................................................1
1.3 Etiologi................................................................................................1
1.4 Klasifikasi ............................................................................................2
1.5 Patofisiologi…………………………………………………………..2
1.6 Manifestasi Klinis ............................................................................... 4
1.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 5
1.8 Penatalaksanaan Medis…………………………………………….…6
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI

2.1 Pengkajian..............................................................................................8
2.2 Pathway………………………………………………………………13
2.3 Diagnosa.................................................................................................14
2.4 Intervensi................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang mengakibatkan gangguan
multi sistem dalam tubuh dan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan akibat
kekurangan insulin ataupun kerja insulin yang tidak adekuat. Diabetes ini
merupakan penyakit yang komplek disertai dengan kelaianan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah. (Hidayat & Isnani, 2014)
1.2 Epidemiologi
Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015) diabetes mellitus
merupakan salah satu penyebab kematian karena penyakit kronis tertinggi di
dunia setelah penyakit jantung dan stroke. Pada tahun 2015 pravalesni tertinggi
penyakit diabetes yakni china, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Meksiko,
dan Indoneisa dengan jumlah estimasi orang yang terkena diabetes sebesar 10
juta. Jumlah kasus DM di Indonesia prevalensi diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun
mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun. (Riskesdas, 2013)
Prevalensi DM di Jawa Timur sendiri mengalami peningkatan dari tahun 2007
sebesar 1,8% menjadi 2,5% pada tahun 2013. Jawa Timur menempati urutan ke-
10 dengan jumlah terbanyak DM di Indonesia (Riskesdas, 2013).
1.3 Etiologi
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Diabetus
Melitus menurut (Sunarti,2018) antara lain:
a. Disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas yang biasanya terjadi defisiensi
insulin absolut yang diperantarai system imun atau idiopatik.
b. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan
terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.
c. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain
agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat
serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
d. Adanya gangguan system imunitas pada klien atau gangguan system
imunologi
e. Adanya kelainan insulin
f. Obesitas
g. Pola hidup yang tidak sehat
1.4 Klasifikasi

1
a. DM Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 biasanya terjadi pada anak-anak atau dewasa muda.
Diabetes tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas akibat autoimun
yang berhubungan dengan faktor genetik. Pasien DM tipe 1 ini mengontrol
kadar gula darah dengan suntikan insulin secara teratur dan terus menerus.
Tingkat kerusakan sel β pankreas pada bayi dan anak-anak leboh cepat
dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja terjadi gejala
seperti ketoasidosis, sementara pada orang dewasa terjadi hiperglikemia yang
dapat berubah menjadi hiperglikemia yang parah atau ketoasidosis sebagai
respon terhadap stress atau infeksi. Diabetes Mellitus tipe 1 ini mengikuti pola
hederiter dan biasanya terjadi pada orang keturunan Afrika dan Asia
(Sunarti,2018).
b. DM Tipe 2
Menurut WHO (2016), diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit
kronis yang disebabkan karena pankreas mengalami penurunan saat
memproduksi hormon insulin yang cukup atau ketika insulin yang
digunakan tubuh tidak efektif. Penderita didiagnosa DM ketika kadar
glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar glukosa darah
sewaktu lebih dari 200 mg/dl. DM tipe 2 disebut juga dengan non insullin
dependent diabetes mellitus (Fatimah,2015).

1.5 Patofisiologi
a. DM Tipe 1
Sistem imunitas pada tubuh akan menyerang dan menghancurkan sel yang
memproduksi insulin beta pankreas. Apabila sel beta pada Langerhans terjadi
infeksi ataupun kerusakan baik secara genetik maupun tidak akan
mengakibatkan penurunan produksi insulin bahkan dapat terhenti dalam
proses pembentukannya, hal ini akan mengakibatkan pengurangan pemasukan
insulin ke dalam jarigan otot ataupun jaringan adipose. Semakin menurunnya
insulin akan mempercepat proses katabolisme sehingga menyebabkan
insulinopenia yang mengakibatkan penggunaan glukosa oleh otot dan lemak
berkurang sehingga akan menyebabkan terjadinya hiperglikemi prosprandial.
Apabila produksi insulin semakin mengalami penurunan maka untuk
memproduksi glukosa melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis. Namun,
karena glukosa di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel maka hati akan

2
lebih berusaha sehingga akan mengakibatkan hiperglikemia puasa yang
menimbulkan dieresis osmotic yang disertai dengan glukosuria. Hal tersebut
akan mengakibatkan tubuh kekurangan kalori, cairan dan elektrolit sehingga
terjadi dehidrasi (Putri, 2018).
b. DM Tipe 2
Terdapat beberapa keadaan yang berperan dalam patofisiologi DM tipe 2,
yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel β Pankreas. DM tipe 2 bukan
disebabkan karena kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran
insulin tidak bisa merespon insulin secara normal. Resistensi insulin
disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan penuaan. Pre
reseptor dan post reseptor terganggu sehingga dibutuhkan insulin yang lebih
banyak dari biasanya untuk mempertahankan glukosa tetap normal.
Penurunan sensitivitas insulin menyebabkan retensi insulin sehingga kadar
glukosa dalam darah tinggi. Pada penderita DM tipe 2 glukosa hepatik
dihasilkan berlebih namun tidak terjadi kerusakan pada sel-sel β secara
autoimun. Defiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2
bersifat relatif dan tidak absolut (Prabawati,2012)
Saat perkembangan awal DM tipe 2, sel β mengalami gangguan pada fase
pertama sekresi insulin. Sekresi insulin tidak berhasil mengkompensasi resistensi
insulin. Jika tidak bisa ditangani makan sel-sel β pankreas akan mengalami
kerusakan. Kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif akan
menyebabkan defisiensi insulin, yang membuat penderita membutuhkan insulin
eksogen (Fatimah,2015).
1.6 Manifestasi Klinis
a. Poliuria
Banyak kencing atau sering kencing di malam hari. Disebabkan karena
kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau cairan
intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah
ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic. (Ridwan Z, 2016).
b. Polidipsia
Banyak minum atau rangsang haus berlebihan akibat meningkatnya difusi
cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume

3
intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus
terus dan ingin selalu minum. (Rahman, 2015).
c. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari
itu maka sel akan menciut, dan energy dari penderita berasal dari hasil
kataolisme karbohidrat dan protein sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. (Widayati P, 2014).
d. Poliphagia
Banyak makan karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan
energi akan menstimulasi rasa lapar. (Widayati P, 2014)

e. Kesemutan
Kesemutan dan mati rasa disertai dengan bengkak merupakan tanda bahwa
saraf sedang dirusak oleh diabetes yang jika dibiarkan akan menyebabkan
neuropati (kerusakan saraf) secara permanen (Widayati P, 2014).
f. Pandangan Mulai Kabur
Penglihatan yang kabur merupakan akibat dari tingginya kadar gula darah
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan osmotik pada mata dan
perubahan pada lensa. (Widayati P, 2014).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Menurut Hermayanti dan Nursiloningrum, 2017 pemeriksaan
penunjang Diabetes Melitus yaitu pemeriksaan laboratorium yang meliputi
:

Nilai
Parameter 13/01/2020 13/01/2020 13/01/2020
Rujukan

HEMATOLOGI 10,8 – 15,6


Hemoglobin 11
gr/Dl

4
4.500-
Lekosit 7.500
13.500 / uL
184.00-
Trombosit 297.000
488.000/uL
Hematokrit 42,2 33-45%
<25 mm/1
LED 19
jam

KIMIA KLINIK
GDA 60-100
328
mg/dL
60-100
GDP 274
mg/dL
IMUNOLOGI 1,1 – 4,4
2,74
C-Peptide ng/mL
URINALISIS
Kuning
Warna Kuning
Jernih
Kejernihan Jernih
5-6,25
Ph 6,0
1,015-1,025
Berat Jenis 1,025
Negatif
Lekosit Negatif
Negatif
Nitrit Negatif
Negatif
Urobilin Negatif
Negatif
Protein Negatif
Negatif
Eritrosit Trace
Negatif
Keton +1
Negatif
Biliburin Negatif
Negatif
Glukosa +3
Negatif
Silinder Negatif
Eumorfik 100%
Dismorfik 0%
Negatif
Bakteri +1, batang
Negatif
Kristal Negatif
Negatif
Epitel +1 gepeng

1.8 Penatalaksanaan Medis


Menurut (Yati dan Tridjaja, 2017) ada beberapa penatalaksaan medis pada
diabetes mellitus diantaranya yaitu:
a. Edukasi
Dalam hal ini tim kesehatan akan mendampingi pasien dalam
melakukan diet nutrisi untuk penderita diabetes. Upaya edukasi dilakukan
guna untuk meningkatkan motivasi dari pasien agar memiliki perilaku

5
hidup sehat. Selain itu untuk mendukung usaha pasien dalam menghadapi
perjalanan penyakit yang di deritanya. Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan
pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik,
dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
b. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis yaitu merupakan suatu proses untuk mengatasi
masalah DM dengan cara menyeimbangkan kebutuhan makanan yang
seimbang dengan kondisi tubuh pasien, mengatur jadwal makan, jenis
makanan dan jumlahnya.
c. Latihan Jasmani/Olahraga
Bagi pasien dengan DM harus melakukan aktivitas fisik secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit.
d. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ini juga penting dilakukan pada pasien
DM, selain dengan mengatur pola makan dan olahraga ada beberapa obat
yang dapat diberikan pada pasien DM. Misalnya yaitu obat yang memicu
insulin. Terdapat juga terapi insulin yang digunakan untuk mengontrol
kadar gula darah. Terapi insulin ini diberikan dengan cara menginjeksi
penderita yang kehilangan berat badan secara drastis. Jenis dari insulin ini
diantara lain:
1. Insulin kerja cepat, yaitu regular insuli, cristalin zinz dan
semilente.
2. Insulin kerja sedang, yaitu NPH (Netral Protamine Hagerdon),
globinzinc, lente.
3. Insulin kerja lambat, yaitu PZI (Protamin Zinc Insulin).
4. Insulin basal analog, yaitu glargine dan detemir.
5. Insulin campuran, pada anak-anak dianjurkan untuk
menginjeksi 2 kali insulin per hari paling tidak (Yati dan
Tridjaja, 2017).

6
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan yang pertama yaitu pengkajian. Dalam fase ini perlu
diperoleh data data dari pasien guna untuk menunjang diagnose pada pasien.
Data-data yang diperoleh haruslah data yang falid dan akurat agar
mempermudah proses selanjutnya.
1) Identitas Pasien
a. Nama :-
b. Umur : Diabetes Melitus biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
Diabetes Melitus biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan juga dapat
terjadi pada remaja.
c. Jenis Kelamin : Dapat dialami oleh laki-laki dan perempuan
d. Agama : -
e. Pekerjaan : Semakin kurang aktifitas fisik seseorang maka semakin
tinggi resiko mengidap diabetes melitus (ADA, 2004).
f. Status : -
g. Tgl MRS : -
h. Pendidikan : Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan
kesehatan
2) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medis : Diagnosa yang biasanya merupakan hasil keputusan
setelah dilakukannya pemeriksaan, misalnya Diabetes mellitus tipe 1 atau
2, hiperglikemi, neuropati
b. Keluhan Utama
Merasakan terjadi poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat
badan, mudah lelah, kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk
tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan kabur, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

c. Riwayat Kesehatan sekarang


Berisi tentang kapan mulai terjadinya penyakit, apa penyebabnya, upaya
apa yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya insulin misalnya penyakit seperti pankreas. Adanya

7
riwayat penyakit jantung, obesitas. Tindakan apa yang pernah di dapat oleh
pasien, serta obat – obatan yang pernah dikonsumsi oleh pasien.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin.
f. Riwayat psikososial
Memuat tentang informasi emosional saat terkena penyakit.

3) Pengkajian Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang diabetes sehingga tidak
mengetahui dampak terburuk dari DM itu sendiri.
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah.
c. Pola eliminasi
Hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka ,
sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri.
g. Persepsi dan konsep diri
Mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
h. Peran hubungan

8
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan menyebabkan reaksi yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

4) Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien secara umum, tingkat kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
Tanda – tanda vital normal:
1. Nadi : 70 – 80 x/menit
2. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
3. Suhu tubuh : 36,6oC – 37,20C
4. Pernapasan/Respirasi : 16 – 24 x/menit

b. Pemeriksaan fisik ( Head to Toe )


1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2. Sistem integumen

9
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan
Amati adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan.
6. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma : positif.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
m osm/l.

10
2.2. Pathway
Autoimun/Genetik/Lingkungan

Sel Beta pada pancreas rusak

Kekurangan Insulin

Glikogenesis Terganggunya
metabolisme protein

Produksi glukosa penggunaan

Penyimpanan energi Sel kekurangan


Hiperglikemi glukosa

Kelelahan
Ketidakseimbangan
Ginjal tidak Penyumbatan di nutrisi kurang dari
melakukan pembuluh darah kebutuhan tubuh
penyerapan glukosa (viskositas)
Pertumbuhan
jaringan terhambat
Poliuri & polidipsi Oksigen

Devisit V. Cairan
1
Hipoksia Perifer Jaringan rentan
terluka

Ketidakefektifan
perfusi Abrasi
jaringan
perifer
Luka

Kerusakan integritas Jaringan

1
1
2.3. Diagnosa
a) Defisiensi volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d sering
merasa haus
b) Ketidakeimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d berat badan dibawah
rentan ideal
c) Kerusakan integritas jaringan b.d gangguan metabolisme d.d
adanya luka pada jari kaki.
d) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kekurangan
oksigen ke jaringan perifer d.d neuropati
e) Keletihan b.d kekurangan energi d.d mudah lelah saat aktifitas

2
2.4 Intervensi

Hari / Nama
Diagnosa
NO. Tanggal Tujuan dan Kriteria dan
Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
/ Jam Hasil Paraf
1 13 Januari Defisiensi volume Setelah dilakukan asuhan 1. Untuk Ana
1. Monitor asupan dan
2020 cairan b.d kehilangan keperawatan selama 1x24 mengetahui Shafira
pengeluaran cairan
(07.00) cairan aktif d.d sering jam nyeri pasien akan seberapa £
2. Jaga pencatatan
merasa haus berkurang. banyak jumlah
intake/asupan dan
Kriteria Hasil : cairan yang
output yang akurat
1. Pola eliminasi diperlukan oleh
ditingkatkan dari 2 ke 3. Berikan terapi cairan pasien.
4 sesuai indikasi 2. Untuk
2. Intake cairan 4. Berikan informasi mengontrol
ditingkatkan dari 2 ke kepada keluarga asupan cairan
4 mengenai jumlah yang masuk ke
3. Berat badan dan masa cairan yang tubuh pasien
tubuh kembali normal diperlukan oleh 3. Untuk

3
memberikan
pasien.
asupan cairan
5. Kolaborasikan dengan
yang sesuai
dokter mengenai
dengan
status kesehatan
kebutuhan
pasien
tubuh pasien.
4. Agar keluarga
memahami
seberapa
banyak
kebutuhan
pasien terhadap
cairan.
5. Agar maslaah
pada pasien
dapat
terselesaikan
dengan
berkolaborasi

4
dengan dokter.
2 13 Januari Ketidakeimbanga Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor 1. Untuk Ana
2020 n nutrisi kurang keperawatan selama 1x24 kecenderungan mengetahui Shafira
(09.00) dari kebutuhan jam nyeri pasien akan terjadinya kenaikan peningkatan/pen £
tubuh b.d berkurang. dan penurunan berat urunan massa
ketidakmampuan Kriteria Hasil : badan tubuh pasien.
mengabsorbsi 1. Asupan makanan 2. Atur diet yang 2. Agar kebutuhan
nutrien d.d berat ditingkatkan dari 2 ke diperlukan nutrisi pasien
badan dibawah 4 3. Tentukan status gizi sesuai dengan
rentan ideal 2. Rasio berat badan pasien dan kebutuhan.
ditingkatkan dari 1 ke kemampuan pasien 3. Agar dapat
2 untuk memenuhi menilai
kebutuhan gizi kemampuan
4. Anjurkan keluarga dari diri sendiri
untuk membawa untuk
makanan favorit memenuhi
sementara pasien kebutuhan
berada di rumah sakit status gizinya.
5. Kolaborasikan dengan 4. Agar pasien

5
ahli gizi mengenai tertarik untuk
status gizi pasien memakan
makanan yang
mengandung
nutrisi sesuai
yang
dibutuhkan.
5. Agar status gizi
pasien kembali
terpenuhi
dengan adanya
kolaborasi
bersama ahli
gizi
professional
3 13 Januari Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan 1. Amati warna, 1. Agar dapat Ana
2020 jaringan b.d gangguan keperawatan selama 1x24 kehangatan, bengkak, mengetahui Shafira
(14.00) metabolisme d.d jam nyeri pasien akan pulsasi, tekstur, edema kondisi luka pada £
adanya luka pada jari berkurang. pada area luka pasien

6
kaki. Kriteria Hasil : 2. Lakukan langkah 2. Agar luka pada
1. Perfusi jaringan langkah untuk pasien tidak
ditingkatkan dari 2 ke mencegah kerusakan bertambah parah
3 lebih lanjut. 3. Agar keluarga
2. Integritas jaringan 3. Ajarkan anggota pasien mengerti
mengalami keluarga mengenai mengenai tanda
peningkatan tanda tanda kerusakan tanda apabila luka
jaringan dengan tepat bertambah parah.
4. Kolaborasikan dengan 4. Untuk tetap
dokter terkait kondisi memantau keadaan
pasien pasien

7
4 13 Januari Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. monitor jumlah cairan 1. agar jumlah cairan Ana
2020 perfusi jaringan keperawatan selama 1x24 yang masuk dan yang keluar dan Shafira
(15.00) perifer b.d kekurangan jam nyeri pasien akan keluar masuk tetap dalam £
oksigen ke jaringan berkurang. 2. inspeksi kulit untuk pengontrolan.
perifer d.d neuropati Kriteria Hasil : adanya luka pada 2. Untuk mengetahui
1. Aliran darah melalui arteri atau kerusakan adanya luka
pembuluh perifer jaringan ataupun tanda
ditingkatkan dari 2 ke 3. instruksikan pada tanda infeksi.
3 pasien mengenai 3. Agar keluarga
2. pengisian kapiler jari perawatan kaki yang pasien mengetahui
kaki mengalami tepat cara merawat luka
peningkatan 4. lakukan perawatan yang tepat.
3. kerusakan kulit luka dengan tepat 4. Agar luka tetap
ditingkatkan dari 2 ke terjagaa
3 kebersihannya dan
4. mati rasa terhindar dari
ditingkatkan dari 2 ke infeksi
3

8
5 13 Januari Keletihan b.d Setelah dilakukan asuhan 1. monitor kalori dan 1. Agar jumlah kalori Ana
2020 kekurangan energi d.d keperawatan selama 1x24 asupan makanan yang masuk dalam Shafira
(16.00) mudah lelah saat jam nyeri pasien akan 2. tentukan jumlah kalori tubuh tetap £
aktifitas berkurang. dan jenis nutrisi yang terkontrol.
Kriteria Hasil : dibutuhkan untuk 2. Agar jenis dan
1. kelelahan memenuhi persyaratan jumlah gizi yang
ditingkatkan dari 2 ke gizi diperlukan tubuh
4 3. berikan pilihan terpenuhi.
2. kualitas tidur makanan sambil 3. Agar pasien
ditingkatkan dari 2 ke menawarkan memiliki opsi
4 bimbingan terhadap untuk makan
3. metabolisme pilihan makanan yang makanan yang ia
ditingkatkan dari 2 ke lebih sehat. suka namun
3 4. Anjurkan keluarga memiliki
untuk membawa kandungan nutrisi
makanan favorit yang sesuai.
pasien sementara 4. Agar pasien
pasien berada di tertarik untuk
rumah sakit memakan

9
5. Kolaborasikan dengan makanan yang
ahli gizi mengenai jumlah kalori dan
asupan makanan yang gizinya sudah
sesuai sesuai dengan
kebutuhan.
5.Agar kebutuhan
nutrisi pada pasien
dapat terpenuhi
sesuai kebutuhan

10
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2012. Standart Of Medical Care in Diabetes


Melitus.Diabetes Care. 34. SWHO,1999

Bulechek, G.M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th


Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:


Definitions & Classifications 2015-2017. 10th Edition. Terjemahan oleh
Kelliat, Budi Anna, dkk. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 .Edisi 10. Jakarta EGC

Sunarti. 2018. Serat Pangan dalam Penanganan Sindrom Metabolik. Yogyakarta


: Gadjah Mada University Press.

Hidayat, A.R & Isnani Nurhayati. 2014. Perawatan Kaki pada Penderita Diabetes
Melitus di Rumah. Jurnal Permata Indonesia. 5(2).

Hospital Authority. 2016. Indonesia

http://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Diabetes
-Mellitus-Indonesian.pdf?ext=.pdf [Diakses pada tanggal 30 Agustus 2019,
pukul 22.24 WIB]

Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th


Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima.
Yogyakarta: Mocomedia

Putri, K. 2018. Gambaran Klinis dan Laboratoris serta Gambaran Pengetahuan


Orang Tua terhadap Penderita Diabetes Melitus Tipe 1 Anak di RSUP
Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

11
Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pusat Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai