Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) merupakan respon tubuh secara sistemik terhadap adanya invasi mikroba. SIRS terjadi akibat suatu inflamasi atau stimulus traumatik yang penyebabnya tidak spesifik. Systemic Inflammation Response Syndrome (SIRS) berupa respon tubuh terhadap inflamasi sistemik yang mencakup 2 atau lebih keadaan berikut: suhu >38oC atau <36oC, frekuensi nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32mmHg, frekuensi jantung >90 kali/menit, sel darah putih >12.000/mm3 atau <4.000/mm3 atau batang >10%. DI USA Lebih dari 500.000 penderita tiap tahun terus meningkat serta menyebabkan lebih dari 175.000 pasien meninggal tiap tahunnya. Di Indonesia Sendiri, berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa SIRS merupakan masalah besar. Hal ini ditunjukkan dari tingginya angka kematian dari jumlah total pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam yakni 59,17 %. Penelitian oleh Dhar & Diringer menunjukkan bahwa SIRS terjadi pada 85% pasien dengan perdarahan subarachnoid (SAH) dalam 4 hari pertama. Derajat SIRS yang berat dalam empat hari pertama adalah faktor independen terhadap vasospasme simptomatik dan berhubungan dengan outcome yang buruk. Selain itu, penelitian oleh Kasahara, et al. menunjukkan bahwa 24 responden (50,8%) mengalami SIRS pada 24 jam post operasi, 3 orang pada 48 jam post operasi, 2 orang pada 72 jam post operasi, 2 orang pada 96 jam post operasi, dan 2 orang pada 120 jam post operasi (mean = 1,6 hari).5 Penelitian lainnya oleh Fitri menunjukkan adanya suatu pola perkembangan SIRS pada pasien kraniotomi, yaitu pada 24 jam pertama pasca bedah kraniotomi pasien mengalami SIRS ringan (60%), namun pada 72 jam berikutnya pasien cenderung tidak mengalami SIRS lagi (55%). SIRS Non Infeksi dapat terjadi dengan beberapa etiologi, sebagai berikut: pankreatitis, terbakar, trauma, infark miokardiak, emboli paru, aneurisma pembedahan aorta, cardiac tamponade, insufisiensi adrenal, anafilaksis, dan overdosis obat-obatan (Taljaard, 2010). ciri-ciri klasik berupa: demam atau hipotermi, leukositosis atau leukopenia, takipnu dan takikardi. SIRS dengan infeksi (yang dicurigai atau terbuktikan) disebut sebagai sepsis (Munford dalam Fauci, 2008). Gagal hati kronik merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan SIRS. Gagal hati kronik dapat menyebabkan fase peradangan berupa Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS). Pada gagal hati kronik ini SIRS walaupun tidak ada sepsis dapat dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi. Fungsi kekebalan tubuh yang tidak stabil menjadi pusat dari patogenesis dengan awal Sytemic Inflammatory Response Syndrome yang menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah: bagaimana kejadian Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) pada penyakit Acute Chronic Liver Failure (ACLF) ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dari Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) 2. Untuk mengetahui etiologi dari Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) 3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) 4. Untuk mengetahi kejadian Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) pada penyakit Acute Chronic Liver Failure (ACLF)
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah: Diharapkan dengan adanya makalah Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) mahasiswa dapat memahami tentang SIRS serta dapat mengaplikasikan ilmu tentang SIRS pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang baik dan benar.