Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sytemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) merupakan respon tubuh
secara sistemik terhadap adanya invasi mikroba. SIRS terjadi akibat suatu
inflamasi atau stimulus traumatik yang penyebabnya tidak spesifik. Systemic
Inflammation Response Syndrome (SIRS) berupa respon tubuh terhadap inflamasi
sistemik yang mencakup 2 atau lebih keadaan berikut: suhu >38oC atau <36oC,
frekuensi nafas >20 kali/menit atau PaCO2 <32mmHg, frekuensi jantung >90
kali/menit, sel darah putih >12.000/mm3 atau <4.000/mm3 atau batang >10%.
DI USA Lebih dari 500.000 penderita tiap tahun terus meningkat serta
menyebabkan lebih dari 175.000 pasien meninggal tiap tahunnya. Di Indonesia
Sendiri, berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa SIRS merupakan
masalah besar. Hal ini ditunjukkan dari tingginya angka kematian dari jumlah
total pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam yakni 59,17 %. Penelitian
oleh Dhar & Diringer menunjukkan bahwa SIRS terjadi pada 85% pasien dengan
perdarahan subarachnoid (SAH) dalam 4 hari pertama. Derajat SIRS yang berat
dalam empat hari pertama adalah faktor independen terhadap vasospasme
simptomatik dan berhubungan dengan outcome yang buruk. Selain itu, penelitian
oleh Kasahara, et al. menunjukkan bahwa 24 responden (50,8%) mengalami SIRS
pada 24 jam post operasi, 3 orang pada 48 jam post operasi, 2 orang pada 72 jam
post operasi, 2 orang pada 96 jam post operasi, dan 2 orang pada 120 jam post
operasi (mean = 1,6 hari).5 Penelitian lainnya oleh Fitri menunjukkan adanya
suatu pola perkembangan SIRS pada pasien kraniotomi, yaitu pada 24 jam
pertama pasca bedah kraniotomi pasien mengalami SIRS ringan (60%), namun
pada 72 jam berikutnya pasien cenderung tidak mengalami SIRS lagi (55%).
SIRS Non Infeksi dapat terjadi dengan beberapa etiologi, sebagai berikut:
pankreatitis, terbakar, trauma, infark miokardiak, emboli paru, aneurisma
pembedahan aorta, cardiac tamponade, insufisiensi adrenal, anafilaksis, dan
overdosis obat-obatan (Taljaard, 2010). ciri-ciri klasik berupa: demam atau
hipotermi, leukositosis atau leukopenia, takipnu dan takikardi. SIRS dengan
infeksi (yang dicurigai atau terbuktikan) disebut sebagai sepsis (Munford dalam
Fauci, 2008).
Gagal hati kronik merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
SIRS. Gagal hati kronik dapat menyebabkan fase peradangan berupa Sytemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS). Pada gagal hati kronik ini SIRS
walaupun tidak ada sepsis dapat dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi.
Fungsi kekebalan tubuh yang tidak stabil menjadi pusat dari patogenesis dengan
awal Sytemic Inflammatory Response Syndrome yang menyebabkan kegagalan
organ dan kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah: bagaimana kejadian Sytemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS) pada penyakit Acute Chronic Liver Failure (ACLF) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sytemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS)
2. Untuk mengetahui etiologi dari Sytemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS)
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Sytemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS)
4. Untuk mengetahi kejadian Sytemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) pada penyakit Acute Chronic Liver Failure (ACLF)

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
Diharapkan dengan adanya makalah Sytemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) mahasiswa dapat memahami tentang SIRS serta dapat
mengaplikasikan ilmu tentang SIRS pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang
baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai