Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Konsep Teori
A. Definisi
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh
tumor (Wiknjosastro, 2011). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen,
2010). Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara
colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat
sementara atau menetap selamanya. (grace, 2012).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu
membuatan lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat
bersifat sementara ataupun permanen. Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat
lubang pada kolon tranversum kanan maupun kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut
juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau menetap. Kolostomy pada bayi dan
anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara.
B. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko
kanker kolon (dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding
sebelah dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan
akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak
adenomatosa mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker
usus besar. kanker biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa
poliposis cenderung berjalan dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi
mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-hal berikut :
1. Kolitis useratif atau penyakit chron (Scwartz, 2011)
2. kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
3. obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar.
C. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis
ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan
kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid
). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan
transversum bersifat sementara, sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.
Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan (Price, 2009)
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Obstipasi/diare
4. Perut kembung
5. Kejang hilang timbul (Blik, 2010).
E. Klasifikasi
1. Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi
a. Loop Colostomy
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi
tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang
berukuran besar, dibentuk di kolon transversal, dan bersifat sementara.
b. End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian
distal saluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong Hartman)
dan dibiarkan didalam rongga abdomen, end colostomy merupakan hasil terapi
bedah pada kanker kolorektal.
c. Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan
stoma distal yang tidak berfungsi.
2. Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi
a. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan
peritoritis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon.
b. Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut
quenu-milles berupa anus preternaturalis (Scwartz, 2011)
F. Komplikasi
1. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan
kulit. Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
a. Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat
loop ilium.
b. Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
c. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi
usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi,
dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum
yang pendek dan tipis (Prawirohardjo, 2009).
2. Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
3. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
4. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
5. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah.
6. Obstruksi
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
7. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
8. Retraksi stoma / mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
9. Prolap stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Stenosis Penyempitan dari lumen stoma (dragovich, 2009).
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium untuk mengetahui akan terjadinya infeksi (dragovich, 2009).
H. Penatalaksanaan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan (dragovich, 2009).
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan.
Alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis serta penanggung jawab pasien
(Wantyah, 2010: hal 17)
2. Keluhan Utama
Pasien kista biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala
nyeri 0-10, 0 tidka nyeri dan 10 nyeri paling tinggi. Pengkajian neri secara
mendalam menggunakan pendekatan PSRST, meliputi prepitasi dan penyembuh,
kualitas dan kuantitas, ntensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran, onset
(Wantiyah, 2010: hal 18)
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah
klien pernah menderi ata hipertensi atau diabetes melitius, infark miokard atau
penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah
MRS sebelumnya (Wantiyah, 2010: hal 17).
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systim PQRST. Untuk membantu
klien dalam mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Pada klien PJK
umumnya mengalami nyeri dada (Wantiyah, 2010: hal 18)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
kista. Riwayat penderita kista umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko
lainnya, seperti abnormal kadar kolesterol dan peningkatan tekanan darah (A.
Fauzi Yahya 2010: hal 28)
6. Riwayat Psikosial
Pada klien kista biasanya yang muncul adalah menyangkal, takut, cemas dan
marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis ( Wantiyah, 2010:hal
18).
7. Pola Aktibitas dan Latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan kista untuk menilai
kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien kista
mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Panthee & Kritpracha, 2011: hal 15).
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan stoma :
a. Warna stoma (normal warna kemerahan).
b. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
c. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
d. Posisi stoma.
2. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
a. Konsistensi, bau, warna feces.
b. Apakah ada konstipasi / diare ?
c. Apakah feces tertampung dengan baik ?
d. Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
3. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
a. Keluhan nyeri ada/ tidak.
b. Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
c. Kualitas nyeri.
d. Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
e. Apakah pasien gelisah atau tidak.
4. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
a. Tidur nyenyak/ tidak.
b. Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
c. Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
d. Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
5. Bagaimana konsep diri pasien ?
a. Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri,
gambaran diri, & peran.
6. Apakah ada gangguan nutrisi :
a. Bagaimana nafsu makan klien.
b. BB normal atau tidak.
c. Bagaimana kebiasaan makan pasien.
d. Makanan yang menyebabkan diare.
e. Makanan yang menyebabkan konstipasi.
1.3 Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3. Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4. Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6. Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
(Herdman, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions &
Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Schwartz, S.I. (2011). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2009. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Grace, P.A., dan Borley, N.R. 2012. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga, 169. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai