BAB 1 Ok Askep
BAB 1 Ok Askep
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan kristal di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur dari cairan empedu yang mengendap dan
membentuk suatu material mirip batu di dalam kandung empedu atau saluran
empedu. Komponen utama dari cairan empedu adalah bilirubin, garam empedu,
fosfolipid dan kolesterol. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu bisa
berupa batu kolesterol, batu pigmen yaitu coklat atau pigmen hitam, atau batu
campuran (Haryono, 2013).
Lokasi batu empedu bisa bermacam–macam yakni di kandung empedu,
duktus sistikus, duktus koledokus, ampula vateri, di dalam hati. Kandung empedu
merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah
lobus kanan hati. Empedu yangdisekresi secara terus menerus oleh hati masuk
kesaluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil
tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari
permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang akan bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung
dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang,duktus
koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri sebelum
bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula
dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter oddi (Nursalam &
Fransisca, 2010).
2.2 Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun
yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Batu
empedu dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak factor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya batu empedu.
5
2.4 Patofisiologi
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan
berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu
campuran. Lebih dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran ( batu yang mengandung 20-
50% kolesterol). 10 % sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung
<20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah
keadaan stasis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dan kosentrasi kalsium dalam kandung empedu.Batu kandung empedu
merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu
dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi
(supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium, bilirubin), akan
berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu. Kristal yang
terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan tersebut bertambah
ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu. Factor motilitas kandung
empedu dan biliary stasis merupakan predisposisi pembentukan batu campuran
(Haryono, 2013).
8
2.5 WOC
9
10
11
2.8.2 Ultrasonografi.
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur
diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat
serta akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan
ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan
radiasi ionisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat
jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
empedunya berada dalam keadaan distensi. Penggunaan ultrasound
berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau
duktus koledokus yang mengalami dilatasi. Dilaporkan bahwa USG
mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
2.8.3 Pemeriksaan Radionuklida atau Koleskintografi
Koleskintografi telah berhasil dalam membantu menegakkan diagnosis
kolelisistitis. Dalam prosedur ini, preparat radioaktif disuntikkan melalui
intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat
diekskresikan dalam system bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian
saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan
percabangan bilier. Pemeriksaan ini lebih mahal daripada USG,
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengerjakannya, membuat
pasien terpajan sinar radiasi, dan tidak dapat mendeteksi batu empedu.
Penggunaannya terbatas pada kasus-kasus yang dengan pemeriksaan USG,
diagnosisnya masih belum dapat disimpulkan.
2.8.4 Kolesistografi.
Meskipun sudah digantikan dengan USG sebagai pemeriksaan pilihan,
kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia atau bila hasil
USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi
batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk
melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta
mengosongkan isinya. Media kontras yang mengandung iodium yang
diekskresikan oleh hati dan dipekatkan dalam kandung empedu diberikan
13
kepada pasien. Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan
radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu, bayangannya akan tampak pada
foto rontgen. Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mencakup
asam iopanoat (Telepaque), iodipamie meglumine (Cholografin) dan
sodium ipodat (Oragrafin). Semua preparat ini diberikan dalam dosis oral,
10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan sinar-X. sesudah diberikan
preparat kontras, pasien tidak boleh mengkonsumsi apapun untuk
mencegah kontraksi dan untuk pengosongan kandung empedu.
Kepada pasien harus ditanyakan apakah ia mempunyai riwayat alergi
terhadap yodium atau makanan laut. Jika tidak ada riwayat alergi, pasien
mendapat preparat kontras oral pada malam harinya sebelum pemeriksaan
radiografi dilakukan. Foto rontgen mula-mula dibuat pada abdomen
kuadaran kanan atas. Apabila kandung empedu tampak terisi dan dapat
mengosongkan isinya secara normal serta tidak mengandung batu, kita
dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi penyakit kandung empedu.
Apabila terjadi penyakit kandung empedu, maka kandung empedu tersebut
mungkin tidak terlihat karena adanya obstruksi oleh batu empedu.
Pengulangan pembuatan kolesistogram oral dengan pemberian preparat
kontras yang kedua mungkin diperlukan jika kandung empedu pada
pemeriksaan pertama tidak tampak.
Kolesistografi pada pasien yang jelas tampak ikterik tidak akan
memberikan hasil yang bermanfaat karena hati tidak dapat
mengekskresikan bahan kontras radiopaque kedalam kandung empedu
pada pasien ikterik. Pemeriksaan kolesistografi oral kemungkinan besar
akan diteruskan sebagai bagian dari evaluasi terhadap pasien yang telah
mendapatkan terapi pelarutan batu empedu.
2.9 Konsep Dasar Laparascopy
Laparoskopi adalah sebuah prosedur pembedahan minimally invasive dengan
memasukkan gas CO2 ke dalam rongga peritoneum untuk membuat ruang antara
dinding depan perut dan organ viscera, sehingga memberikan akses endoskopi ke
dalam rongga peritoneum tersebut.Teknik laparoskopi atau pembedahan
minimally invasive diperkirakan menjadi trend bedah masa depan.
14
Teknik Mensterilkan
Mesin Autoclave
Teknik Pencucian
Instrumen habis pakai dibersihkan dari kotoran dan darah. Kemudian
dilepas perbagian dengan hati-hati dan direndam dalam cairan cidex.
18
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologispasienmeliputi perasaan takut / cemas dan keadaan
emosi pasien
2) Pengkajian Fisik pasien pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
3) Sistem integumen pasien apakah pasien pucat, sianosis dan adakah
penyakit kulit di area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler pasien apakah ada gangguan pada sisitem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan minum
obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan merokok, minum alcohol,
Oedema, Irama dan frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan pasien apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara
tiba-tiba di kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal pasien apakah pasien diare ?
7) Sistem reproduksi pasien apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
8) Sistem saraf pasien bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien. Apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
3.1.2 Pengkajian fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang
perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental pasienBila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien
masih sadar atau terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur
yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien
tidak cemas atau takut menghadapi prosedur tersebut.
20
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Barito Utara
Tgl MRS : 19 November 2019
Diagnosa Medis : Cholelithiasis
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien (Ny.M)
: Tinggal serumah
: Meninggal
28
b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Klien tampak berbaring di meja operasi dengan
posisi supinasi terpasang infus NaCl 0,9% ditangan sebelah kanan 15 tpm
Klien dalam pengaruh general anastesi
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,50C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 90x/mt
c. Pernapasan/RR : 20x/m
d. Tekanan Darah/BP : 120/70mm Hg
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA PENYEBAB
OBYEKTIF
Pre Operatif : Terdapat batu pada Nyeri akut
DS : Klien mengatakan kandung empedu
nyeri pada perut sebelah
kanan. Distensi kandung empedu
DO : Klien tampak
Meringis. Nyeri akut
Nyeri pada perut sebelah
kanan nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
dengan skala nyeri 7
Nyeri terasa saat
aktifitas maupun
istirahat
DS : Klien mengatakan Cholelithiasis Ansietas
merasa takut karena
belum pernah menjalani Rencana tindakan
operasi pembedahan
DO :
Klien tampak gelisah Ketidaktahuan
Klien bertanya
tentang operasi yang
akan ia jalani Ansietas
TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5ºc
RR : 20x/menit
30
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN