Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PADA ODHA

Disusun oleh:
Aina Naimah binti Razak
112018202

Dokter Pembimbing:

…………………………
Dr. Endah Soedarawerti, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSUD TARAKAN
PERIODE 19 AGUSTUS 2019 – 26 OKTOBER 2019

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
JL.Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Kamis/12 September 2019/TB paru dengan
HIV/AIDS
SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT : RSUD TARAKAN

Identitas Pasien
Nama Lengkap : Tn Syahrul Anwar Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 20 Mei 1985 Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Gojek Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Gading Raya 1 No.1 RT0.10/RW
0.14, Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta
Timur, DKI Jakarta

Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis terhadap ibu pasien pada hari Senin tanggal 9 September 2019
pk. 13:30 & Selasa tanggal 10 September 2019 pk. 14:00
Keluhan Utama: nyeri ulu hati sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki (34 tahun) datang ke IGD RS Tarakan dengan keluhan nyeri ulu
hati dan lemas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit (31 Agustus 2019). Pada
saat masuk IGD, OS demam dan mengeluhkan nyeri pada dada dan ulu hati. OS juga
mengeluhkan batuk-batuk kering, kadang-kadang keringat dingin pada waktu malam
hari, sesak dan nyeri dada, penurunan berat badan dan nafsu makan berkurang. Riwayat
batuk-batuk lama ada. BAK dan BAB dalam batass normal. OS memiliki riwayat

2
pengobatan OAT sebelumnya. Pengobatan OAT OS saat ini memasuki bulan ketujuh.
OS juga memiliki riwayat ODHA dan sudah minum ARV 3 bulan, tetapi saat ini putus
karena belum mendapat rujukan untuk ambil ARV. OS tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, asma dan alergi obat disangkal.
Pada hari pemeriksaan 9 September, OS masih lemas, sesak napas tidak
berkurang, nyeri dada berkurang, masih tidak nafsu makan dan masih keringat dingin.
Tidak ada demam. Pada hari pemeriksaan 10 September, OS masih lemas, sesak napas
berkurang, nyeri dada makin berkurang, masih tidak nafsu makan dan keringat dingin.

Penyakit Dahulu
(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal / saluran
kemih
(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit pembuluh
(-) Demam rematik akut (-) Ulkus ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(+) Tuberkulosis (-) Batu empedu Lain Lain: (-) Operasi
(-) Kecelakaan

3
Riwayat Keluarga
Hubungan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Keadaan Penyebab
Kesehatan Meninggal
Kakek - Laki-laki Meninggal -
Nenek - Perempuan Meninggal -
Ayah 56 Laki-laki Sehat -
Ibu 50 Perempuan Sehat -
Saudara 28 Perempuan Sehat -
Anak 1. 4 1. Laki-laki 1. Sehat -

Adakah kerabat yang menderita:


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi V
Asma V
Tuberkulosis V
Artritis V
Rematisme V
Hipertensi V
Jantung V
Ginjal V
Lambung V

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (+) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning/Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus

4
Mata
(-) Nyeri (-) Radang
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Kehilangan pendengaran
(-) Tinitus

Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah kotor
(-) Gusi (sariawan) (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Dada (Jantung / Paru-paru)
(+) Nyeri dada (+) Sesak napas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (+) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
(-) Rasa kembung (-) Wasir
(+) Mual (-) Mencret
(+) Muntah (-) Tinja darah
(-) Muntah darah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna ter

5
(+) Nyeri perut, kolik (-) Benjolan
(-) Perut membesar
Saluran kemih / Alat kelamin
(-) Disuria (-) Kencing nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuri (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi urin
(-) Kencing batu (-) Kencing menetes
(-) Ngompol (tidak disadari) (-) Penyakit prostat
Saraf dan Otot
(-) Anestesi (-) Sukar mengingat
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiperestesi
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Kedutan (‘tick)
(-) Amnesia (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain-lain (-) Gangguan bicara (Disarti)
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (kg) : 37,55 Kg
Berat badan tertinggi (kg) : 43 Kg
Berat badan sekarang (kg) : 40,0 Kg

RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir: (-) di rumah (-) rumah bersalin (+) RS bersalin
Ditolong oleh: (+) dokter (-) bidan (-) Dukun (-) Lain-lain

6
Riwayat Imunisasi
(-) Hepatitis (+) BCG (+) Campak (+) DPT (+) Polio (-) Tetanus

Riwayat Makanan
Frekuensi / hari : 2-3x/hari
Jumlah / hari : Sebelum sakit, makan 1 piring.
Variasi / hari : Tidak bervariasi. Nasi, ikan dan sayur.
Nafsu makan : Sebelum sakit baik.

Pendidikan
(-) SD (-) SMP (-) SLTA (-) Sekolah Kejuruan (-) Akademi
(+) SMA (-) Universitas (-) Kursus (-) Tidak sekolah

Kesulitan:
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 40,0 kg
IMT : 15,63 Kg/m2
Status gizi : IMT 5,63 (BB kurang)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 24x/menit tipe torakoabdominal
Saturasi Oksigen : 99%

7
Sianosis : tidak ada
Udema umum : tidak ada
Habitus : normal
Cara berjalan : normal
Mobilisasi (aktif/pasif) : pasif
Umur menurut perkiraan pemeriksa : sesuai dengan usia sekarang

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan : Biasa
Proses pikir : Wajar

Kulit
Warna: sawo matang Effloresensi: tidak ada
Jaringan parut: tidak ada Pigmentasi: tidak ada
Pertumbuhan rambut: merata Pembuluh darah: tidak tampak
pelebaran
Suhu raba: normotermi Kelembaban: lembab
Keringat: tidak ada Turgor: normal
Lapisan lemak: tipis Ikterus: tidak ada
Lain-lain: - Edema: tidak ada

8
Kelenjar getah bening
Submandibula: tidak teraba pembesaran Leher: tidak teraba pembesaran
Supraklavikula: tidak teraba pembesaran Ketiak: tidak teraba pembesaran
Lipat paha: tidak teraba pembesaran

Kepala
Ekspresi wajah: tenang Simetri muka: simetris
Rambut: hitam dan beruban,
kuat, tidak bercabang Pembuluh darah temporal: tidak
terlihat

Mata
Exophthalmus : ( - ) Enopthalmus :(-)
Kelopak : normal Lensa : Jernih
Konjungtiva : anemis +/+ Visus :Tidak
diperiksa
Sklera : ikterik - / - Gerakan mata :(N)
Lapangan penglihatan : N Tekanan bola mata :(N)
Deviatio konjungae :(-) Nystagmus :(-)
Telinga
Tuli: tidak ada Selaput pendengaran: utuh
Lubang: tidak ada Penyumbatan: tidak ada
Serumen: tidak ada Perdarahan: tidak ada
Cairan: tidak ada
Mulut
Bibir: tidak sianosis, tidak kering Tonsil: T1-T1, tenang
Langit-langit: normal Bau pernapasan: tidak ada
Gigi geligi: normal Trismus: tidak ada
Faring: tidak hiperemis, tidak ada lendir Selaput lendir: normal
Lidah: normal

9
Leher
Tekanan vena jugularis (JVP): tidak dilakukan
Kelenjar tiroid: tidak teraba pembesaran
Kelenjar limfe: tidak teraba pembesaran

Dada:
Bentuk: cekung
Pembuluh darah: tidak terlihat

Paru – Paru
Paru-paru Anterior Posterior
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, tidak tampak lesi dinamis, tidak tampak lesi
atau benjolan atau benjolan
inspeksi
Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, tidak tampak lesi dinamis, tidak tampak lesi
atau benjolan atau benjolan
Kanan Tidak teraba benjolan, Tidak teraba benjolan,
tidak nyeri, fremitus taktil tidak nyeri, fremitus taktil
simetris simetris
Palpasi
Kiri Tidak teraba benjolan, Tidak teraba benjolan,
tidak nyeri, fremitus taktil tidak nyeri, fremitus taktil
simetris simetris
Kanan Sonor Sonor
Perkusi
Kiri Sonor Sonor
Kanan Vesikuler (+), Rhonki (-), Vesikuler (+), Rhonki (-),
whezing (-) whezing (-)
Auskultasi
Kiri Vesikuler (+), Rhonki (-), Vesikuler (+), Rhonki (-),
whezing (-) whezing (-)

10
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 5 garis midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : sela iga 4 garis parasternalis dextra
Batas kiri : sela iga 5 garis midclavikula sinistra
Batas atas : sela iga 2 garis parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pembuluh Darah
Arteri Temporalis : Teraba Pulsasi
Arteri Karotis : Teraba Pulsasi
Arteri Brakhialis : Teraba Pulsasi
Arteri Radialis : Teraba Pulsasi
Arteri Femoralis : Teraba Pulsasi
Arteri Poplitea : Teraba Pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba Pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : Teraba Pulsasi

Perut
Inspeksi : datar, warna kulit sawo matang, lesi (-), benjolan (-)
Palpasi
Dinding perut : supel, nyeri tekan (+)
Hati : tidak teraba membesar, nyeri (-)
Limpa : tidak teraba membesar, nyeri (-)
Ginjal : tidak teraba membesar, nyeri saat balotement(-)
Kandung empedu : tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Refleks dinding perut : dalam batas normal, defense muscular (-)
Alat Kelamin (atas indikasi)
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi.

11
Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : normotonus normotonus
Massa : (-) (-)
Sendi : normal normal
Gerakan : aktif aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : (-) (-)
Petechie : (-) (-)

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot
Tonus : normotonus (kiri dan kanan)
Massa : negatif (kiri dan kanan)
Sendi : normal (kiri dan kanan)
Gerakan : aktif (kiri dan kanan)
Kekuatan : normal (kiri dan kanan)
Oedem : negatif (kiri dan kanan)
Petechie : negatif (kiri dan kanan)

Refleks
Kanan Kiri
Refleks Tendon Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Trisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Patela Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Achiles Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Patologis Negatif Negatif

12
LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Tanggal 7 September 2019


Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin
 Hemoglobin : 4.6 g/dL
 Hematokrit : 13.7%
 Eritosit : 1990000/uL
 Leukosit : 1250/uL
 Trombosit : 1000/uL
 MCV : 68.8%
 MCH : 23.1 pg
 MCHC : 33.6%

Hitung Jenis Leukosit


 Basofil :0%
 Eosinofil : 0%
 Batang : 0%
 Neutrofil : 69%
 Limfosit : 22%
 Monosit : 9%
 Retikulosit : 0.7%

Morfologi Darah Tepi


 Anemia normositik normokrom, anisopoikilositosis disertai leukopenia dan
trombositopenia (pansitopenia)

Imunoserologi
 TPHA : Negatif
 VDRL : Negatif

Tanggal 9 Agustus 2019


Laboratorium
Hematologi

13
Darah Rutin
 Hemoglobin : 6.5 g/dL
 Hematokrit : 19.2%
 Eritosit : 2710000/uL
 Leukosit : 1040/uL
 Trombosit : 2000/uL
 MCV : 70.8%
 MCH : 24.0 pg
 MCHC : 33.9%

RINGKASAN

Seorang laki-laki 34tahun datang ke IGD RS Tarakan dengan keluhan nyeri ulu
hati dan lemas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. OS mengeluhkan ada batuk-
batuk kering, kadang-kadang keringat dingin pada waktu malam hari, sesak dan nyeri
dada, penurunan berat badan dan nafsu makan berkurang. OS memiliki riwayat
pengobatan OAT sebelumnya. OS memiliki riwayat ODHA dan sudah minum ARV 3
bulan. OS tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma dan
alergi obat disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
BMI berat badan kurang, konjungtiva anemis, nyeri tekan di epigastrium. Tekanan
darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 36,5oC.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
1. TB paru
Dasar diagnosis: Dari anamnesis pasien didapati keluhan sejak 1 bulan yang
lalu, OS mengeluhkan ada batuk-batuk kering, kadang-kadang keringat dingin
pada waktu malam hari, sesak dan nyeri dada, penurunan berat badan dan nafsu
makan berkurang. Dari rontgen thorax didapatkan infiltrat di kedua lapang paru.
2. HIV/AIDS
Dasar diagnosis: Didapatkan pasien mendapat pengobatan ARV.
3. Pansitopenia

14
Dasar diagnosis: Penurunan pada leukosit dan trombosit.

Penatalaksanaan
Diagnosis Banding
1. Tumor paru
a. Dasar diagnosis: batuk kronis yang disertai sesak napas, penurunan berat badan
dan tidak napsu makan
2. Perdarahan saluran cerna atas/bawah
a. Dasar diagnosis: Hemoglobin pasien yang dibawah batas normal

Pemeriksaan yang Dianjurkan:


1. Hematologi Rutin
2. Serum Iron, Ferritin, TIBC
3. Gambaran darah tepi
4. Anti HAV, anti HCV, HbsAg
5. USG abdomen
6. Gastroskopi

Pencegahan
1. Memakai masker saat kontak dengan pasien TB
2. Tutup mulut saat bersin, batuk dan tertawa.
3. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
4. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik.
Prognosis
1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Fungsionam : bonam
3. Ad Sanationam : bonam
Follow Up
Tanggal Follow Up S O A P
9 September 2019 S: Pasien mengeluhkan masih lemas, batuk tidak berkurang, sesak
Perawatan hari ke- napas tidak berkurang, nyeri dada dan nyeri perut berkurang,
9 masih tidak nafsu makan dan masih keringat dingin. Tidak ada
(Ruang Mawar) demam.
O:

15
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 87x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36,4oC
A: TB on OAT + pansitopenia + ODHA on ARV
P:
- Salbutamol 2x3gr
- Acetylcystein 3x200mg
- Domperidone 3x10mg
- Rifampisin 1x450mg
- INH 1x300mg
- Paracetamol 3x500mg
- Asam folat 3x1mg
- ARV lanjut
- New diatab 3x2mg
- Cotrimoxazole 1x2mg
- Omeprazole 2x40mg
- Levofloksasin inj 750mg

10 September 2019 S: OS masih lemas, batuk berkurang, sesak napas tidak


Perawatan hari ke- berkurang, nyeri dada makin berkurang, nyeri perut berkurang,
10 masih tidak nafsu makan dan keringat dingin.
(Ruang Mawar) O:
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36oC
A: TB on OAT + pansitopenia + ODHA on ARV
P:
- Salbutamol 2x3gr
- Acetylcystein 3x200mg
- Domperidone 3x10mg
- Rifampisin 1x450mg

16
- INH 1x300mg
- Paracetamol 3x500mg
- Asam folat 3x1mg
- ARV lanjut
- New diatab 3x2mg
- Cotrimoxazole 1x2mg
- Omeprazole 2x40mg
- Levofloksasin inj 750mg

17
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) meupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


infeksi dari kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) dan sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis
merupakan salah satu daripada 10 penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2017, secara global dianggarkan 10 juta orang menderita TB dan 1,6 juta
meninggal dunia karena penyakit ini. Lebih dari 95% kasus dan kematian berasal dari
negara – negara yang sedang membangun.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sering ditemukan di Indonesia.


Penyakit inidapat menyerang berbagai organ dalam tubuh manusia, terutama paru.
Menurut badan kesehatan PBB, World Health Organization (WHO), Indonesia berada
dalam urutan ketiga di dunia dalam jumlah kasus TB. Infeksi ini menular akibat
hubungan dengan orang yang mengalami TB aktif. Lain daripada infeksi HIV, infeksi
TB menyebar melalui udara waktu orang dengan TB yang aktif bersin atau batuk. Yang
paling rentan terhadap penyakit TB adalah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang sehat, termasuk anak-anak, dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
HIV dapat menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga sistem tersebut menjadi
semakin rusak dan tidak mampu lagi bekerja sebagaimana semestinya.
Epidemi HIV menunjukan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TBC di
seluruh dunia yang berakibat pada meningkatnya jumlah kasus TBC di masyarakat. Di
Indonesia prevalensi HIV pada pasien TBC adalah sekitar 2.4%. TBC juga merupakan
tantangan bagi pengendalian HIV AIDS karena merupakan infeksi oportunistik
terbanyak (49%) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

18
2.1 Definisi TB paru dan HIV/AIDS

Penyakit Tuberkulosis (TB) sejak lama merupakan penyakit menular yang


endemis di Indonesia dan saat ini Indonesia berada pada kedudukan kelima negara
dengan beban TB tertinggi di dunia. TB adalah penyakit menular secara langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya
menyerang jaringan paru (TB paru) namun dapat juga menyerang organ lain (TB
ekstraparu) di dalam tubuh manusia. TB paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian
penyakit TB, sedangkan 20% selebihnya merupakan TB ekstrapulmoner. Kuman
tersebut masuk tubuh melalui udara pernafasan yang masuk ke dalam paru, kemudian
kuman menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, melalui saluran nafas atau penyebaran langsung ke tubuh lainnya.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem


kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala
penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh mulai lemah, maka timbullah masalah
kesehatan. Gejala yang umumnya timbul antara lain demam, batuk, atau diare yang
terus-menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh
inilah yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

2.2 Epidemiologi TB paru dan HIV/AIDS

World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 memperkirakan dari 9 juta
orang yang terinfeksi Tuberkulosis (TB), 1.1 juta (13%) diantaranya juga terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus. Tingkat ko-infeksi TB-HIV dari orang-orang dengan
hasil tes HIV positif di 41 negara dengan beban TB dan HIV tinggi berada dikisaran 18-
20%. Persentasi tertinggi berada di wilayah Afrika sekitar 41%, sedangkan di Asia
Tenggara sekitar 6%. Indonesia menempati peringkat terendah dalam hal cakupan
pasien TB dengan hasil tes HIV diketahui, yaitu hanya sekitar 2%. Perkiraan WHO
tentang jumlah pasien TB dengan status HIV positif di Indonesia pada tahun 2013
sekitar 7,5% yang meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2012 yang hanya
3,3%. TB masih dilaporkan sebagai sebagai infeksi oportunistik (IO) terbanyak pada
ODHA yaitu sebesar 49% pada tahun 2010. TB juga merupakan penyebab kematian
utama pada ODHA. Termasuk pada mereka yang telah mendapat Anti Retroviral Terapi
(ART). Kematian penderita TB pada ODHA sekitar 40-50% terutama pada TB paru

19
dengan hasil pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) negatif dan TB ekstra paru yang
kemungkinan disebabkan karena keterlambatan diagnosis dan terapi TB

2.3 Etiologi TB paru dan HIV/AIDS

TB paru

Mycobacterium. tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk batang


dengan ukuran panjang sekitar 1 – 10 mikron dengan ketebalan 0,2 – 0,6 mikron.
Dinding kuman ini sebagian besar terdiri dari asam lemak atau lipid, peptidoglikan dan
arabinoman. Kuman ini juga disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) dan sifat ini
dikarenakan adanya lapisan lipid pada dinding kuman tersebut. Selain itu, untuk
pembiakan, diperlukan media khusus antara lain Lowenstein Jensen atau Ogawa.

Pada pemeriksaan di bawah mikroskop, kuman ini akan tampak berbentuk


batang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Kuman ini sangat peka
terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit setelah terpapar secara langsung. Manakala di dalam
dahak, pada suhu antara 30 – 37°C, kuman ini akan mati dalam waktu kurang lebih 1
minggu.

HIV
HIV merupakan virus RNA namun dari RNA dapat berubah menjadi DNA
dengan enzim reverse transcriptase. Hasil transkripnya adalah DNA intermediate yang
memasuki inti dan berinegrasi dengan kromosom. Terdapat 4 jenis retrovirus yang
menimbulkan penyakit pada manusia yang terbagi dalam dua kelompok, virus
limfotropik T yaitu: HTLV I dan HTLV II yang bertransformasi menjadi HIV 1 dan HIV
2, yang mempunyai efek sitopatik langsung dan tidak langsung menjadi AIDS. HIV 1
merupakan virus klasik pemacu AIDS, HIV 2 merupakan virus yang diisolasi pada
binatang dan sering asimptomatis pada manusia.

2.4 Penularan TB paru dan HIV/AIDS

Penularan terjadi pada waktu penderita TB paru dengan BTA positif batuk atau
bersin sehingga dapat menyebarkan kuman ke udara dalam percikan ludah (droplet).
Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan
seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Penderita TB dengan BTA negatif ini

20
juga berkemungkinan untuk menularkan penyakit TB. Pada penderita TB BTA positif,
tingkat penularan adalah 65%, manakala penderita TB BTA negatif dengan hasil kultur
positif adalah 26% dan penderita TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%.

Kemungkinan seseorang itu menjadi penderita TB ini dipengaruhi oleh beberapa


faktor risiko. Faktor risiko yang paling utama adalah lemahnya daya tahan tubuh. Daya
tahan tubuh seseorang biasnya akan menjadi lemah sekiranya terinfeksi HIV/AIDS atau
malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi
terinfeksinya kuman TB sehingga terjadi sakit TB. Infeksi HIV akan mengakibatkan
kerusakan pada sistem daya tahan tubuh selular hinggakan jika terjadinya infeksi
penyerta (oportunistik) seperti TB maka penderita akan menjadi semakin parah bahkan
dapat mengakibatkan kematian.

HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu, yaitu:



Darah

Air mani (cairan, bukan sperma)

Cairan vagina

Air susu ibu (ASI)
Kegiatan yang dapat menularkan HIV adalah:

Hubungan seks tidak aman/tanpa kondom

Penggunaan jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril secara
bergantian

Tindakan medis yang memakai peralatan yang tidak steril,
misalnya, peralatan dokter gigi

Penerimaan transfusi darah yang mengandung HIV

Ibu HIV-positif pada bayinya, waktu dalam kandungan, ketika
melahirkan atau menyusui

2. 5 Gambaran TB-HIV

Infeksi dini (CD 4 >200) Infeksi lanjut (CD4 <200)

Dahak mikroskopis Sering positif Sering negatif

TB ekstraparu Jarang Umum / banyak

21
Mikobakterimia Tidak ada Ada

Tuberculin Positif Negatif

Foto toraks Reaktivasi TB, kavitas di Tipikal primer TB milier/


puncak interstisial

Adenopati hilus/ Tidak ada Ada


mediastinum

Efusi pleura Tidak ada Ada

2.6 Patogenesis

TB paru

 Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic


spread). Kuman TB kemudiannya membuat fokus koloni di berbagai organ
dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di
kemudian hari

22
 Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), limfangitis (2) dan limfadenitis
regional (3).
 TB primer adalah kompleks primer dan komplikasi – komplikasinya.
 TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi fokus lama TB (endogen)
atau reinfeksi (infeksi sekunder) oleh kuman TB dari luar (eksogen), ini disebut
TB tipe dewasa (adult type TB)

HIV
Target utama infeksi HIV adalah pada Limfosit CD karena virus mempunyai
afinitas pada permukaan CD 4. Fungsi limfosit CD 4 adalah untuk mengkoordinasikan
sejumlah fungsi imunologis yang penting dan apabila fungsi tersebut hilang atau
terganggu, akan menyebabkan terjadinya gangguan respond imun yang progresif.
Jumlah sel yang mengekspresikan sel di jaringan limfoid menurun dengan
membentukan respon imun yang spesifik dan peningkatan CD 8. Antibodi akan timbul
paska sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi. Virus tidak dapat dimatikan oleh
antibodi karena virus memiliki kemampuan untuk mengubah konfigurasi tiga
dimensinya.

2.7 Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)


- TB paru BTA positif: minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif
- TB paru BTA negatif: hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran klinis dan
radiologis mendukung TB atau BTA negatif dengan hasil kultur TB positif
- TB ekstraparu pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis
dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

23
2.8 Alur Diagnosis TB Paru pada ODHA yang Rawat Jalan

 Tanda-tanda bahaya yaitu bila dijumpai salah satu dari tanda-tanda berikut:
frekuensi pernapasan > 30 kali/menit, demam > 390 C, denyut nadi > 120
kali/menit, tidak dapat berjalan bila tdk dibantu.
 BTA Positif = sekurang-kurangnya 1 sediaan hasilnya positif; BTA Negatif =
bila 3 sediaan hasilnya negatif.
 PPK = Pengobatan Pencegahan dengan Kotrimoksazol.
 PCP = Pneumocystis carinii pneumonia atau dikenal juga Pneumonia
Pneumocystis jirovecii

2.9 Pengobatan Tuberkulosis dengan infeksi HIV/AIDS


Tatalaksanan pengobatan TB pada ODHA adalah sama seperti pasien TB
lainnya. Pada prinsipnya pengobatan TB diberikan segera, sedangkan pengobatan ARV
dimulai berdasarkan stadium klinis HIV atau hasil CD4. Pemberian ARV dilakukan
dengan prinsip:

24
 Semua ODHA dengan stadium klinis 3 perlu dipikirkan untuk mulai pengobatan
ARV bila CD4 < 350/mm3 tapi harus dimulai sebelum CD4 turun dibawah
200/mm3.

 Semua ODHA stadium klinis 3 yang hamil atau menderita TB dengan CD4 <
350/mm3 harus dimulai pengobatan ARV.

 Semua ODHA stadium klinis 4 perlu diberikan pengobatan ARV tanpa


memandang nilai CD4.

Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TB tidak dimulai di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar (strata I), rujuk pasien tersebut ke RS rujukan
pengobatan ARV.
Tabel 1. Pilihan paduan pengobatan ARV pada ODHA dengan TB
Obat ARV lini Paduan pengobatan Pilihan obat ARV
pertama / lini ARV pada waktu TB
kedua didiagnosis
Lini Pertama 2 NRTI + EFV Teruskan dengan 2 NRTI + EFV
2 NRTI + NVP* Ganti dengan 2 NRTI + EFV atau
Ganti dengan 2 NRTI + LPV/r
Lini Kedua 2 NRTI + PI Ganti ke atau teruskan (bila sementara
menggunakan) paduan mengandung
LPV/r

Paduan yang mengandung NVP hanya digunakan pada wanita usia subur dengan
pengobatan OAT (mengandung rifampisin), yang perlu dimulai ART bila tidak ada
alternatif lain. EFV tidak dapat digunakan pada trimester I kehamilan (risiko kelainan
janin).
Setelah pengobatan dengan rifampisin selesai dapat dipikirkan untuk
memberikan kembali NVP. Waktu mengganti kembali dari EFV ke NVP tidak
diperlukan lead- in dose. Jika seorang ibu hamil trimester ke 2 atau ke 3 menderita TB,
paduan ART yang mengandung EFV dapat dipertimbangkan untuk diberikan. Alternatif
lain, pada ibu hamil trimester pertama dengan CD4 > 250/mm3 atau jika CD4 tidak

25
diketahui, berikan paduan pengobatan ARV yang mengandung NVP disertai
pemantauan yang teliti. Bila terjadi gangguan fungsi hati, rujuk ke rumah sakit.

2.10 Komplikasi
Pada pasien TB dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan
atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi
yang mungkin timbul adalah batuk darah, pneumotoraks, gagal napas dan gagal jantung.
Pada keadaan kompliksi harus dirujuk ke fasilitas yang memadai.

26
Daftar pustaka
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Bakti
Husada; 2014.
2. Green C.W. HIV dan TB. Yayasan Surviva Paski, Yogyakarta. Terbitan kedua. 2016:
1-37.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku petunjuk TB-HIV untuk petugas
kesehatan. 2016.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010 –
2014. Bakti Husada; 2011.
5. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Setiati s, alwi l, sudoyo
aw, simadibrata mk,et al F. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi-4. Jakarta:
Internal Publishing; 2014.887-900
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. TB: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. TB TK, editor. Jakarta: PDPI; 2011.
7. World Health Organization. Treatment of tuberculosis: guidelines. 4th ed. Geneva:
WHO Press; 2010.
8. Fauci AS, Lane HC. Human immunodeficiency virus disease:AIDS and realted
disorder. . In: Longo, Fauci, Kasper, Houser, Jameson, Loscalzo, Harrison’s principle

of internal medicine. Vol-2. 18th Ed. New York: McGrawHill;2012.p1506-10


9. World Health Organization. Tuberculosis fact sheet. Januari 2018. Tersedia di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/. Diakses pada 9 September 2019.

10. World Health Organization. Guidelines for the programmatic management of drug-
resistant tuberculosis: emergency update 2011. Geneva: WHO Press; 2011.

27

Anda mungkin juga menyukai