Anda di halaman 1dari 23

MK : Metoda Analisis Perencanaan 2

Tanggal : 31 Mei 2016


Dosen : Apriadi Budi Raharja., ST., MSi

ANALISIS PROYEKSI PENDUDUK DAN KEBUTUHAN LAHAN


PERUMAHAN
(Studi Kasus : Wilayah Karawang Bagian Selatan)
Tugas ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Metoda Analisis Perencanaan2

Disusun Oleh :
M Arif
133060076

JURUSAN TEKNIK PLANOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kota mengalami perkembangan sebagai akibat dari pertambahan penduduk
perubahan sosial, ekonomi dan budayanya serta interaksinya dengan kota-kota lain
dan daerah di sekitarnya. Secara fisik perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari
penduduknya yang semakin bertambah dan semakin padat bangunan-bangunannya
dan wilayah terbangun terutama permukiman yang cenderung semakin luas serta
semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi.
Kawasan perumahan mempunyai fungsi yang beraneka ragam, disamping sebagai
tempat tinggal, juga tersedia sarana pendidikan, perdagangan yang mempunyai
aksebilitas maksimun. Di samping itu kawasan perumahan dapat berkembang lebih
cepat apabila di dalam kawasan tersebut terdapat akses yang mudah ke pusat-pusat
kegiatan perkotaan. Oleh karena itu penduduk perkotaan memanfaatkan tanah
untuk perumahan yang mengikuti jalur transportasi kota atau tempat-tempat yang
mempunyai kemudahan untuk mencapai jalur utama transportasi dalam kota
(Northam, 1975).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah Karawang
Bagian Selatan hal ini menyebabkan kebutuhan lahan perumahan akan mengalami
perkembangan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari
pertumbuhan penduduk dan segala aktivitasnya untuk menopang hidup dan
kehidupannya yang secara langsung maupun tidak langsung mempertinggi
permintaan tanah atau lahan. Dari pertimbangan di atas, maka sangat penting
untuk mengkaji kebutuhan lahan perumahan di Wilayah Karawang Bagian Selatan
selama 20 Tahun.

1.2.Tujuan Dan Sasaran


1.2.1. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan lahan
perumahan di Wilayah Karawang Bagian Selatan akibat dari pertumbuhan
penduduk selama 20 tahun.

1 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
1.2.2. Sasaran
Sasaran dari laporan ini adalah untuk teridentifikasinya kebutuhan lahan
perumahan di Wilayah Karawang Bagian Selatan akibat dari pertumbuhan
penduduk selama 20 tahun.

1.3 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah dalam laporan ini adalah wilayah Karawang Bagian
Selatan yang terdiri dari 5 kecamatn, yaitu:
- Kecamatan Telukjambe Timur
- Kecamatan Klari
- Kecamatan Cikampek
- Kecamatan Purwasari
- Kecamatan Kotabaru

2 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Proyeksi Penduduk
2.1.1 Pengertian Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk adalah perkiraan jumlah penduduk pada masa yang akan
datang. Ada beberapa metode analisis yang digunakan dalam analisis
kependudukan di Wilayah Subang Bagian Selatan. Metode analisis tersebut
diantaranya :
1. Model Ektrapolasi Trend
Model ekstrapolasi trend secara sederhana menggunakan trend penduduk
masa yang lalu untuk memperkirakan jumlah penduduk masa yang akan datang.
Metode ini adalah metode yang mudah digunakan dalam rangka proyeksi
penduduk. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menghitung tingkat dan ratio
pada masa yang akan datang berdasarkan tingkat dan ratio pada masa yang lalu.
Model ekstrapolasi trend yang banyak digunakan adalah model linear,
geometric dan parabolic. Asumsi dasar dari model linear, geometric dan parabolik
adalah pertumbuhan atau penurunan akan berlanjut tanpa batas. Namun demikian,
asumsi tersebut tidak mungkin diberlakukan jika proyeksi yang disusun adalah
proyeksi jangka panjang. Misalnya jika populasi di suatu daerah berkurang, dalam
jangka panjang model ini akan memproyeksikan penduduk menjadi nol, dan bahkan
menjadi negative. Demikian juga, jika jumlah penduduk di suatu daerah yang
meningkat, tidak mungkin akan meningkat pada jumlah yang tanpa batas. Dalam
kenyataannya, penduduk hanya akan meningkat sampai suatu tingkat dengan
kapasitas yang maksimum dan kemudian akan kembali turun atau stabil dalam
kaitannya dengan kepadatan penduduk, biaya hidup dan kualitas hidup. Oleh
karenanya, penggunaan model ekstrapolasi trend membutuhkan pemahaman yang
baik tentang kecenderungan pertumbuhan masa lalu untuk membuat estimasi
dengan batasan yang masuk akal (reasonable).

a. Model Linear (Aritmethic)


Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling
sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat

3 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan
sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan:

Dimana : Pt = penduduk pada tahun proyeksi t


α = intercept = penduduk pada tahun dasar
β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk
T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa
penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap (β)
pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa
lalu. Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang
berurutan, Pt+1 – Pt yang adalah perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan).
Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa
model ini hanya digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak
memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya, Isserman (1977)
mengemukakan bahwa model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil
dengan pertumbuhan yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-
wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

b. Model Geometric
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada
suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Pt adalah
jumlah penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah
atau berkurang pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar Pt+1/Pt ) dari
waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat
pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah, dimana pada
tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut penduduknya sedikit dan menjadi
semakin banyak pada tahun-tahun akhir. Model geometric memiliki persamaan
umum:
Persamaan diatas dapat ditransformasi kedalam bentuk linear melalui
aplikasi logaritma, menjadi sebagai berikut:
LogPt =Logα + T.logβ

4 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
c. Model Parabolik
Model parabolic seperti model geometric berasumsi bahwa penduduk suatu
daerah tidak tumbuh dalam bentuk linear. Namun demikian, tidak seperti model
geometrik (yang berasumsi tingkat pertumbuhan konstan dari waktu ke waktu),
pada model parabolic tingkat pertumbuhan penduduk dimungkinkan untuk
meningkat atau menurun. Model ini menggunakan persamaan derajat kedua yang
ditunjukkan sebagai berikut:
Pt =α + β1T + β2T2
Model parabolic memiliki dua koefisien yaitu β1 dan β2. β1 adalah koefisien
linear (T) yang menunjukkan pertumbuhan konstan, dan β2 adalah koefisien non-
linear yang (T2) yang menyebabkan perubahan tingkat pertumbuhan. Tanda positif
atau negatif pada β1 dan β2 bervariasi tergantung pada apakah tingkat pertumbuhan
tersebut akan meningkat atau menurun. Berdasarkan variasi pada tanda β1 dan β2,
model akan menghasilkan empat scenario sebagai berikut:
Tabel.2.1
Skenario dalam Model Parabolik
Lambang Keterangan
β1 β2 Efek terhadap pertumbuhan penduduk
Pertambahan yang semakin meningkat
+ + Penduduk bertambah
Kurva cekung ke atas (Concave upward)
Pertambahan yang semakin berkurang
+ - Penduduk berkurang
Kurva cekung ke bawah (concave downward)
Pertambahan yang semakin berkurang
- + Penduduk bertambah
Kurva cekung ke atas (Concave upward)
Pertambahan yang semakin meningkat
- - Penduduk berkurang
Kurva cekung ke bawah (concave downward)
Klosterman (1990), menyarankan demographer untuk terlebih dahulu
mencermati (menguji coba) model ini ketika akan diaplikasikan pada suatu daerah.
Menurutnya, meskipun model ini baik untuk daerah dengan pertumbuhan atau
penurunan yang cepat, namun demikian proyeksi jangka panjang akan
menghasilkan angka yang sangat besar atau sangat kecil.

2. Metode Regresi Linier


Metode ini digunakan ketika populasi di daerah studi menunjukkan tingkat
pertumbuhan penduduk yang hampir sama dan dengan asumsi bahwa polanya akan

5 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
tetap sama untuk masa yang akan datang. Perkiraan jumlah penduduk atau proyeksi
penduduk dengan pendekatan statistik yang banyak digunakan adalah dengan cara
regresi linier. Bentuk persamaannya model ini adalah :
Dengan rumus: P=a+b(X)
Keterangan :
P = Jumlah Penduduk Tahun terhitung ( jiwa )
X = Tambahan tahun terhitung
a, b = Tetapan yang diperoleh dari rumus dibawah ini :

3. Metode Lung Polinomial


Metode Lung Polinomial digunakan dengan memakai proyeksi berbentuk
garis lurus yaitu dengan melihat rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahunnya
pada masa yang lampau sampai sekarang. Hasil proyeksi penduduk Wilayah
Subang bagian selatan Tahun sekarang (2012) sampai tahun yang akan datang
(2032) dengan menggunakan metode lung polinomial. Bentuk persamaannya
model ini adalah :
Pt+θ = Pt + b (θ)

b=
b n

t  1
Keterangan :
Pt+θ = Penduduk daerah yang diselidiki
Pt = Penduduk daerah pada tahun dasar
Θ = Selisih tahun dasar ke tahun yang diselidiki
B = Rata-rata tambahan jumlah penduduk tiap tahun

4. Metode Bunga Berganda (Bunga berbunga)


Metode ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda
dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk akan membawa
konsekuensi bertambahnya jumlah penduduk, dengan rumus sebagai berikut:

6 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
Pt+θ = Pt ( 1 + r )θ
Dimana : r = ∆P x 100 %
Keterangan:
r = Rata-rata presentasi tambahan jumlah penduduk yang diselidiki
Pt+θ = Penduduk daerah yang diselidiki
Pt = Penduduk daerah pada tahun dasar
Θ = Selisih tahun dasar ke tahun yang diselidiki

5. Metode Eksponensial
Metode ini digunakan sebagai asumsi bahwa tingkat presentasi jumlah
penduduk adalah konstan yang berarti tiap satuan waktu pertambahan penduduk
akan menjadi besar dan lebih besar lagi.
Bentuk persamaannya model ini adalah :
Pn = Po (1 + rn)
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
R = pertumbuhan penduduk rata-rata
N = periode waktu dalam tahun

6. Model Komponen Kohor


Model-model ekstrapolasi trend yang didiskusikan diatas mengacu pada
perkiraan penduduk secara agregat, sementara model komponen kohor mengacu
pada perubahan-perubahan komponen penduduk (yaitu fertilitas, mortalitas dan
migrasi) secara terpisah. Penduduk secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa
kohor/kelompok umur. Interval (k) dari kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-

7 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
1, 1-2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-
29. Selanjutnya, kohor dibagi lagi berdasarkan gender dan etnis.
Pengelompokan penduduk berdasarkan komponen-komponen yang
mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender dan etnis akan
membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika
penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin
terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Misalnya, bayi dan
penduduk umur-umur tua akan memiliki persentase kematian yang lebih tinggi
dibandingkan penduduk usia muda. Jumlah kelahiran akan bervariasi berdasarkan
umur dan etnis dari penduduk wanita. Demikian juga, migrasi akan bervariasi
menurut umur, gender dan etnis individu. Persamaan dalam model komponen kohor
adalah:

Dimana:
Pt = penduduk tahun t pada kohor di interval k
t = tahun
n = umur awal dari kohor
k = jumlah tahun dalam kohor (interval kohor umur)
DTH = total kematian
IR = total kelahiran
NMIG = total migrasi bersih

Karena penduduk kohor n pada tahun sebelumnya ( ) dikurangi dengan

jumlah kematian dalam kohor tersebut ( ) adalah jumlah penduduk yang

bertahan hidup ke kohor n pada tahun t ( ), maka persamaan dapat ditulis


ulang sebagai berikut:

Berikut diberikan perhitungan-perhitungan untuk ketiga komponen dalam


metode ini:

8 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
a. Mortalitas-Tingkat Survival
Mortalitas dihitung dalam model sebagai jumlah penduduk dalam kohor
tertentu n-k pada tahun t-k, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya (n) pada tahun
t.

Dimana: n-k P k(i-k) = penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k
n-kSRVk = tingkat bertahan hidup (survival)
b. Kelahiran- Tingkat Fertilitas
Fertilitas adalah jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia subur (biasanya
antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas diberikan melalui persamaan berikut:

Dimana:
Nferk = Tingkat Fertilitas Wanita Dalam Kohor N Dari Interval K
N Birk = Jumlah Kelahiran Oleh Wanita Pada Kohor N
Npfk(I) = Jumlah Wanita Dalam Kohor N
Tingkat fertilitas yang diperoleh dari rumus diatas dapat digunakan untuk
menghitung jumlah kelahiran dalam interval waktu yang sama sesuai dengan
ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14),
maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval lima tahunan (2005, 2010, 2015).
Selanjutnya, jika wanita-wanita pada kohor umur tertentu tidak memiliki kelahiran,
maka untuk keakuratan perhitungan, tingkat fertilitas perlu disesuaikan. Tingkat
fertilitas yang disesuaikan adalah rata-rata dari dua tingkat fertilitas yang berurutan.

Dimana:
nAFERk(i) = tingkat fertilitas yang disesuaikan dari wanita dalam kohor n
dengan interval k
Total kelahiran selanjutnya dibagi atas kelahiran bayi laki-laki dan bayi
perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir dari data masa yang lalu.

9 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
c. Migrasi bersih (Net Migration).
Migrasi bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk
dengan jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan:

2.2 Perumahan
2.2.1 Pengertian Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya, lalu rumah sendiri memiliki definisi
salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu.
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,
perumahan berada dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (pasal
1 ayat 2).
Sedangkan menurut para ahli, perumahan diartikan sebagai berikut :
 Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal atau bangunan pada
umumnya (Coirul Amin)
 Rumah adalah tempat berlindung dari hujan. Rumah adalah tempat
berlindung dari terik matahari. Rumah adalah tempat istirahat. Rumah
adalah tempat keluarga berkumpul bersama, bercerita, makan, dan berdoa
bersama (Alfrida L Membala)
 Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan
berkumpul suatu keluarga. Rumah juga merupakan tempat seluruh anggota
keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menadi rutinitas sehari-hari
(Lilly T. Erwin)
 Rumah merupakan investasi yang tidak saja harus dikejar aspek murahnya
(ekonomi), tetapi juga investasi sosial, lingkungan, dan budaya (Martien de
Vletter)

10 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
 kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. ( Suparno Sastra M. dan Endi Marlina )
2.2.2 Kebutuhan Perumahan
Untuk menentukan luas minimum rata-rata perpetakan tanah didasarkan
pada faktor-faktor kehidupan manusia (kegiatan), faktor alam dan peraturan
bangunan. Luas lantai minimum per orang dapat diperhitungkan dengan rumusan :
 Rumus Kebutuhan luas lantai minimum hunian per orang

(Sumber : Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II)

Keterangan:
L per orang : Luas lantai hunian per orang
U : Kebutuhan udara segar/orang/jam dalam satuan m3
Tp : Tinggi plafon minimal dalam satuan m
Berdasarkan kegiatan yang terjadi didalam rumah hunian, yaitu; tidur
(ruang tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang
duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16 - 24 m3
dan per anak-anak per jam 8 - 12 m3, dengan pergantian udara dalam ruang
sebanyak-banyaknya 2 kali per jam dan tinggi plafon rata-rata 2,5 m, maka luas
lantai per orang:
 Rumus Kebutuhan luas lantai minimum hunian per orang bagi
dewasa dan anak

(Sumber : Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II)

Keterangan:
Udws : Kebutuhan udara segar/orang dewasa/jam dalam satuan m
Uank : Kebutuhan udara segar/orang anak-anak/jam dalam satuan m
Tp : Tinggi plafon minimal dalam satuan m
Jadi bila 1 kk terkecil rata-rata terdiri dari 5 orang (ayah + ibu + 3 anak)
maka kebutuhan luas
11 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
lantai minimum dihitung sebagai berikut :
- Luas lantai utama = (2x9,6) + (3x4,8) m2
= 33,6 m
- Luas lantai pelayanan = 50% x 33,6 m2
= 16,8 m
- Total Luas Lantai = 51 m2
Jika koefisien dasar bangunan 50%, maka luas kaveling minimum untuk
keluarga dengan anggota 5 orang :
 Rumus Kebutuhan kavling minimum

(Sumber : Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II)

Keterangan:
K kav minimum : Luas kavling minimum

12 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dapat menunjukan komposisi dari sebaran penduduk di
suatu wilayah, berikut merupakan data tabel mengenai jumlah penduduk di
Wilayah Karawang Bagian Selatan pada tahun yang terdapat pada tabel di bawah
ini :
Tabel III.1
Jumlah Penduduk Wilayah Karawang Bagian Selatan Menurut KecamatanTahun
2010-2014
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Telukjambe Timur 145.190 155.190 166.228 167.391 171.880
2 Klari 174.721 184.721 190.878 192.244 195.275
3 Cikampek 125.041 135.041 137.780 138.709 139.174
4 Purwasari 80.061 90.061 91.950 92.501 92.916
5 Kotabaru 138.090 148.090 154.114 155.177 162.593
Jumlah 663.103 713.103 740.950 746.022 761.838
Sumber : Karawang Dalam Angka

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Wilayah


Karawang Bagian Selatan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak pada tahun terbaru yaitu tahun 2014 adalah
Kecamatan Klari dengan jumlah penduduk sebanyak 195.275. Sedangkan di
Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang terendah berada di Kecamatan
Purwasari dengan jumlah penduduk sebanyak 92.916jiwa.

Grafik 3.1
Jumlah Penduduk Wilayah Karawang Bagian Selatan Menurut KecamatanTahun
2010-2014
780,000
760,000 761,838
740,000 740,950 746,022
Jumlah Penduduk

720,000
713,103
700,000
680,000
660,000 663,103
640,000
620,000
600,000
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Sumber : Karawang Dalam Angka

13 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
3.2 Guna Lahan Perumahan
Penggunaan lahan untuk kawasan perumahan di Wilayah Karawang Bagian
Selatan pada tahun 2014 seluas 2010 Ha atau sebesar 58 % dari total luas wilayah
yang tersebar disemua kecamatan. Kecamatan yang memiliki luasan terbesar
terdapat di Kecamatan Kota Baru dengan luasan seluas 719 Ha, sedangkan
kecamatan dengan luasan terkecil terdapat di Kecamatan Cikampek dengan luasan
seluar 83Ha.
Tabel III.2
Luasan Kawasan Permukiman di Karawang Bagian Selatan Menurut
KecamatanTahun 2014
Luas Luas Lahan
Persentase
No Kecamatan Lahan Perumahan
(%)
(Ha) (Ha)
1 Telukjambe Timur 4013 423 11%
2 Klari 5937 270 5%
3 Purwasari 2944 515 17%
4 Kota Baru 3045 719 24%
5 Cikampek 4760 83 2%
Jumlah 20699 2010 58%
Sumber : RTRW Kab Karawang

Untuk lebih jelas mengenai penggunaan lahan untuk kawasan perumahan


di Wilayah Karawang Bagian Selatan dapat dilihat pada gambar berikut

14 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
15 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Proyeksi Penduduk
Metode yang digunakan untuk menganalisis proyeksi kependudukan di
Wilayah Karawang Bagian Selatan adalah menggunakan metoda analisis yaitu
Metode Regresi Linier. Berdasarkan perhitungan R2 dari model tersebut, didapatkan
bahwa nilai R2 memiliki nilai 1. Sehingga dipilih metoda ini.
Metode ini digunakan ketika populasi di wilayah studi menunjukkan tingkat
pertumbuhan penduduk yang sama dan dengan asumsi bahwa polanya akan tetap
sama untuk masa yang akan datang.
Bentuk persamaannya model ini adalah :
Pt + x = a + b (x)
Dimana :
Pt + x = jumlah penduduk tahun (t + x)
x = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a,b = tetapan yang diperoleh dari rumus sebagai berikut :
Grafik 4.1
Hasil R2 dengan Metoda Regresi Liniar
780,000
760,000 R² = 0.8808

740,000
720,000
700,000
680,000
660,000
640,000
620,000
600,000
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai R2 dari metode regresi linier
adalah 1.

16 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
1. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk diwaktu mendatang berdasarkan penduduk yang ada sekarang.Berikut adalah
Proyeksi jumlah penduduk di Wilayah Karawang Bagian Selatan dengan menggunakan metode Linier:

Tabel VI.1
Proyeksi Penduduk di Karawang Bagian Selatan Menurut KecamatanTahun 2015-2034
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kecamatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Telukjambe Timur 174.293 180.851 187.409 193.967 200.525 207.083 213.641 220.199 226.757 233.315
2 Klari 197.295 202.158 207.021 211.884 216.747 221.610 226.473 231.336 236.199 241.062
3 Cikampek 141.536 144.729 147.923 151.116 154.310 157.503 160.696 163.890 167.083 170.277
4 Purwasari 95.128 97.943 100.758 103.573 106.388 109.203 112.018 114.833 117.648 120.463
5 Kotabaru 162.832 168.441 174.050 179.659 185.269 190.878 196.487 202.097 207.706 213.315
Jumlah 771.083 794.121 817.160 840.199 863.238 886.277 909.316 932.355 955.394 978.433
Lanjutan…
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
1 Telukjambe Timur 239.874 246.432 252.990 259.548 266.106 272.664 279.222 285.780 292.338 298.896
2 Klari 245.926 250.789 255.652 260.515 265.378 270.241 275.104 279.967 284.830 289.693
3 Cikampek 173.470 176.663 179.857 183.050 186.244 189.437 192.630 195.824 199.017 202.211
4 Purwasari 123.278 126.093 128.908 131.723 134.538 137.353 140.168 142.983 145.798 148.613
5 Kotabaru 218.925 224.534 230.143 235.752 241.362 246.971 252.580 258.190 263.799 269.408
Jumlah 1.001.472 1.024.510 1.047.549 1.070.588 1.093.627 1.116.666 1.139.705 1.162.744 1.185.783 1.208.822
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

17 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
4.2 Analisis Kebutuhan Perumahan
Analisis kebutuhan lahan permukiman ini adalah analisis untuk mengetahui
daya tampung untuk kebutuhan perumahan yang dilihat dari jumlah penduduk yang
ada diwilayah tersebut.

Dalam melakukan analisis ini, data yang diperlukan adalah data proyeksi
penduduk dan data jumlah lahan perumahan.

Berdasarkan Rumus Kebutuhan kavling minimum adalah 100m2 /keluarga.

(Sumber : Acuan dari Data Arsitek, Neufert, Ernst, Jilid I-II)

Sehingga untuk 1 orang, kebutuhan lahan untuk perumahan adalah seluas


20m2.

Dari data yang telah didapatkan :

- Hasil proyeksi penduduk selama 20 Tahun

- Kebutuhan lahan untuk permukiman 1 orang = 20m2/orang

- Ketersediaan lahan untyk permukiman = 2010Ha

- Daya tampung untuk kebutuhan perumahan

= 2010Ha/20m2

= 2010Ha/0,002Ha

= 1005000 Penduduk
dari perhitungan tersebut, didapatkan

Tabel VI.2
Kebutuhan Lahan Perumahan di Karawang Bagian Selatan Menurut
KecamatanTahun 2015-2034
Kebutuhan
Ketersediaan
Proyeksi Lahan Daya
Tahun Lahan
Penduduk Permukiman Tampung
Permukiman
Di Tahun Ke-
2015 771083 2010 1542 1005000
2016 794121 2010 1588 1005000
2017 817160 2010 1634 1005000
2018 840199 2010 1680 1005000
2019 863238 2010 1726 1005000

18 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
Kebutuhan
Ketersediaan
Proyeksi Lahan Daya
Tahun Lahan
Penduduk Permukiman Tampung
Permukiman
Di Tahun Ke-
2020 886277 2010 1773 1005000
2021 909316 2010 1819 1005000
2022 932355 2010 1865 1005000
2023 955.394 2010 1911 1005000
2024 978.433 2010 1957 1005000
2025 1.001.472 2010 2003 1005000
2026 1.024.510 2010 2049 1005000
2027 1.047.549 2010 2095 1005000
2028 1.070.588 2010 2141 1005000
2029 1.093.627 2010 2187 1005000
2030 1.116.666 2010 2233 1005000
2031 1.139.705 2010 2279 1005000
2032 1.162.744 2010 2325 1005000
2033 1.185.783 2010 2372 1005000
2034 1.208.822 2010 2418 1005000
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Tabel VI.2
Kebutuhan Lahan Perumahan di Karawang Bagian Selatan Menurut
KecamatanTahun 2015-2034

Jumlah penduduk Daya Tampung

1400000

1200000

1000000
JUMLAH PENDUDUK

800000

600000

400000

200000

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034

TAHUN

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Berdasarkan tabel dan grafik dari hasil analisis kebutuhan lahan perumahan
di Wilayah Karawang Bagian Selatan dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan lahan
perumahan untuk 20 tahun yang akan datang (tahun 2034) adalah seluas 2418Ha.

19 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
Dari tabel dan grafik juga didapatkan informasi bahwa dari tahun ke-12
tepatnya pada tahun 2026, Wilayah Karawang Bagian Selatan akan mengalami
kekurangan akan lahan untuk perumahan dengan luas total seluas 408Ha di tahun
ke-20.
Sehingga untuk mengatasi kekurangan akan lahan perumahan tersebut,
maka diperlukan beberapa kebijakan agar keperluan akan perumahan tetap
terpenuhi. Salah satu kebijkan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan
kebijakan penambahan perumahan dengan pertumbuhan vertical (Vertical
Housing). Atau dengan cara mencari lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk
nantinya digunakan sebagai lahan untuk perumahan.

20 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan lahan perumahan di Wilayah
Karawang Bagian Selatan dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan lahan perumahan
untuk 20 tahun yang akan datang (tahun 2034) adalah seluas 2418Ha.
Dari hasil analisis juga didapatkan informasi bahwa dari tahun ke-12
tepatnya pada tahun 2026, Wilayah Karawang Bagian Selatan akan mengalami
kekurangan akan lahan untuk perumahan dengan luas total seluas 408Ha di tahun
ke-20.
Sehingga untuk mengatasi kekurangan akan lahan perumahan tersebut,
maka diperlukan beberapa kebijakan agar keperluan akan perumahan tetap
terpenuhi. Salah satu kebijkan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan
kebijakan penambahan perumahan dengan pertumbuhan vertical (Vertical
Housing). Atau dengan cara mencari lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk
nantinya digunakan sebagai lahan untuk perumahan.

21 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N
DAFTAR PUSTAKA
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/01/21-kajian-teori-perumahan-
dan-permukiman.htm
Kabupaten Karawang Dalam Angka Tahun 2010-1015
SNI Nomor 2003-1733 Tahun2004.pdf
UU No. 1 Thn 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman

22 |A N A L I S I S P R O Y E K S I
P E N D U D U K & K E B U T U H A N
L A H A N P E R U M A H A N

Anda mungkin juga menyukai