Anda di halaman 1dari 7

IV.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAN/INSTANSI

4.1 Profil Wilayah Taman Aketajawe Lolobata

4.1.1 Sejarah Singkat Kawasan

a) Tahun 1981, Rencana Konservasi Nasional Indonesia mengusulkan


penetapan empat kawasan lindung di Halmahera, yaitu Aketajawe,
Lolobata, Saketa dan Gunung Gamkonora.
b) Tahun 1993, Rencana Tindak Keanekaragaman Hayati Indonesia
merekomendasikan penetapan suatu system kawasan lindung terpadu
yang mencakup seluruh habitat darat salah satu kawasan yang
ditekankan adalah lolobata yang luas seluruhnya mencapai 89.000 ha.
c) Tahun 1995, Kawasan Aketajawe dan Lolobata serta hampir seluruh
hutan-hutan yang ada di dalamnya diusulkan menjadi taman nasional.
d) Tahun 1999, areal hutan di Propinsi Maluku seluas 7.264.707 hektar
ditunjuk sebagai kawasan hutan, diantaranya kawasan hutan lindung,
hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap di Kelompok Hutan
Aketajawe dan Lolobata, Kabupaten Halmahera Tengah, Kota Tidore
Kepulauan dan Halmahera Timur.
e) Tahun 2004, Blok hutan Aketajawe Lolobata di Pulau Halmahera resmi
di tunjuk sebagai kawasan taman nasional berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 397/Menhut-II/2014 tanggal 18
Oktober 2004 dengan total luas 167.300 ha.
f) 1 Februari 2007, Dibentuknya Unit Pengelolaan Kawasan TNAL
berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-
II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional

11
4.1.2 Geografis

Kawasan TNAL secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah


Propinsi Maluku Utara pada tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Halmahera
Tengah, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur. Blok
Aketajawe berada di persimpangan empat semenanjung besar Pulau Halmahera,
yang secara administratif berada diwilayah Kota Tidore Kepulauan (Kecamatan
Oba Utara, Oba Tengah dan Oba), Kabupaten Halmahera Tengah (Kecamatan
Weda), dan kabupaten Halmahera Timur (kecamatan Wasile Selatan). Sedangkan
kawasan blok Lolobata berada di tengah semenanjung timur pulau Halmahera,
yang secara keseluruhan berada di wilayah Kabupaten Halmahera Timur, meliputi
kecamatan Wasile, Wasile Tengah, Wasile Timur, Wasile Utara, Maba Utara, dan
Maba Tengah.

Kawasan Aketajawe secara astronomis terletak antara 1270 17’ 20” BT


1270 56’ 3” BT dan 00 16’ 9”,6 LU 00 52’ 20”,17 LU serta letak Lolobata 1280 4’
47”,64 1280 45’ 31”,5 BT DAN 00 57’ 8”,44 LU 10 30’ 5”,72. Berdasarkan peta
kawasan hutan dan perairan tahun 1999 Propinsi Maluku yang dipadukan dengan
peta penunjukan kawasan TNAL tahun 2004, maka batas-batas TNAL
dideskripsikan sebagai berikut :

 Pada Blok Lolobata


a) Sebelah utara berbatasan dengan kelompok hutan produksi terbatas
b) Sebelah barat berbatasan dengan kelompok hutan produksi
c) Sebelah selatan berbatasan dengan kelompok hutan lindung, hutan
produksi dan hutan produksi terbatas
d) Sebelah timur berbatasab dengan kelompok hutan produksi dan hutan
produksi terbatas

12
 Pada Blok Aketajawe
a) Sebelah utara berbatasan dengan kelompok hutan produksi terbatas
dan hutan produksi
b) Sebelah barat berbatasan dengan kelompok hutan produksi terbatas
dan hutan produksi tetap
c) Sebelah selatan berbatasan dengan kelompok hutan produksi terbatas
d) Sebelah timur berbatasan dengan kelompok hutan lindung, hutan
produksi terbatas, dan hutan produksi tetap

4.1.3 Kondisi Geologi Kawasan

Tipe tanah utama di Lolobata adalah tropopepts dan rendolls, sedangkan di


Aketajawe tipe tanahnya didominasi oleh halplothox dan tropopept. Topografi
Taman Nasional Aketajawe Lolobata memiliki topografi datar, bergelombang,
hingga bergunung, dan tidak terdapat gunung yang tinggi. Ketinggian tempat
dalam kawasan ini sangat bervariasi,mulai dari ± 400m – 1.206m dari permukaan
laut, dengan beberapa gunung seperti seperti G. Popudo ±975 m (Wasile Timur)
dan G. Isalei ±1.070 m (Maba Tengah) dan G. Towongo (Maba Utara). Iklim dan
temperatur

Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, kawasan TN Aketajawe Lolobata


termasuk zone agroklimat D1 dengan rata-rata curah hujan tahunan 2354 mm.
Temperatur bulanan berkisar antara 25,20 C s/d 26,30 C.

a) Hidrologi

Terdapat banyak sungai di kawasan TN Aketajawe Lolobata. Di


Aketajawe dijumpai sungai Tuliling, sungai Gagalei, sungai pariama, sungai
Mancalele dan sungai Soalat mengalir ke teluk Kao; sungai Gan, sungai Sangadji,
sungai Terwele dan sungai Wali mengalir ke teluk Buli, sungai Kobe, sungai
Magala, sungai Tilope dan sungai Akelamo mengalir ke teluk Weda; sungai
Sofifi, sungai Oba, sungai Toloa, dan sungai Tomalou mengalir ke pesisir barat
pulau Halmahera. Sungai yang terpang dan terbesar di kawasan Aketajawe adalah

13
sungai Akelamo, sungai Oba dan sungai Sofifi. Sedangkan di Lolobata dijumpai
sungai Iga, sungai Ifis, sungai Lolobata, sungai Dodaga, sungai Labi-labi, sungai
Gagadi, sungai Fumalanga, sungai Mabula, sungai Lili, sungai Waisangi, dan
sungai Onat.

b) Potensi Flora

Di Taman Nasional dan sekitarnya terdapat tujuh tipe ekosistem yaitu


hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa daratan rendah, vegetasi tebing sungai,
hutan hujan daratan rendah, hutan hujan pegunungan dan padang rumput sub-
alpin. Masing-masing ekosistem mempunyai jenis flora penyusunan vegetasi yang
beragam. Ada dua jenis tumbuhan pohon yang dilindungi yaitu kenari (Canarium
vulgare) dan Agathis (Agathis sp.).

c) Potensi Fauna

Mamalia ; 34 spesies sebagai mamalia tersterial, 3 spesies endemik yaitu


Phalanger sp, Rhinophus euryotis timidus serta Hipposideros diadema euotis dan
1 spesies yang dilindungi Cervus timoresnsis moluccesnis.

Burung ; 217 jenis burung terdapat di Halmahera (24 jenis endemik) dan 4
jenis adalah jenis endemik Halmahera yaitu Mandar Gendang (Habroptila
walaci), Cekakak Murung (Todiramphusdiops), Kepudang Sungu Halmahera
(Coracina parvula), Kepudang Halmahera (Oriolus phaeochromus).

Reptil ; dari 46 jenis reptile di Halmahera, Reptilia endemic di Halmahera


adalah dari jenis kadal 3 spesies yaitu Hydroaurus werneri, Emoia reimschisseli
(weweri) Eugongylus albofasciatus (mentovaria).

Amfibi ; terdapat 7 jenis amfibi di Halmahera 3 jenis adalah jenis endemik


Halmahera. Jenis fauna endemik Halmahera lainnya belalang (2 jenis), capung (3
jenis), kupu-kupu raja (papilio heringi), dan moluska darat (20 jenis).

14
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Balai TNAL
4.2.1 Visi

“Terwujudnya Taman Nasional Aketajawe Lolobata Terdepan di


Indonesia Untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan”

4.2.2 Misi

a. Memantapkan Kawasan TNAL


b. Memperkuat kelembagaan TNAL
c. Melestarikan Keanekaragaman Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (KSDAHE) dalam kawasan TNAL
d. Mengembangkan jasa lingkungan dan wisata alam berbasis masyarakat

4.2.3 Tujuan TNAL

a. Melindungi fungsi hidro-orologi, keseimbangan ekologi dan kestabilan


iklim mikro.
b. Melindungi daerah resapan air yang sangat diperlukan bagi irigasi
sawah-sawah disekitar TNAL.
c. Meningkatkan upaya penelitian yang berkaitan dengan flora, fauna dan
ekosistem TNAL untuk kepentingan pengelolaan kawasan, disamping
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta
sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kawasan TNAL.
d. Melindungi suatu rangkaian habitat yang lengkap dari dataran rendah
sampai pegunungan, mencakup contoh-contoh asli dari seluruh jenis
habitat darat yang penting di Halmahera, Maluku Utara.
e. Menyediakan pilihan bagi suku Tugutil (Tobelo Dalam) untuk
meneruskan gaya hidup tradisional mereka dan melestarikan
pengetahuan suku ini yang tidak tercatat, termasuk penggunaan
tumbuh-tumbuhan yang mengandung obat-obatan.

15
f. Meningkatkan upaya pemanfaatan kawasan TNAL dan potensinya
sebagai wahana pendidikan konservasi alam guna meningkatkan
kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap konservasi alam.
g. Meningkatkan peran TNAL sebagai sumber plasma nutfah potensial
dalam menunjang budidaya.
h. Meningkatkan kegiatan pariwisata dan rekreasi di dalam kawasan
TNAL melalui peningkatan kualitas kunjungan sebagai upaya
peningkatan pemanfaatan kawasan sekaligus upaya peningkatan
kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap KSDAHE.
i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan Taman
Nasional Aketajawe Lolobata, sebagai upaya pengalihan tekanan
terhadap kawasan melalui kerjasama dan koordinasi antar
instansi/lembaga, dalam rangka memaduserasikan kegiatan
pengelolaan kawasan dengan pembangunan daerah disekitarnya.

4.3 Tugas Pokok dan Fungsi Balai TNAL

Balai TN Aketajawe Lolobata mempunyai tugas pokok yaitu melakukan


penyelenggaraan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku.

Fungsi Balai TN Aketajawe Lolobata adalah Penataan zonasi dan


pengelolaan kawasan; Perlindungan dan pengamanan kawasan; Mempromosikan
dan meningkatkan kesadartahuan mengenai konservasi keanekaragaman hayati
dan ekosistem taman nasional; Kerjasama pengembangan dan kemiteraan;
Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan; Pengembangan serta pemanfaatan
jasa lingkungan dan wisata.

16
4.4 Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata

Struktur organisasi Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata


sebagai berikut:

a) Kepala Balai
b) Kepala Sub-bagian Tata Usaha
c) Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN)
1. Kepala SPTN Wilayah I Weda
2. Kepala SPTN Wilayah II Maba
3. Kepala SPTN Wilayah III Subaim
d) Kelompok Jabatan Fungsional
1. Polisi Kehutanan (Polhut)
2. Penyuluh Kehutanan
3. Pengendali Ekosisitem Hutan (PEH)

17

Anda mungkin juga menyukai