Anda di halaman 1dari 2

Kumpulkan Kertas Kosong Sebagai Tugas

Esai Kuliah, Mahasiswi Ini Disebut Kreatif dan


Dapat Nilai A
Jumat, 11/10/2019 - 16:32:49 WIB

Esai berupa kertas kosong yang diberi nilai A oleh dosen.


TERKAIT:
 Polbeng Buka Pendaftaran Mahasiswa
Baru Jalur SNMPN
 Tahun Ini, Beribu-ribu Beasiswa Tersedia
Bagi Mahasiswa Riau Berprestasi dan
Kurang Mampu
 Majukan Dunia Pendidikan di Riau, PT
RAPP Serahkan Beasiswa bagi Pelajar dan
Mahasiswa

JEPANG - Seorang mahasiswa kuliah sejarah ninja di Jepang, Eimi Haga (19), menyerahkan
kertas kosong untuk tugas esainya. Padahal, biasanya, Esai berisi tulisan terkait pemahaman dan
pemikiran terhadap mata kuliah yang sudah diberikan oleh dosen.

Namun, walau hanya sebentuk kertas kosong, dosen malah memberi nilai tertinggi kepada
mahasiswa tersebut. Ternyata dosennya menyadari esai tersebut ditulis dengan tinta tak
kasatmata.

Eimi Haga meniru teknik ninja aburidashi dengan menghabiskan berjam-jam merendam dan
menghancurkan kacang kedelai untuk membuat tinta.
Tulisan esainya muncul ketika sang dosen memanaskan kertas yang ia serahkan di atas api
kompor gas.

"Ini sesuatu yang saya pelajari dari buku ketika saya masih kecil," kata Haga kepada BBC. "Saya
hanya berharap tidak ada yang akan kepikiran ide yang sama."

Haga telah tertarik pada ninja – agen rahasia dan pembunuh terlatih di Jepang pada abad
pertengahan – sejak menonton acara kartun di televisi saat masih kecil.

Setelah mendaftar di Universitas Mie di Jepang, mahasiswi tahun pertama itu mengambil kelas
sejarah ninja. Dia lantas diminta untuk menulis esai tentang kunjungan ke Museum Ninja Igaryu.

"Ketika profesor mengatakan di kelas bahwa ia akan memberi nilai tinggi untuk kreativitas, saya
memutuskan bahwa saya akan membuat esai saya berbeda dari yang lain," katanya, dikutip tribun.

"Saya berpikir sejenak, dan kepikiran ide tentang aburidashi."

Haga, merendam kacang kedelai semalaman, lalu menghancurkannya dan meremasnya dalam
kain.

Ia kemudian mencampur ekstrak kedelai dengan air – perlu dua jam untuk mendapatkan
konsentrasi yang tepat – sebelum menulis esainya dengan kuas halus di atas washi (kertas
Jepang tipis).

Setelah tintanya mengering, karya tulisan Haga menjadi tak kasatmata. Tapi, untuk memastikan
profesornya tidak melempar esainya ke tempat sampah, ia meninggalkan catatan dengan tinta
normal yang berbunyi: "panaskan kertas".

Sang dosen, Yuji Yamada, mengatakan kepada BBC bahwa ia "terkejut" ketika melihat esai itu.

"Saya pernah melihat laporan seperti itu ditulis dalam kode, tetapi tidak pernah melihat yang ditulis
dengan aburidashi," katanya.

Anda mungkin juga menyukai