Anda di halaman 1dari 37

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah ujung tombak sebuah negara. Ditangan para generasi muda yang
ditatar di dunia pendidikan masa depan sebuah negara. Pendidikan menjamin sebuah
kemajuan di sebuah Negara. Misalkan sebuah negara memiliki satu generasi saja yang
memiliki kualitas rendah, negara tersebut bisa terpuruk dalam beberapa periode. Sangat
pentingnya pendidikan membuat program-program pendidikan gencar untuk diperbaiki, guna
generasi masa depan dapat membangun negara dengan baik, banyak meraih prestasi diranah
internasional. Membuat sebuah negara cepat berkembang menguasai berbagai sektor dunia.
Negara Indonesia kini sedang semangat membangun pendidikannya untuk masa depan yang
lebih baik. Dalam sebuah pendidikan yang semakin membaik ada yang dimaksud evaluasi
pendidikan didalamnya. Evaluasi merupakan salah satu kiat untuk membuat sebuah
pendidikan dan pembelajaran menjadi semakin baik. Evaluasi pendidikan adalah cara untuk
menganalis untukmenemukan aspek yang belum tercapai dalam sebuah pendidikan. Setelah
dilakukan evaluasi perlunya sebuah evaluasi dilakukan pelaporan, untuk menyampaikan pada
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Dalam laporan evaluasi pendidikan ada
beberapa kiat untuk mempermudah pihak-pihak tersebut memahaminya. Setelah dilakukan
evaluasi munculah beberapa solusi yang akan dilaksanakan dalam sesi tindak lanjut untuk
mengetahui solusi permasalahan terbaik agar sebuah pendidikan semakin baik. Setelah itu
dilakukan desiminasi, atau penyebaran sebuah solusi dengan terencana dalam pelaksanaanya.
Seluruh proses dari penyusunan laporan, tindak lanjut, dan solusi akan dijelaskan didalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa perlu dilakukan penyusunan laporan evaluasi program pembelajaran di
sekolah?
2. Bagaimana cara menyusun laporan evaluasi program pembelajaran di sekolah?
3. Mengapa perlu dilakukan desiminasi program pembelajaran di sekolah?
4. Bagaimana cara melakukan desiminasi program pembelajaran di sekolah?
5. Mengapa perlu dilakukan tindak lanjut perbaikan program pembelajaran di sekolah?
6. Bagaimana cara melakukan tindak lanjut perbaikan program pembelajaran di sekolah?
7.

1
C. Tujuan
1. Mengetahui kegunaan penyusunan laporan evaluasi program pembelajaran di sekolah.
2. Mengetahui proses penyusunan laporan evaluasi program pembelajaran di sekolah.
3. Mengetahui kegunaan desiminasi program pembelajaran di sekolah.
4. Mengetahui proses desiminasi program pembelajaran di sekolah.
5. Mengetahui kegunaan tindak lanjut perbaikan program pembelajaran di sekolah.
6. Mengetahui proses tindak lanjut perbaikan program pembelajaran di sekolah.

2
BAB II

Penyusunan Laporan Evaluasi

Laporan adalah sebuah produk fisik dari sebuah evaluasi. Pentingnya sebuah laporan sebagai
susunan tertulis hasil sebuah evaluasi untuk mempermudah penyebarluasan hasil evaluasi
kepada orang maupun pihak lain, baik melalui membaca atau pemaparan.

A. Tujuan Penyusunan Laporan


1. Laporan untuk Memberikan Keterangan
Salah satu tujuan ini berguna untuk memberikan gambaran atas sebuah
pekerjaan. Pada dasarnya laporan ini dapat dibedakan menjadi laporan berkala dan
laporan khusus. Laporan berkala dibuat dalam periode waktu. Laporan ini
menjelaskan tentang keterangan bersifat rutin. Laporan khusus digunakan untuk
menyampaikan sebuah hasil-hasil pengujian, percobaan, atau pemeriksaan. Laporan
ini dapat juga menyampaikan kondisi dari sebuah proyek.
2. Laporan untuk Memulai Suatu Tindakan atau Pekerjaan
Tujuan laporan ini menyampaikan tentang sebuah rencana. Berpusat pada
tindakan atau pekerjaan, dan dengan alasan apa sebuah tindakan dilakukan. Laporan
jenis ini harus tegas, jelas, dan terperinci. Karena dalam laporan ini berkaitan dengan
proses dan hasil yang akan diterima diakhir tindakan atau perkerjaan.
3. Laporan untuk Mengoordinasi Proyek
Mengoordinasi memiliki arti yaitu mengatur atau menempatkan sesuatu sesuai
dengan sebaik-baiknya. Pokok dalam laporan ini adalah tindakan yang harus
dikoordinasikan.
4. Laporan untuk Menyarankan Suatu Langkah atau Tindakan
Pada dasarnya laporan ini adalah laporan untuk mengemukakan pendapat.
Dalam laporan ini berisikan sebuah gagasan baru untuk melakukan sebuah tindakan.
Hal yang wajib ada dalam laporan ini adalah langkah atau tindakan apakah yang harus
dilakukan, mengapa harus dilakukan, apa manfaatnya, dan berapa biaya untuk
melaksanakannya.
5. Laporan untuk Merekam Kegiatan
Laporan ini melaporkan tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan. Yang
termasuk dalam laporan ini adalah laporan kemajuan dan laporan akhir. Laporan

3
kemajuan didalamnya disajikan semua kegiatan selama masa pelaporan, termasuk
semua perincian yang perlu dikemukakan sebagai konsekuensi pelaksanaan
pekerjaan. Sedangkan laporan akhir merangkum segala pekerjaan setelah semua
selesai. Dalam laporan ini segala sesuatunya diintegrasikan dalam cakupan yang
menyeluruh, dilihat dari pandangan bahwa semua tersebut telah berlalu. Walaupun
berbeda dengan laporan kemajuan, namun laporan akhir tidak terlepas dari laporan
kemajuan. Segala penyusunan laporan akhir mengacu pada laporan kemajuan.

Menurut Arikunto & Abdul Jabar(2014:200) terdapat empat hal pokok terdapat
dalam laporan evaluasi, yaitu:

1. Permasalahan
2. Metodologi evaluasi
3. Hasil evaluasi
4. Kesimpulan atas hasil evaluasi

1. Permasalahan
Masalah dalam sebuah program dijelaskan dalam bagian ini. Sebuah evaluasi
bertujuan untuk memberikan solusi atas sebuah permasalahan. Hal ini sangat
mempermudah pembaca untuk memahami masalah yang akan dibahas atau hendak
dijawab dalam evaluasi ini. Permasalahan dalam susunan laporan evaluasi biasa ditulis
dengan “pendahuluan”.
Menurut Arikunto & Abdul Jabar(2014:200) terdapat empat segi-segi masalah
evaluasi mencakup, latar belakang masalah evaluasi, bagaimana rumusan masalah
terjadi, tujuan dari sebuah evaluasi ingin dicapai, dan tinjauan teori/kepustakaan/hasil-
hasil evaluasi sebelumnya yang berkaitan dengan evaluasi tersebut.
Dalam laporan evaluasi tinjauan teori/kepustakaan/hasil-hasil evaluasi sebelumnya
tidak dimaksudkan untuk merumuskan hipotesis. Hal ini dilakukan untuk menentukan
asumsi-asumsi yang digunakan, ruang lingkup evaluasi, dan batasan –batasan istilah/
konsep yang digunakan. Dalam laporan evaluasi pun perlu disertai penjelasan tentang
letak tempat evaluasi diselenggarakan.
Berikut merupakan isi dari setiap segi-segi masalah evaluasi yang dikemukakan oleh
Sudjimat(2015:98-99).

4
 Latar belakang masalah mengemukakan adanya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan, teori, hasil penelitian sebelumnya, kesimpulan seminar dan
diskusi ilmiah, ataupun pengalaman/ pengamatan pribadi yang terkait dengan
pokok permasalahan sehingga dapat dijadikan landasan berpijak yang kokoh.
 Rumusan masalah menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari
solusinya.
 Tujuan mengungkap kansasaran yang ingin dicapai. Isi dan rumusannya
mengacu pada isi dan rumusan penelitian.
 Ruang lingkup dan keterbatasan menguraikan variable-variabel yang diteliti
beserta subvariabel dan indikator-indikatornya, populasi atau subjek evaluasi,
dan lokasi penelitian, dan (2) suatu keadaan yang tidak dapat dihindari dalam
penelitian baik yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian maupun
kendala di lapangan.
 Asumsi menyatakan anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam pelaksanakan evaluasi.

2. Metodologi evaluasi
Menurut KBBI Daring arti dari metodologi adalah “ilmu tentang metode; uraian
tentang metode”. Dari arti dapat dipahami bila pada bagian ini menjelaskan tentang
metode-metode pemecahan masalah evaluasi.
Dalam Arikunto & Abdul Jabar(2014:201) menjelaskan bahwa metodologi berisikan
penjelasan tentang tipe pendekatan evaluasi yang digunakan (survey atau sensus), tahap-
tahap evaluasi program, teknik-teknik untuk mencapai standart (kredibilitas,
konfirmabilitas, dependabilitas, dan transferabilitas), populasi dan sampel evaluasi,
metode pengumpulan data dan instrument, serta strategi analisis data.
Metodologi merupakan salah satu tahap penting dalam sebuah evaluasi, berkaitan
tentang solusi yang akan muncul diakhir sebuah evaluasi. Paparan metodologi evaluasi
yang jelas tentu akan memberikan kemudahan bagi pembaca untuk mengikuti jalan
pikiran peneliti.

3. Hasil evaluasi
Menurut Arifin(2014:5) menjelaskan bahwa hakikatnya evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menetukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu,

5
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Dapat dipahami bahwa yang dimaksud “arti” adalah perencanaan dan proses, sehingga
menghasilkan sebuah nilai.
Dalam evaluasi data merupakan hal yang dipermasalahkan atau sebagai bukti bahwa
terdapat adanya masalah. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis lalu
disajikan hasil evaluasi. Dari kutipan Arikunto & Abdul Jabar(2014:201) dijelaskan
bahwa “Rangkaian ini seringkali disertai dengan pembahasan hasil evaluasi.” Berarti
dalam hasil evaluasi menjabarkan kekurangan dan kelebihan dari sebuah program.

4. Kesimpulan atas hasil evaluasi


Hasil evaluasi yang telah disajikan pada sebuah laporan pasti diikuti dengan adanya
penarikan kesimpulan. Kesimpulan biasa diungkapkan secara deskritif dengan dasar hasil
evaluasi. Pada kesimpulan pada dasarnya menjawab dari masalah yang dibahas dalam
evaluasi, termasuk hal-hal yang belum terpecahkan untuk melakukan evaluasi lebih
lanjut.

B. Susunan Laporan evaluasi

Sebuah laporan evaluasi digunakan untuk mengungkapkan sebuah solusi atas sebuah
masalah yang terjadi. Hakikatnya susunan laporan evaluasi ditunjukan untuk mempermudah
pembaca memahami isi dari laporan tersebut. Susunan laporan lazimnya dikaitkan dengan
kelompok pembaca, yaitu kelompok pembaca akademis dan kelompok pembaca masyarakat
umum.

Laporan yang ditunjukan pada akademis, biasa terdapat tuntutan standart seperti,
bahasa, orsanisasi penyajian, teknik penulisan, atau proporsi jumlah halaman untuk setiap
penyajian. Sedangkan laporan yang ditunjukan ke masyarakat umum, tidak terdapat patokan
standart yang kaku. Namun harus memiliki bahasa dan istilah yang popular dan dibuat untuk
sekomunikatif mungkin, agar mudah dipahami segala kalangan. Oleh karena itu laporan yang
dibaca oleh akademisi jika ingin dipublikasikan ke masyarakat umum harus dirubah total agar
memiliki bahasa yang sesuai, begitu pun sebaliknya.Menurut Arikunto & Abdul
Jabar(2014:202) laporan evaluasi hampir menyerupai laporan penelitian, terdapat pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Masing-masing jenis pendekatan memiliki susunan laporan yang
berbeda.

6
Berikut susunan laporan evaluasi dengan pendekatan kuantitatif.

Susunan laporan evaluasi yang terdiri atas lima bab :

Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan Kepustakaan
Bab III : Metodologi Evaluasi
Bab IV : Hasil Evaluasi dan Pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan Rekomendasi
Susunan laporan evaluasi yang terdiri atas enam bab :

Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan Kepustakaan
Bab III : Metodologi Evaluasi
Bab IV : Hasil Evaluasi
Bab V : Pembahasan Hasil Evaluasi
Bab VI : Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bagian pembahasan kepustakaan berisikan tentang sejumlah konsep, teori, data,
temuan-temuan yang bersangkutan dengan masalah yang dibahas dalam evaluasi. Hal ini
berguna untuk memperjelas bahwa masalah yang evaluasi terbukti telah dibahas dalam dunia
pengetahuan atau kepustakaan.
Berikut susunan laporan evaluasi dengan pendekatan kualitatif.

Bab I : Pendahuluan
Bab II : Inti Pembahasan
Bab III : Kesimpulan
Jauh berbeda dengan susunan laporan evaluasi kuantitatif, laporan evaluasi kualitatif
terlihat lebih sedikit dalam susunan laporannya. Namun dalam laporan evaluasi dengan
pendekatan kualitatif disusun menggunakan uraian kalimat dalam pemaparkan hingga
pemberikan jawaban atas masalah yang dibahas. Pada bagian Pendahuluan dijelaskan pokok
informasi mengenai apa yang akan dibahas. Kemudian bagian pembahasan berisikan bahasan
masalah yang diuraikan dengan kalimat. Pada akhir dari laporan disajikan kesimpulan
masalah yang dibahas.
Pada Pendahuluan umumnya terdapat subbab-subbab sebagai berikut.
1. Latar belakang evaluasi.

7
2. Pokok masalah yang akan dievaluasi. Termasuk penempatan pembahasan
kepustakaan menjadi satu dalam bagian ini.
3. Metodologi evaluasi/pendekatan umum. Namun pada bagian ini, metodologi evaluasi
bersifat umum. Metodologi evaluasi yang bersifat rinci akan disampaikan pada bagian
lampiran.
Pada Pembahasan dimulai dari isi bahasan yang luas dan umum, kemudian berlanjut
kepembahasan yang khusus. Pembahasan yang bersifat umum dan luas umumnya diangkat
dari sumber kepustakaan yang ada dan dapat menjadi beberapa bab/subbab. Setelah
menguraikan hal-hal dari pembahasan tersebut, akhirnya laporan ditutup dengan penyajian
sejumlah kesimpulan dari apa yang telah dibahas dalam ini laporan.

C. Tata Tulis Laporan Evaluasi


Berikut merupakan tata tulis laporan yang dihimpun dari Arikunto & Abdul Jabar(2014:213-
223).
1. Kertas Naskah dan Sampul
a. Kertas Naskah
Laporan evaluasi diketik pada kertas HVS 80 gram berwarna putih dengan
ukuran kuarto(21 x 28,5 cm). Jika dalam sebuah laporan memerlukan kertas
dengan ukuran yang berbeda maka kertas yang memiliki ukuran melebihi
ketentuan(kuarto), kertas dapat dilipat sesuai dengan ukuran kertas kuarto.
b. Sampul
Sampul laporan evaluasi biasa menggunakan kertas buffalo atau linen yang
warnanya disesuaikan dengan lembaga yang dievaluasi. Sampul luar berisikan
judul laporan evaluasi ( diketik simetris), simbol lembaga yang dievaluasi, nama
evaluator, nama lembaga, sumber biaya, dan nomor kontrak, serta tahun laporan
selesai disusun.
2. Pengetikan
a. Penggunaan Huruf
Naskah diketik dengan menggunakan huruf Pica(10 huruf dalam 1 inci atau font
times new roman ukuran 12).
b. Penulisan Bilangan
1) Bilangan dapat ditulis dengan satu atau dua kata. Kecuali bilangan subbab,
nomor gambar, dan bilangan-bilangan dalam tabel atau ilustrasi harus ditulis
dengan angka.
8
2) Demikian juga dengan bilangan pecahan yang berdiri sendiri. Ketentuan
tersebut tidak berlaku untuk nomor rumah, tanggal,nomor kutipan, nomor
tabel/gambar, tahun, dan bilangan-bilangan dari suatu perhitungan.
3) Nama bulan harus ditulis dengan huruf.
4) Bilangan yang terdapat pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
5) Dalam menulis bilangan terdiri atas empat atau lebih, cara menulisnya
dengan memberikan tanda titik pada setiap satuan ribuan. Untuk bilangan
decimal, walaupun terdiri empat atau lebih, titik tidak diperlukan.
c. Jarak Antar Baris atau Spasi
Laporan evaluasi lazimnya diketikengan dua spasi. Khusus untuk ringkasan
ekskutif, kutipan langsung, nama bab, judul tabel, dan judul gambar yang lebih
dari satu baris diketik dengan satu spasi. Jarak dengan dua spasi merupakan jarak
yang ideal agar membuat pembaca tidak jenuh dalam membaca.
d. Batas Tepi Pengetikan
1) Tepi atas : 4 cm
2) Tepi bawah : 3 cm
3) Tepi kiri : 4 cm
4) Tepi kanan : 3 cm
e. Pengetikan Alenia Baru
Pengetikan alenia baru dalam laporan evaluasi berjarak lima ketukkan spasi atau
satu kali tab.
f. Pengetikan Bab, Subbab, dan Sub-Subbab
1) Pengetikan bab
Judul bab ditulis dengan huruf capital, disusun dengan simetris, dan tana
diakhiri dengan titik. Nomor urut bab ditulis dengan huruf romawi dan
ditempatkan secara simetris diatas judul bab.
2) Pengetikan subbab
Pengetikan subbab dan nomor subbab dimulai dari batas tepi kiri. Huruf
pertama setiap kata diawali dengan huruf capital, kecuali kata depan(di,
ke, dari) dan kata penghubung (dan, yang, untuk, dengan, dalam, pada, dan
sebagainya).
Contoh pengetikan bab, subbab, dan sub-subbab adalah sebagai berikut.
BAB VI
HASIL EVALUASI
9
A. DESKRIPSI DATA
1. ….
2. ….
a. ….
b. ….
c. ….
1) ….
2) ….
3) ….
a) ….
b) ….
(1) ….
(2) ….
(3) …. dan seterusnya.

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


1. ….
2. ….
3. …. dan seterusnya.

C. … dan seterusnya.
3. Penomoran
a. Penomoran Halaman
Penomoran halaman diletakkan di sebelah kanan atas. Terletak dua spasi di atas
baris pertaman teks atau 3 cm dari tepi atas. Bagian pendahuluan memakai angka
alphabet pada penomoran halamannya. Halaman-halaman sebelumnya seperti kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar menggunakan angka romawi
kecil. Untuk judul bab penempatan nomor halaman berada di bagian tengan
bawah, dua spasi dari kalimat terakhir halaman itu.
b. Persamaan Matematis
Jika dalamlaporan evaluasi terdapat persamaan matematis/rumus-rumus,
penomoran dilakukan dengan menggunakan angka alphabet. Penomoran
diletakkan di dekat batas kanan di antara dua tanda kurung.
10
4. Ilustrasi
Tujuan dari sebuah ilustrasi adalah menjelaskan hal yang sulit untuk di diskripsikan.
Ilustrasi juga berguna untuk lebih komunikatif dan menarik pembaca masuk dalam
alur pembahasan laporan. Ilustrasi dapat lebih ringkas dalam penyampaian ketimbang
mendiskrisikan dengan kalimat-kalimat yang belum tentu dapa dipahami oleh
pembaca.
Dalam penggunaannya ilustrasi haruslah berguna, dalam arti bersifat mempertegas
dari diskripsi teks. Ilustrasi dan teks harus dalam satu kesatuan sehingga sangat perlu
untuk dijaga keserasiannya. Ilustrasi harus diletakkan pada tempat yang serasi, agar
menyampaikan maksud yang utuh.
Yang dapat dikategorikan sebagai ilustasi sebagai berikut.
a. Foto
b. Grafik
c. Diagram
1) Diagram Alir
2) Diagram Lingkaran
3) Diagram Batang/Balok
4) Diagram Kotak
d. Bagan
e. Peta
f. Tabel
5. Pengutipan
Pengutipan ini dihimpun dari PPKI UM(2017:29-30) sebagai berikut.
a. Pengutipan Langsung
Pengutipan langsung adalah penulisan kembali hal yang dikutip persis seperti
aslinya. Dalam penulisan karya ilmiah, pengutipan secara langsung perlu
dihindari, kecuali apabila sangat diperlukan. Pengutipan langsung diperlukan
apabila keaslian teks sangat diperlukan. Keaslian diperlukan apabila teks
tersebut akan dibahas pada uraian berikutnya atau teks tersebut mengandung
pernyataan atau peristilahan yang khas yang akan berubah maknanya apabila
diubah teksnya.
1) Pengutipan Kurang dari 40 Kata

11
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip
("...") sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama. Kutipan diawali
atau diakhiri dengan menyebut sumbernya (rujukan).
Contoh :
Selaras dengan penjelasan tersebut, Sandri(2016) menyimpulkan
bahwa, “Teknik Tes pada umumnya memegang peranan penting dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap
(affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain).”
2) Kutipan 40 Kata atau Lebih
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis secara terpisah dari teks
yang mendahului dan mengikutinya. Kutipan ditulis tanpa tanda kutip,
ditulis 1,2 cm dari garis tepi kiri dan kanan, dan diketik dengan spasi
tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru lagi, alinea baru
dimulai 1,2 cm dari tepi kiri garis teks kutipan.
Contoh :
Setiap warga Negara memiliki Hak dan Kewajiban untuk
menempuh pendidikan seperti dijelaskan pada UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.
Pasal 5
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat
adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6
1. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
2. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.

3) Pengutipan yang Sebagian Dihilangkan


Apabila dalam mengutip langsung terdapat kata dalam kalimat yang
dihilangkan, kata yang dihilangkan diganti dengan tiga titik.
Contoh :

12
Seperti yang dijelaskan Arifin(2014:36) yaitu, “Penilaian sumatif …
penilaian yang menggunakan pendekatan acuan norma (norm-
referenced assessment, kemampuan peserta didik dibandingkan dengan
teman sekelompoknya.”
Apabila dalam mengutip langsung terdapat kalimat yang dihilangkan,
kalimat yang dihilangkan diganti dengan empat titik.
Contoh :
Seperti yang dijelaskan Arifin(2014:36) yaitu, “Penilaian sumatif ….,
kemampuan peserta didik dibandingkan dengan teman
sekelompoknya.”
4) Pengutipan Tidak Langsung
Pengutipan tidak langsung adalah pengambilan gagasan seseorang
dengan cara mengemukakannya dengan menggunakan bahasa penulis.
Pengutipan tidak langsung dilakukan dengan cara menuliskan gagasan
tersebut terpadu dalam teks tanpa tanda kutip. Sebagai tanda bahwa
teks tersebut merupakan kutipan, kutipan diawali atau diakhiri dengan
sumber yang dirujuk. Pengutipan tidak langsung dianjurkan dalam
penulisan karya ilmiah.
Contoh :
Selaras dengan Arifin(2014:87) yang menjelaskan bahwa standart
absolut memiliki hasil pengukuran dari waktu ke waktu dalam
kelompok yang sama atau berbeda dapat dipertahankan keajegannya.

6. Penulisan Lampiran
Lapiran-lampiran berisi tentang referensi seperti tabel, dokmuen, transkrip
wawancara, dan sejenisnya yang memiliki penjelasan rinci ditempatkan pada bagian
ini. Lampiran ditempatkan setelah daftar pustaka. Penomoran dalam lampiran dengan
angka alphabet.
7. Penulisan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka meliputi berbagai yang dilakukan pengambilan ide
didalamnya dengan cara mengutip maupun cara yang lain. Daftar pustaka meliputi
buku, jurnal, majalah, dan sumber-sumber lain. Secara umum penulisan daftar pustaka
memiliki konstruksi sebagai berikut, Nama Pengarang. Tahun Karangan. Judul
Karangan. Kota pengarang:Penerbit.
13
Penulisan daftar pustaka ini dihimpun dari PPKI UM(2017:33-38) sebagai berikut.
Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi bergantung jenis sumber yang dirujuk.
a. Rujukan Artikel dalam Jurnal Tercetak
Nama penulis ditulis paling depan diakhiri tanda titik, diikuti dengan tahun
yang diakhiri titik. Judul artikel ditulis dengan cetak normal dan ditulis huruf
kapital pada setlap awal kata, kecuali kata hubung. Name jumal ditulis dengan
cetak mlring dan dltulis dengan huruf kapital setiap awal kata, kecuali kata
hubung, diakhiri tanda koma. Volume/tahun/ jilid dicetak miring diikuti nomor
jumal dalam kurung, diikuti tanda koma, dan diakhirl rentangan nomor
halaman artikel.
b. Rujukan Artikel dalam Jumal Tercetak yang Diunggah
Cara penulisannya seperti rujukan dari artikel jumal tercetak, diikuti atamat
situs. Rujukan Artikel dalam Jurnal Elektronik Cara penulisannya seperti
rujukan dari arlikel jurnal tercetak, diikuti alamat situs jurnal atau DOI.
c. Rujukan Artikel dalam Majalah atau Koran
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal. bulan, dan tahun.
Judul artikel ditulis dengan cetak norrnal dan ditulis dengan huruf kapital pada
setiap huruf awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah/koran ditulis
dengan huruf kapital pada setiap huruf awal kata, kecuali kata hubung, dan
dicetak miring. Nama majalah diikuti volume terbitan. Nomor halaman disebut
pada bagian akhir.
d. Rujukan Buku
Nama penulis diakhiri tanda titik. Tahun penerbitan ditulis setelah nama
penulis dan diakhiri dengan tanda titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring
; ditulis dengan huruf kapital (besar) pada awal setiap kata, kecuali kata
hubung; dan diakhiri dengan tanda titik. Kota tempat penerbit dan nama
penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
e. Rujukan Artikel dalam Buku Kumpulan Karya yang Ada Editornya
Rujukan artikel yang dimaksud adalah semua jenis karya. baik berupa bagian,
bab, penggalan, atau artikel, yang diberi nama sesuai dengan penulisnya.
Nama penulis artikel/penggalan di depan, diikuti dengan tahun penerbitan.
Judul artikel ditulis normal (tanpa cetak miring). Nama editor ditulis seperti
menulis nama biasa, diberi kata dalam sebelum nama dan diberi keterangan
(Ed.) setelah nama, diakhiri tanda titik. Judul buku kumpulannya ditulis
14
dengan huruf miting diikuti dengan nomor halaman tempat artikel/ penggalan
tersebut dimuat (ditutis dalam kurung) dan diakhiri titik. Nama kota penerbit
ditulis setelahnya dan diikuti nama penerbit.
f. Rujukan Berupa Buku Lebih dari Satu Jilid
Cara penulisannya sama dengan rujukan dari buku, ditambah keterangan jilid
atau volurne yang ditulis di antara tanda kurung setelah judul buku.
g. Rujukan Berupa Buku yang Tidak Diketahui Nama Pengarangnya
Judul buku ditulis dengan disertai tahun penerbitan, kota, dan nama penerbit.
Judul buku dicetak miring. dan diakhiri dengan tanda titik.
h. Rujukan darl Koran Tanpa Penulis
Nama koran ditulis di bagian awal. Tanggal, bulan, dan tahun ditulis setelah
nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf kapital kecil dicetak miring
dan diikuti dengan nomor halaman.
i. Rujukan darl Dokumen Resmi PemerIntah yang Diterbitkan oleh Suatu
Penerbit (Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga)
Judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring, diikuti
tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.
j. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diambil dari Internet
Nama dokumen ditulis lengkap (termasuk nornor dan tahun) di bagian awal
dengan cetak miring. Situs yang memuat dokumen tersebut dicetak tegak
dengan huruf kapital pada hurup awal setiap kata, diakhiri dengan kata onftne
dalam kurung, ditulis setelah nama dokumen. Alamat situs dan tanggal akses
ditulis setelahnya.
k. Rujukan dari Lembaga yang DItuIls Atas Nama Lembaga Tersebut
Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti
dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan,
dan nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut.
l. Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya
terjemahan, judul terjemahan, nama penerjemah. nama tempat penerbitan dan
nama penerbit terjemahan, diakhiri tahun terbitan asli. Apabila tahun
penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata Tanpa tahun.
m. Rujukan Berupa Skripsi, Tesis atau Disertasi

15
Nama penulis ditulis paling depan. diikuti tahun yang tercantum pada sampul,
judul skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan cetak miring diikuti dengan
pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan. nama kota tempat
perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi.
n. Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran,
Lokakarya, atau Kegiatan Sejenis
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul makalah
dicetak miring, kemudian diikuti pernyataan 'Makalah disajikan dalam .."..
nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan
tanggal serta bulannya.
o. Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-
turut oleh tahun, judul karya tersebut (dicetak miring) dengan diberi
keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan
tersebut di antara tanda kurung. disertai dengan keterangan kapan diakses.
p. Rujukan Berupa Hasil Komunikasi dengan Pakar di Bidang yang Relevan
Nama pakar di tulis di depan, diikuti hari, tanggal, dan tahun komunikasi.
Diakhiri dengan kata Komunikasi Personal.
8. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam sebuah laporan evaluasi umumnya menggunakan
bahasa Indonesia ragam ilmiah. Bahasa ragam ilmiah memiliki penyampaian yang
lugas, logis, jelas, hemat, formal, dan bertolak dari gagasan(PPKI UM,2017:39).

16
BAB III
Kiat Desiminasi

A. Pengertian Diseminasi Perbaikan Program Pembelajaran

Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang ditujukan


kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran,
menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi jugas bisa diistilahkan
proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola. (Mediakom Batola
2013) Sedangkan kiat adalah akal (seni atau cara) melakukan; taktik.(KBBI). Dalam hal ini
diseminasi adalah suatu langkah menyebarkan informasi untuk mempengaruhi orang lain atau
kelompok tertentu. .Sehingga kiat diseminasi pada perbaikan program pembelajaran bisa di
artikan suatu cara penyebaran inovasi untuk mengembangkan program pembelajaran yang
sebelumnya

Dalam pengembangan program pembelajaran akan slalu memunculkan ide ide dan
inovasi inovasi baru, sebuah terobosan terobosan dalam dunia pendidikan. Hasil dari inovasi
itu perlu didiseminasikan agar inovasi itu dapat dilaksanakan. Begitu pula dengan perbaikan
program pembelajaran perlu didesiminasikan kepada para pengajar dan pihak pihak yang
berkaitan agar hasil perbaikan dari program pembelajaran sebelumnya dapat dilaksanakan,

B. Cara-Cara Mendiseminasikan Laporan Program Pembelajaran

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang peneliti yang ingin melakukan
diseminasi hasil-hasil perbaikan program pembelajaran yang dilakukannya, antara lain
melalui media cetak dan tatap muka.

1. Diseminasi Perbaikan Program Pembelajaran Melalui Media Cetak

Media cetak yang dapat menjadi media untuk menyebarluaskan hasil-hasil perbaikan
program pembelajaran adalah TOR, Jurnal, majalah, buletin. Tentu saja jurnal, majalah,
buletin yang dimaksud di sini adalah media cetak yang memang mempunyai tema yang
sesuai dengan praktik-praktik pendidikan. Telah banyak jurnal-jurnal, majalah-majalah, atau
buletin-buletin yang di dalamnya memuat berbagai artikel ilmiah sebagai media untuk
mendiseminasikan hasil penelitian tindakan kelas. Satu hal yang mesti diperhatikan agar
seorang peneliti dapat mendiseminasikan laporannya melalui media cetak adalah dipenuhinya

17
tata cara penulisan yang berlaku untuk media cetak yang bersangkutan. Biasanya laporan
perbaikan program pembelajaran, agar dapat diterbitkan melalui media cetak harus terlebih
dahulu ditulis ulang dalam bentuk artikel dengan jumlah halaman yang terbatas.

2. Diseminasi Perbaikan Program Pembelajaran Melalui Tatap Muka

Berbagai kegiatan tatap muka dapat dijadikan pilihan cara untuk mendiseminasikan
laporan perbaikan program pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah rapat guru, KKG
atau MGMP, dan seminar.

a. Diseminasi Laporan Perbaikan Program Pembelajaran Melalui Rapat


Guru

Di setiap lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) selalu diadakan rapat dewan


guru secara berkala. Umumnya minimal satu bulan sekali. Pada kesempatan
seperti ini, peneliti dapat meminta waktu agar dialokasikan dalam agenda rapat
guru untuk kesempatan mengadakan deseminasi laporan ptk yang telah ditulisnya.
Pihak otoritas sekolah, dalam hal ini kepala sekolah tentunya tidak akan
berkeberatan bila salah seorang guru meminta waktu untuk menyampaikan hasil
perbaikan program pembelajaran yang telah dilakukannya. Penyampaian hasil
perbaikan program pembelajaran oleh salah satu guru akan mendorong iklim
bekerja secara profesional di sekolah bagi guru-guru lain.

b. Diseminasi Perbaikan Program Pembelajaran Melalui KKG atau MGMP

Melakukan diseminasi hasil-hasil perbaikan program pembelajaran di dalam


kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) atau MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) tentu sangat baik sekali. Di dalam kegiatan KKG dan MGMP, seorang
guru peneliti dapat menyampaikan apa-apa yang telah diperolehnya melalui
penelitian yang dilakukannya di sekolahnya. Guru-guru lain dapat memberikan
tanggapan berupa masukan-masukan yang bersifat membangun bagi
penyempurnaan perbaikan program pembelajaran yang telah dilakukan guru yang
bersangkutan. Selain itu, melakukan diseminasi perbaikan program pembelajaran
di forum-forum semacam KKG dan MGMP akan membuat kegiatan organisasi
yang beranggotakan guru-guru ini sejalan dengan misi yang diembannya yaitu
meningkatkan profesionalitas anggotanya.

18
c. Diseminasi Perbaikan Program Pembelajaran Melalui Seminar

Pada beberapa kesempatan, acapkali diadakan seminar. Pada kegiatan seminar


dapat ditampilkan pemaparan tentang penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh guru. Seminar tentu saja melibatkan audien yang besar jumlahnya. Tujuan
diseminasi (penyebarluasan) hasil-hasil perbaikan program pembelajaran yang
telah diperoleh akan dapat terpenuhi.

19
BAB IV

Program Tindak Lanjut

Belajar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan perubahan tingkah
laku pada diri individu yang sedang malakukan kegiatan belakjar. ,Perubahan tingkah laku
tersebut terjadi karena usaha usaha-usaha yang dilakukan oleh individu tersebut . Tingkat
keberhasilan kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : bahan ajar, instrumen ,kondisi individu yang sedang belajar.

Sedangkan kegiatan mengajar adalah aktivitas yang dilakukan guna membantu siswa
mendapatkan segala bentuk informasi, keterampilan ,nilai, gagasan baru, cara berfikir, sarana
untuk mengespresikan diri dan cara bagaimana seseorang belajar. Hasil akhir dari proses
belajar dan mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat melaksanakan
kegiatan belajar dengan mudah dan lebih efektif dimasa yang akan datang.

Setiap kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang dilakukan oleh seorang guru dan
murid memiliki tujuan agar siswa dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. untuk mencapai tujuan tujuan tersebut guru melakukan berbagai
macam upaya mulai dari penyusunan rencana pelajaran , menguasai strategi belajar mengajar
yang relevan ,sampai dengan pelaksanaan penilaian dan umpan balik. Namun demikian ,
kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada
murid yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin didalam
nilai atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan murid-murid dikelasnya. Mereka
memerlukan pendekatan – pendekatan khusus untuk dapat mencapai hasil – hasil belajar
belajar yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu
meningkatkan hasil belajar murid-murid seperti itu adalah dengan melaksanakan bimbingan
belajar. Dengan adanya bimbingan belajar diharapkan seorang murid dapat menyelesaikan
segala masalah – masalah belajar yang selama ini menghambat dia dalam menguasai materi
belajar, dan diharapkan juga dengan adanya bimbingan belajar siswa dapat lebih termotivasi
untuk lebih semangat dalam belajar. Dan setiap guru diwajibkan mengetahui masalah –
masalah belajar yang dialami oleh murid.

1. Masalah-Masalah Belajar

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang murid yang
menyebabkan terhambatnya kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat

20
berkenaan dengan keadaan yang ada pada dirinya yaitu berupa kelemahan kelemahan yang
dimiliki oleh seorang siswa dan juga dapat pula berkenaan dengan lingkungan yang tidak
dapat menguntungkan bagi dirinya. Masalah – masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh
murid – murid yang terbelakang saja Tetapi juga dapat menimpa murid – murid yang pandai
atau cerdas.

Pada dasarnya, masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas:

a. Sangat cepat belajar, yaitu murid yang memiiki kecerdasan yang cukup
tinngi biasanya memiliki IQ 130 atau lebih, dan memerlukan tugas – tugas
khusus yang terencana serta penanganan khusus dari seorang guru.
b. Keterlambatan akademik , yaitu murid – murid yang tampaknya memiliki
intelegensi normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya dengan baik.
c. Lambat belajar, yaitu murid – murid yang tampak memilliki kempuan yang
kurang memadai . mereka memiliki IQ sekitar 70-90 sehingga perlu
dipertimbangkan untuk memperoleh kebutuhan khusus salah satunya adalah
dengan dilakukannya bimbingan belajar.
d. Penempatan kelas, yaitu murid – murid yang memiliki umur , kemampuan ,
ukuran dan minat –minat social yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk
kelas yang ditempatinya.
e. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu murid – murid yang kurang semangat
dalam belajar. Mereka cenderung pasif pada saat kegiatan belajar.
f. Sikap dan kebiasaan buruk, yaitu murid – murid yang memiliki sifat dan
karakter yang buruk mereka cenderung menentang atau melanggar
peraturan. Mereka sering terlambat,tempramen dan sering melanggar
peraturan sekolah.
g. Kehadiran dimadrasah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan
sebagian besar kegiatan belajarnya.

Murid yang memilliki masalah – masalah tersebut sangat mebutuhkan bantuan dan
bimbingan dari seorang guru. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat melaksanakan kegiatan
belajar yang lebih terarah dan efektif sehingga mereka lebih mudah dalam mencapai tujuan-
tujuan belajar.

21
2. Identifikasi Murid yang Bermasalah

Untuk melakukan fungsi bimbingan, seorang guru harus dapat menetukan siapa saja
murid yang mengalami masalah dalam belajar. Penentuan siapa murid yang mengalami
gangguan belajar dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Penilaian Hasil Belajar

Guru diharapkan melaksanakan penilaian secara berkesinambungan atau secara


berkelanjutan. salah satu tujuan dari penilaian hasil adalah untuk mengetahui sejauh mana
murid telah mencapai hasil belajar yang direncanakan sebelumnya. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang dijadikan sebagai acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian hasil
belajar anatar lain : penilaian acuan patokan (PAP), Penilaian acuan norma (PAN).

1) Penilaian acuan patokan

Menurut penilaian yang menggunakan acuan patokan , arah atau capaian


yang harus dicapai oleh seoarang murid dalam kegiatan belajar ditentukan oleh
jenis kompetensi dasar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Disini kompetensi
dasar digunakan sebgai patokan atau sasaran dari hasil pembelajaran.

Menurut penilaian yang menggunakan acuan patokan murid telah


mencapai hasil belajar sebagaimana yang telah diharapkan apabila siswa dapat
menguasai bahan belajar sesuai dengan patokan-patokan yang telah ditetapkan.
patokan ini di nyatakan dalam bentuk prosentase seperti : 75% , 80% dan 85%
dan sebagainya. Dalam penilaian acuan patokan emamng tidak ada ketetapan
pasti mengenai berapa batas presentasi minimal yang harus dicapai. Untuk
prosentase tersebut biasanya ditetapkan oleh para perencana pendidikan dan
pengajaran disekolah.

Dengan adanya batas-batas tersebut guru akan menjadi lebih mudah


untuk mengetahui murid-murid yang telah mengusai bahan belajar dan mana
yang belum menguasai. Murid-murid yang mengalami masalah belajar
cenderung belum bisa menguasai bahan ajar , dan penilaian tersebutlah yang
digunakan sebagai patokan untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang
kurang dalam memahami materi pelajaran.

22
2) Penilaian acuan normal

Penilaian acuan norma ialah penilaian yang menggunakan acuan normal


yang berdasarkan sebuah anggapan bahwasanya setelah sekelompok murid
melakukan kegiatan belajar, maka tingkat keberhasilan mereka akan menyebar
dalam bentuk kurva normal. Disini dapat dibahami bahwa masing-masing siswa
akan memiliki kemampuan yang berbeda-beda hal itu dapat dilihat dari sebaran
nilai dari yang paling tinggi ke yang paling rendah dan disini akan dapat
dipetakan siswa yang mampu dan siswa yang masih membutuhkan bimbingan
belajar. Sebarn nilainya akan dijabarkan sebagai berikut :

Sebagian besar siswa (68%) dari sebagian murid memperoleh hasil


belajar sedang (S); sebagian kecil yaitu (13,5%) memperolah hasil belajar baik
(B), dan sebagian lagi (13,5%) kurang (K), Selebihnya pada ujung kurva
(2,5%) memperoleh hasil belajar baik sekali (BS), dan (2,5%) kurang sekali
(KS).

b. Pemanfaatan Hasil Tes Intelegensi

Belajar dipengaruhi oleh kemampuan dasar setiap individu atau bisa disebut dengan
tingkat intelegensi dari seseroang. Semakin tinggi tingkat kemampuan dasar seorang siswa
maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang akan diperoleh karena disini seorang siswa
yang memiliki tingkat intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam mengusai setiap bahan ajar
yang telah disampaikan oleh seorang guru. Berbeda dengan siswa yang memiliki tingkat
intelegensi yang lebih rendah biasanya butuh waktu yang lebih lama guna memahami suati
materi yang diberikan.

Tingkat intelegensi sesorang dikelompokkan menjadi :

 139 – keatas : sangat tinggi


 120 - 139 : tinggi
 110 - 119 : diatas biasa
 100 - 109 : biasa atau sedang
 90 – 99 : dibawah biasa
 80 - 99 : rendah
 79 : sangat rendah

23
Berikut adalah beberapa tes yang biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan
dasar dari seorang siswa antara lain Draw a Man test (DMT), Wechsler Intelligance Scale for
Childern (WISC) , dan Stanford Binet Intelligen Scale (SBIS) . Hasil tes tersebut biasanya
disimpan dalam catatan pribadi yang digunakan untuk melakukan bimbingan konseling.

Hasil belajar seorang siswa haruslah tercermin oleh tingkat kemampuan dasar yang
dimilikinya, murid yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi diharapkan
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan membandingkan tingkat kecerdasan yang
dimiliki oleh murid-murid dengan hasil belajar yang telah diperoleh maka dapat diketahui
apakah murid terebut sudah maksimal dalam proses belajar ataukah masih belum maksimal.
anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi namun memiliki nilai yang kurang dapat
digolongkan murid yang bermasalah dan memerlukan bimbingan khusus dari seorang guru.
Begitu pula yang memiliki kecerdasan normal namun nilainya masih kurang berarti dia masih
kurang maksimal dalam belajar. Dan untuk siwa yang memiliki kecerdasan yang rendah
memang memerlukan bimbingan khusus dari guru.

c. Pengamatan (Observasi)

Guru dapat juga melakukan pengamatan atau obsevasi terhadap segala tindakan siswa
saat kegiatan belajar. Guru memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan hal tersebut
karena dia memiliki wewenang atau tugas untuk megajar sebagian mata pelajaran yang ada
pada sebuah kelompok belajar tertentu. Dengan adanay pengamatan tersebut guru dapat
mengetahui karakter siswa saat mengikuti kegiatan belajar, berdasarkan pengamatan yang
mendalam itu guru dapat menentukan sikap terhadap murid tersebut dengan memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang bermasalah.

3. Pengungkapan Sebab-sebab Masalah Belajar.

Dalam mengungkapkan sebuah permasalah yang dialami oleh siswa seorang guru
harus dapat mengetahui apa saja permasalah yang dialami oleh siswa serta segala penyebab
dari permasalahan – permasalahan yang dialami oleh masing-masing siswa . Disini seorang
guru harus mengetahui bagian-bagian mana dari tujuan-tujuan belajar yang masih belum
dikuasai. Tujuan disini bukan hanya tujuan tujuan formal saja yang tercantum di kurikulum
seperti kompetensi dasar apa saja yang wajib dikuasai oleh seorang siswa tapi juga
kemampuan lain yang lebih informal yakni perubahan karakter siswa yang menjadi lebih baik
atau yang seperti yang diharapkan oleh seorang guru misalnya ketika siswa menempuh mata

24
pelajaran agama dia menjadi lebih santun, dan memiliki karakter yang lebih baik sehingga
dapat disimpulkan bahwasanya dia sudah berhasil di mata pelajaran tersebut.

Seorang guru juga harus mengetahui hal – hal apa saja yang menyebabkan seorang
murid kesulitan dalam hal belajar . sebab-sebab masalah belajar memang sangatlah beragam
berbeda-beda apa yang dialami setiap murid. Bisa jadi disebabkan oleh tingkat kecerdasan
yang kurang , atau perekonomian dari keluarga yang kurang karena dalam belajar juga
membutuhkan alat-alat yang memadai, bisa juga karena kemampuan berbahasa yang kurang
baik pula serta penglihatan atau pendengaran yang kurang berfungsi dengan baik.

Ada beberapa faktor yang menjadikan sebab masalah –maslah belajar yang berasal
dari dalam siswa sendiri, dan ada pula faktor dari lingkungan sosial dan keluarga :

1) Faktor faktor yang bersumber dari dalam diri seorang murid antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Tingkat kecerdasan yang rendah

Tingkat kecerdasan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan siswa dalam belajar , siswa yang memilliki tingkat kemampuan dasar yang baik
akan lebih mudah dalam memahami mata pelajaran yang diberikan. Seorang siswa yang
memiliki kecerdasan yang baik akan memaksimalkan apa yang ia punya untuk
menyelesaikan permasalahan baru secara cepat dan efefektif berbeda halnya dengan siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dia cenderung akan lebih lama dalam
memahami sebuah persoalan sehingga akan mengakibatkan murid tersebut mengalami
gangguan belajar.

2) Alat penglihatan dan pendengaran yang kurang berfungsi dengan baik.

Alat penglihatan dan pendengaran yang kurang berfungsi dengan baik juga dapat
menghambat seorang siswa dalam belajar karena kedua indra tersbut memiliki peran yang
sangat penting dalam kegiatan belajar.

3) Kesehatan yang sering terganggu.

Seorang siswa yang sering sakit maka dia sering tidak hadir dalam kegiatan belajar
selain tiu juga dapat mempengaruhi dalam semangat siswa dalam belajar sehingga hal
tersebut bisa menyebabkan masalah bagi siswa yang mengalami permasalahan tersebut.

25
4) Gangguan alat perseptual

Yakni permasalahan yang diakibatkan oleh kesalahan siswa dalam mempresepsikan


suatu kejadian hal ini terjadi dikarenakan gangguan ganguan pada alat perseptual. Jadi hal –
hal yang ditangkap oleh indera tidak dapat ditangkap dengan semestinya.

5) Tidak menguasai tata cara belajar yang baik

Seorang siswa yang kurang mampu belajar dengan baik cenderung susah dalam memahami
sebuah materi belajar. Dalam hal ini permasalahan belajar tidak hanya disebabkan oleh
tingkat kecerdasan siswa tapi cara belajar yang baik dan efektif juga berpengaruh terhadap
hasil belajar.

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga juga memiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan siswa
dalam belajar karena bimbingan dari keluarga dan kondisi lingkungan keluarga juga
berpengaruh bagi siswa ketika ia belajar dirumah, faktor dari keluarga antara lain :

1) Anak yang kurang mendapatkan pengawasan dan perhatian dari kedua orang tua

Pendidikan yang harusnya menjadi hak seorang anak bukanlah dilingkungan sekolah
saja tetapi dilingkungan keluarga. Dorongan dari orang tua terhadap anak untuk belajar ,
nasehat serta wejangan yg diberikan orang tua kepada anak juga akan berpengaruh dalam
hasil belajar siswa. Siswa yang kurang mendapatkan pengawasan dan juga perhatian dari
orangtua cenderung malas dalam belajar dan dia juga memiliki karakter yang kurang baik
dikerenakan kurangnya perhatian dari orang tua.

2) Kemampuan ekonomi yang kurang

Kemapuan perekonomian yang kurang baik dari orang tua siswa juga dapat
berpengaruh terhadap belajar siswa karena sebagian besar alat alat yang digunakan untuk
belajar harus disediakan oleh murid tersebut dan ketika orangtua tidak dapat memenuhi maka
akan berdampak juga kepada siswa itu.

3) Harapan yang terlalu tinggi terhadap anak

26
Harapan yang terlalu tinggi dari orang tua siswa bisa menjadi beban bagi seorang siswa ,
apalagi ketika kemampuan yang dimiliki oelh siswa tersebut tidak mencukupi untuk
memenuhi harapan tersebut dan menyebabkan menurunnya semnagat belajar siswa , dan
putus asa karena telalu sulit untuk memenuhi harapan tersebut.

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan sosial

Selain dari faktor keluarga dan dalam diri individu faktor lingkungan sosial juga
memiliki pengaruh yakni dilingkungan sekolah kondisi kondisi pada lingkungan sekolah juga
bisa mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya ; guru yang kurang menguasai bahan ajar ,
perlatan atau media yang kurang memadai yang dimiliki oleh sekolah atau bisa jadi kuri
kulum yang kurang sesuai, bisa juga disebabkan lingkungan kelas yang kurang nyaman bagi
siswa.

Disini peran guru juga amat penting bersamaan dengan itu peran guru dalam
pengembangan strategi amat penting, karena aktivitas belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku guru di dalam kelas. Jika mereka antusias memperhatikan aktivitas dan
kebutuhan – kebutuhan siswa , maka siswa siswa tersebut itu pun akan mengembangkan
aktivitas belajarnya dengan baik , antusias,giat dan serius ( Dede Rosyada, 2004:123). Karena
disini guru adalah contoh bagi siswa sudah sepatutnya guru dapat bersikap dengan baik.

2) materi dan waktu pelaksanaan program perbaikan

Program perbaikan dapat dilaksanakan pada :

a) Setelah mengikuti tes atau ujian kompetensi dasar tertentu


b) Setelah mengikuti tes atau ujian blok tertentu atau sejumlah kompetensi dasar dalam
satu kesatuan
c) Setelah mengikuti tes atau ujian kompetensi dasar atau blok terakhir. Khusus untuk
perbaikan terakhir ini hanya diberlakukan untuk kompetensi dasar atau blok terakhir
dari kompetensi dasar atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.

4. Membantu Murid Mengatasi Masalah Belajar

Sudah menjadi kewajiban bagi guru dan bagi penyedia sarana pendidikan untuk dapat
menyelesaikan beberapa permasalahan yang dialami oleh siswa. Dibutuhkan sebuah solusi
yang nantinya dapat merubah siswa menjadi lebih semangat untuk belajar serta
menumbuhkan semangat kompetisi dalam berprestasi. Untuk mengatasi permasalah dari

27
masing siswa yang telah dijelaskan sebelumnya ada beberapa hal biasanya dilakukan antara
lain :

a. Program Perbaikan.

Perbaikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, memperluas


atau menghentikan suatu kegiatan yang dilaksanakan agar mencapai sasaran yang sesuai
dengan tujuan yang tetapkan (Joan L Herman & Cs, 1987,. Farida Y Tayibnafis, 2000).
Program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh (Joan L Herman & Cs, 1987, Evaluator’s Handbook).

Program perbaikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan belajar termasuk didalamnya kesulitan dalam belajar yang dialami oleh serang
siswa.program perbaikan belajar ini diberikan khusus kepada siswa yang memang mengalami
kesulitan dalam belajar. Kekhususan dari program perbaikan ini terletak pada murid yang
dilayani, bahan pelajaran , media pembelajaran dan juga cara penyampaian materi kepada
siswa.

Kesulitan yang dialami siswa itu bisa jadi dalam hal kesalahan dalam memahami
konsep pembelajaran ,bahan ajar yang belum dapat dikuasai, penyampaian guru yang terlalu
cepat sehingga siswa susah memahami materi. Hal itulah yang nantinya akan digunakan
sebagai bahan dari pengajaran perbaikan namun harus diketahui bahwa Bahan , metode dan
media yang diterapkan kepada siswa nantinya dapat bervariasi.

1) Cara yang ditempuh

Kegiatan perbaikan ini dilakukan untuk memperbaiki kesalahan kesalahan yang dilakukan
ataupun segala penyimpangan yang terjadi pada murid dalam proses menempuh mata
pelajaran. Disini guru tidak perlu mengulang semua bahan ajar yang telah disampaikan
kepada siswa. Guru juga tidak perlu lagi menggunakan methode ceramah atau methode
diskusi untuk menyajikan kembali materi yang telah isampaikan kepada siswa. Pengajaran
pada program perbaikan diarahkan kepada bahan ajar yang belum dikuasai oleh siswa dengan
memberikan lagi penjelasan yang seperlunya dengan mengadakan tanya-jawab , demonstrasi
ulang, dengan memberikan tugas dan evaluasi.

28
Berkenaan dengan hal inio Depdiknas ( 2004) mengemukakan dua cara yang dapat ditempuh,
yaitu:
 Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau
mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah
dan sederhana untuk dilakukan kartena merupakan implikasi dari peran guru sebagai
“tutor”.
 Pemberian tugas atau perlakuan (treatment) seara khusus yang sifatnya penyederhanaan
dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Adapun bentuk penyederhanaan itu dapat
dilakukan guru antara lain melalui:
 Penyederhanaan isi/materi pembelajaran untuk KD tertentu.
 Penyederhanaan cara penyajian (misalnya: menggunakan gambar, model, sekema,
grafik, memberikan rangkuman yang sederhana, dll).
 Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.

2) Materi dan waktu pelaksanaan program perbaikan

1) Program perbaikan dapat dilaksanakan pada:


a) Setelah mengikuti tes/ujian kompetensi dasar tertentu.
b) Setelah mengikuti tes/ujian blok atau sejumlah kompetensi dasar dalam satu kesatuan.
c) Setelah mengikuti tes/ujian kompetensi dasar atau blok terakhir.

Format Lembaran Program Perbaikan

Mata Pelajaran :

Kompetensi Dasar :

Indikator Nomor :

Materi :

Kelas :

Tahun Pelajaran :

Ulangan Harian Tgl :

Perbaikan :

29
No Nama Nilai Tanggal Nilai Bentuk Ket.
Siswa Sebelum Perbaikan sesudah perbaikan
Perbaikan Perbaikan

b. Program pengayaan

Program pengayaan adalah bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada murid-
murid yang memiliki kecerdasan yang baik yang cenderung cepat menguasai bahan-bahan
pelajaran yang diberikan kepadanya dibanding dengan teman-teman yang lainnya.

Murid yang memiliki kecerdasan seperti ini sebenarnya tidak dapat digolongkan
sebagai murid yang bermasalah dalam belajar.yang menjadi masalah adalah bagaimana hasil
yang ia peroleh bisa ditingkatkan lagi dan mempertahankan prestasi belajar yang ia peroleh.
Sehingga proses perkembangan siswa tersebut saat belajar dapat dioptimalkan. Melalui
berbagai mata pelajaran seorang siswa dapat memperluas wawasan yang ia miliki serta
memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang ia pelajari. Akan sangat
sayang apabila siswa dengan tingkat kecerdasan yang baik tidak bisa diarahkan dengan baik
saat belajar karena potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut sangat besar.

2) Cara yang ditempuh

Beberapa bentuk pengajaran pengayaan yang mungkin dapat ditempuh adalah dengan jalan
menugasi murid :

30
a) Membaca poko/sub pokok bahasan yang lain yang bersifat perluasan atau pendalaman dari
pokok/sub pokok bahasan yang sedang dipelajari.
b) Melaksanakan kerja praktek atau percobaan-percobaan, dan
c) Mengenjakan soal-soal latihan.

Depdiknas (2004) merumuskan cara yang dapat ditempuh dalam melaksanakan pengayaan
yaitu:

a) Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi
kompetensi dasar tertentu.
b) Pemberian tugas untuk melakukan analisis gamba model, grafik, bacaan/paragnaf, dll.
c) Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
d) Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.

3) Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan


a) Materi pengayaan diberikan sesuai dengan kompetensi dasar yang dipelajari.
b) Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah:
 Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
 Setelah mengikuti tes/ujian blok atau kesatuan KD tertentu
 Setelah mengikuti tes/ujian KB atau blok terakhir pada semester tertentu.

Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya juga
hanya kompetensi dasar yang terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada
semester tertentu.

Format Lembaran Program Pengayaan

Mata pelajaran :

Kompetensi dasar :

Indikator nomor :

Materi :

Kelas :

Tahun Pelajaran :

31
Ulangan Harian Tanggal :

Pengayaan :

No Nama Siswa Nilai Tanggal Bentuk


keterangan
Pengayaan Pengayaan

c. Program Akselerasi (Percepatan)

Program akselerai percepatan memberikan kesempatan kepada peserta didik


untukmenempuh janjang pendidikan lebih cepat. Program ini biasanya diterapkan untuk
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi. Pada program akselerasi
menerapkan sistem pendidikan tuntas dimana siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi mampu menyelesaikan kompetensi dasar dengan cepat serta dengan nilai yang baik
pula (85). Kelebihan dari siswa yang memiliki kecerdasan tinggi mereka tidak perlu
bimbingan khusus seperti remidial dan program pengayaan bahkan hal tersebut dapat
mengganggu optimalisasi belajarnya.

32
Namun untuk pelaksanaan program akselerasi ini dibutuhkan perencanaan yang
matang mengenai program – program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Program
pembelajaran perlu dikemas dengan sangat cermat dan sangat rinci dalam bentuk modul dan
paket-paket yang terprogram dengan baik tanpa hal tersebut program akselerasi tidak akan
berjalan dengan baik.

33
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Laporan adalah sebuah produk fisik dari sebuah evaluasi
b. Tujuan Penyusunan Laporan
- Laporan untuk Memberikan Keterangan
- Laporan untuk Memulai Suatu Tindakan atau Pekerjaan
- Laporan untuk Mengoordinasi Proyek
- Laporan untuk Menyarankan Suatu Langkah atau Tindakan
- Laporan untuk Merekam Kegiatan
c. 4 hal pokokdalam evaluasi yaitu Permasalahan,Metodologi evaluasi,
Hasilevaluasi, dan Kesimpulan atashasil evaluasi
d. Susuna laporan dengan pendekatan kuantitatif,ada penyusunan dengan 5 BAB
(Pendahuluan, Pembahasan Kepustakaan, Metodologi Evaluasi, Hasil Evaluasi
dan Pembahasan, Kesimpulan dan Rekomendasi) dan denan 6 BAB
(Pendahuluan, Pembahasan Kepustakaan, Metodologi Evaluasi, Hasil Evaluasi,
Pembahasan Hasil Evaluasi, Kesimpulan dan Rekomendasi. Sedangkan untuk
kualitatif hanya menggunkan 3 BAB (Pendahuluan , Inti Bahasan, Kesimpulan)
e. Dalam tatacara penulisan makalah banyak hal yang harus diperhatikan
- Kertas naskah dan sampul
- Pengetikan (Penggunaan huruf, penulisan bilangan, jarak antar baris dan spasi,
batas tepi pengetikan, pengetikan alenia baru, pengetikan bab, subba,dan sub-
subbab)
- Penomoran (Penomoran halaman,persamaan sistematis)
- Ilustrasi
- Pengutipan(Pengutipan Langsung, Pengutipan tidak langsung)
- Penulisan Lampiran
- Penulisan daftar pustaka
- Bahasa
f. kiat diseminasi pada perbaikan program pembelajaran adalah suatu cara
penyebaran inovasi untuk mengembangkan program pembelajaran yang
sebelumnya

34
g. Ada 2 cara untuk mendiseminasikan hasil perbaikan program pembelajaran, yaitu
dengan cara melalui media cetak maupun melalui tatap muka
h. Belajar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan perubahan
tingkah laku pada diri individu yang sedang malakukan kegiatan belakjar
i. Sedangkan kegiatan mengajar adalah aktivitas yang dilakukan guna membantu
siswa mendapatkan segala bentuk informasi, keterampilan ,nilai, gagasan baru,
cara berfikir, sarana untuk mengespresikan diri dan cara bagaimana seseorang
belajar
j. Masalah – Masala belajar
- Sangat cepatbelajar
- Keterlambatan akademik
- Lambat belajar
- Penempatan kelas
- Kurang motivasi belajar
- Sikapdan kebiasaan buruk
- Kehadiran dimadrasah
k. Prosedur Identifikasi Murid yang Bermasalah
- Penilaian Hasil Belajar
- Pemanfaatanhasil intelegensi
- Pengamatan
l. Pengungkapan sebab-sebab masalah belajar
m. Faktor yang menjadikan sebab masalah –maslah belajar
a. Faktor yang bersumber dari dalam diri seorang murid
- Tingkat kecerdasan yang rendah
- Alat penglihatan dan pendengaran yang kurang berfungsi dengan baik
- Kesehatan yang sering terganggu
- Tidak menguasai tata cara belajar yang baik
- Gangguan alat perseptual
b. Faktor yang bersumberdari keluarga
- Anak yang kurang mendapatkan pengawasan dan perhatian dari kedua orang
tua
- Kemampuan ekonomi yang kurang
- Harapan yang terlalu tinggi terhadap anak
c. Faktoryang bersumber dari lingkungan sosial
35
n. Membantu Murid Mengatasi Masalah Belajar
- Program Perbaikan
Perbaikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan, mengembangkan,
memperluas atau menghentikan suatu kegiatan yang dilaksanakan agar
mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yang tetapkan
- Program Pengayaan
Program pengayaan adalah bentuk pengajaran khusus yang diberikan kepada
murid-murid yang memiliki kecerdasan yang baik yang cenderung cepat
menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan kepadanya dibanding
dengan teman-teman yang lainnya
- Program Akselerasi (percepatan)
Program ini biasanya diterapkan untuk siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan yang cukup tinggi

36
Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi, dan Jabar, C.S. Abdul. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Depdinas. 2004. Pedoman Pengembanagan Bahan Ajar. Dikmenum.

Kemendikbud. KBBI. https://kbbi.web.id/kiat-2.

Mukhan, S. Diseminasi Laporan PTK. 2013.


http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/diseminasi-laporan-ptk.html,
diakses pada 22 Oktober 2018.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang. 2017. Malang: UM Press.

Pengertian Diseminasi.2013.
http://skdibatola.blogspot.com/2013/08/pengertiandiseminasi.html, diakses pada 22
0ktober 2018.

Rahman, N. Model_Pembelajaran. https://www.academia.edu/10154653/07-MODUL_Level-


3-MODEL_PEMBELAJARAN, diakses pada 22 Oktober 2018.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta :kencana.

Sudjimat, D. Agus. 2015. Pengantar Metodologi Penelitian. Malang: Pribadi.

Tayibnafis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.

37

Anda mungkin juga menyukai