PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS) adalah suatu bentuk
peradangan glomerulus yang secara histopatologi menunjukkan proliferasi &
Inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi group A β-hemolytic streptococci
(GABHS) dan ditandai dengan gejala nefritik seperti hematuria, edema, hipertensi,
oliguria yang terjadi secara akut.1
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan suatu istilah yang lebih bersifat
umum dan lebih menggambarkan suatu proses histopatologi berupa proliferasi &
inflamasi sel glomeruli akibat proses imunologik.1
2. Epidemiologi
3. Etiologi
GNA PS timbul setelah infeksi tertentu, terutama strain tertentu yaitu grup A
streptokokus. Daerah infeksi biasanya saluran napas atas, termasuk telinga tengah,
atau kulit. Glomerulonefritis pascastreptokokus dapat terjadi setelah radang tenggorok
dan jarang dilaporkan bersamaan dengan demam rematik akut.2,3
GNA PS berawal apabila host rentan yang terpapar kuman Streptokokus grup
A strain nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibodi terhadap antigen yang
menyerang. GNA PS merupakan kelainan kompleks imun, namun mekanisme
interaksi antara antigen dan antibodi tidak diketahui. Kompleks imun yang
mengandung antigen streptokokus ini mengendap pada glomerulus. Ukuran komplek
streptokokus-imunoglobulin adalah 15 nm (streptokokus 10 nm dan imunoglobulin 5
nm). Sedangkan ukuran pore membrana basalis pada anak dan dewasa adalah 2-3 nm
dan 4-4,5 nm. Oleh karena itu GNA PS banyak terjadi pada anak-anak daripada
dewasa.2,4
Kompleks antigen-antibodi terbentuk dalam aliran darah dan terkumpul dalam
glomerulus. Akibat hal ini akan terjadi inflamasi pada glomerulus dan akan
mengaktifkan sistem komplemen.5
GNA PS adalah suatu penyakit imunologik akibat reaksi antigen-antbodi yang
terjadi dalam sirkulasi atau in situ dalam glomerulus. Proses inflamasi yang
mengakibatkan terjadinya jejas renal dipicu oleh4 :
a. Aktivitas plasminogen menjadi plasmin oleh streptokinase yang kemudian
diikuti oleh aktivasi kaskade komplemen.
b. Deposisi kompleks Ag-Ab yang telah terbentuk sebelumnya ke dalam
glomerulus.
c. Ab antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya berikatan dengan
molekul tiruan (molecule mimicy) dari protein renal yang menyerupai Ag
Streptokokus (jaringan glomerulus yang normal yang bersifat autoantigen
bereaksi dengan Ab dalam sirkulasi yang terbentuk sebelumnya untuk
melawan Ag Streptokokus)
Sistem imun humoral dan kaskade komplemen akan aktif bekerja apabila
terdapat deposit subepitel C3 dan IgG dalam membran basal glomerulus. Kadar C3
dan C5 yang rendah dan kadar komplemen jalur klasik (C1q, C2 dan C4) yang normal
menunjukkan bahwa aktivasi komplemen melalui jalur alternatif. Deposisi IgG terjadi
pada fase berikutnya yang diduga oleh karena Ab bebas berikatan dengan komponen
kapiler glomerulus, membran bassal atau terhadap Ag Streptokokus yang
terperangkap dalam glomerulus. Aktivasi C3 glomerulus memici aktivasi monosit dan
netrofil. Infiltrat inflamasi tersebut secara histologik terlihat sebagai glomerulonefritis
eksudatif. Psoduksi sitokin oleh sel inflamasi memperparah jejas glomerulus.
Hiperselularitas mesangium dipacu oleh proliferasi sel glomerulus akibat induks oleh
mitogen lokal.4
Gejala GNA PS biasanya berlangsung singkat. Dengan berkhirnya serangan
Ag Streptokokus, maka reaksi inflamasi akan mereda dan struktur glomerulus
kembali normal. 4
Semua bentuk GNA PS dimediasi oleh proses imunologis. Baik imunitas
humoral maupun imunitas seluler. Imunitas seluler GNA PS dimediasi oleh
pembentukan kompleks antigen-antibodi streptkokus yang bersifat nefritogenik dan
imun kompleks yang bersirkulasi. Proses terjadinya adalah stretokokus yang bersifat
nefritogenik memprodksi protein dengan antigen determinan khas. Antigen
deteriminan ini memiliki afinitas spesifik terhadap glomerulus normal.6
Antigen ini kemudian akan berikatan pada glomerulus. Sekali berikatan
antigen ini akan mengaktifkan komplemen secara lansung melalui interaksi dengan
properdin. Komplemen yang telah teraktivasi ini akan menyebabkan timbul mediator
inflamasi dan kemudian timbul inflamasi.6
Antigen nefritogenik lainnya adalah zymogen (nephritic strain-associated
protein NSAP) dan nephritis plasmin binding protein (NAP1r). NSAP ini ditemukan
pada biosi ginjal pasien dengan GNA PS dan tidak ditemukan pada bentuk lain GNA
maupun demam rematik. NAP1r juga ditemukan pada biopsi renal awal pasien GNA
PS. Setelah NAP1r ini berikatan dengan glomerulus dan menyebabkan pembentuk
plasmin yang diaktivasi oleh streptokinase yang kemudian beikatan dengan NAP1r.
Akibat ikatan ini membran basal glomerular menjadi rusak secara langsung. NAP1r
juga akan mengaktivasi komponen melalui jalur alternatif dan menyebabkan
terkumpulnya sel PMN dan makrofag dan terjadi inflamasi setempat.6
Mekanisme lainnya adalah kompleks nonimun, yang pertama adalah
hipersensitifitas tipe lambat. Pertama, terjadi proliferasi pada endotel, hal ini akibat
infiltrasi leukosit PMN dan monosit dan makrofag merupakan sel efektornya.
Infiltrasi makrofag ini dimediasi oleh komplemen dan sel T helper.6
Kedua, adanya protein stretokokus M dan eksotoksin pirogenik yang bersifat
superantigen. Hal ini menyebabkan aktivasi sel Tmasif dan pelepasan limfokin seperti
IL1 dan IL6.6
Ketiga, IgG autologus akan bersifat antigenic dan menyebabkan pementukan
cryoglobulin. Cryoglobulin,factor rematik akan menjadi superantigen.6
5. Klasifikasi
Klasifikasi Glomerulonefritis3
1. Kongenital atau Herediter
Sindrom Alport
Sindrom nefrotik kongenital (tipe Finlandia)
Hematuria Familial
Sindrom nail patella
2. Didapat
Primer/idiopatik
Glomeruosnefritis Proliferatif mesangial
Glomerulonefritis membranoproliferatif tipe I,II,III
Glomerulopati membranosa, nefropati IgA
Glomerulonefritis progresif cepat, glomerulonefritis proliferatif
difus
Sekunder
a. Akibat Infeksi
Glomerulonefritis pasca streptokokus, hepatitis B, endokarditis bakterial
subakut
Nefritis Pirau, Glomerulonefritis pasca pneumokokus, sifilis kongenital,
malaria
Lepra, schistosomiasis, filariasis, AIDS
b. Berhubungan dengan penyakit multisistem
Purpura Henoch Schonlein, Lupus Eritematosus Sistemik, Sindrom
hemolitik uremik
Diabetes Melitus, Sindrom Goodpasture, Amiloidosis,
Penyakit kolagen vaskular
c. Obat
Penisilamin, Captopril
Trimetadion, Litium , Merkuri
d. Neoplasia
Leukemia, Limfoma, Karsinoma
e. Lain-lain
Nefropati refluks, penyakit sel sabit.
6. Manifestasi Klinik
Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai gejala
yang khas. Bentuk asimtomatik lebih banyak daripada bentuk simtomatik baik
sporadik maupun epidemik. Bentuk asimtomatik diketahui bila terdapat kelainan
sedimen urin terutama hematuria mikroskopik yang disertai riwayat kontak dengan
penderita GNAPS simtomatik.1
Pada GNAPS yang khas harus ada periode laten yaitu periode antara
infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik. Periode ini berkisar 1-3
minggu; periode 1-2 minggu umumnya terjadi pada GNAPS yang didahului
oleh ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi
kulit/piodermi. Periode ini jarang terjadi di bawah 1 minggu. Bila periode
laten ini berlangsung kurang dari 1 minggu, maka harus dipikirkan
kemungkinan penyakit lain, seperti eksaserbasi dari glomerulonefritis
kronik, lupus eritematosus sistemik, purpura Henoch-Schöenlein atau
Benign recurrent haematuria.1
2. Edema
Merupakan gejala yang paling sering, umumnya pertama kali
timbul, dan menghilang pada akhir minggu pertama. Edema paling sering
terjadi di daerah periorbital (edema palpebra), disusul daerah tungkai. Jika
terjadi retensi cairan hebat, maka edema timbul di daerah perut (asites), dan
genitalia eksterna (edema skrotum/vulva) menyerupai sindrom nefrotik.1
Distribusi edema bergantung pada 2 faktor, yaitu gaya gravitasi dan
tahanan jaringan lokal. Oleh sebab itu, edema pada palpebra sangat
menonjol waktu bangun pagi, karena adanya jaringan longgar pada daerah
tersebut dan menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari atau
setelah melakukan kegitan fisik. Hal ini terjadi karena gaya gravitasi.
Kadang- kadang terjadi edema laten, yaitu edema yang tidak tampak dari
luar dan baru diketahui setelah terjadi diuresis dan penurunan berat badan.1
Edema bersifat pitting sebagai akibat cairan jaringan yang tertekan
masuk ke jaringan interstisial yang dalam waktu singkat akan kembali ke
kedudukan semula.1
3. Hematuria
Hematuria makroskopik terdapat pada 30-70% kasus GNAPS,
sedangkan hematuria mikroskopik dijumpai hampir pada semua kasus.
Suatu penelitian multisenter di Indonesia mendapatkan hematuria
makroskopik berkisar 46- 100%, sedangkan hematuria mikroskopik
berkisar 84-100%.1
Urin tampak coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air
cucian daging atau berwarna seperti cola. Hematuria makroskopik biasanya
timbul dalam minggu pertama dan berlangsung beberapa hari, tetapi dapat
pula berlangsung sampai beberapa minggu. Hematuria mikroskopik dapat
berlangsung lebih lama, umumnya menghilang dalam waktu 6 bulan.
Kadang-kadang masih dijumpai hematuria mikroskopik dan proteinuria
walaupun secara klinik GNAPS sudah sembuh. Bahkan hematuria
mikroskopik bisa menetap lebih dari satu tahun, sedangkan proteinuria
sudah menghilang. Keadaan terakhir ini merupakan indikasi untuk
dilakukan biopsi ginjal, mengingat kemungkinan adanya glomerulonefritis
kronik.1
4. Hipertensi
Hipertensi merupakan gejala yang terdapat pada 60-70% kasus
GNAPS. Albar mendapati hipertensi berkisar 32-70%. Umumnya terjadi
dalam minggu pertama dan menghilang bersamaan dengan menghilangnya
gejala klinik yang lain. Pada kebanyakan kasus dijumpai hipertensi ringan
(tekanan diastolik 80-90 mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu diobati
sebab dengan istirahat yang cukup dan diet yang teratur, tekanan darah
akan normal kembali. Adakalanya hipertensi berat menyebabkan
ensefalopati hipertensi yaitu hipertensi yang disertai gejala serebral, seperti
sakit kepala, muntah-muntah, kesadaran menurun dan kejang-kejang.
Penelitian multisenter di Indonesia menemukan ensefalopati hipertensi
berkisar 4-50%.1
5. Oliguria
Keadaan ini jarang dijumpai, terdapat pada 5-10% kasus GNAPS
dengan produksi urin kurang dari 350 ml/m2 LPB/hari. Oliguria terjadi bila
fungsi ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut. Seperti ketiga
gejala sebelumnya, oliguria umumnya timbul dalam minggu pertama dan
menghilang bersamaan dengan timbulnya diuresis pada akhir minggu
pertama. Oliguria bisa pula menjadi anuria yang menunjukkan adanya
kerusakan glomerulus yang berat dengan prognosis yang jelek.1
6. Gejala Kardiovaskular
Gejala kardiovaskular yang paling penting adalah bendungan
sirkulasi yang terjadi pada 20-70% kasus GNAPS. Bendungan sirkulasi
dahulu diduga terjadi akibat hipertensi atau miokarditis, tetapi ternyata
dalam klinik bendungan tetap terjadi walaupun tidak ada hipertensi atau
gejala miokarditis. Ini berarti bahwa bendungan terjadi bukan karena
hipertensi atau miokarditis, tetapi diduga akibat retensi Na dan air sehingga
terjadi hipervolemia.1
a. Edema paru
Edema paru merupakan gejala yang paling sering terjadi
akibat bendungan sirkulasi. Kelainan ini bisa bersifat asimtomatik,
artinya hanya terlihat secara radiologik. Gejala-gejala klinik adalah
batuk, sesak napas, sianosis. Pada pemeriksaan fisik terdengar ronki
basah kasar atau basah halus. Keadaan ini disebut acute pulmonary
edema yang umumnya terjadi dalam minggu pertama dan kadang-
kadang bersifat fatal. Gambaran klinik ini menyerupai
bronkopnemonia sehingga penyakit utama ginjal tidak diperhatikan.
Oleh karena itu pada kasus-kasus demikian perlu anamnesis yang
teliti dan jangan lupa pemeriksaan urin. Frekuensi kelainan radiologik
toraks berkisar antara 62,5-85,5% dari kasus-kasus GNAPS. Kelainan
ini biasanya timbul dalam minggu pertama dan menghilang
bersamaan dengan menghilangnya gejala-gejala klinik lain. Kelainan
radiologik toraks dapat berupa kardiomegali, edema paru dan efusi
pleura. Tingginya kelainan radiologik ini oleh karena pemeriksaan
radiologik dilakukan dengan posisi Postero Anterior (PA) dan Lateral
Dekubitus. Kanan (LDK).1
7. Gejala-gejala lain
Selain gejala utama, dijumpai gejala umum seperti pucat, malaise,
letargi dan anoreksia. Gejala pucat mungkin karena peregangan jaringan
subkutan akibat edema atau akibat hematuria makroskopik yang
berlangsung lama.1
7. Pemeriksaan Penunjang
9. Komplikasi
10. Penatalaksanaan
11. Prognosis