Masalah Tenaga Kerja Di Indonesia
Masalah Tenaga Kerja Di Indonesia
Matakuliah
Sosiologi Kependudukan
Jurusan sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberkati kami sehingga karya tulis yang berjudul “Masalah Tenaga Kerja di
Indonesia” ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis susun guna melengkapi tugas mata kuliah
sosiologi kependudukan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mencari dari beberapa sumber buku dan internet.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberi masukan kepada penulis serta berbagai sumber yang telah penulis pakai sebagai
data dan fakta pada karya tulis ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis juga memiliki keterbatasan dan kekurangan, maka penulis bersedia menerima
kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran
tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis penulis di masa yang akan
datang. Sehingga karya tulis berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini penulis mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengatasi
masalah tenaga kerja di Indonesia. Penulis juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan
efektif dari pihak pemerintah dan perusahaan yang bertanggung jawab atas permasalahan tenaga
kerja, sehingga masalah tenaga kerja dapat diatasi.
DAFTAR ISI
3.2 Saran.........................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah disampaikan. Hal
tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan masalah yang akan
dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dari makalah ini:
berdasarkan penduduknya
a. Tenaga kerja : Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang
berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
b. Bukan tenaga kerja : Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu
dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka
yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini
adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Berdasarkan kualitasnya :
a. Tenaga kerja terdidik : Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
b. Tenaga kerja terlatih : Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih : Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak
terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli,
buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
2.2 Permasalahan tenaga kerja sekarang ini
Sebenarnya tidak ada masalah dengan jumlah angkatan kerja yang banyak. Hanya saja,
jumlah perusahaan di Indonesia tidak terlalu banyak dan daya serap mereka pun juga sedikit.
Padahal, pemerintah mengharapkan bahwa setiap perusahaan mampu menjaring angkatan-
angkatan kerja yang banyak serta berpotensi menjadi tenaga kerja. Bila hal ini tidak diatasi,
angka pengangguran akan terus bertambah dan mengakibatkan pembangunan ekonomi di
Indonesia cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan.
Kuantitas tenaga kerja yang banyak tidak diimbangi dengan kualitas setiap tenaga kerja
yang cenderung rendah. Kualitas yang rendah disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka yang
rendah atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang ada. Ada juga yang pendidikannya
cukup tinggi dan memadai bagi sebuah pekerjaan namun tidak mampu bekerja sesuai keinginan.
Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan yang rendah di beberapa instansi pendidikan atau
bisa juga karena daya serap yang kurang terhadap ilmu pengetahuan.
Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan faktor kurangnya kualitas para pekerja.
Kesehatan yang kurang fit akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang tenaga kerja.
Penyebab dari kondisi kesehatan yang kurang fit ini bisa disebabkan karena kurangnya asupan
makanan yang bergizi tinggi. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih kesulitan
mendapat makanan yang bergizi tinggi.
Kualitas angkatan yang rendah akan mengurangi efektivitas serta efisiensi dalam
pekerjaan. Selain itu, hasil kerja yang diberikan pun juga kurang berkualitas. Selain mengalami
kerugian, hasil karya perusahaan di Indonesia pun tidak bisa bersaing dengan negara lain karena
kualitasnya yang rendah. Membangun kualitas tenaga kerja yang tinggi mesti dimulai sejak
mereka masih menjadi angkatan non kerja yang berusia 0-14 tahun. Dengan begitu, mereka
akan siap memasuki dunia kerja dengan kualitas yang maksimal saat usianya masuk ke dalam
usia angkatan kerja.
Luasnya wilayah Indonesia mestinya bisa dimanfaatkan untuk persebaran tenaga kerja.
Sayangnya, hal ini tidak terjadi. Para tenaga kerja terlalu memusatkan diri ke Pulau Jawa. Hal
ini juga dipengaruhi oleh salah satu diantara faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran
penduduk, yaitu faktor fisiologis. Faktor ini merupakan faktor yang membuat seseorang
berpindah atau bekerja di suatu tempat. Berdasarkan faktor ini, Pulau Jawa banyak dijadikan
tempat tujuan bekerja karena secara fisiologis pulau tersebut dianggap strategis dalam mencari
penghasilan yang layak.
Padahal, Pula Jawa sendiri sudah cukup padat dan persaingan di pulau tersebut juga
terhitung ketat. Padahal, daerah di luar Pulau Jawa juga mempunyai lapangan kerja yang luas
dan potensi melimpah yang bisa dioptimalkan oleh para tenaga kerja di Indonesia.
Masalah ini biasanya terjadi pada pekerja kasar berpendidikan rendah dan pekerja
berketerampilan rendah. Posisi mereka yang tidak menguntungkan membuat daya tawar mereka
begitu rendah sehingga sulit mendapatkan gaji yang tinggi. Biasanya para pekerja ini hidup
dalam kemiskinan dan tingkat kesejahteraan yang rendah.
Permasalahan ini biasanya terjadi pada pekerja kasar rendahan yang tidak diberikan
jaminan asuransi. Padahal, sekecil dan sekasar apapun pekerjaan, pasti menimbulkan risiko dan
kerugian bagi si pekerja. Apabila ini dibiarkan, maka para pekerja tidak akan merasa aman
selama bekerja. Padahal, permasalahan ini sudah diatur dalam undang-undang.
Pengangguran
Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali. Nama lain
pengangguran adalah tuna karya. Muara dari semua masalah ketenagakerjaan di Indonesia
adalah pengangguran. Tenaga kerja yang banyak tapi tidak berkualitas, lapangan kerja yang
sempit, penyebaran tenaga kerja yang tidak merata, hingga soal PHK menjadi pemicu masalah
ketenagakerjaan ini. Banyaknya pengangguran akan mengakibatkan pembangunan negara
terganggu, baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.
2.3 Solusi untuk mengatasi permasalahan tenaga kerja
Pemecahan masalahnya:
Jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran atau
pertubuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam menekan atau
mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan memaksimalkan
pelaksanaan program keluarga berencana.
Pemaksimalan program keluarga berencana dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan
penyuluhan KB secara intens kepada masyarakat, khususnya kepada pasangan yang baru
menikah. Sehingga semakin tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya program
keluarga berencana. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat
menekan terjadi pernikahan dini.
Jika program KB berjalan baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran akan
menurun, demikian pula angkatan kerja semakin berkurang. Apabila penurunan jumlah
angkatan kerja yang berkurang ini, diikuti dengan peningkatan jumlah lapangan kerja, maka
jumlah penggangguran juga berkurang.
Pemecahan masalahnya:
2. Pemagangan : Pemagangan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelatihan kerja, namun
pemagangan ini langsung dilakukan di tempat kerja. Tujuan pemagangan adalah untuk
memantapkan profesionalitas tenaga kerja. Hal ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah
khususnya sekolah kejuruan (SMK) seperti yang dilakukan saat ini. Pemagangan harus
dilakukan sesuai dengan jurusan atau jenis pekerjaan yang digelutinya. Salah satu contoh:
SMK bidang keuangan hendaknya melakukan pemagangan di perusahaan-perusahaan yang
berkaitan dengan keuangan.
4. Membenahi upah dan gaji tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para tenaga kerja, sehingga memiliki efek yang positif pada peningkatan mutu
dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara diantaranya: meningkatkan
upah minimum provinsi (UMP), mengikutkan pekerja dalam program asuransi jaminan
sosial, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan
harus memenuhi hak-hak karyawan seperti hak cuti dan tunjangan hari raya.
5. Peningkatan Gizi dan Kesehatan. Selain apa yang telah kita sebutkan tadi, kualitas atau
mutu tenaga kerja dapat juga dilakukan dengan program peningkatan gizi dan kesehatan.
Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga kerja juga akan baik sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
Pemecahan Masalahnya:
Untuk pemecahan masalah tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa kebijakan
dalam rangka pemerataan pesebaran tenaga kerja. Berikut ini beberapa kebijakan yang
dilakukan pemerintah.
2. Pemberdayaan tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan cara mengirim angkatan kerja dari
daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja atau pun ke
negara lain yang kekurangan tenaga kerja.
Pemecahan Masalahnya:
Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja ini dapat dilakukan dengan cara
pengembangan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penanaman modal dalam negeri. Usaha lainnya
yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah terbatasnya lapangan kerja ini adalah dengan
pengembangan pekerjaan umum, seperti pengadaan proyek pembangunan jalan, pembuatan
saluran air, irigasi, pembuatan jembatan, dan perbaikan jalan.
Upah para pekerja yang rendah
Pemecahan masalah :
Meningkatkan kualitas diri adalah salah satu upaya agar mendapat pekerjaan dan gaji yang
layak serta menaikkan nilai tawar dihadapan perusahaan. Selain itu pemerintah harus
menggalakkan kepada perusahaan untuk memberikan upah kepada tenaga kerja sesuai
dengan UMR (Upah Minimum Rakyat) sehingga tidak ada perusahaan yang memberi upah
kepada tenaga kerja di bawah UMR yang sudah ditentukan.
Pemecahan masalah :
Seharusnya setiap perusahaan memberikan jaminan kesehatan seperti Jamsostek bagi tenaga
kerjanya sehingga para pekerja merasa aman dan terlindungi jika sewaktu waktu terjadi
kecelakaan atau kematian.
Pengangguran
Pemecahan masalah :
Pemerintah atau perusahaan membuka usaha padat karya sehingga banyak menyerap tenaga
kerja. kemudian memberikan pinjaman modal agar masyarakat dapat membuka usaha sendiri
sehingga pengangguran dapat teratasi.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Tenaga kerja adalah orang yang bekerja di sektor industri dan jasa. Tenaga kerja juga
merupakan pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik secara individu maupun kelompok,
sehingga mempunyai peran yang sangat mempengaruhi dalam aktivitas perekonomian nasional
dan penentu keberhasilan pembangunan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, ada beberapa
rekomendasi yang dapat dijadikan masukan baik bagi para pembaca maupun penulis
selanjutnya. Hal ini diharapkan bisa menjadi saran yang tepat agar nantinya bisa dilakukan oleh
pembaca. Penulis memiliki beberapa saran untuk penulis selanjutnya agar makalah ini bisa terus
berlanjut sehingga memberikan banyak manfaat bagi remaja maupun pihak pihak yang terkait
dengan aksi balap liar ini. Berikut beberapa saran berupa rumusan masalah yang dapat dijadikan
pedoman bagi penulis selanjutnya.