Anda di halaman 1dari 5

4.

Dimensi Saluran Irigasi


Dimensi saluran dan bangunan yang direncanakan harus mampu mengalirkan debit
rencana. Debit rencana adalah jumlah air per satuan waktu yang direncanakan untuk dialirkan.
Untuk mengetahui besarnya debit rencana, terlebih dahulu perlu dihitung kebutuhan air di sawah
dan kehilangan air yang mungkin terjadi.
a. Debit Rencana Saluran
1) Debit rencana untuk saluran primer, sekunder dan subsekunder
* Q=qxA (4)
* S = 11.5467 x C (Q/V)0.5 (5)
* Qr = Q + S (6)
dengan :
* q = kebutuhan air tiap satuan luas (Lt/dt/ha)
* A = Luas daerah yang diairi (ha)
* S = Kehilangan air akibat rembesan (Moritz), dalam lt/dt/km
* V = kecepatan pengaliran di saluran (m/dt)
* C = koefisien moritz, Tabel-1
* Qr = debit rencana (Lt/dt)
Tabel-1. Koefisien Moritz
Jenis Material C
Cement gravel and hand pan with sandy loam 0.34
Clay and clayey loam 0.41
Sandy loam 0.66
Volcanic ash 0.68
Volcanic ash with sand 0.98
Sand and volcanic ash or day 1.20
Sandy soil with rock 1.68
Sandy and gravelly soil 2.20
2) Debit rencana untuk saluran tersier
Qr = q x A (7)
b. Rumus Hidrolika
Rumus pengaliran yang umum dipakai dalam perhitungan dimensi saluran adalah:
Rumus Kontinuitas:
Q=AxV (8)
Rumus Manning:
* A = (b + m x d ) x d (10)

dengan:
 Q = debit rencana (m3/dt)
 V = kecepatan aliran (m/dt)
 A = luas penampang basah (m2)
 P = keliling basah (m)
 R = jari-jari hidrolis (m)
 b = lebar dasar saluran (m)
 d = tinggi air normal di saluran (m)
 m = kemiringan tebing saluran (H : V = 1 : m )
 S = kemiringan dasar saluran (m/m)
 n = angka kekasaran Manning, Tebal-2
Tabel-2. Koefisien Kekasaran Manning (n)
Jenis Saluran dan Material n
1 Saluran tertutup, aliran bebas
1.1 Saluran dari beton 0.011-0.014
1.2 Saluran dari pasangan bata
- dilapisi adukan semen 0.012-0.017
- dilapisi dan dilicinkan 0.01-10.015
1.3 Saluran dari pasangan olakan disemen 0.018-0.030
2 Saluran dengan lapisan
2.1 Lapisan semen permukaan rapi 0.010-0.013
2.2 Lapisan semen adukan 0.011-0.015
2.3 Lapisan plesteran 0.011-0.015
2.4 Lapisan pasangan batu seragam 0.015-0.020
2.5 Lapisan pasangan batu tak sama 0.017-0.024
2.6 Lapisan pasangan batu kosong 0.023-0.036
2.7 Lapisan pasangan bata dilicinkan 0.011-0.015
2.8 Lapisan tanah 0.022-0.025
3 Saluran Tanpa Lapisan
3.1 Saluran bersih baru diselesaikan 0.016-0.020
3.2 Saluran bersih setelah digunakan 0.018-0.025
3.3 Saluran banyak belokan 0.023-0.030
4 Saluran Alam
4.1 Bersih, lurus 0.025-0.033
4.2 Lurus, banyak batu dan tanaman kecil 0.030-0.030
4.3 Bersih berbelok-belok, banyak kedung 0.033-0.045
4.4 Berbelok-belok sedikit tanaman kecil dan batu 0.035-0.050
c. Perhitungan Dimensi Saluran

Tabel-3. Ancangan Dimensi Saluran


Q b/d V H:V F Tanggul Tanggul
0.00-0.15 1.0 0.25-0.30 1:1 0.30 1.50
0.15-0.30 1.0 0.30-0.35 1:1 0.30 1.50
0.30-0.40 1.5 0.35-0.40 1:1 0.40 1.50
0.40-0.50 1.5 0.40-0.45 1:1 0.40 1.50 5.00
0.50-0.75 2.0 0.45-0.50 1:1 0.50 1.50 5.00
0.75-1.50 2.5 0.50-0.55 1:1 0.50 1.50 5.00
1.50-3.00 2.5 0.55-0.60 1:1 0.60 1.50 5.00
3.0-04.50 3.0 0.60-0.65 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
4.50-6.00 3.5 0.65-0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
6.00-7.50 4.0 0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
7.50-9.00 4.5 0.70 1 : 1,5 0.60 2.00 5.00
d. Mencari Lebar Saluran
Diketahui:
Misal Hasil perhitungan Q = 5 m3/dt
Misal Perkiraan V dari Tabel 6.3 = 0.70 m/dt
A=V/Q, misal menghasilkan A=7.14 m2
Persamaan lain untuk A pada penampang trapesium:
A=(b+m.d)d
Perkiraan b/d dari Tabel 6.3
Misal b/d=3.5  b=3.5.d dan m=1.5 
A=(3,5d+1,5d)d = 5d2
Jadi: 7.14 = 5 d2 -- d= (7,14/5)0.5 = 1,19m
Telah diasumsi b/d=3.5  b= 3.5 x 1.19 = 4.16 m  dibulatkan 4.20 m
e. Mencari kemiringan saluran:
Tahap awal dalam penentuan dimensi saluran adalah menentukan besarnya kemiringan
dasar saluran. Kemiringan dasar saluran yang diambil harus sedemikian rupa, sehingga dimensi
saluran yang dihasilkan sesuai dengan keadaan lapangan. Dengan bantuan angka dalam Tabel
6.3, kemiringan dasar saluran dapat ditentukan:
- Berdasarkan Q yang direncanakan, dapat dipilih : b/d, V, dan m
- Selanjutnya dapat dihitung:
 A=Q/V (12)
 A = (b + m.d) x d (13)
Dengan substitusi bilangann b/d dalam persamaan 6.13 dan menyamakan persamaan 6.12
dengan persamaan 6.13, maka besarnya d dapat dicari. Berdasarkan nilai d dan perbandingan b/d
yang diperoleh dari Tabel 6.3, maka nilai b diperoleh. Agar rencana dapat dilaksanakan
dengan baik, nilai b dibulatkan 1 (satu) angka di belakang koma. Karena pembulatan ini
maka nilai d yang teliti perlu dicari lagi setelah kemiringan dasar saluran ditentukan.
Dari parameter di atas dapat diketahui besarnya nilai A dan P untuk mencari R, yaitu:
 A = (b + m.d) d (14)
 P = b + 2 d (1 + m2)0.5 (15)
 R = A/P (16)
- Berdasarkan nilai V yang diambil dari Tabel 6.3, nilai R dari persamaan 6.16, dan nilai n dari
Tabel 6.2, maka besarnya S dapat dicari, yaitu:
* S = [ ( V x n ) / ( R2/3 ) ]2 (17)
Agar kemiringan hasil perhitungan ini dapat dilaksanakan dengan baik dilapangan perlu
dilakukan pembulatan. Meskipun sudah ada pedoman, tinggi air dalam saluran dibatasi tidak
lebih dari 1.50 meter. Hal ini dimaksudkan agar keamanan bagi penduduk sekitar saluran dapat
dijamin.
Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilalui orang. Selain
itu, sepanjang saluran induk dan sekunder, di mana debit pengalirannya cukup besar, diperlukan
jalan inspeksi dengan perkerasan agar dapat dilalui kendaraan roda empat. Lebar tanggul dapat
dibuat berdasarkan besarnya debit seperti dalam Tabel 6.3. Saluran subsekunder dan tersier
tidak perlu jalan inspeksi.

f. Mencari tinggi air di saluran


Tinggi air saluran dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:

 Tinggi air normal, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 100 % Q
rencana.
 Tinggi air rendah, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 70 % Q rencana

Tinggi air saluaran harus diperhitungkan pada dua keadaan tersebut. Hal ini dimaksudkan
agar pada saat aliran maksimal, saluran mampu mengalirkan air, dan pada saat air rendah,
saluran dan bangunan-bangunan masih tetap berfungsi dengan baik.
Untuk mengetahui tinggi air di saluran, dilakukan cara coba-coba, sebagai berikut:
 A = (b +m )d
 P = b + 2d (1 + m2)0.5
 R = A/P
 V = ( R2/3 x S1/2) / n
 Q = A x ( R2/3 x S1/2) / n
 A.R2/3 = ( Q x n )/ S1/2

dengan:
A = luas penampang basah
P = keliling penampang basah
R = jejari hidraulik
Q = debit air saluran
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan tebing/dinding saluran

g. Mencari kecepatan aliran


Dari hasil perhitungan a dan b di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya kecepatan
aliran yang sebenarnya terjadi di saluran sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan, yaitu:
* V = ( R2/3 x S1/2) / n
Besarnya kecepatan pengaliran (V) yang terjadi harus masih dalam batas yang diizinkan.
Jika ternyata V yang terjadi di luar dari batas yang diizinkan harus dilakukan perubahan pada
variable yang lain. Perubahan dapat dilakukan pada :

 Kemiringan dasar saluran atau pada


 Lebar dasar saluran.

Anda mungkin juga menyukai