Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia jagung merupakan salah satu komoditi pertanian strategis


kedua setelah padi. Hal ini dikarenakan pada saat ini masih banyak masyarakat
Indonesia yang menjadikan jagung sebagai bahan makanan pokok kedua
setelah beras. Jagung merupakan tanaman yang dimanfaatkan bijinya sebagai
bahan makanan, bahan pakan untuk ternak seperti misalnya pakan ayam,
sebagai bahan utama pembuatan tepung maezena dan sebagainya.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang
merupakan famili dari gramineae. Jagung merupakan tanaman semusim
(annual), dengan satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh
pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi,
meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Jagung memiliki arti penting untuk industry terutama di Indonesia baik
untuk industry bahan baku makanan ataupun industry untuk bahan pakan
ternak. Dengan semakin berkembangnya industry-industri yang menjadikan
jagung sebagai bahan utama, maka dari hal tersebut permintaan akan jagung
semakin meningkat.
Meningkatnya permintaan jagung menjadi salah satu acuan untuk juga
menambah produktifitas yang dihasilkan. Peningkatan produktivitas jagung
sudah dilakukan dengan beberapa cara yaitu mulai dengan perluasan lahan
tanam yang akan ditanami jaung serta juga pula telah dilakukan penelitian oleh
lembaga-lembaga penelitian.

1
Untuk dapat meningkatkan hasil produksi jagung tersebut dapat dilakukan
dengan memilih benih yang bermutu, memiliki vigor tinggi, memililih varietas
yang unggul, melakukan penanamannya secara benar serta juga melakukan
pemberian pupuk. Hal ini dilakukan agar hasil panen jagung yang diperoleh
maksimal, memiliki produksi yang tinggi serta kualitas yang baik sehingga
harga jualnya pun tidak rendah. Hal ini perlu dilakukan mengingat harga jagung
yang dijual para petani harganya masih rendah dikarenakan kualitas yang
kurang bagus.
Selain itu, yang data menurunkan harga jual jagung para petani yaitu dalam
teknologi pasca panennya serta jagung yang dijual umumnya dijual segera
setelah panen. Selain itu, cara pengeringan jagungnya yaitu dengan cara
membiarkan jagung tersebut kering di pohonnya hingga kadar airnya sekitar
23-25%. Setelah itu baru dilakukan pemanenan dan selanjutnya dipipil dan
dijual.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu usaha yang dapat menjadikan tanaman
jagung menghasilkan hasil panen yang maksimal dengan kualitas yang bagus
pula. Kualitas yang bagus dapat menjadikan harga jual biji jagung tidak rendah.

1.2 Tujuan
Ada pun tujuan praktikum pertumbuhan dan perkembangan adalah :
1. Sebagai syarat lulus mata kuliah kesuburan tanah
2. Mempelajari

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesuburan Tanah


Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air,
udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai
kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi,
1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu
menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari
hara yang ada (Foth and Ellis ; 1997). Menurut Brady, kesuburan tanah
adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara essensial
dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang
dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya
gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi
(maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman
adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk
pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M, 2002)
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung
sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu:
bahan induk, iklim, relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan
fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan
kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam,
yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi
bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada
akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang
berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat
bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau

3
diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau
diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka
lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka
kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya
dapat ditaksir (assessed).
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan
bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan
bahan panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah
hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per
satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan
menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan
hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman
karena musim (Schroeder, 1984).
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan
biologi tanah sebagai berikut :
2.1.1 . Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur,
struktur, kadar air tanah, drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah
yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak
dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih
cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah

4
kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas
secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada
tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah
berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit
bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah.
Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus
struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang
dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah
merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah
(Anonim, 2010)
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara
melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir
dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode.
Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer
(Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah.
Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna
tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah
dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih
banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa
besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan
air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang
terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses
pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah.
Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan

5
tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia
pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi
pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk
tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa
air atau menguap.

2.1.2 Kesuburan Kimia


Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan
pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat
gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan
tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan
gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi
tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa
(KB), dan kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH
(potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang
menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam
larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH
berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion
H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+
dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah
disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat
asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium
dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air
kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh
tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di
wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan

6
tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui
air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah
kation Al dan H sebagai kation dominant yang menyebaabkan
tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi
untuk daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah
3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah
kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas
9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh
akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut
sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur
yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak
ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga
mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.
Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut
sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu
dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun
bagi tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur
pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat
ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH
tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan
sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun

7
kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang
berbeda.

2.1.3 Kesuburan Biologi


Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora
dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti
bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah
dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah.
Tanah dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan
keragaman biologi yang tinggi.
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok
tanam yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia
dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Tanah yang dapat menyediakan faktor-faktor tumbuh dalam
kondisi yang optimum dinyatakan tanah yang subur.
Kemampuan tersebut disebut dengan Kesuburan Tanah.

2.2 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik.[1] Material pupuk dapat
berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda
dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti
hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan
sejumlah material suplemen.
Pupuk yang digunakan :

8
2.2.1 Pupuk Urea
Pupuk urea adalah jenis pupuk yang memngandung N
(nitrogen) dengan kadar yang tinggi. Unsur nitrogen ini
merupakan zat hara yang sangat diperlukan oleh tanaman untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan cabang, dan
jumlah anakan.
Karakter pupuk urea adalah sebagai berikut:
 Mengandung nitrogen dengan kadarnya sekitar 42% - 46%
 Tingkat larutan dalam air (gr/ltr): 1030
 Mengandunng zat higroskopis dan penguapan tinggi
 Dosis standar (kg/phn/thn): 2,75
 Persediaannya mudah diperoleh.

Manfaat dan kegunaan pupuk urea diberikan untuk tanaman


dengan tujuan untuk:

 Meningkatkan pertumbuhan tunas baru


 Mempercepat pertumbuhan serabut akar
 Mempercepat pertumbuhan panjang akar
 Pertumbuhan pada daun jenis tanamanannya lebih hijau,
segar dan rimbun
 Jenis pupuk ini bisa dipakai untuk semua jenis tanaman.

2.2.2 Pupuk SP36

Pupuk SP36 merupakan pupuk tunggal dengan


kandungan Phosphor (P) cukup tinggi dalam bentuk P2O5, yakni
sebesar 36%. Bisa digunakan untuk pemupukan berbagai jenis
tanaman, baik tanaman pangan, holtikultura maupun tanaman
perkebunan. Bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan unsur hara

9
Phosphor (P) pada tanaman. Pupuk SP36 biasanya berbentuk
granul (butiran) berwarna abu-abu kehitaman. Kandungan
Phosphor (P) pada pupuk SP36 hampir seluruhnya larut dalam
air, sehingga mudah diserap tanaman. Sangat cocok digunakan
sebagai pupuk dasar tanaman semusim (tanaman pangan dan
holtikultura)

Pupuk SP36 bersifat tidak higroskopis (tidak mudah


menghisap air) sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
cukup lama. Pupuk SP36 hampir sama dengan pupuk TSP,
hanya saja memiliki kandungan Phosphor yang lebih rendah.
Pupuk SP36 dapat juga diaplikasikan sebagai pupuk susulan
dengan cara ditaburkan disekeliling tanaman.

2.2.3 Pupuk Dolomit

Dolomit adalah suatu mineral karbonat anhidrat yang


terbentuk dari kalsium magnesium karbonat, idealnya adalah
CaMg(CO3)2. Istilah ini juga digunakan untuk suatu sedimen
batuan karbonat yang sebagian besar terbentuk dari mineral
dolomit. Sebuah nama alternatif yang kadang-kadang digunakan
untuk jenis batuan dolomitik adalah dolostone.

Sifat dolomit adalah Mineral dolomit mengkristal dalam


sistem trigonal-rombohedral. Ia membentuk kristal putih,
cokelat, abu-abu, atau merah muda. Dolomit adalah karbonat
ganda, memiliki susunan struktural kalsium dan magnesium
yang berselang-seling. Dolomit tidak cepat larut atau
berefervesen (mendesis) dalam asam klorida encer seperti kalsit.
Pengembaran kristal adalah hal lumrah.

10
Larutan padat terdapat di antara dolomit, ankerit yang
didominasi besi dan kutnohorit yang didominasi mangan.
Sejumlah kecil besi dalam struktur memberikan kristal berwarna
kuning sampai coklat. Substituen mangan dalam struktur juga
sampai sekitar tiga persen MnO. Kandungan mangan yang tinggi
memberikan warna pink kemerahan pada kristal. Timbal, seng,
dan kobalt juga menggantikan magnesium dalam struktur.
Mineral dolomit berhubungan erat dengan huntit Mg3Ca(CO3)4.

Karena dolomit dapat dilarutkan dengan air yang sedikit


asam, area dolomit penting sebagai akuifer dan berkontribusi
terhadap pembentukan medan karst.

2.3 Sistematika Tanaman Jagung


Taksonomi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) dalam
taksonomi tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai
berikut :
 Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
 Division : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
 Sub Divisio : Angiospermae ( berbiji tertutup )
 Classis : Monocotyledone ( berkeping satu )
 Ordo : Graminae ( rumput-rumputan )
 Familia : Poaceae
 Genus : Zea
 Species : Zea mays saccharata Sturt .

11
2.4 Morfologi Tanaman Jagung
2.4.1 Akar Jagung

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu:

2.4.1.1 akar seminal

Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan


embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah
plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti pada fase V3.

2.4.1.2 akar adventif,

Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari


buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas
antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar
adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal
hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif
berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar
jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar
nodal.

2.4.1.3 akar kait atau penyangga.

Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang


muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi
dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak

12
dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu
penyerapan hara dan air.

2.4.2 Batang Jagung

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,


berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada
buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif.

Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit


(epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang
(pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan
kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju
perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu
mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di
bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung
yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling
bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit
antargenotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman
terhadap rebah batang.

Tepi batang terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat


sehingga tanman terbentuk roset , Dengan batang ruas –raus dan
terbusngkus pelepah daun yang muncul dari buku . sehingga batang
dapat tumbuh dengan kuat.

13
2.4.3 Daun jagung

Daun yang terdapat pada jagung sangat lah panjang dan


menyerupai lalang dan juga tumbuhan seperti padi atau pun gandum.

Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung


mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah
daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah
buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata
munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.
Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih
banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate) (Paliwal 2000).
Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal,
sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan
mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9
cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11 cm).

Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung


juga beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar (Gambar 1).
Beberapa genotipe jagung memiliki antocyanin pada helai daunnya,
yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun. Intensitas warna
antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga
sangat kuat.

Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak


bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul (Gambar 2). Berdasarkan
letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun jagung, yaitu tegak
(erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya memiliki sudut
antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok.
Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun
bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun

14
erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi
yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat
memberikan hasil yang tinggi pula.

2.4.4 Bunga Jagung

Jangung memilki bunga jantan dan juga betina yang terpisah dalam
satu tanman ,. Tiap kuntum bunga memilki struktur khas bunga dari
suku poaceae . yang disebut floret . Pad ajgung dua floret di batasi oleh
sepasang glumanae ( gulma tunggal ) . bunga jantan tumbuh pada
puncak tanaman . Berupa karanga bunga ( inflorescence ) . serbu sarai
berwarna kuning beraroma khas . bunga tersusun ats dalam bongol
/tongkol jagung.

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena


bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina,
tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal,
kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses
perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang
dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia ginaecium
pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan
(Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki
sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati.
Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup
keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet
jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya
spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo
seminggu atau lebih.

15
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar
ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan
panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot.
Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.

2.4.5 Tongkol Jagung

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung


varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung
yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan
lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol
terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.

Tongkol tumbuh dari buku batang dan pelepah daun . Pada


umumnya tanaman ini hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memilki jumlah yang banya bunga betina . buah jagung
siapmpanen beberapa varietesyang sanagt lah unggul dapat
menghasilkan satu tongkol yang produktif sedangkan bunga jantan yang
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini darai pada bunga
betinanya ( protandri )

2.5 Syarat Tumbuh

Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar


250-500 mm per tahun. Curah hujan yang lebih ataupun kurang dari
angka yang disebutkan akan menurunkan produksi. Air banyak
dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman
membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif dibanding
dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning air tidak

16
dibutuhkan lagi. Idealnya tanaman jagung membutuhkan curah hujan
100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, dkk., 1995).

2.5.1 Iklim

 Beriklim sedang subtropik atau tropis yang basih dan didaerah


terletak antara 0-500 LU hingga 0-400 LS.
 Curah hujan ideal adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata.
 Suhu optimimum yang baik adalah 21-340
 Pertumbuhan tanaman jagung yang baik membutuhkan sinar
matahari.
 Tanaman jagung tidak ternaungi, agar pertumbuhan tidak terhambat
atau merusak biji bahkan tidak membentuk buah.

2.5.2 Media Tanah

 Tanah ideal adalah gembur, subur, dan berdrainase baik.


 pH tanah 5,6-7.0.
 jenis tanah yang dapat ditoleran ditanami jagung adalah andosol,
latosol dengan syarat pH harus memadai untuk ditanami.
 Ketersediaan air baik.
 Kemiringan tanah kurang dari 8 %.

2.5.3 Ketinggian

Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara


50-600 m dpl (diatas permukaan laut).

17
2.6 Minus One Test
Tanaman membutuhkan hara guna menjamin pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hara tersebut selanjutnya akan digunakan
untuk proses metabolisme tanaman dan setiap unsur hara yang diserap
tanaman memiliki fungsi spesifik yang umumnya tidak dapat digantikan
oleh unsur lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan
fungsi dan pengaruh unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman mentimum. Perlakuan yang diuji adalah
minus N, minus P, minus K, pemberian pupuk NPK dan tanpa pupuk
NPK. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanaman yang mendapat
perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi
tanaman. Sedangkan pada variabel jumlah daun semua perlakuan yang
diberikan tidak berbeda nyata, akan tetapi berdasarkan pengamtan visual
di lapang terdapat perbedaan yang mencolok terhadap warna daun yang
dihasilkan.
Perlakuan minus one test hara N, P dan K terdiri dari lima
perlakuan: 1. TP = tanpa pupuk (kontrol), 2. PK (-N) = pupuk lengkap
kurang N, 3. NK (-P) = pupuk lengkap kurang P, 4. NP (-K) pupuk
lengkap kurang K dan 5. NPK pupuk lengkap diulang 5 kali. Hasil
kajian menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pasir dengan input bahan
amelioran terjadi perubahan sifat fisik dan kimia sehingga kesuburan
lahan meningkat. Peningkatan
tersebut karena terjadi perubahan persentase fraksi debu (0,55-2,37%)
dan (0,45-0,51%) liat meningkat diikuti kadar hara P2O5, menurunkan
fraksi pasir (1,05-2,07%) secara nyata. Hara N menjadi faktor pembatas
utama, sedangkan K dan P merupakan pembatas ringan pada lahan
pasir.

18
2.7 Tanah Ultisol
Tanah ultisol, umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia
banyaak ditemukan di daerah, dengan bahan induk batuan liat. Tanah
ultisol merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang
belum dipergunakan untuk pertanian, tersebar di daerah sumatra,
Kaliamntan, Sulawesi dan Irian jaya. Daerah-daerah ini direncanakan
sebagai daerah perluasan arel pertanian dan pembinaan transmigrasi.
Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang.
Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tingggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah,
diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 2003).

Kata ultisol sendiri berasal dari kata "ultimus" yang artinya terakhir dan
"sola" artinya tanah. Dengan demikian ultisol merupakan tanah yang
mengalami pelapukan lanjut dan hal tersebut memperlihatkan pencucian
intensif dan paling akhir serta mempunyai lapisan yang mengandung
akumulasi liat.
ultisol hanaya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih
dari 8 derajat celcius. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik atau
kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa
(jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah <35%
sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih
rendah atau tinggi dari 35%.
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang
terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan
basa pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik
Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses
sebagai berikut :

19
2.7.1 Pencucian

Pencucian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat.


Pencucian berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan
kejenuhan basa rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari
permukaan).

2.7.2 Suhu

Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian
yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi
pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi
pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral liat yang
terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.

2.7.3 Lessivage (pencucian liat)

Menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan horison


argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik
merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di
daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung
bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang.

Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses


podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari
horison albik ke horison argilik.

2.7.4 Biocycling

Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di


permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini

20
disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi
yang ada di situ.

2.7.5 Pembentukan plinthite dan fragipan.

Plinthite dan fragipan bukan sifat yang menentukan tetapi sering


ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil di daerah tua.

Plinthite : Terlihat sebagai karatan berwarna merah terang.


Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti.
Kalau muncul di permukaan menjadi keras irreversibie dan
disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering
berlebihan bukanlah plithit.

Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh


fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang dapat menghambat drainase
yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15 persen volume
atau lebih plinthite = Plinthaquult).

Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, seperti halnya plinthite,


fragipan menghambat gerakan air dalam tanah. Proses pembentukan
fragipan masih belum jelas.

2.7.6 Perubahan horison umbrik menjadi mollik

Ultisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah


menjadi epidedon mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian
klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang lebih dalam
mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan
basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik
atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%).
Hal ini disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif
dan agar klasifikasi tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.

21
BAB III

BAHAN DAN METODE PENCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum ini dilakukan di porlak HKBP Nommensen Medan mulai dari


bulan maret sampai dengan selesai.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah benih jagung P23,
polybag ukuran 5 kg, pupuk urea, pupuk SP36, dolomit.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan adalah alat-alat tulis, cangkul, timbangan,


Dan mistar.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penanaman Jagung

Sediakan 3 polybag yang masing-masing ditanam sebanyak 3


benih jagung P23 per polybag. Setelah itu ke-3 polybag itu diletakkan
sejajar sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.

22
3.3.2 Pemupukan

Pemupuka SP36 dilakukan dengan dosis 200 kg/ha (0,27


gram/polybag) pada saat 1 MST diberikan pupuk sebanyak ½ dosis. 3
MST diberikansbanyak ¼ dosis dan 5 MST diberikan sebanyak ¼ dosis.

3.3.3 Pemeliharaan

* Lakukan pada saat 2 atau 3 MST

* Lakukan penyiangan untuk menjaga kondisi polybag bersih dari


gulma. Penyiangan dilakukan merata pada semua polybag.

* Pemeliharaan tanaman lainnya seperti peyiraman, pengendalian hama,


dan penyakit dilakukan sesui dengan kondisi lapangan.

3.3.4 Pengamatan

* Pilih satu tanaman, lalu eliminasi dua tanaman yang tidak dipilih
untuk diamati dari masing-masing polybag.

* Lakukan parameter tinggi tanaman, panjang daun,dan lebar daun


setiap 1 minggu sekali.

23

Anda mungkin juga menyukai