PENDAHULUAN
1
Untuk dapat meningkatkan hasil produksi jagung tersebut dapat dilakukan
dengan memilih benih yang bermutu, memiliki vigor tinggi, memililih varietas
yang unggul, melakukan penanamannya secara benar serta juga melakukan
pemberian pupuk. Hal ini dilakukan agar hasil panen jagung yang diperoleh
maksimal, memiliki produksi yang tinggi serta kualitas yang baik sehingga
harga jualnya pun tidak rendah. Hal ini perlu dilakukan mengingat harga jagung
yang dijual para petani harganya masih rendah dikarenakan kualitas yang
kurang bagus.
Selain itu, yang data menurunkan harga jual jagung para petani yaitu dalam
teknologi pasca panennya serta jagung yang dijual umumnya dijual segera
setelah panen. Selain itu, cara pengeringan jagungnya yaitu dengan cara
membiarkan jagung tersebut kering di pohonnya hingga kadar airnya sekitar
23-25%. Setelah itu baru dilakukan pemanenan dan selanjutnya dipipil dan
dijual.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu usaha yang dapat menjadikan tanaman
jagung menghasilkan hasil panen yang maksimal dengan kualitas yang bagus
pula. Kualitas yang bagus dapat menjadikan harga jual biji jagung tidak rendah.
1.2 Tujuan
Ada pun tujuan praktikum pertumbuhan dan perkembangan adalah :
1. Sebagai syarat lulus mata kuliah kesuburan tanah
2. Mempelajari
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau
diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka
lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka
kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya
dapat ditaksir (assessed).
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan
bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan
bahan panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah
hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per
satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan
menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan
hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman
karena musim (Schroeder, 1984).
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan
biologi tanah sebagai berikut :
2.1.1 . Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur,
struktur, kadar air tanah, drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah
yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak
dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih
cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah
4
kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas
secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada
tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah
berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit
bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah.
Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus
struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang
dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah
merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah
(Anonim, 2010)
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara
melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir
dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode.
Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer
(Elisa, 2002).
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah.
Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh
perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna
tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah
dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih
banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa
besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan
air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang
terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses
pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah.
Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan
5
tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia
pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi
pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk
tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa
air atau menguap.
6
tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui
air drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah
kation Al dan H sebagai kation dominant yang menyebaabkan
tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi
untuk daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah
3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah
kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas
9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh
akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut
sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur
yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak
ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga
mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.
Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut
sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu
dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun
bagi tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan
mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur
pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat
ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH
tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan
sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun
7
kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang
berbeda.
2.2 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman
sehingga mampu berproduksi dengan baik.[1] Material pupuk dapat
berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda
dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti
hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun
demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan
sejumlah material suplemen.
Pupuk yang digunakan :
8
2.2.1 Pupuk Urea
Pupuk urea adalah jenis pupuk yang memngandung N
(nitrogen) dengan kadar yang tinggi. Unsur nitrogen ini
merupakan zat hara yang sangat diperlukan oleh tanaman untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan cabang, dan
jumlah anakan.
Karakter pupuk urea adalah sebagai berikut:
Mengandung nitrogen dengan kadarnya sekitar 42% - 46%
Tingkat larutan dalam air (gr/ltr): 1030
Mengandunng zat higroskopis dan penguapan tinggi
Dosis standar (kg/phn/thn): 2,75
Persediaannya mudah diperoleh.
9
Phosphor (P) pada tanaman. Pupuk SP36 biasanya berbentuk
granul (butiran) berwarna abu-abu kehitaman. Kandungan
Phosphor (P) pada pupuk SP36 hampir seluruhnya larut dalam
air, sehingga mudah diserap tanaman. Sangat cocok digunakan
sebagai pupuk dasar tanaman semusim (tanaman pangan dan
holtikultura)
10
Larutan padat terdapat di antara dolomit, ankerit yang
didominasi besi dan kutnohorit yang didominasi mangan.
Sejumlah kecil besi dalam struktur memberikan kristal berwarna
kuning sampai coklat. Substituen mangan dalam struktur juga
sampai sekitar tiga persen MnO. Kandungan mangan yang tinggi
memberikan warna pink kemerahan pada kristal. Timbal, seng,
dan kobalt juga menggantikan magnesium dalam struktur.
Mineral dolomit berhubungan erat dengan huntit Mg3Ca(CO3)4.
11
2.4 Morfologi Tanaman Jagung
2.4.1 Akar Jagung
12
dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu
penyerapan hara dan air.
13
2.4.3 Daun jagung
14
erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi
yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat
memberikan hasil yang tinggi pula.
Jangung memilki bunga jantan dan juga betina yang terpisah dalam
satu tanman ,. Tiap kuntum bunga memilki struktur khas bunga dari
suku poaceae . yang disebut floret . Pad ajgung dua floret di batasi oleh
sepasang glumanae ( gulma tunggal ) . bunga jantan tumbuh pada
puncak tanaman . Berupa karanga bunga ( inflorescence ) . serbu sarai
berwarna kuning beraroma khas . bunga tersusun ats dalam bongol
/tongkol jagung.
15
Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar
ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan
panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot.
Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.
16
dibutuhkan lagi. Idealnya tanaman jagung membutuhkan curah hujan
100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, dkk., 1995).
2.5.1 Iklim
2.5.3 Ketinggian
17
2.6 Minus One Test
Tanaman membutuhkan hara guna menjamin pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hara tersebut selanjutnya akan digunakan
untuk proses metabolisme tanaman dan setiap unsur hara yang diserap
tanaman memiliki fungsi spesifik yang umumnya tidak dapat digantikan
oleh unsur lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan
fungsi dan pengaruh unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman mentimum. Perlakuan yang diuji adalah
minus N, minus P, minus K, pemberian pupuk NPK dan tanpa pupuk
NPK. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanaman yang mendapat
perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi
tanaman. Sedangkan pada variabel jumlah daun semua perlakuan yang
diberikan tidak berbeda nyata, akan tetapi berdasarkan pengamtan visual
di lapang terdapat perbedaan yang mencolok terhadap warna daun yang
dihasilkan.
Perlakuan minus one test hara N, P dan K terdiri dari lima
perlakuan: 1. TP = tanpa pupuk (kontrol), 2. PK (-N) = pupuk lengkap
kurang N, 3. NK (-P) = pupuk lengkap kurang P, 4. NP (-K) pupuk
lengkap kurang K dan 5. NPK pupuk lengkap diulang 5 kali. Hasil
kajian menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pasir dengan input bahan
amelioran terjadi perubahan sifat fisik dan kimia sehingga kesuburan
lahan meningkat. Peningkatan
tersebut karena terjadi perubahan persentase fraksi debu (0,55-2,37%)
dan (0,45-0,51%) liat meningkat diikuti kadar hara P2O5, menurunkan
fraksi pasir (1,05-2,07%) secara nyata. Hara N menjadi faktor pembatas
utama, sedangkan K dan P merupakan pembatas ringan pada lahan
pasir.
18
2.7 Tanah Ultisol
Tanah ultisol, umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia
banyaak ditemukan di daerah, dengan bahan induk batuan liat. Tanah
ultisol merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang
belum dipergunakan untuk pertanian, tersebar di daerah sumatra,
Kaliamntan, Sulawesi dan Irian jaya. Daerah-daerah ini direncanakan
sebagai daerah perluasan arel pertanian dan pembinaan transmigrasi.
Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang.
Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tingggi sehingga
menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah,
diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 2003).
Kata ultisol sendiri berasal dari kata "ultimus" yang artinya terakhir dan
"sola" artinya tanah. Dengan demikian ultisol merupakan tanah yang
mengalami pelapukan lanjut dan hal tersebut memperlihatkan pencucian
intensif dan paling akhir serta mempunyai lapisan yang mengandung
akumulasi liat.
ultisol hanaya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih
dari 8 derajat celcius. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik atau
kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa
(jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah <35%
sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih
rendah atau tinggi dari 35%.
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang
terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan
basa pada kedalaman 180cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik
Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses
sebagai berikut :
19
2.7.1 Pencucian
2.7.2 Suhu
Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian
yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi
pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi
pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral liat yang
terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.
2.7.4 Biocycling
20
disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi
yang ada di situ.
21
BAB III
3.2.1 Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah benih jagung P23,
polybag ukuran 5 kg, pupuk urea, pupuk SP36, dolomit.
3.2.2 Alat
22
3.3.2 Pemupukan
3.3.3 Pemeliharaan
3.3.4 Pengamatan
* Pilih satu tanaman, lalu eliminasi dua tanaman yang tidak dipilih
untuk diamati dari masing-masing polybag.
23