Anda di halaman 1dari 81

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Kimia Skripsi Sarjana

2017

Kajian Pemanfaatan Biji Mangga Arum


Manis (Mangifera indica L.) sebagai
Biosorben untuk Menurunkan Bilangan
Peroksida pada Proses Pemurnian CPO
(Crude Palm Oil)

Putra, Nicko Sanjaya Adi

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1997
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KAJIAN PEMANFAATAN BIJI MANGGA ARUM
MANIS (Mangifera indica L.) SEBAGAI BIOSORBEN
UNTUK MENURUNKAN BILANGAN PEROKSIDA
PADA PROSES PEMURNIAN CPO (Crude Palm Oil)

SKRIPSI

Oleh
NICKO SANJAYA ADI PUTRA
120405039

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2017

Universitas Sumatera Utara


KAJIAN PEMANFAATAN BIJI MANGGA ARUM MANIS
(Mangifera indica L.) SEBAGAI BIOSORBEN UNTUK
MENURUNKAN BILANGAN PEROKSIDA PADA PROSES
PEMURNIAN CPO (Crude Palm Oil)

SKRIPSI

Oleh
NICKO SANJAYA ADI PUTRA
120405039

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

KAJIAN PEMANFAATAN BIJI MANGGA ARUM MANIS


(Mangifera indica L.) SEBAGAI BIOSORBEN UNTUK
MENURUNKAN BILANGAN PEROKSIDA PADA PROSES
PEMURNIAN CPO (Crude Palm Oil)

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi
ini adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila kemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku

Medan, 2017

Nicko Sanjaya Adi Putra


NIM 120405039

i
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

KAJIAN PEMANFAATAN BIJI MANGGA ARUM MANIS


(Mangifera indica L.) SEBAGAI BIOSORBEN UNTUK
MENURUNKAN BILANGAN PEROKSIDA PADA PROSES
PEMURNIAN CPO (Crude Palm Oil)

Dibuat sebagai kelengkapan persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi Sarjana


Teknik pada Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara

Mengetahui, Medan, 2017


Koordinator Skripsi Dosen Pembimbing

Ir. Renita Manurung, MT Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia


NIP. 19681214 199702 2 002 NIP. 19530921 198103 2 003

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. Amir Husin, S.T., M.T Farida Hanum, S.T., M.T.


NIP. 19690215 199512 1 001 NIP. 19780610 200212 2 003

ii
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan skripsi dengan
judul “Kajian Pemanfaatan Biji Mangga Arum Manis (Mangifera indica L.)
sebagai Biosorben untuk Menurunkan Bilangan Peroksida pada Proses Pemurnian
CPO (Crude Palm Oil)” berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di
Departemen Teknik Kimia Universtas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.

Melalui penelitian ini diperoleh hasil biosorben biji mangga arum manis, sehingga
hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk menurunkan
bilangan peroksida pada proses pemurnian CPO.

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak


mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia selaku Dosen Pembimbing.
2. Dr. Eng. Ir. Irvan, MSi selaku Ketua Departemen Teknik Kimia
3. Ir. Renita Manurung, MT selaku Koordinator Skripsi.
4. Dr. Amir Husin, ST., MT dan Farida Hanum, ST., MT selaku Dosen
Penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan
5. Keluarga dan kerabat terdekat yang telah banyak memberikan banyak
dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.
6. Rekan penelitian, Andika Setiawan atas kerja sama yang baik hingga akhir
selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Aulia Bismar Paduana dan seluruh sahabat serta teman sejawat angkatan
2012 yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik
Kimia yang telah memberikan banyak ilmu yang berharga dan bantuan
kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

iii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Medan, Januari 2017
Penulis

Nicko Sanjaya Adi Putra

iv
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada:


Bapak & Ibu tercinta
Bapak Sukardi dan Ibunda Yenni Yumarni

Tak ada kata-kata indah yang mampu ku rangkai setiap hari, melainkan
hanya do’a yang dapat ku persembahkan
Agar kalian senantiasa sehat dan kuat dalam letih
Terima kasih atas doa, pengorbanan, motivasi dan pembelajaran hidup yang
telah kalian berikan
Hingga aku mampu menjadi seorang sarjana teknik

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah.'Wahai Tuhanku!' Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil." [Surah Al-Isra ayat 23]

v Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nicko Sanjaya Adi Putra


NIM : 120405039
Tempat, tanggal lahir : Pekanbaru, 14 April 1995
Nama orang tua : Sukardi dan Yenni Yumarni
Alamat orang tua : Jl. Rajawali, Kelurahan Tarok
Kota Payakumbuh, Sumbar

Asal Sekolah:
 SD Islam Raudhatul Jannah tahun 2001-2007
 SMP Islam Raudhatul Jannah tahun 2007 – 2009
 SMA Negeri 2 Payakumbuh tahun 2009 – 2012
Pengalaman Kerja dan Organisasi:
1. Asisten Lab. Kimia Organik tahun 2014-2016
2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode
2015-2016 sebagai Sekretaris Departemen Seni dan Olahraga
3. Ikatan Mahasiswa Payakumbuh dan Limapuluh Kota Sumatera Utara
(IMAPALIKO SU) periode 2014-2015 sebagai Ketua Bidang
Keanggotaan
4. Anggota Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara
Artikel yang dipublikasikan:
1. Annual Applied Science and Engineering Conference, November 18,
2016, UPI Bandung
2. Kajian Pemanfaatn Biji Mangga Arum Manis (Mangifera indica L)
Sebagai Biosorben untuk Menurunkan Bilangan Peroksida pada Proses
Pemurnian CPO (Crude Palm Oil) Jurnal Teknik Kimia USU.
Prestasi akademik/non akademik yang pernah dicapai :
1. Delegasi Cultural Performances pada ajang IMT-GT 17th (Indonesia
Malaysia Thailand Growth Triangle) Varsity Carnival tahun 2015, di
Universiti Utara Malaysia, Malaysia
2. Delegasi Cultural Performances pada ajang IMT-GT 18th (Indonesia
Malaysia Thailand Growth Triangle) Varsity Carnival tahun 2016 di
Rajamangala University, Thailand
3. Mendapat Predikat The Best Spirit pada ajang IMT-GT 18th (Indonesia
Malaysia Thailand Growth Triangle) Varsity Carnival di Rajamangala
University, Thailand
4. Mahasiswa Berprestasi USU tahun 2016

vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan biji mangga


Arum Manis (Mangifera indica L) yang diaktivasi dalam menurunkan bilangan
peroksida pada proses pemurnian minyak kelapa sawit dengan konsenterasi
biosorben dan waktu adsorpsi yang paling baik. Bahan – bahan yang digunakan,
antara lain minyak kelapa sawit (CPO), biji mangga Arum Manis, asam klorida
(HCl), dan aquadest. Variabel – variabel yang diamati, antara lain rasio biosorben
: HCl dan suhu pengeringan dengan oven pada proses modifikasi biosorben, serta
waktu adsorpsi dan konsenterasi penambahan adsorben pada proses adsorpsi
minyak. Penelitian diawali dengan modifikasi biosorben, dimana biji mangga
Arum Manis yang telah dibersihkan dan dihaluskan sampai ukuran 140 mesh
diaktivasi dengan larutan HCl 3 N dengan rasio biosorben : HCl (b/v) sebesar 1:1,
1:2, 1:3, dan 1:4 dan dengan suhu pengeringan 90 oC , 100 oC, 110 oC, 120 oC,
130 oC, dan 140 oC. Bilangan iodin biosorben terbesar pada rasio (b/v) 1:4 dan
suhu pengeringan 110 oC sebesar 803,7987 mg/g. Hasil analisa gugus fungsi
dengan menggunakan spektrofotometri FTIR menunjukkan adsorben menyerap
gugus fungsi ester, asam karboksilat, aldehid, dan keton. Biosorben dengan hasil
analisa bilangan iodin terbesar digunakan dalam proses adsorpsi bilangan
peroksida pada minyak yang dilakukan dengan memanaskan 100 gram CPO di
atas hot plate pada suhu 90 oC dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer
kecepatan 1000 rpm dilanjutkan dengan penambahan adsorben sebanyak 0,5 %,
1,0 %, dan 1,5 % (dari berat CPO) dan waktu kontak selama 25, 30, 35, 40, dan
45 menit. Penurunan bilangan peroksida terbesar pada konsenterasi biosorben 0,5
% dengan waktu kontak 35 menit sebesar 3,21 meq/kg dengan persentase
penyisihan bilangan peroksida dengan nilai 51,16%. Hal ini menunjukkan bahwa
biosorben biji mangga Arum Manis yang diaktivasi dengan HCl sangat efektif
dalam menurunkan bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit.

Kata kunci: biosorben, adsorpsi, biji mangga arum manis, minyak kelapa sawit,
dan bilangan peroksida

vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

This study was aimed to discover the effectiveness of mango seeds Arum Manis
type (Mangifera indica L) as biosorbent for the reduction of PV (Peroxide Value)
in CPO (Crude Palm Oil) at the best biosorbent dose and contact time. Materials
used were CPO, mango seeds Arum Manis type, chloric acid, and distilled water.
Variables observed were biosorbent : chloric acid ratio and oven temperature in
biosorbent activation process, and contact time and adsorbent dose in adsorption
process. This study was begun with biosorbent modification, where the cleaced
and crushed mango seeds Arum Manis type to pass through 140 mesh were
activated with 3 N chloric acid at 1:1, 1:2, 1:3 and 1:4 of biosorbent : chloric acid
ratio while heated at 70 oC for 2 hours. Biosorbent was then dried in oven at 90
o
C, 100 oC, 110 oC, 120 oC, 130 oC and 140 oC. Biosorbent with the higher iodine
number was used in adsorption process that was carried out by heating 100 grams
of CPO on hot plate at 90 oC with 1000 rpm of stirring speed, and followed by
adsorbent addition of 0.5 %, 1,0 %, and 1,5 % (of CPO used) and 25, 30, 35, 45
and 45 minutes of contact time, and after that oil was filtered using vacuum pump.
The study results showed that the best ratio of biosorbent : chloric acid 3 N was
1:4 at 110 oC of oven temperature with 803,7987 mg/g of iodine number. The best
biosorbent dose was 0,5 % at 35 minutes of contact time that gave higher
reduction of PV with peroxide value of 3,21 meq/kg with the reduction percentage
was 51,16 %. This study showed that nitcic acid-activated biosorbent from mango
seeds Arum Manis was effective to reduce PV in CPO.

Keywords: biosorbent, mango seeds arum manis type, crude palm oil, and
peroxide value

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................... i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH ...................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN ....................................................................... 5
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
2.1 BIJI MANGGA SEBAGAI BOSORBEN ................................................. 7
2.2 MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) .............................. 10
2.3 PEMURNIAN CPO ................................................................................. 13
2.3.1 Degumming CPO ........................................................................... 15
2.3.2 Bleaching CPO ............................................................................... 16
2.3.3 Adsorpsi ......................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 18
3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................................. 18
3.2 BAHAN DAN PERALATAN ................................................................. 18
3.2.1 Bahan Penelitian ............................................................................ 18
3.2.2 Peralatan Penelitian ....................................................................... 18
3.3 PROSEDUR PENELITIAN..................................................................... 19
3.3.1 Pembuatan Biosorben Biji Mangga ............................................... 19

ix
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Proses Adsorpsi ............................................................................. 20
3.4 PROSEDUR ANALISIS .......................................................................... 20
3.4.1 Analisis Bilangan Iodin pada Biosorben ....................................... 20
3.4.2 Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO ........................... 21
3.5 FLOWCHART PENELITIAN................................................................. 22
3.5.1 Pembuatan Biosorben Biji Mangga ................................................ 22
3.5.2 Proses Adsorpsi CPO (Crude Palm Oil)......................................... 23
3.5.3 Analisis Bilangan Iodin pada Biosorben......................................... 24
3.5.4 Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO............................. 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26
4.1 PEMBUATAN BIOSORBEN DARI BIJI MANGGA ARUM MANIS 26
4.1.1 Pengaruh Suhu Pemanasan dan Rasio Biosorben : Asam Klorida
(b:v) terhadap Bilangan Iodin Biosorben ....................................... 26
4.2 KARAKTERISTIK GUGUS FUNGSI PADA BIOSORBEN BIJI
MANGGA ARUM MANIS DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR29
4.2.1 Gugus Fungsi dengan Spektofotometri FTIR ................................ 29
4.3 KARAKTERISTIK MORFOLOGI PERMUKAAN BIOSORBEN BIJI
MANGGA ARUM MANIS DENGAN SCANNING ELECTRON
MICROSCOPE (SEM) DAN EDS ......................................................... 32
4.4 ADSORPSI PEROKSIDA PADA CPO .................................................. 35
4.4.1 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Bilangan Peroksida Minyak
Kelapa Sawit pada Konsenterasi Biosorben Tertentu 35
4.4.1 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kapasitas Adsorpsi Bilangan
Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada Konsenterasi Biosorben
Tertentu 38
4.5 MODEL ISOTERM ADSORPSI ............................................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 44
LAMPIRAN A ........................................................................................................ 52
LAMPIRAN B ......................................................................................................... 57
LAMPIRAN C 62

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang Buah Kelapa Sawit 10


Gambar 2.2 Reaksi Hidrolisis Lemak 13
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Biosorben Biji Mangga 22
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Adsorpsi CPO (Crude Palm Oil) 23
Gambar 3.3 Flowchart Analisis Bilangan Iodin pada Biosorben 24
Gambar 3.4 Flowchart Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO 25
Gambar 4.1 Pengaruh Suhu Pemanasan terhadap Bilangan Iodin Biosorben pada
Rasio Biosorben : HCl (b/v) Tertentu 26
Gambar 4.2 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum Manis
Sebelum Diaktivasi 29
Gambar 4.3 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum Manis
Setelah Diaktivasi 30
Gambar 4.4 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum Manis
yang Telah Terpakai Mengadsorpsi 30
Gambar 4.5 Hasil SEM untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis dengan
Perbesaran 500x 32
Gambar 4.6 Hasil SEM untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis yang telah
Terpakai untuk Mengadsorpsi dengan Perbesaran 500x 33
Gambar 4.7 Hasil Pengujian EDS untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis yang
telah Digunakan untuk Mengadsorpsi dengan Perbesaran 500x 33
Gambar 4.8 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 0,5% 35
Gambar 4.9 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 1% 35
Gambar 4.10 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 1,5% 36
Gambar 4.11 Grafik Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kapasitas Adsorpsi pada
Konsenterasi Biosorben Tertentu 38
Gambar 4.12 Kurva Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Konsenterasi Biosorben 0,5%
1%, dan 1,5% 39

xi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.13 Kurva Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Konsenterasi Biosorben 0,5%
1%, dan 1,5% 40
Gambar A.1 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Biosorben Biji Mangga Arum
Manis Sebelum Diaktivasi 53
Gambar A.2 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Biosorben Biji Mangga Arum
Manis Setelah Diaktivasi 54
Gambar A.3 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum Manis
yang Telah Terpakai Mengadsorp 54
Gambar B.1 Kurva Isoterm Langmuir Pada Konsenterasi Biosorben 0,5%, 1%, dan
1.5% 59
Gambar B.2 Kurva Isoterm Freundlich Pada Konsenterasi Biosorben 0,5%, 1%, dan
1.5% 60
Gambar C.1 Biji Mangga Arum Manis 140 mesh 62
Gambar C.2 Serbuk Biji Mangga Arum Manis 140 mesh Setelah Diaktivasi 62
Gambar C.3 Proses Pengujian Bilangan Peroksida yang Terjerap 63

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Komposisi Kernel Biji Mangga 9


Tabel 2.2 Tabel Komposisi Umum Minyak Sawit Kasar (CPO) 11
Tabel 2.3 Tabel Komposisi dari Konstituen Utama Minyak Sawit Kasar (CPO) 12
Tabel 2.4 Tabel Standar Mutu CPO dan RBDP Olein Menurut SNI 15
Tabel 2.5 Tabel Standar Mutu Umum dari CPO, DBPO, dan RBDPO 15
Tabel 4.1 Nilai Konstanta untuk Model Isoterm Langmuir dan Freundlich 40
Tabel A.1 Bilangan Iodin Biosorben Biji Mangga Arum Manis untuk Setiap Variasi
(mg/g) 52
Tabel A.2 Hasil Adsorpsi Bilangan Peroksida pada Minyak Kelapa Sawit (meq/kg
minyak) 55
Tabel A.3 Hasil Persentase Adsorpsi untuk Semua Rasio Biosorben dan Waktu
Adsorpsi 55
Tabel A.4 Hasil Kapasitas Adsorpsi untuk Semua Rasio Biosorben dan Waktu
Adsorpsi 56
Tabel A.5 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 0,5% 556
Tabel A.6 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 1% 55557556
Tabel A.7 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 1,5% 57

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian
Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis dalam
perekonomian nasional. Salah satu hasil olahan kelapa sawit adalah minyak sawit
mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Potensi CPO Indonesia sangat besar dan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan saat ini Indonesia telah menjadi
produsen minyak sawit terbesar di dunia, melebihi Malaysia [1]. Berdasarkan
laporan Oil World, Indonesia sejak 2006 menjadi produsen CPO terbesar di dunia
dengan produksi mencapai 16,05 juta. Produksi itu di atas Malaysia sebanyak 15,88
juta ton. Bersama Malaysia, Indonesia menguasai lebih dari 85 persen produksi CPO
dunia. Permintaan CPO dunia dalam lima tahun terakhir, rata-rata tumbuh 5,2 persen.
Pada 2012, konsumsi CPO dunia mencapai 52,15 juta ton atau naik 7 persen
dibanding tahun sebelumnya sebesar 48,73 juta ton. Pada 2013, konsumsi CPO
diperkirakan mencapai 56,95 juta ton atau naik 9,2 persen dibanding 2012. Angka itu
melebih target produksi CPO yang dihasilkan sebesar 56,32 juta ton [2].
Minyak kelapa sawit diperoleh dari bagian mesocarp atau bagian daging buah
kelapa sawit (Elaeis guineenses). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
minyak goreng, margarin, dan shortening. Selain itu juga dapat diaplikasikan untuk
produk non-food dalam pembuatan sabun, deterjen, dan kosmetik [3]. Minyak kelapa
sawit, mengandung sekitar 50% lemak jenuh dan 40% lemak tak jenuh [4]. Minyak
kelapa sawit mentah (CPO) idealnya mengandung sekitar 600-1000 mg/kg tokoferol
dan 500-700 mg/kg karotenoid, terutama α- dan β- karoten yang jumlahnya lebih
besar 90% dari total jumlah karoten [5].
Degumming dan bleaching adalah hal yang penting dalam proses pemurnian
(refinery) minyak kelapa sawit. Degumming merupakan proses pemisahan gum, yaitu
memisahkan lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air, dan
resin [6]. Cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah
pemanasan, penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl) atau basa (NaOH), hidrasi
dan menggunakan garam seperti natrium klorida serta natrium fosfat [7]. Kandungan

1
Universitas Sumatera Utara
dari gum yang harus dihilangkan adalah fosfatida, karena keberadaannya dapat
memberikan bau dan warna yang tidak diinginkan, serta umur penyimpanan yang
singkat [3].
Sedangkan bleaching adalah proses menghilangkan warna dan agen
pengoksidasi, sisa-sisa gum, sabun, dan trace metals dengan mencampurkan minyak
dengan adsorben khusus atau biasa disebut sebagai bleaching earth [3].
Kedua proses ini merupakan tahapan yang penting untuk menghasilkan minyak
goreng dengan kemurnian yang stabil, warna, rasa, dan sifat-sifat yang diinginkan
masyarakat [8]. Proses degumming dan bleaching ini memang paling umum
digunakan di industri kelapa sawit namun masih memiliki kelemahan. Degumming
menggunakan asam fosfat dapat menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas pada
minyak yang dihasilkan [9]. Sedangkan degumming dengan alkali, misalnya dengan
natrium hidroksida, dapat membentuk emulsi sabun sehingga risiko kehilangan
minyak netral akan semakin besar [7]. Bleaching menggunakan bleaching earth
memang efektif menurunkan warna pada CPO dan membuat tampilan minyak
menjadi lebih jernih, namun akan mengakibatkan kandungan karotenoid minyak
sebagai sumber nutrisi akan menurun [10].
Salah satu standar mutu untuk minyak kelapa sawit adalah bilangan peroksida.
Kenaikan kadar peroksida dapat menurunkan kualitas minyak. Hal ini disebabkan
oleh adanya reaksi oksidasi, sehingga mutu CPO yang rendah akan mempengaruhi
kualitas dari produk yang dihasilkan. Nilai bilangan peroksida yang tinggi tidak
diinginkan dalam produk minyak karena dapat menyebabkan minyak berbau tengik
dan dapat memperpendek masa penyimpanan [11].
Berdasarkan laporan World Agroforesty Center (2008), tanaman mangga
(Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Tanaman ini
merupakan tanaman tropis yang biasa tumbuh baik di daerah beriklim kering.
Varietas yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian di antaranya adalah Arumanis
143, Golek 31, dan Manalagi 69. Ketiga varietas mangga tersebut mampu banyak
menghasilkan buah; daging buahnya tebal dan rasanya manis [12].
Menurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian Indonesia (2015), laju
produksi mangga merupakan komoditas utama paling tinggi dalam segi holtikultura
selama tahun 2010-2014 yaitu sebesar 21,95 %/tahun. Jika tahun 2010 produksi

2
Universitas Sumatera Utara
mangga Indonesia sebesar 1.287.287 ton, maka tahun 2014 meningkat menjadi
2.598.092 ton [13].
Biji mangga adalah limbah berlimpah yang dibuang oleh industri jus mangga
dan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya produksi buah [14].
Pembuangan biji mangga dalam jumlah besar langsung ke lingkungan dapat
mencemari lingkungan, karena sifat biji mangga mudah busuk [15].
Biji mangga mengandung sekitar 20 - 60% dari berat buah utuhnya, tergantung
pada jenis mangga, sementara kernel dalam biji mengandung 45 -75% dari berat
seluruh biji [16]. Dhingra dan Kapoor (1985) menjelaskan kandungan rata-rata biji
mangga terdiri karbohidrat (69,22 -79,78%), lemak (8,35-16,13%), protein (5,6-9,5
%), serat (0,14 -2,95%), dan abu (0,35% - 3,6 %) [17]. Biji manga ini juga kaya
dengan kandungan tanin [18].
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rao (2005) tanin yang dikandung
dalam tanaman merupakan zat aktif yang menyebabkan proses koagulasi, sedangkan
polimer alami seperti pati berfungsi sebagai flokulan [19]. Karbohidrat adalah
senyawa organik yang termasuk dalam golongan senyawa polimer. Senyawa polimer
ini terdiri dari monomer berupa D-glukosa yang berikatan dengan glukosa
membentuk 1,4’-β-D-glukosa. Molekul-molekul selulosa seluruhnya membentuk
linear dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen
intramolekul dan intermolekul. Ikatan yang terbentuk antara gugus-gugus –OH dari
unit-unit glukosa yang berdekatan dalam molekul selulosa yang mempunyai potensi
yang cukup besar untuk dijadikan sebagai adsorben [20].
Beberapa telah mencoba pemanfaatan biji mangga sebagai biosorben, antara
lain Alencar, et al (2012) mencoba pemanfaatan biji mangga sebagai adsorben untuk
menghilangkan pewarna Victazol Orange 3R dari larutan menggunakan HCl 3 M
sebagai aktivator kimia. Mereka memperoleh bahwa kondisi waktu kesetimbangan
minimum setelah waktu kontak 5 jam antara VO-3R dan biosorben dan daya jerap
tertinggi 51,2 mg/g pada 50 ○C dan 71,6 mg/g pada 25 ○C [15].
Davila-Jimenez et al (2009) mempeajari kinerja adsorben biji mangga dalam
mengadsorpsi anthraquinone dan pewarna azo acid, pada suhu pengeringan awal 70

C selama 24 jam, suhu karbonisasi 600 dan 1000 ○C dengan waktu maksimum 4
jam diperoleh bahwa pada karbon dengan permukaan spesifik yang lebih tinggi

3
Universitas Sumatera Utara
(1000 ○C) yang paling efesien dalam proses adsorpsi [21]. Kumar dan Kumaran
(2005) menggunakan tepung biji mangga sebagai penghapus zat warna biru metilen,
dimana pada ukuran partikel 60-85 mesh, suhu 30; 40; 50 ○C, massa adsorben 0,06 g,
diperoleh nilai penjerapan tertinggi pada suhu 30 C sebesar 142,857 mg/g [22].
Telah banyak penelitian terdahulu yang membahas penggunaan adsorben
dalam pemurnian minyak, khususnya pada tahap degumming dan bleaching. antara
lain Siburian et al. (2014) mempelajari kemampuan adsorben dari biji asam jawa
untuk menurunkan bilangan peroksida pada CPO, dimana pada ukuran 140 mesh,
kondisi suhu aktivasi 130 oC, dan rasio adsorben : asam nitrat (b:v) 1:2 pada dosis
adsorben 1% dari berat CPO, waktu kontak 35 menit dengan bilangan peroksida
sebesar 0,00868 meq/kg dan persentase penurunan sebesar 39,72 % [23].
Aisyah et al. (2010) menggunakan karbon aktif polong buah kelor dengan
aktivasi NaCl dalam penurunan angka peroksida dan asam lemak bebas (FFA)
dengan hasil penurunan angka peroksida terbesar terjadi pada proses bleaching
karbon aktif 30% dengan suhu 650 oC yaitu dari 6,90 meq/kg menjadi 0,25 meq/kg,
sedangkan FFA mengalami penurunan terbesar pada proses netralisasi yaitu dari
0,35% menjadi 0,16% [24] Tanjaya et al (2006) melakukan analisis terhadap sampel
minyak kelapa sawit dengan menggunakan bleaching earth dari Bentonit Pacitan
dengan aktivasi menggunakan HCL 5 N diperoleh penurunan kadar asam lemak
bebas dari 3,79 % menjadi 1,76 % dan penurunan bilangan peroksida dari 5,9317
meq H2O2/kg minyak menjadi 1,2976 meq H2O2/kg minyak [25].
Pada skala pabrik, proses degumming menggunakan asam fosfat yang
bertujuan untuk menghilangkan gum atau getah dan mengurangi kadar FFA pada
CPO. Sedangkan untuk proses bleaching biasanya menggunakan bleaching earth
yang bertujuan untuk menurunkan angka peroksida dan pemucatan [26]
Berdasarkan uraian di atas, maka biji mangga dicoba diproses menjadi
adsorben untuk dapat digunakan sebagai penjerap alternatif dalam menurunkan
bilangan peroksida pada proses pemurnian CPO (Crude Palm Oil).

4
Universitas Sumatera Utara
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah sejauh mana
efektivitas penggunaan biji mangga yang diaktivasi secara kimia dan fisika dalam
menurunkan bilangan peroksida pada CPO.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Mempelajari pengaruh variasi rasio biosorben dan suhu pemanasan terhadap
karakteristik biosorben dari biji mangga Arum Manis (Mangifera indica L)
2. Mempelajari pengaruh variasi waktu adsorpsi dan konsentrasi biosorben
terhadap penurunan bilangan peroksida dalam proses pemurnian CPO

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kondisi proses
terbaik yang dapat digunakan dalam menurunkan bilangan peroksida pada CPO
dengan menggunakan biji mangga yang diaktivasi serta kepada industri pengolahan
minyak kelapa sawit bahwa biji mangga yang diaktivasi secara fisika dan kimia
dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan bilangan peroksida pada CPO
sehingga dapat dilakukan proses degumming-bleaching yang lebih ekonomis serta
mengurangi masalah limbah di lingkungan masyarakat.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Proses
Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Adapun bahan utama yang digunakan adalah biji mangga arum manis
(Mangifera indica L.) sebagai bahan baku pembuatan biosorben.

5
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang digunakan adalah :
1. Pembuatan Biosorben Biji Mangga :
a. Variabel tetap :
1. Ukuran partikel = 140 mesh [27]
2. Konsenterasi HCl =3N [15]
3. Suhu aktivasi kimia = 70 oC [21]
4. Waktu Pemanasan pada Oven = 2 jam [21]
b. Variabel berubah :
1. Rasio adsorben : HCl (b/v) = 1:1, 1:2, 1:3, 1:4
2. Suhu Kalsinasi (Aktivasi fisika) = 90, 100, 110, 120, 130, 140 oC
2. Proses Adsorpsi
a. Variabel tetap :
1. Tekanan Operasi = 1 atm [29]
2. Kecepatan Pengadukan = 1000 rpm [29]
3. Suhu Reaksi = 100 - 110 oC [29]
b. Variabel berubah :
1. Waktu Adsorpsi = 25, 30, 35, 40, 45 menit oC
2. Konsentrasi Biosorben = 0,5; 1; 1,5 % (b/b) dari CPO yang
digunakan
3. Karakteristik biosorben
1. Analisis Bilangan Iodin
2. Analisis Karakteristik Gugus Fungsi dengan Spektrofotometri FT-IR
3. Analisis luas pori dengan SEM (Scanning Electron Microscopy)

4.Analisis pada CPO (Crude Palm Oil)


1. Analisis Bilangan Peroksida

6
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIJI MANGGA SEBAGAI BIOSORBEN


Adsorpsi merupakan proses akumulasi sejumlah molekul (senyawa, ion,
maupun atom) yang terjadi pada batas antara dua fasa. Dua fasa itu bisa antara fasa
cair dengan fasa cair, fasa gas dengan fasa cair, fasa gas dengan fasa padat, atau fasa
cair dengan fasa padat [30]. Berdasarkan gaya yang bekerja, proses adsorpsi dibagi
menjadi dua, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia [31]. Dalam adsorpsi fisik
kekuatan ikatan antara molekul yang diadsorpsi dan permukaan sangat lemah, atau
tipe Van der Waals. Energi yang berasosiasi dengan ikatan tersebut relatif lemah.
Sebaliknya dalam adsorpsi kimia ikatan sangat berperan dan merupakan resultan dari
suatu transfer atau suatu penempatan elektron dalam reaksi antara adsorbat dan
adsorben [32]. Aktivasi kimia pada adsorben pada umumnya digunakan industri yang
umumnya lebih efisien dalam penghilangan impurities (kotoran) [31].
Penggunaan bahan-bahan biologis sebagai adsorben disebut sebagai biosorpsi.
Biosorpsi menunjukkan kemampuan biomassa untuk mengikat logam berat dari
dalam larutan melalui langkah-langkah metabolisme atau kimia-fisika [33], dan
termasuk penghilangan racun dari bahan-bahan yang berbahaya [34]. Proses
pengolahan ini dapat dilakukan di tempat, sehingga tidak diperlukan proses
pemindahan bahan yang akan diolah. Keuntungan lain dalam pemakaian biosorben
adalah bahan baku yang melimpah, murah, proses pengolahan yang efisien,
minimalisasi lumpur yang terbentuk, serta tidak adanya nutrisi tambahan dan proses
regenerasi [33].
Lebih lanjut Igwe dan Abia (2006) menyebutkan bahwa pada biosorben
umumnya mengandung β-D-glukosa berulang sebagai komponen utama dinding sel.
Gugus hidroksil polar selulosa inilah yang berperan dalam reaksi kimia dan mengikat
adsorbat dari larutan [34]. Modifikasi gugus fungsional dapat mengubah sifat-sifat
permukaan yang pada akhirnya akan mempengaruh kemampuan adsorpsi bahan.
Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya, biosorben dapat diaktivasi dengan
metode aktivasi kimia (menggunakan asam atau basa) atau aktivasi termal (dengan
pemanasan) [35]. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah distribusi

7
Universitas Sumatera Utara
ukuran partikel, sifat adsorben dan adsorbat, luas permukaan adsorben, pH, suhu,
konsentrasi awal, waktu kontak, dosis adsorben, dan lain-lain [28].
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan
Pakistan. Tanaman ini merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di daerah
beriklim kering. Varietas yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian di antaranya
adalah Arumanis 143, Golek 31, dan Manalagi 69. Ketiga varietas mangga tersebut
mampu banyak menghasilkan buah; daging buahnya tebal dan rasanya manis [12].
Menurut Muchiri, Mahungu dan Gituanja (2012), buah mangga menempati Posisi 2
sebagai tanaman tropis, dibawah pisang dalam hal produksi dan areal yang
digunakan [36]. Telah didokumentasikan dengan baik bahwa buah mangga
merupakan sumber penting dari mikronutrien, vitamin dan phytochemical lainnya.
Selain itu, buah-buahan mangga memberikan energi, diet serat, karbohidrat, protein,
lemak dan fenol [37].
Buah mangga (Mangifera indica L) mengandung asam amino, karbohidrat,
asam lemak, mineral, asam organik, protein, vitamin (A dan C) dan diet serat [38].
Ini adalah salah satu yang buah yang memiliki kepentingan obat untuk melawan beri-
beri, menyembuhkan penyakit bronkial dan kelelahan otak menyembuhkan, mental
depresi, membakar hati menggeluti dan insomnia [39].
Sebuah studi mengungkapkan bahwa biji mangga berkisar 20 - 60% dari berat
buah utuh, tergantung pada berbagai jenis mangga dan kernel dalam biji
mengandung 45 -75% dari berat seluruh biji [16].
Kernel biji mangga adalah sumber yang kaya akan karbohidrat, protein, lemak,
dan tannin [17]. Sejumlah peneliti telah meneliti kandungan kernel biji mangga.

8
Universitas Sumatera Utara
Adapun komposisi kimia dari biji mangga diberikan pada Tabel 2.1 .
Tabel 2.1 Komposisi Kernel Biji Mangga [17]
Konstituen %
Karbohidrat 69,22 - 79,78
Lemak 8,35 – 16,13
Protein 5,6 – 9,5
Abu 0,35 – 3,66
Serat 0,14 – 2,95

Biji mangga mengandung polisakarida yang memiliki gugus –OH sehingga


dapat digunakan sebagai adsorben. Karbohidrat adalah senyawa organik yang
termasuk dalam golongan senyawa polimer. Senyawa polimer ini terdiri dari
monomer berupa D-glukosa yang berikatan dengan glukosa membentuk 1,4’-β-D-
glukosa. Molekul-molekul selulosa seluruhnya membentuk linear dan mempunyai
kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen intramolekul dan
intermolekul. Ikatan hidrogen intramolekul terbentuk antara gugus-gugus –OH dari
unit-unit glukosa yang berdekatan dalam molekul selulosa yang sama. Ikatan
hidrogen antarmolekul terbentuk dari gugus –OH dari molekul selulosa yang
berdampingan. Berdasarkan struktur, biji mangga yang mengandung selulosa
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai adsorben karena
mengandung gugus hidroksil (–OH) yang dapat berinteraksi dengan komponen
adsorbat [20]. Ekstrak biji mangga mengandung polisakarida alami yang tersusun
atas D-galaktosa,D-glukosa dan D-xylosa yang merupakan flokulan alami. Flokulan
alamiterutama polisakarida, lebih ramah lingkungan bila dibandingkan dengan
koagulanorganik dan anorganik [40].
Biji mangga juga kaya akan tannin [18]. Berdasarkan pengamatan Rao (2005)
tannin yang dikandung dalam tanaman merupakan zat aktif yang menyebabkan
proses koagulasi, sedangkan polimer alami seperti pati berfungsi sebagai flokulan
[19]

9
Universitas Sumatera Utara
2.2 MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)
Saat ini, tanaman kelapa sawit telah berkembang kebanyakan di bagian barat
benua Afrika, Indonesia, Malaysia, dan akhir-akhir ini berkembang di Brazil dan
Kolombia. Pohon kelapa sawit dapat tumbuh hingga 20 meter tingginya dan
temperatur yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-27oC. Pohon kelapa
sawit membutuhkan iklim yang lembab dan minyaknya dapat diolah dari buahnya
pada saat pohon berumur 4 tahun dan dapat dipanen selama 40-50 tahun [3].
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil
minyak nabati yang dibutuhkan baik untuk dikonsumsi oleh manusia dan dapat juga
dijadikan bahan bakan minyak. Kebutuhan penggunaan minyak dan lemak dunia
semakin meningkat setiap tahun, sedangkan produksinya relatif masih kurang
dibanding dengan permintaan. Hal ini merupakan peluang yang baik untuk
komoditas kelapa sawit agar terus meningkatkan produksi dan luas penanamannya
untuk memenuhi permintaan konsumen [41].

Gambar 2.1 Penampang Buah Kelapa Sawit


[42]

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat menghasilkan dua jenis minyak, yaitu
minyak kelapa sawit yang berasal dari daging buah (mesocarp) dan minyak biji
kelapa sawit (kernel palm oil) dari biji buah kelapa sawit [43]. Minyak kelapa sawit
mentah (CPO) adalah minyak sayur yang kaya akan komponen minor yang
mengandung nutrisi [44].
Minyak kelapa sawit mentah (CPO) idealnya mengandung sekitar 600-1000
mg/kg tokoferol dan 500-700 mg/kg karotenoid, terutama α- dan β- karoten yang
jumlahnya lebih besar 90% dari total jumlah karoten [5]. Kandungan minyak kelapa

10
Universitas Sumatera Utara
sawit yang diperoleh dari minyak mesokarpa mengandung lebih kurang 44% asam
palmitik (C16:0), 5% asam stearik (C18:0), 39% asam oleik mono tak jenuh (C18:1)
dan 10% asam linoleik poli tak jenuh (C18:2) [45]. Minyak kelapa sawit,
mengandung sekitar 50% lemak jenuh dan 40% lemak tak jenuh [4].
Komposisi umum dari CPO diberikan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi Umum Minyak Sawit Kasar (CPO) [46]
Kelompok Komponen dalam Kelompok
Minyak - Trigliserida, Digliserida, Monogliserida
- Fosfolipida, Glikolipida, Lipoprotein
- Asam Lemak Bebas
Produk Teroksidasi - Peroksida, Aldehida, Keton, Furfural (dari
gula)
Non-Minyak (namun larut dalam - Karoten
minyak) - Tokoferol
- Squalane
- Sterol
Pengotor - Partikel Logam
- Ion Logam
- Kompleks Logam
Bahan yang Larut dalam Air - Air (moisture)
- Gliserol
- Pigmen Klorofil
- Fenol
- Gula (karbohidrat yang dapat larut)

Pengotor yang terdapat pada minyak akan menurunkan kualitas dan


mempengaruhi penampilan fisik, rasa, bau dan waktu simpan dari minyak, sehingga
harus dihilangkan melalui proses pemisahan secara fisika dan kimia [47]. Sementara
komposisi dari konstituen utama minyak sawit kasar diberikan pada Tabel 2.3.

11
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Komposisi dari Konstituen Utama Minyak Sawit Kasar (CPO) [3]
Konstituen Crude Palm Oil
Trigliserida, % 95
Asam Lemak Bebas (FFA), % 2-5
Red Color (5 ¼ “ Lovibond Cell) Orange Red
Moisture & Impurities, % 0,15-3,0
Bilangan Peroksida, (meq/kg) 1-5,0
Bilangan Anisidine, AV 2-6
β – karoten, ppm 500-700
Fosfor, ppm 10-20
Besi, ppm 4-10
Tokoferol, ppm 600-1000
Digliserida, % 2-6

CPO terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-
beda, antara 14 – 20 atom karbon. Dalam proses pembentukannya, trigliserida
merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-
asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
CPO berbentuk semi padat pada suhu ruang. CPO berwarna jingga karena
mengandung sekitar 500 – 700 ppm β - karoten dan merupakan bahan pangan dengan
sumber karoten alami terbesar. CPO juga mengandung sedikit air serta serat halus
yang berwarna kuning sampai merah yang menyebabkan CPO tidak dapat
dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan maupun non pangan.
Minyak terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam
lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi
pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,
yang umumnya mempunyai rantai hidrokarbon yang tidak bercabang panjang dan
panjang.
Proses hidrolisis akan menghasilkan asam lemak bebas, yaitu dari penguraian
lemak atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas. Kerusakan minyak atau lemak dapat juga diakibatkan oleh proses oksidasi,
yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak, yang
biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Selanjutnya
terurailah asam lemak disertai dengan hidroperokasida menjadi asam – asam lemak
bebas serta aldehid dan keton [48].

12
Universitas Sumatera Utara
O
||
H2C – OH HOOCR1 H2C – O – C – R1
| | | O
HC – OH + HOOCR2 ↔ HC – O – C – R2 + 3H2O
| | | O
H2C – OH HOOCR3 H2C – O – C – R1
Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air
Gambar 2.2 Reaksi Hidrolisis Lemak
[49]

Selain trigliserida terdapat juga senyawa non trigliserida dalam jumlah kecil.
Yang termasuk senyawa non trigliserida ini antara lain diglisrida, fosfatida,
karbohidrat, turunan karbohidrat, protein, dan bahan-bahan berlendir atau getah
(gum) serta zat-zat berwarna yang memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak
diinginkan. Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (biasanya disebut
dengan proses penyabunan) beberapa senyawa non trigliserida ini dapat dihilangkan,
kecuali beberapa senyawa yang disebut dengan senyawa yang tak tersabunkan [50]
Menurut Formo et al. (1979), tingginya kandungan air pada minyak kelapa sawit
disebabkan oleh aktivitas enzim, oleh karena itu kandungan air harus diturunkan
untuk menjaga kandungan asam lemak bebas tetap minimum [51].

2.3 PEMURNIAN CPO


Proses pemurnian merupakan tahap yang diperlukan dalam produksi minyak
dan lemak nabati. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan pengotor serta
komponen lain yang dapat mempengaruhi kualitas akhir produk. Kualitas akhir
produk yang perlu dipantau adalah rasa, stabilitas penyimpanan, dan warna [52].
Dalam industri, tujuan utama pemurnian adalah untuk mengubah minyak sawit
kasar menjadi minyak goreng berkualitas melalui penghilangan kotoran yang tidak
diperlukan ke batas yang diinginkan dengan perlakuan yang paling efisien.
Kehilangan (loss) komponen yang diinginkan dijaga seminimum mungkin dengan
biaya produksi yang efektif [53].

13
Universitas Sumatera Utara
Sangat penting memilih proses pemurnian yang sesuai untuk memproduksi
produk akhir dengan kualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Ada
dua jenis proses pemurnian yang umum dalam teknologi pengolahan minyak kelapa
sawit, yaitu pemurnian secara kimia (alkali) dan pemurnian secara fisika. Perbedaan
dasar keduanya adalah pada bahan kimia yang digunakan serta cara penghilangan
FFA (Free Fatty Acid).
Pemurnian secara fisika muncul pertama kali untuk menggantikan penggunaan
bahan kimia (alkali) dalam pemurnian minyak yang disebabkan oleh tingginya
kandungan FFA pada minyak yang dimurnikan secara kimia. Tahap proses
deasidifikasi (deodorisasi) pada pemurnian secara fisika dapat mengatasi masalah
tersebut. Selain itu, menurut literatur, metode pemurnian secara fisika lebih disukai
karena dianggap lebih cocok untuk minyak nabati dengan kandungan fosfatida
rendah, seperti minyak kelapa sawit. Dengan demikian, pemurnian secara fisika
terbukti memiliki efisiensi yang lebih tinggi, kerugian yang lebih sedikit (faktor
pemurnian (RF) < 1,3), dan biaya operasi yang lebih rendah [54]. Faktor pemurnian
(RF) adalah parameter yang digunakan untuk menilai efisiensi dari setiap tahap
proses pemurnian. Faktor ini tergantung pada yield produk dan kualitas bahan yang
digunakan [52]. Faktor ini dihitung sebagai berikut :
% oil loss
RF = [52]
% FFA

Proses pemurnian minyak nabati pada umumnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: a)
proses pemisahan gum (degumming), b) proses pemisahan asam lemak bebas
(netralisasi) dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi
lainnya sehingga terbentuk sabun, c) proses pemucatan (bleaching) yang merupakan
proses penghilangan komponen warna coklat seperti karotenoid & tokoferol, dan d)
proses penghilangan bau (deodorisasi) yang merupakan proses penghilangan asam
lemak bebas dan komponen penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton dan
senyawa hasil oksidasi lemak lainnya [55].
Adapun kualitas yang hendak dicapai dari pemurnian CPO menjadi RBDP
Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) atau minyak goreng sawit menurut
Standar Nasional Indonesia diberikan pada Tabel 2.4.

14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Standar Mutu CPO dan RBDP Olein menurut SNI [56]
Parameter CPO RBDP Olein
Warna (Lovibond 5 ¼ “ cell) Jingga kemerah – merahan Maks. 5,0/50
Kadar Air dan Kotoran (M&I), % Maks. 0,5 Maks. 0,1
Asam Lemak Bebas (sebagai Maks 0,5 Maks. 0,3
asam palmitat), %

Sedangkan standar mutu yang umum digunakan pada skala internasional untuk
minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil), yang telah dihilangkan
getah dan warnanya atau DBPO (Degummed Bleached Palm Oil), serta yang telah
dimurnikan seluruhnya atau RBDPO (Refined Vleached Deodorized Palm Oil)
diberikan pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Standar Mutu Umum dari CPO, DBPO, dan RBDPO [57]
Parameter CPO DBPO RBDPO
FFA (sebagai palmitat), % 2–5 3–5 ~ 0,05
M&I, % 0,15 – 3,0 ~ 0,2 ~ 0,02
Warna (5 ¼ Lovibond Cell) - - Merah 2,0
Fosfatida, ppm 10 – 18 ~4 ~3
β – karoten, ppm 500 – 600 - -
DOBI 2 – 3,5 - -
PV, meq/kg 1,5 – 5,0 Nil Nil
Besi (Fe), ppm 4 – 10 ~ 0,15 ~ 0,15
Tembaga (Cu), ppm ~ 0,05 ~ 0,05 ~ 0,05
AV 2–6 2–6 ~ 2,0

2.3.1 Degumming CPO


Degumming adalah proses pemisahan gum, yaitu proses pemisahan getah atau
lendir yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin [6].
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah
pemanasan, penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl) atau basa (NaOH),
pemisahan gum dengan cara hidrasi dan pemisahan gum dengan menggunakan
garam seperti natrium klorida serta natrium fosfat [7]. Kandungan utama dari gum
yang harus dihilangkan adalah fosfatida, karena keberadaannya dapat memberikan
bau dan warna yang tidak diinginkan, serta umur penyimpanan yang singkat [3].
Proses degumming dibedakan menjadi water degumming, dry degumming,
enzymatic degumming, membrane degumming, dan acid degumming [58]. Penelitian
ini mempelajari acid degumming CPO dengan asam fosfat. Acid degumming CPO

15
Universitas Sumatera Utara
dengan asam fosfat dimaksudkan untuk memisahkan fosfatida yang merupakan
sumber rasa dan warna yang tidak diinginkan [3]. Senyawa fosfatida dalam minyak
terdiri dari dua macam yaitu fosfatida hydratable dan fosfatida non hydratable.
Fosfatida hydratable mudah dipisahkan dengan penambahan air pada suhu rendah
sekitar 400 oC. Penambahan air ini mengakibatkan fosfolipid akan kehilangan sifat
lipofiliknya dan berubah sifat menjadi lipofobik sehingga mudah dipisahkan dari
minyak [58].

2.3.2 Bleaching CPO


Bleaching merupakan penghilangan warna dan agen pengoksidasi, sisa-sisa
gum, sabun, dan trace metals dengan mencampurkan minyak dengan adsorbent
khusus atau biasa dikenal sebagai bleaching earth [3]
Proses pemucatan (bleaching) dimaksudkan untuk mengurangi
ataumenghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalamminyak mentah, baik yang terlarut
ataupunyang terdispersi. Warna minyak mentah dapatberasal dari warna bawaan
minyak ataupunwarna yang timbul pada proses pengolahan. biasa terdapat di dalam
minyak mentah ialah karotenoid yang berwarna merah atau kuning, klorofil dan
turunannya yang berwarna hijau. Jenis pemucatan yang biasanya digunakan adalah
proses bleaching dengan adsorpsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (adsorben)
yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang
terdapat dalam minyak mentah. Di samping menyerap zat warna, adsorben juga
dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin.
Adsorben yang paling banyak digunakan dalam proses pemucatan minyak dan lemak
adalah tanah pemucat (bleaching earth) dan arang (carbon). Arang sangat efektif
dalam menghilangkan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya
terlalu mahal, dalam pemakaiannya biasa dicampur dengan tanah pemucat dengan
jumlah yang disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang akan dipucatkan [59].

16
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar
fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau
adsorben. Ditinjau dari bahan yang teradsorpsi dan bahan pengadsorben adalah dua
fasa yang berbeda, oleb sebab itu dalam peristiwa adsorpsi, meteri teradsorpsi akan
terkumpul antar muka kedua fasa tersebut.
Peristiwa adsorpsi pada prinsipnya adalah netralisasi gaya tarik yang keluar
dari suatu permukaan. Gaya tarik antar molekul pada permukaan dan dengan yang
berada pada bahagian dalam suatu material adalah tidak sama. Molekul pada
permukaan cenderung menarik molekul disekitarnya, maka molekul pada permukaan
akan saling terikat lebih kuat satu sama lain, dan dapat menekan molekul dibawah
permukaan, sehingga muncullah pengertian tegangan permukaan.
Pendapat tentang mekanisme adsorpsi zat warna pada proses pemucatan
minyak kelapa sawit masih terdapat kesimpang siuran, sebagian pendapat bahwa
gejala tersebut adalah peristiwa kimia dan yang lain menyatakan hal itu adalah
peristiwa fisika, akan tetapi disimpulkan sebagai affinitas/permukaan terhadap
substrat. Pada adsorpsi fisika terjadi proses cepat dan setimbang (reversibel)
sedangkan adsorpsi kimia berlangsung lambat tetapi ireversibel. Perbedaan antara
adsorpsi kimia dengan adsorpsi fisika kadang-kadang tidak jelas dan banyak prinsip-
prinsip adsorpsi fisika berlaku juga pada adsorpsi kimia.Gaya-gaya yang terlibat
pada proses adsorpsi antara lain gaya tarik Van der Walls yang non polar,
pembentukan ion hidrogen, gaya penukaran ion dan pembentukan ikatan kovalen.
Ada dua bentuk adsorpsi yaitu:
1. Adsorpsi positif, yaitu penyerapan substart yang tidak diinginkan sehingga
bahan relatif tidak mengandung substart tersebut.
2. Adsorpsi negatif, yaitu proses penyerapan pelarut dari substart yang tidak
diinginkan Dalam hal ini pelarutannya yang dipisahkan dari substart yang tidak
diinginkan cara ini jarang dilakukan karena dianggap tidak efektif.
Pemucatan minyak kelapa sawit dengan menggunakan adsorben berbentuk
adsorpsi positif. Bahan pemucat umum digunakan adalah tanah list montmorillonit
yang diaktifkan [60].

17
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Proses
Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama lebih kurang 4 bulan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN


3.2.1 Bahan
Pada penelitian ini bahan-bahan yang digunakan antara lain:
1. Minyak kelapa sawit (CPO)
2. Biji Mangga
3. Asam Klorida (HCL) 3 N
4. Aquadest
5. Indikator Amilum
6. Asam Asetat (CH3COOH)
7. Kloroform (CHCl3)
8. Iodin (I2)
9. Larutan Iodium 0,1 N
10. Kalium Bromida (KBr)
11. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
12. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N
13. Kalium Iodida (KI)

3.2.2 Peralatan
Pada penelitian ini peralatan yang digunakan anatara lain:
1. Vacuum erlenmeyer
2. Pompa vakum
3. Corong buncher 110 mm
4. Spektrofotometer FTIR

18

Universitas Sumatera Utara


5. Termometer
6. Hot plate dan magnetic stirrer
7. Kertas Whatman No.1
8. Beaker glass
9. Tabung reaksi
10. Erlenmeyer
11. Corong gelas
12. Gabus
13. Oven
14. Desikator
15. Gelas ukur
16. Satu set alat titrasi
17. Ayakan 140 mesh
18. Ball mill
19. Stopwatch
20. Timbangan digital
21. Cawan porselen

3.3 PROSEDUR PENELITIAN


3.3.1 Pembuatan Adsorben Biji Mangga
Berikut ini adalah prosedur pembuatan biji mangga [21].
1. Biji mangga dicuci dengan air lalu dikeringkan di bawah sinar matahari
2. Biji mangga dihaluskan hingga berbentuk serbuk berukuran 140 mesh.
3. Serbuk biji mangga diaktifkan dengan larutan asam klorida (HCl) 3 N rasio 1:1
dan dipanaskan selama 2 jam pada suhu 70oC, lalu didinginkan.
4. Setelah dingin, dilanjutkan dengan pencucian beberapa kali menggunakan
aquadest untuk menghilangkan pengotor terlarut.
5. Adsorben dimasukkan ke dalam oven selama dua jam pada suhu 90 oC.
6. Prosedur diulangi untuk rasio adsorben : asam klorida 1:2, 1:3, dan 1:4 serta
suhu oven 100, 110, 120, 130, dan 140 oC.

19

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Proses Adsorpsi
Berikut ini adalah prosedur proses Adsorpsi [61].
1. Timbang 100 gram sampel CPO dan masukkan ke dalam beaker glass.
2. CPO dipanaskan di atas hot plate hingga suhu 90 oC sambil diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer hingga homogen.
3. Tambahkan adsorben mangga dengan dosis 0,5% (b/b) dari CPO yang
digunakan dan pertahankan temperatur hingga suhu 100 – 110 oC selama 25
menit.
4. Saring dengan segera minyak tersebut dengan corong buchner dan kertas
saring Whatman No.1 dalam kondisi vakum.
5. Amati residu yang terdapat pada kertas saring.
6. Amati warna bleach oil yang diperoleh dan bandingkan dengan warna pada
CPO yang digunakan.
7. Ulangi percobaan untuk variasi waktu reaksi 30, 35, 40 dan 45 menit, variasi
dosis penambahan mangga 1% dan 1,5% (b/b) dari CPO yang digunakan.

3.4 PROSEDUR ANALISIS


3.4.1 Analisis Bilangan Iodin pada Adsorben
Berikut ini adalah prosedur analisis bilangan iodine pada adsorben [62].
1. Timbang 1 gram adsorben dan keringkan pada suhu 110 oC selama 3 jam.
2. Lakukan pendinginan dalam desikator.
3. Selanjutnya tambahkan 50 ml larutan iod 0,1 N dan diaduk dengan magnetic
stirer selama 15 menit.
4. Saring dan diambil sebanyak 10 ml filtrat. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1
N sampai warna kuning berkurang.
5. Selanjutnya tambahkan beberapa tetes indikator amilum 1% dan dititrasi
kembali sampai larutan tidak berwarna
6. Catat volume Na2S2O3 0,1 N yang terpakai. Titrasi juga dilakukan untuk
larutan blanko.
VxN1
mg 10-
N2
Bilangan Iodin ( g ) = x W1 xFp
W2

20

Universitas Sumatera Utara


Dimana,
V = volume natrium tiosulfat yang diperlukan (ml)
N1 = normalitas natrium tiosulfat (N)
N2 = normalitas iodin (0,1 N)
W1 = jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N
(12,69 mg/ml)
W2 = massa sampel (g)
Fp = faktor pengenceran (5)

3.4.2 Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO


Berikut ini adalah prosedur analisis bilangan peroksida pada minyak CPO [24]
1. Timbang 10 gram minyak ke dalam erlenmeyer 250 ml dan tambahkan 30 ml
lautan asam asetat – kloroform 3 : 2.
2. Aduk agar minyak larut, kemudian tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI.
3. Didiamkan selama 1 menit sambil digoyang dan tambahkan 30 ml aquadest
secepat.
4. Tambahkan 0,5 ml larutan kanji dan titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N
secara perlahan dan dengan pengocokan yang kuat. Titrasi hingga warna
kuning hampir hilang dan lanjutkan titrasi warna biru tepat hilang.
5. Untuk setiap jenis sampel, dilakukan titrasi blanko dengan cara dan perlakuan
yang samaseperti sampel, titrasi blanko harus tidak lebih dari 0,1 ml larutan
natrium tiosulfat 0,01 N.
6. Nilai bilangan peroksida dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
(S – B) x N x 1000
Bilangan Peroksida, meq/kg=
W
Dimana : N = normalitas Na2S2O3
B = volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai dalam titrasi blanko
S = volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai dalam titrasi sampel
W = berat sampel dalam gram

21

Universitas Sumatera Utara


3.5 FLOWCHART PENELITIAN
3.5.1 Pembuatan Biosorben Biji Mangga
Alur proses pembuatan biosorben biji mangga dapat digambarkan melalui
flowchart pada Gambar 3.1.
Mulai

Biji mangga dicuci dengan air dan


dikeringkan di bawah sinar matahari

Biji mangga dihaluskan hingga berbentuk serbuk


berukuran 140 mesh

Diaktifkan dengan larutan asam klorida (HCl) 3 N


rasio 1:1 (b/v)

Dipanaskan selama 2 jam pada suhu 70 oC

Didinginkan pada suhu ruangan

Dicuci dengan aquadest

Dipanaskan di dalam oven selama 2 jam pada


suhu 110 oC

Ulangi percobaan untuk rasio


adsorben dan suhu oven yang lain

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Biosorben Biji Mangga

22

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Proses Adsorpsi CPO (Crude Palm Oil)
Alur proses adsorpsi CPO atau yang disebut proses degumming dan bleaching
dapat digambarkan melalui flowchart pada Gambar 3.2.

Mulai

Timbang 100 gram sampel CPO


dan masukkan ke dalam beaker
glass
Dipanaskan di atas hot plate hingga suhu 90 oC sambil diaduk
dengan menggunakan magnetic stirrer hingga homogen

Tambahkan adsorben biji mangga dengan dosis


0,5% (b/b) dari CPO yang digunakan

Naikkan temperatur hingga suhu


105 oC selama 25 menit

Saring dengan segera minyak tersebut dengan corong buncher


dan kertas saring Whatman No.1 dalam kondisi vakum

Amati residu yang terdapat pada kertas saring dan


bandingkan dengan warna pada CPO yang digunakan

Ulangi percobaan untuk


variasi yang lain

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Utama

23

Universitas Sumatera Utara


3.5.3 Analisis Bilangan Iodin pada Biosorben
Alur proses Analisis bilangan iodin Biosorben dapat digambarkan melalui
flowchart pada Gambar 3.3.
Mulai

Keringkan 1 gram adsorben pada suhu 110 oC


selama 3 jam

Didinginkan di dalam desikator

Tambahkan 50 ml larutan iod 0,1 N dan aduk


dengan magnetic stirer selama 15 menit

Saring dan ambil sebanyak 10 ml filtrat

Titrasi dengan larutan Na2S2O30,1 N

Apakahwarna kuning Tidak


pada larutan berkurang?

Ya
Tambahkan beberapa tetes indikator amilum 1%

Titrasi dengan larutan Na2S2O30,1 N

Tidak
Apakahlarutan menjadi
tidak berwarna?

Catat volume Na2S2O3 0,1 N yang terpakai dan titrasi blanko

24

Universitas Sumatera Utara


Selesai
Gambar 3.3 Flowchart Analisis Bilangan Iodin pada Adsorben

3.5. 4 Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO


Alur proses Analisis bilangan peroksida pada minyak dapat digambarkan
melalui flowchartpada Gambar 3.4.
Mulai

Timbang 10 gram minyak ke dalam Erlenmeyer 250


ml

Tambahkan 30 ml larutan asam asetat – kloroform 3 : 2

Aduk minyak dan tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI

Didiamkan selama 1 menit sambil digoyang dan


tambahkan 30 ml aquadest secepatnya

Tambahkan 0,5 ml larutan kanji

Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,01 N


secara perlahan dan kocok dengan kuat

Apakah warna kuning Tidak


pada larutan hilang?

Ya

Tidak Apakah warna kuning


pada larutan hilang?

Ya
Catat volume titar yang digunakan
dan lakukan Analisis duplo

Selesai
25

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.4 Flowchart Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak CPO

26

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PEMBUATAN BIOSORBEN DARI BIJI MANGGA ARUM MANIS


Pada penelitian ini, biosorben dari bahan baku biji mangga Arum Manis
(Mangifera indica L) diaktivasi secara kimia menggunakan aktivator asam klorida
o
(HCl) 3 N pada suhu 70 C selama 2 jam dengan memvariasikan rasio
konsenterasi biosorben : asam klorida (b/v) sebesar 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4.
Kemudian biosorben yang telah mengalami aktivasi kimia dioptimasi dengan
memvariasikan suhu pemanasan di dalam oven sebesar 90, 100, 110, 120, 130,
dan 140 oC [28].

4.1.1 Pengaruh Suhu Pemanasan dan Rasio Biosorben : Asam Klorida (b/v)
terhadap Bilangan Iodin Biosorben
Pada penelitian ini dilakukan analisa bilangan iodin terhadap biosorben (mg
I2/g biosorben), baik sebelum ataupun setelah mengalami proses aktivasi.
Bilangan iodin sebelum diaktivasi adalah 469,37 mg/g. Sedangkan untuk melihat
pengaruh suhu pemanasan terhadap bilangan iodin setelah diaktivasi pada
berbagai rasio konsenterasi biosorben : asam klorida (b/v) dapat dilihat pada
grafik-grafik di bawah ini.

750 800
Bilangan Iodin (mg/g)

Bilangan Iodin (mg/g)

700 750
650 700
650
600
600
550 550
500 500
450 450
90 100 110 120 130 140 90 100 110 120 130 140
Temperatur Aktivasi (°C) Temperatur Aktivasi (°C)

(a) (b)

26
Universitas Sumatera Utara
900 900

Bilangan Iodin (mg/g)

Bilangan Iodin (mg/g)


850 850
800 800
750 750
700 700
650 650
600 600
550 550
500 500
450 450
90 100 110 120 130 140 90 100 110 120 130 140
Temperatur Aktivasi (°C) Temperatur Aktivasi (°C)
(c) (d)
Gambar 4.1 Pengaruh Variasi Suhu Pemanasan Terhadap Bilangan Iodin Pada
Berbagai Rasio Konsenterasi Biosorben : HCl (b/v) (a)1:1; (b)1:2; (c)1:3; (d)1:4

Pada Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bilangan iodin biosorben yang telah
diaktivasi mengalami peningkatan hingga suhu 110 oC. Tetapi suhu di atas 110
o
C, bilangan iodin mulai cenderung menurun seiring dengan meningkatnya suhu
pemanasan untuk semua rasio biosorben : HCl 3N (b/v). Hal ini dapat terjadi
karena beberapa kemungkinan. Pertama, perlakuan biosorben untuk semua rasio
tersebut pada suhu lebih dari 110 oC akan memperluas area pori-pori pada
biosorben tapi di sisi lain dapat mengakibatkan kerusakan [23]. Kedua, pada rasio
tersebut dengan suhu lebih 110 oC telah terjadi cracking yang menyebabkan
berkurangnya mesopori dan mikropori biosorben [65].
Berdasarkan teori, keunggulan dari aktivasi kimiawi dibandingkan aktivasi
fisik yaitu waktu perlakuan yang lebih singkat dan suhu yang lebih rendah
diperoleh luas permukaan adsorpsi yang lebih besar dan penambahan mikropori
[64]. Suhu modifikasi adsorben yang semakin tinggi akan meningkatkan laju
reaksi pengurangan pengotor dan senyawa volatil yang mengisi pori-pori adsorben
sehingga mengoptimalkan pembentukan pori aktif. Namun, pemanasan berlebihan
pada suhu di atas 110 oC (overheat) akan memberikan hasil yang buruk karena
berdampak pada pengurangan mesopori dan mikropori [65]. Konsentrasi aktivator
yang terlalu rendah menyebabkan tidak sempurnanya pembentukan situs aktif,
sebaliknya rasio aktivator yang terlalu besar akan menyebabkan rusaknya struktur
adsorben [66]. Volume aktivator yang terlalu banyak dapat menghilangkan sifat

27
Universitas Sumatera Utara
aktif adsorben karena kerusakan yang diakibatkan oleh pelarutan dan pecahnya
pori adsorben [67]
Menurut standar karbon aktif SNI 06-3730-1995, bilangan iodin minimal
adalah 750 mg/g. Setelah dibandingkan teori dan hasil yang diperoleh dari
penelitian, dapat dilihat bahwa kualitas biosorben telah memenuhi SNI dengan
kondisi yang paling baik untuk menghasilkan biosorben dari biji mangga jenis
Arum Manis pada bilangan iod tertinggi (803,7987 mg/g) adalah pada rasio
biosorben : HCl 3N 1: 4 (g/mL) dan pada suhu pemanasan 110 oC.

28
Universitas Sumatera Utara
4.2 KARAKTERISTIK GUGUS FUNGSI PADA BIOSORBEN BIJI
MANGGA ARUM MANIS DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR
4.2.1 Gugus Fungsi dengan Spektrofotometri FT-IR
Biosorben sebelum diaktivasi, biosorben yang memiliki bilangan iodin
paling besar, serta biosorben yang telah terpakai (spent adsorbent) untuk
mengadsorpsi kandungan pada CPO selanjutnya dikarakterisasi gugus-gugus
fungsinya dengan spektofotometri FTIR. Gugus-gugus yang terdapat pada
biosorben dapat disimpulkan dengan membandingkannya dengan literatur, yaitu
tabel korelasi IR [67]. Adapun hasil yang diperoleh diberikan pada Gambar 4.4,
4.5 dan 4.6 berikut.

Gambar 4.1 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Adsorben Biji Asam Jawa
Sebelum Diaktivasi

532,35 cm-1 : gugus C-Br (alkil halida) 1535,34 cm-1 : gugus NO2 (senyawa nitro)
702,09 cm-1 : gugus C-H (alkena aromatik) 2144,84 cm-1 : gugus –C-C (alkuna)
1010,70 cm-1 : gugus C-O (asam karboksilat) 2862,36 cm-1 : gugus C-H (alkena)
1153,43 cm-1 : gugus C-N (amina) 3367,1cm-1 : gugus O-H (alkohol)

Gambar 4.2 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum


Manis Sebelum Diaktivasi

29
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Adsorben Biji Asam Jawa
Setelah Diaktivasi

883,40 cm-1 : gugus C-H (alkena aromatik) 1743,65 cm-1 : gugus C=O (karbonil)
1041,56 cm-1 : gugus C-N (amina) 2148,70 cm-1 : gugus –C-C (alkuna)
1103,28 cm-1 : gugus C-O (ester) 2924,09 cm-1 : gugus C-H (alkena)
1523,76 cm-1 : gugus NO2 (senyawa nitro) 3348,42 cm-1 : gugus O-H (alkohol)
Gambar 4.3 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum
Manis Setelah Diaktivasi

720,81 cm-1 : gugus C-H (alkena aromatik) 1741,76 cm-1 : gugus C=O (karbonil ketonik)
1171,33 cm-1 : gugus C-O (asam karboksilat) 2126,19 cm-1 : gugus –CO- (aldehid)
1195,73 cm-1 : gugus C-O (ester) 3005,03 cm-1 : gugus N-H (amina)
1609,51 cm-1 : gugus C-H (metil) 3319,47 cm-1 : gugus O-H (alkohol)

Gambar 4.4 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum


Manis yang Telah Terpakai Mengadsorpsi

30
Universitas Sumatera Utara
Struktur molekul dari biji mangga jenis Arum Manis sebelum aktivasi dan
setelah aktivasi pada kondisi rasio biosorben : HCl 3N adalah 1: 4 (g/mL) pada
suhu pemanasan 110 oC ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan 4.3. Spektrum
gelombang FT-IR dari sampel sebelum dan sesudah aktivasi tercatat di kisaran
4000-500 cm-1. Perbedaan yang terjadi di wilayah ikatan hidrogen antar molekul
(1000-2100 cm-1).
Dari Gambar 4.2 dan 4.3 dapat dilihat bahwa biosorben biji mangga Arum
Manis sebelum dan setelah aktivasi memiliki spektrum gelombang yang hampir
sama. Namun, dari hasil analisis FT-IR biji mangga jenis Arum Manis setelah
aktivasi dapat dilihat terdapat puncak yang terbentuk pada panjang gelombang
1743,65 cm-1. Panjang gelombang ini menunjukkan adanya ikatan C=O
(karbonil) yang menandakan bahwa biosorben membentuk zat aktif karbon.
Selanjutnya, dalam aktivasi asam terjadi penukaran kation mineral dengan
ion H+ yang menyebabkan perubahan adsorben menjadi negatif dan
meningkatkan kapasitas adsorpsi. Selain itu, pertukaran ion ini akan
meningkatkan luas permukaan adsorben [35].
Untuk perbedaan pada biosorben biji mangga Arum Manis setelah diaktivasi
dan setelah dikontakkan dengan CPO, dapat dilihat ada beberapa gugus fungsi
yang terikat pada biosorben setelah pengontakkan. Pada bilangan gelombang
1195,73 cm-1 terdapat ikatan C-O yang merupakan senyawa ester. Pada bilangan
gelombang 1171,33 cm-1 terdapat ikatan C-O berupa senyawa asam karboksilat.
Pada bilangan gelombang 1741,76 cm-1 terdapat ikatan C=O yang merupakan
ikatan karbonil keton. Pada bilangan gelombang 2126,19 cm-1 terdapat ikatan –
CO- yang merupakan aldehid. Pada bilanggan gelombang 3319,47 cm-1 terdapat
ikatan O-H yang merupakan senyawa alkohol.
. Kerusakan minyak atau lemak dapat juga diakibatkan oleh proses oksidasi,
yaitu terjadinya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak, yang
biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Selanjutnya
terurailah asam lemak disertai dengan hidroperokasida menjadi asam – asam
lemak bebas serta aldehid dan keton [48].
. Dari hasil spektofotometri FTIR pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa
adsorben menyerap gugus ester, asam karboksilat, aldehid, dan keton yang

31
Universitas Sumatera Utara
merupakan penyebab utama kerusakan pada minyak kelapa sawit. Oleh karena itu
dapat dilihat bahwa biosorben dari biji mangga Arum Manis dapat mengadsorpsi
pengotor terutama kandungan peroksida dari minyak kelapa sawit.

4.3 KARAKTERISTIK MORFOLOGI PERMUKAAN BIOSORBEN BIJI


MANGGA ARUM MANIS DENGAN SCANNING ELECTRON
MICROSCOPE (SEM) DAN EDS (ENERGY DISPERSIVE X-RAY
SPECTROSCOPY)
Pada penelitian yang telah dilakukan, biosorben biji mangga Arum Manis
dianalisis dengan SEM untuk mengetahui pori permukaan biosorben. Analisis
dilakukan pada biosorben sebelum diaktivasi, biosorben yang memiliki bilangan
iodin tertinggi dan biosorben yang telah terpakai (spent adsorbent) untuk
mengadsorpsi kandungan peroksida pada CPO. Hasilnya diberikan pada gambar
4.5 dan 4.6 berikut.

(a) (b)
Gambar 4.5 Hasil SEM untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis dengan
Perbesaran 500x
(a) Sebelum Diaktivasi (b) Setelah Diaktivasi

32
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Hasil SEM untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis yang telah
Terpakai untuk Mengadsorpsi dengan Perbesaran 500x

cps/eV

600

500

400

O
C

300

200

100

0
0 2 4 6 8 10 12 14
keV

Gambar 4.7 Hasil Pengujian EDS untuk Biosorben Biji Mangga Arum Manis
yang telah Digunakan untuk Mengadsorpsi dengan Perbesaran 500x

Berdasarkan gambar 4.5 terlihat perbedaan morfologi permukaan dari


biosorben biji mangga sebelum dan sesudah aktivasi. Pada biosorben biji mangga
sebelum aktivasi terlihat bahwa pori-pori biosorben masih banyak mengandung
pengotor dan ukurannya kecil (pori belum terbuka). Pada biosorben biji mangga
setelah aktivasi dapat dilihat bahwa permukaan biosorben mempunyai distribusi

33
Universitas Sumatera Utara
pori-pori yang lebih banyak dan rongga pori yang lebih banyak dibanding dengan
biosorben sebelum diaktivasi. Hal ini disebabkan aktivator (HCl) mampu
melarutkan pengotor sehingga pori pori lebih banyak terbentuk dan kemampuan
penjerapan adsorbat oleh biosorben biji mangga Arum Manis menjadi lebih
maksimal [70]
Setelah mengadsorspi kandungan peroksida pada CPO, biosorben biji
mangga setelah diaktivasi juga dianalisis menggunakan SEM. Tujuannya untuk
mengetahui perubahan struktur permukaan pada biosorben [71]. Pada gambar 4.6
dapat dilihat bahwa permukaan biosorben biji mangga Arum Manis setelah
adsorpsi mengalami kerapatan pori (terlihat lebih padat), sehingga diduga
biosorben telah berhasil menjerap pengotor dan kandungan peroksida pada CPO.
Pada proses tersebut terdapat interaksi fisika antara biosorben dengan kandungan
peroksida pada CPO, yaitu gaya dipol-dipol [71].
Pengujian karakterisasi biosorben biji mangga arum manis melalui EDS
dapat dilihat pada gambar 4.7 terlihat bahwa bisosorben mengandung unsur
karbon dan oksida yang kemudian membentuk ikatan C=O (karbonil). Kandungan
karbon pada biosorben sebesar 73,97 % dan Oksida sebesar 26,03%. Besarnya
kandungan karbon pada ikatan karbonil ini menyebabkan biosorben membentuk
zat aktif karbon.

34
Universitas Sumatera Utara
4.4 ADSORPSI PEROKSIDA PADA CPO
4.4.1 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Bilangan Peroksida Minyak Kelapa
Sawit pada Konsenterasi Biosorben Tertentu
Bilangan peroksida awal minyak kelapa sawit adalah 6,573 meq/kg minyak.
Hasil adsorpsi penurunan bilangan peroksida dapat digambarkan melalui grafik
pada Gambar 4.8, 4.9, 4.10 di bawah ini.

6
Bilangan Peroksida

5,5
5
(meq/kq)

4,5
4
3,5 0,5%
3
2,5
25 30 35 40 45
Waktu (menit)

Gambar 4.8 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 0,5%

Untuk penambahan konsenterasi biosorben biji mangga Arum Manis


sebesar 0,5 % bilangan peroksida dalam minyak mengalami penurunan seiring
bertambahnya waktu kontak hingga 35 menit, yaitu sebesar 3,21 meq/kg. Pada
waktu kontak di atas 35 menit, bilangan peroksida mengalami peningkatan hingga
sebesar 4,5 meq/kg .

5,5
Bilangan Peroksida

5
4,5
(meq/kg)

4
3,5 1%
3
2,5
25 30 35 40 45
Waktu (menit)

Gambar 4.9 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 1%

35
Universitas Sumatera Utara
Untuk penambahan konsenterasi biosorben biji manga Arum Manis sebesar
1,0 % bilangan peroksida dalam minyak mengalami penurunan seiring
bertambahnya waktu kontak hingga 30 menit, yaitu sebesar 3,39 meq/kg. Pada
waktu kontak di atas 30 menit, bilangan peroksida mengalami peningkatan
hingga sebesar 5,13 meq/kg

6,000
Bilangan Peroksida (meq/kg)

5,500
5,000
4,500
4,000
1,5%
3,500
3,000
2,500
25 30 35 40 45
Waktu (menit)

Gambar 4.10 Grafik Penurunan Bilangan Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada
Konsenterasi Biosorben 1,5%

Untuk penambahan biosorben 1,5 % dalam minyak pada waktu 25 menit,


bilangan Peroksida dalam minyak menurun menjadi 4,358 meq/kg. Pada waktu
kontak di atas 25 menit, bilangan peroksida mengalami peningkatan seiring
bertambahnya waktu hingga sebanyak 5,7 meq/kg.
Dari Gambar 4.8, 4.9, 4.10, dapat dilihat bahwa penurunan bilangan
peroksida yang dihasilkan berfluktuasi. Pada dosis biosorben 1,5% bilangan
peroksida mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya waktu, hal ini dapat
disebabkan karena permukaan pori biosorben lebih banyak menyerap zat pengotor
yang lain, seperti asam lemak bebas (FFA). dan kemudian ditambah dengan
pemanasan sehingga mengakibatkan meningkatnya bilangan peroksida. Hal ini
juga terjadi pada dosis 0,5 % dan 1% pada waktu kontak lebih dari 35 menit dan
30 menit terdapat kenaikan bilangan peroksida.
Secara teori, bilangan peroksida adalah banyaknya miliekuivalen peroksida
dalam 1000 gram lemak. Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh
dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida

36
Universitas Sumatera Utara
[48]. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin lama
waktu kontak adsorpsi tidak meningkatkan kemampuan daya jerap biosorben biji
mangga Arum Manis dan terjadi proses desorpsi. Desorpsi terjadi akibat
permukaan adsorben yang telah jenuh, pada keadaan jenuh laju adsorpsi menjadi
berkurang. Berdasarkan hasil ini, diduga mekanisme adsorpsi didominasi oleh
adsorpsi fisika [72]. Proses adsorpsi antara peroksida dengan adsorben
dikarenakan adanya perbedaan energi potensial antara permukaan adsorben dan
zat yang terserap, baik itu melibatkan gaya fisika atau kimia. Adsorpsi fisika
melibatkan gaya antar molekul (gaya Van der Waals atau melalui ikatan
hidrogen). Sifat adsorpsi fisika adalah revesible, yaitu dapat balik atau dilepaskan
kembali dengan adanya penurunan konsentrasi larutan [24].
Interaksi antara peroksida dengan biosorben biji mangga Arum Manis dalam
penelitian ini dimungkinkan terjadi adsorpsi secara fisika karena setiap partikel-
partikel adsorbat yang mendekati ke permukaan adsorben melalui gaya van der
waals atau ikatan hidrogen, hal ini dikarenakan adanya perbedaan energi potensial
antara permukaan biosorben dan adsorbat.
Selain itu, hasil yang berfluktuasi disebabkan karena semakin lama waktu
pemanasan minyak kelapa sawit menyebabkan perubahan struktur asam lemak
yang menyebabkan terbentuknya peroksida [3]. Standar untuk bilangan peroksida
pada CPO adalah 1,5 – 5 meq/kg [57].
Dari hasil penelitian, pada waktu kontak 35 menit dengan
dosis biosorben 0,5% memberikan hasil bilangan peroksida yang
paling optimum, sebesar 3,21 meq/kg minyak. Hal ini telah
memberikan hasil adsorpsi yang optimal dan telah memenuhi standar
bilangan peroksida pada CPO, yaitu 1,5 – 5 meq/kg.

37
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Kapasitas Adsorpsi Bilangan
Peroksida Minyak Kelapa Sawit pada Konsenterasi Biosorben Tertentu
Hubungan antara waktu kontak dengan kapasitas adsorpsi adalah fluktuatif
dan bervariasi untuk semua rasio konsenterasi biosorben.

0,8
0,7
Kapasitas Adsorpsi

0,6
0,5
0,4 0,5%
0,3 1%
0,2 1,5%
0,1
0
25 30 35 40 45
Waktu (menit)

Gambar 4.11 Grafik Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kapasitas Adsorpsi pada
Konsenterasi Biosorben Tertentu.

Pada gambar 4.11 dapat dilihat untuk kapasitas adsorpsi yang paling besar
berada pada rasio konseterasi biosorben 0,5% dan waktu selama 35 menit, yaitu
sebesar 0,6726 meq/kg. Sementara untuk kapasitas adsorpsi yang paling kecil
berada pada rasio konseterasi biosorben 1,5% dan waktu selama 45 menit yaitu
sebesar 0,0582 meq/kg
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin lama
waktu kontak adsorpsi tidak meningkatkan kapasitas adsorpsi biosorben biji
mangga Arum Manis. Setelah kapasitas adsorpsi telah mencapai titik optimum
untuk semua rasio konesenterasi biosorben, maka akan mengalami penurunan
kapasitas adsorpsi akibat terjadinya adsorpsi. Desorpsi terjadi akibat permukaan
adsorben yang telah jenuh, pada keadaan jenuh laju adsorpsi menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil ini, diduga mekanisme adsorpsi didominasi oleh adsorpsi fisika
[72]. Proses adsorpsi antara peroksida dengan adsorben dikarenakan adanya
perbedaan energi potensial antara permukaan adsorben dan zat yang terserap, baik
itu melibatkan gaya fisika atau kimia. Adsorpsi fisika melibatkan gaya antar
molekul (gaya Van der Waals atau melalui ikatan hidrogen). Sifat adsorpsi fisika

38
Universitas Sumatera Utara
adalah revesible, yaitu dapat balik atau dilepaskan kembali dengan adanya
penurunan konsentrasi larutan
Kapasitas adsorpsi yang terbaik adalah pada konsenterasi biosorben 0,5%
dan waktu kontak 35 menit yaitu sebesar 0,6726 meq/kg. Waktu kontak yang
lebih lama tidak memberikan hasil yang signifikan, sehingga dengan
pertimbangan ekonomi dan efisiensi waktu maka dapat digunakan
waktu yang lebih singkat

4.5 MODEL ISOTERM ADSORPSI


Penentuan model isoterm adsorpsi bertujuan untuk mengetahui proses
distribusi antara fasa cair dan padatan adsorben yang merupakan ukuran dari
posisi keseimbangan dalam proses adsorpsi dan menemukan korelasi yang sesuai
untuk data kesetimbangan dalam desain sistem adsorpsi yang dinyatakan dengan
model isoterm Langmuir dan Freundlich [73].

100
0,5 %
y = 48,716x - 185,42
80 R² = 0,9778 1%
1,5%
60 Linear (0,5 %)
Ce/qe

y = 14,253x - 39,701 Linear (1%)


40 R² = 0,9588 Linear (1,5%)

20
y = 4,7432x - 10,83
R² = 0,9791
0
3 3,5 4 4,5 5 5,5 6
Ce
Gambar 4.12 Kurva Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Konsenterasi Biosorben
0,5% 1%, dan 1,5%

39
Universitas Sumatera Utara
0,00
0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8
0,5%
1%
y = -1,4364x + 0,5666
-0,50 1,5%
R² = 0,9839
Linear (0,5%)
Log qe

Linear (1%)
y = -1,9098x + 0,5388
R² = 0,9749 Linear (1,5%)
-1,00 Linear (1,5%)
y = -3,404x + 1,3572
R² = 0,9923

-1,50
Log Ce
Gambar 4.13 Kurva Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Konsenterasi Biosorben
0,5% 1%, dan 1,5%

Dari persamaan linier yang diperoleh maka dilakukan perhitungan untuk


memperoleh nilai konstanta untuk masing-masing model adsorpsi. Nilai
konstanta-konstanta yang diperoleh untuk model isoterm Langmuir dan
Freundlich pada proses adsorpsi bilangan peroksida ditampilkan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Nilai Konstanta untuk Model Isoterm Langmuir dan Freundlich
Model
Parameter 0,5% 1% 1,5%
Isoterm
Langmuir Persamaan y = 4,7432x - 10,83 y = 14,253x - 39,781 y = 48,716x – 185, 42
2
R 0,9791 0,9588 0,9778
qm (meq/kg) 0,2108 0,0702 0,0205
KL -0,4380 -0,3590 -0,2627

Freundlich Persamaan y = -1,4364x + 0,5666 y = -1,9098 + 0,5388 y = -3,404x + 1,3572


R2 0,9839 0,749 0,9923
KF 3,6864 3,4578 22,7615
n -0,6962 -0,5236 -0,2938

Pada gambar 4.12 pengujian persamaan isotermal adsorpsi Langmuir


dengan grafik linierisasi mempunyai koefisien korelasi masing-masing 0,9791;
0,9588; dan 0,9778. Sedangkan pada gambar 4.13 pengujian persamaan isotermal
adsorpsi Freundlich dengan grafik linierisasi mempunyai koefisien korelasi
masing-masing 0,9839; 0,749; dan 0,9923.

40
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat Model isoterm Langmuir untuk adsorpsi
bilangan peroksida pada konsenterasi 1,5% menghasilkan nilai R2 sebesar 0,9778.
Pada konsenterasi yang sama, diperoleh kesesuaian data yang lebih baik untuk
model isoterm Freundlich dengan nilai R2 sebesai 0,9923. Nilai R2 yang paling
mendekati nilai 1 adalah model isoterm Freundlich.
Proses adsorpsi yang mengukuti model isoterm Freundlich melibatkan
asumsi bahwa permukaan pori dari biosorben berbeda-beda atau heterogen. Model
Isoterm Freundlich juga didasarkan pada asumsi terdapat distribusi ukuran pori
pada adsorben dan berlaku untuk lebih dari satu lapisan permukaan (multilayer)
yang teradsorpsi oleh biosorben [74]. Konstanta n pada model isoterm Freundlich
menunjukkan indeks efisiensi adsorpsi atau kebutuhan energi yang diperlukan
dalam melakukan proses adsorpsi.

41
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bilangan iodin biosorben biji mangga Arum Manis yang paling besar adalah
803,7987 mg/g yang diperoleh pada aktivasi dengan suhu 110 oC dan rasio
biosorben : asam klorida (b:v) 1:4.
2. Dari hasil spektofotometri FTIR sebelum dan sesudah aktivasi biosorben,
biosorben setelah aktivasi terdapat ikatan C=O yang menandakan bahwa
biosorben membentuk zat aktif karbon.
3. Dari hasil pengujian SEM (Scanning Electron Microsope), permukaan
biosorben setelah aktivasi mempunyai distribusi rongga pori yang lebih
banyak dibanding dengan biosorben sebelum diaktivasi dan pada saat
setelah adsorpsi mengalami kerapatan pori (terlihat lebih padat),
menandakan biosorben telah berhasil menjerap pengotor dan kandungan
peroksida pada CPO.
4. Dari hasil pengujian EDS (Energy Dispersive X-Ray), kandungan karbon
pada biosorben sebesar 73,97 % dan Oksida sebesar 26,03%. Besarnya
kandungan karbon pada ikatan karbonil ini menyebabkan biosorben
membentuk zat aktif karbon.
5. Adsorpsi terbaik terhadap penurunan bilangan peroksida diperoleh pada
dosis adsorben 0,5% dari berat minyak kelapa sawit dengan waktu kontak
35 menit, yaitu 3,21 meq/kg minyak. Hasil ini telah memenuhi standar
bilangan peroksida pada minyak kelapa sawit, yaitu berkisar 1,5 - 5 meq/kg.

5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya, yaitu:
1. Dilakukan analisa Moisture and Impurities dan analisa logam pada minyak
untuk mengetahui kemampuannya mengadsorb pengotor dalam minyak.

42

Universitas Sumatera Utara


2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik
adsorben seperti diameter pori dan porositas untuk menambah informasi
tentang karakteristik biosorben dan kesesuaian standar biosorben komersial
dan SNI.
3. Dilakukan uji perbandingan dengan biosorben dengan bahan baku, ukuran,
rasio, dan waktu yang sama, namun diaktivasi dengan cara karbonisasi
untuk mengetahui perbedaan kapasitas adsorpsinya.
4. Dilakukan perlakuan tambahan pada sisa biosorben (spenth earth) dimana
digunakan kembali untuk mengadsorpsi bilangan peroksida pada minyak
kelapa sawit sehingga dapat bernilai lebih tinggi.

43
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Departemen Perindustrian, “Roadmap Industri Pengolahan CPO”,


Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia Departemen Perindustrian,
2009.
[2] Erna, J., “Produksi CPO AALI 2013 Tumbuh 4,2%”, Diakses 15 Januari
2014.http://www.sindonews.com/
[3] Morad, Noor Azian., Mustafa Kamal Abd Aziz., and Rohani binti Mohd
Zin., “Process Design in Degumming and Bleaching of Palm Oil”, Research
Centre of Lipids Engineering and Applied Research (CLEAR), Universiti
Teknologi Malaysia, Vote No. 74198, 2006.
[4] Ogwu, F.M., Odo M., and Osborne O.,“The Quality of Locally Processed
Palm Oil from Ebonyi and Enugu States. Proceedings of the 26th Annual
NIFST Conference, 4th-8th Nov. 2012: 47-48.Oilmill Machinery
Suppliers.com, 2012.
[5] Goh, S.H., Choo, Y.M. and Ong, S.H. Mineral constituents of palm oils, J.
Am. Oil Chem. Soc., Vol. 62, 237 – 240, 1985.
[6] Lin, S., Akoh, C C., and Reynolds, A E.,“The Recovery of Used Frying Oil
with Various Adsorbent”,Journal Food Lipids, Vol. 5, 1 – 16, 1998.
[7] Sumarna, Deny., “Keuntungan Proses Wet Degumming Dibanding Dry
Degumming pada Pemurnian Minyak Sawit Kasar”, Jurnal Teknologi
Pertanian, Vol. 2, No.1, 37 – 42, 2007.
[8] Wei, Puah Chiew, Choo Yuen May, Ma Ah Ngan, and Chuah Cheng Hock.
“Deguuming and Bleaching : Effect on Selected Constituent of Palm Oil”,
Journal of Oil Palm Research, Vol. 16, No. 2, 57 – 63, 2004
[9] Shahidi, Foreidoon, “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”, Sixth Edition
Volume 2 Edible Oil and Fat Products : Edible Oils, New Jersey : Jhon
Wiley & Sons, Inc, 2005
[10] Idoko, O., Bwai M. D., Emmanuel S. A., dan Thomas S. A, “Effect of
Bleaching and Degumming on The Physicochemical Properties and
Antioxidant Activity of Palm Oil”. Research Journal in Engineering and
Applied Sciences 2(5) 343-345. 2013

44
Universitas Sumatera Utara
[11] Ritonga, Ramdani., “Penentuan Bilangan Peroksida pada Minyak Inti
Kelapa Sawit (CPKO) di PT. Ecogreen Oleochemicals”, Karya Ilmiah,
Universitas Sumatera Utara, 2010.
[12] World Agroforesty Center, “Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera
indica), Balai Penelitian Tanah dan Pembangunan Pertanian, Bogor, 2008
[13] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, “Informasi Komoditas
Hortikultura Mangga” 2013
[14] Meireles, C S, G. Rodrigues-Filho, M.F. Ferreira Jr., D.A. Cerqueira,
R.M.N, “Characterization of Asymmetric Membranes of Cellulos Acetate
from Biomass: Newspaper and Mango Seed, Carbohydrate. 80 954-961,
2010.
[15] Alencar, Wagnes S, Elie Acayanka, Eder C. Lima, Betina Royer, Felipe E.
de Souza, “Application of Mangifera indica (mango) Seeds as a Biosorbent
for Removal of Orange 3R dye from Aqueous solution and study of the
Biosorption Mechanism” Chemical Engineering Journal 209 (2012) 577-
588. 2012
[16] Maishuthisakul, Pitchaon and Michael H. Gordon, “Characterization and
storage stability of the extract of Thai mango (Mangifera indica Linn.
Cultivar Chok-Anan) seed kernels” J Foof Sci Technol,2009
[17] Dhingra S, Kapoor AC, “Acceptability of Mango Seed Kernel Flour in
Conventional Food Items” Indian Journal of Agriculture Science, 55: 550-
558, 1985
[18] Legesse, Messey Birkneh and Shimelis Admassu Emire, “Functional and
Physicochemical Properties of Mango Seed Kernels and Wheat Flour and
Their Blends for Biscuit Production” Journal of Food and Technology
(ISSN: 2141-5455) Vol. 3(9). 2012
[19] Rao, Nilanjana, “Use of Plant Material as Natural Coagulants for Treatment
of Water”, Diakses 8 September 2015 dari Visionriviewpoint
http://www.visionriviewpoint.com/article.asp?articleid=48. 2007

45
Universitas Sumatera Utara
[20] Puspita, Yohanna Vinia Dewi, Mohammad Shodiq Ibnu and Surjani
Wonorahardjo,“Karakterisasi dan Uji Kemampuan Serbuk Ampas Kelapa
Asetat sebagai Adsorben Belerang Dioksida (SO2)”,Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Negeri Malang, 2013
[21] Davila-Jimenez, Martin M, Maria P. Elizade-Gonzalles, Virginia
Hernandez-Montoya,” Performance of Mango Seed Adsorbents in the
Adsorpstion of Antharaquinone and Azo Acid dyes in Single and Binary
Aqueous Solutions” Biosource Technology 100 (2009) 6199-6206, 2009
[22] Kumar, K.V and Kumaran A, “Removal of Methylene Blue by Mango Seed
Kernel Powder” Biochemical Engineering Journal. 27, 83-93, 2005.
[23] Siburian, Agus Mangiring, Agnes Sartika Doharma Pardede, Setiaty Pandia,
“Pemanfaatan Adsorben dari Biji Asam Jawa untuk Menurunkan Bilangan
Peroksida pada CPO (Crude Palm Oil). Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara. 2014
[24] Aisyah, Siti., Eny Yulianti dan Ghanaim Fasya, “Penurunan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleaching Minyak
Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong Buah Kelor (Moringa Olievera
Lamk) dengan Aktivasi NaCl “ ALCHEMY, Vol. 1, No. 2, 93 – 103, 2010
[25] Tanjaya, Ailen., Sudono, Nani Indrasawati, dan Suryadi Ismadji.,
“Pembuatan Bleaching Earth dari Bentonit Pacitan dengan Aktivasi Asam :
Karakterisasi dan Kemampuan Bleaching” Jurnal Teknik Kimia Indonesia,
Vol. 5, No. 2, 429 – 434, 2006
[26] EPC Agro Industri, “Teknoogi Proses Pengolahan Minyak Goreng Sawit
Secara Kimia”, 2014
[27] Enrico, Bernard. 2008. Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica)
sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses Penjernihan Limbah Cair
Industri Tahu. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan
[28] Shanti, S. and T. Mahalakshmi., “Studies on the Removal of Malachite
Green and Methylene Blue Dyes from Aqueous Solutions of Their Binary
Mixyure by Adsorption Over Commercial Activated Carbon and Tamarind
Kernel Powder”, International Journal of Research in Pharmacy and
Chemistry, ISSN: 2231-2781, Vol.2, No.2, 289-298, 2012.

46
Universitas Sumatera Utara
[29] Abdullah, Yudhistira Abdi Atmanegara, and Radna Nurmasari “Optimasi
Pemucatan CPO Menggunakan Arang Aktif dan Bentonit”, Jurnal Ilmu
Dasar, Vol. 11, No. 2, 124-128, 2010
[30] Azmiyawati, Choiril. “Kajian Kinetika Adsorpso Mg(II) pada Silika Gel
Termodifikasi Gugus Sulfonat”. Jurusan Kimia, Fakultas FMIPA,
Universitas Dipenogoro, Semarang, 2006.
[31] Siew, Wai Lin, and Cheah Kien Yoo, “Adsorption Isotherms for Removal
of iron, Copper, Phosphorous and Oxidation Products from Crude Palm Oil
Using Natural and Acid-Activated Clays” , Journal of Oil Palm Research,
vol. 19, page 356 – 363, 2007.
[32] Laksono, Endang Widjajanti, “Analisis Daya Adsorpsi Suatu Adsorben”
Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. 2002
[33] Ashraf, MA., Maah, MJ., dan Yusoff, I., “Study of Banana peel (Musa
sapientum) as a Cationic Biosorben”,American-Eurasian J. Agric &
Environ. Sci,Vol. 8(1): 7-17, 2010
[34] Igwe, JC., dan Abia, AA., “A Bioseparation Process for Removing Heavy
Metals from Waste Water Using Biosorbents”,African Journal of
Biotechnology, 5(12): 1167-1179, 2006
[35] Rajeshkannan, R., M. Rajasimman., dan N. Rajamohan, “Decolourization of
Malachite Green Using Tamarind Seed : Optimazation, Isotherm and
Kinetic Studies “, Chemical Industry & Chemical Engineering Quarterly,
Vol. 17, No. 1, 67 – 79, 2011.
[36] Muchiri, Daniel., Mahungu Symon and Gituanja Simon, “Studies on Mango
(Mangifera indica. L) Kernel Fat of Some Kenyan Varieties in Meru”,
Journal of the American Oil Chemists' Society (JAOCS);Sep2 012, Vol. 89
Issue 9, p1567, 2012
[37] Tharanathan RN, HM Yashoda and TN Prabha, “Mango (Mangifera indica
L) The King of Fruits” Food Interantional. Vol.22. 2006
[38] Okpala, L.C and Gibson-Umeh, G.I, “Physicochemical Properties of Mango
Seed Flour” Nigerian Food Journal. Vol. 31. No. 1 2013

47
Universitas Sumatera Utara
[39] Jahurul, M.H.A, I.S.M Zaidul, and Kashif Ghafoor, “ Mango (Mangifera
indica L) by-products and Their Valuable Components” Food Chemistry
Journal. 2015
[40] Mishra, A. and Bajpai, M., “Flocculation Behaviour of Model Textile
Wastewater Treated with Food Grade Polysaccharide”,J Hazard, Mat,
B118, 213-217, 2005.
[41] Faturrahman. “Perbandingan Komposisi Asam Lemak Kelapa Sawit (Elaeis
gueimeemsis Jacq) Hasil Transformasi Genetik” Fakultas Pertanian,
Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2013
[42] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013, “Kelapa Sawit dan
Olahannya” IPTC Hamburg.
[43] Gunstone, Frank D., 2004, “The Chemistry of Oils and Fats”, UK: Blackwel
Publishing Ltd.
[44] Puah, C. W., Choo Y. M., Ma, A. N., and Chuah, C.,“Deguming and
Bleaching: Effect on Selected Constituents of Palm Oil”,Journal of Oil
Palm Research,Vol., 16, No.2,57 – 63, 2004.
[45] Bockish, M., “Fats and Oils Handbook”, AOCS Press, 1998
[46] Azis, Abdul A., “The Effect of CPO Quality Parameters (FFA, M&I, IV,
PV, AV , DOBI and Colour) on the Refinery Production Efficiency”,
Proceedings of the 2000 National Seminar on Palm Oil Milling, Refining
Technology, Quality and Environment,79-88, 2000.
[47] Zufarov, Oybek., Štefan Schmidt., and Stanislav Sekretár., “Degumming of
Rapeseed and Sunflower Oils”, Acta Chimica Slovaca, Vol. 1, No. 1, 321 –
328, 2008.
[48] Ketaren, S., 2005, “Minyak dan Lemak Pangan”, Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
[49] Prakoso, Tirto, Sarastri Cintya Hapsari, Pilandari Lembono, Tatang H.
Soerawidjaja. “Sintesis Trigliserida Rantai Menengah Melalui
Transesterifikasi gliserol dan Asam - Asam Lemaknya” Program Studi
Teknik Kimia. Institut Teknologi Bandung, 2006
[50] Jacobsberg, B., “Palm Oil Characteristics and Quality”, Proceedings of First
MARDI Workshop on Oil Palm Technology, Kuala Lumpur, 1974.

48
Universitas Sumatera Utara
[51] Formo M.W., Jungermann E., Norris F.A., and Sonntag N.O., 1979,
“Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”, John Wiley & Sons Inc.
[52] Leong W. L., “The Refining and Fractionation of Palm Oil”, Palm Oil Mill
Engineers-Executives Training Course 14th Semester 1, PORIM, 1992.
[53] Borner, G., Hollien J., and Schneider M, “Practical Experiences with
Countercurrent Bleaching Process”, Proceedings of the 1999 PORIM
International Palm Oil Congress (Chemistry and Technology),52-59, 1999.
[54] Yusoff M.S.A., Thiagarajan T., “Refining and Downstreaming Processing
of Palm and Palm Kernel Oil”, Selected Readings on Palm Oil and Its Uses,
150-174, 1993.
[55] Copeland, D. and Maurice, B.W., “VegetableOil Refining”, U.S. Patent
6844458, 2005.
[56] Badan Standardisasi Nasional, “Minyak Goreng Sawit”, SNI 7709:2012,
2012.
[57] Er, K L.,“Quality Control Laboratories in Refineries”, Proceedings of
Workshop on Quality in the Palm Oil Industry, August 2-3 1985, Kuala
Lumpur, 203-208, 1985.
[58] Dijkstra, A.J. and Opstal, M.V., “Process forProducing Degummed
Vegetable Oils and Gums ofHigh Phospholipidic Acid Content, U.S.
Patent4.698.185, 1987.
[59] Sahertian, Dece Elisabeth dan Haryono Semangun., “Pemucatan Warna
(Bleaching) pada Minyak Sawit Mentah”, Mikoriza: Bios-Majalah Ilmiah
Semipopuler, Vol. 5, No.2, 41-43, 2011.
[60] Pasaribu, Nurhida., “Minyak Buah Kelapa Sawit”, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2004
[61] AOCS, 1993, “Official Methods and Recommended Practices of the
AOCS”, 4th Edition, American Oil Chemists Society, Champaign, USA.
[62] Badan Standarisasi Nasional Indonesia “Gondorukhem, Analisis Bilangan
Iod ” 2001

49
Universitas Sumatera Utara
[63] Hermanto, Sandra, Anna Muawanah, dan Rizkina Harahap, “Profil dan
Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan Babi) Hasil Analisa FTIR
dan GCMS”, Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013
[64] Abedi, Mohammad. and Zaker Bahreini., “Preparation of Carbonaceous
Adsorbent from plant of Calotropis Gigantea by Thermo-Chemical
Activation Process and its Adsorption Behavior for Removal of Methylene
Blue”, World Applied Sciences Journal, 11(3): 263 – 268, 2010
[65] Xin, H., J. Liu, F. Fan, Z. Feng, G. Jia, Q. Yang, dan C. Li. “Mesoporous
Ferrosilicates with High Content of Isolated Iron Species Synthesized in
Mild Buffer Solution and Their Catalytic Application. Microporous and
Mesoporous Materials, Vol. 113, 231-239, 2008
[66] Yang, Ralph T., 2003, “Adsorbents: Fundamentals and Applications”, New
Jersey: John Wiley & Sons Inc, Pp. 92
[67] Louise, B. 2002. “Adsorption of Chromium (VI) by a Low-Cost Adsorbent,
Chemosphere, Vol. 30. No. 1, 561-578.
[68] Hargis, L. G. 1988. Analytical Chemistry. New Jersey: Printice Hall
[69] Skoog, D. A., Holler F. J., dan Nieman T. A. 1998. Principles of
Instrumental Analysis. Edisi ke 5. Orlando: Hourcourt Brace
[70] Verlina, Wa Ode Veby Verlina, Abdul Wahid Wahab, Maming, “Potensi
Arang Aktif Tempurung Kelapa sebagai Adsorben Emisi Gas CO, NO, dan
Nox pada Kendaraan Bermotor”, Jurusan Kimia Universitas Negeri
Makassar, 2013
[71] Puspita, Yohanna Vinia Dewi, Mohammad Shodiq Ibnu, Surjani
Wonorahardjo, “Karakterisasi Dan Uji Kemampuan Serbuk Ampas Kelapa
Asetat Sebagai Adsorben Belerang Dioksida (SO2)”, Jurusan Kimia
Universitas Negeri Malang. 2015
[72] Handayani, Kurnia. And Yusnimar, “Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit
dan Suhu Adsorpsi Terhadap Daya Jerap Bentonit dan Aplikasinya pada
Bleaching CPO”, Jurnal Teknobiologi, IV(2): 117 – 121, ISSN: 2087 –
5428, 2013

50
Universitas Sumatera Utara
[73] A.L, Ahmad, C.Y, Chan, S.R, Abd Shukor, dan M. D, Mashitah , “Adsorption
Kinetics and Thermodynamics of β-Carotene On Silica – Based Adsorbent,”
Chemical Engineering Journal, 148 (2009), 378-384.
[74] Putranto Aditiya, dan Stephanie Angelina, 2014, “Pemodelan Perpindahan
Massa Adsorpsi Zat Warna Pada Florisisl dan Silica Gel dengan
Homogeneous and Heterogeneous Surface Diffusion Model”, Perjanjian No:
III/LPPM/2013-03/02-P.

51
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A
DATA PENELITIAN

A.1 BILANGAN IODIN BIOSORBEN BIJI MANGGA ARUM MANIS


Dari modifikasi biosorben dari biji mangga Arum Manis (Mangifera indica
L) diaktivasi secara kimia dengan aktivator asam klorida (HCl) 3 N pada suhu 70
o
C dan dioptimasi dengan memvariasikan rasio adsorben : asam klorida (b:v)
sebesar 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4, serta suhu pemanasan di dalam oven sebesar 90,
100, 110, 120, 130, dan 140 oC diperoleh bilangan iodin masing-masing adsorben
seperti pada Tabel A.1 di bawah ini. Bilangan iodin biji mangga Arum Manis
sebelum diaktivasi adalah 469,37 mg/g.
Tabel A.1. Bilangan Iodin Biosorben Biji Mangga Arum Manis untuk Setiap
Variasi (mg/g)
Rasio biosorben : Asam Klorida (HCl) 3N (b/v)
Suhu (°C) 1:1 1:2 1:3 1:4
90 581,1213 592,7687 611,5623 628,1487
100 583,2428 628,8913 645,7611 672,6081
110 695,2703 783,8314 800,7239 803,7987
120 583,6892 577,3379 621,7973 609,0946
130 501,1218 520,1758 526,5271 570,9866
140 488,4191 494,7704 513,8244 526,5271

52
Universitas Sumatera Utara
A.2 KARAKTERISASI GUGUS FUNGSI PADA BIJI MANGGA ARUM
MANIS DENGAN SPEKTROFOTOMETRI IR
Biosorben yang terbentuk dan memiliki bilangan iodin paling besar
selanjutnya dikarakterisasi gugus-gugus fungsinya dengan spektofotometri FTIR.
Begitu pula dengan biosorben yang telah terpakai (spent adsorbent) untuk
mengadsorpsi CPO. Adapun hasil yang diperoleh diberikan pada Gambar A.1 -
A.3 berikut.

532,35 cm-1 : gugus C-Br (alkil halida) 1535,34 cm-1 : gugus NO2 (senyawa nitro)
702,09 cm -1
: gugus
Gambar C-HHasil
L1.1 (alkena aromatik) 2144,84
Spektrofotometri FTIR Biosorben –C-C
cm-1 : gugusBiji (alkuna)Arum
Mangga
-1
1010,70 cm : gugus C-O (asam karboksilat) 2862,36 cm-1 : gugus C-H (alkena)
Manis Sebelum Diaktivasi
1153,43 cm-1 : gugus C-N (amina) 3367,1cm-1 : gugus O-H (alkohol)

Gambar A.1 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Biosorben Biji Mangga Arum
Manis Sebelum Diaktivasi

53
Universitas Sumatera Utara
883,40 cm-1 : gugus C-H (alkena aromatik) 1743,65 cm-1 : gugus C=O (karbonil)
1041,56 cm-1 : gugus C-N (amina) 2148,70 cm-1 : gugus –C-C (alkuna)
1103,28 cm-1 : gugus C-O (ester) 2924,09 cm-1 : gugus C-H (alkena)
1523,76 cm-1 : gugus NO2 (senyawa nitro) 3348,42 cm-1 : gugus O-H (alkohol)

Gambar A.2 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Biosorben Biji Mangga Arum
Manis Setelah Diaktivasi

Gambar L1.3 Hasil Spektrofotometri FTIR untuk Adsorben Biji Asam Jawa yang
Telah Terpakai untuk Adsorpsi

720,81 cm-1 : gugus C-H (alkena aromatik) 1741,76 cm-1 : gugus C=O (karbonil ketonik)
1171,33 cm-1 : gugus C-O (asam karboksilat) 2126,19 cm-1 : gugus –CO- (aldehid)
1195,73 cm-1 : gugus C-O (ester) 3005,03 cm-1 : gugus C-H (alkena)
1609,51 cm-1 : gugus N-H (amina) 3319,47 cm-1 : gugus O-H (alkohol)

Gambar A.3 Hasil Spektrofotometri FTIR Biosorben Biji Mangga Arum


Manis yang Telah Terpakai Mengadsorpsi

54
Universitas Sumatera Utara
A.3 BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK KELAPA SAWIT
Kandungan bilangan peroksida sebelum dilakukan proses adsorpsi dengan
biosorben adalah sebesar 6,573 meq/kg minyak, sedangkan bilangan peroksida
setelah dilakukan proses adsorpsi diberikan pada Tabel A.2 berikut.
Tabel A.2 Hasil Adsorpsi Bilangan Peroksida pada Minyak Kelapa Sawit (meq/kg
minyak)

Dosis Adsorben Waktu (menit)


(%) 25 30 35 40 45
0,5 4 3,51 3,21 3,673 4,5
1,0 3,77 3,39 3,837 4,55 5,13
1,5 4,358 4,43 4,55 5,478 5,7

A.4 PERSENTASE ADSORPSI


Data - data yang diperoleh untuk menentukan hasil persentase adsorpsi
untuk semua rasio konsenterasi biosorben dan waktu adsorpsi ditunjukkan pada
Tabel A.3
Tabel A.3 Hasil Persentase Adsorpsi untuk Semua Rasio Biosorben dan Waktu
Adsorpsi

Konsenterasi Persentase Adsorpsi (%)


Biosorben (%) 25 menit 30 menit 35 menit 40 menit 45 menit

0,5 39,145 46,600 51,164 44,120 31,538


1 42,644 48,425 41,731 30,777 21,953
1,5 33,6 32,603 30,777 16,659 13,282

55
Universitas Sumatera Utara
A.5 KAPASITAS ADSORPSI
Data - data yang diperoleh untuk menentukan hasil kapasitas adsorpsi untuk
semua rasio konsenterasi biosorben dan waktu adsorpsi ditunjukkan pada Tabel
A.4
Tabel A.4 Hasil Kapasitas Adsorpsi untuk Semua Rasio Biosorben dan Waktu
Adsorpsi

Konsenterasi Kapasitas Adsorpsi (meq/gram)


Biosorben (%) 25 menit 30 menit 35 menit 40 menit 45 menit

0,5 0,5146 0,6126 0,6726 0,580 0,4146


1 0,2803 0,3183 0,2743 0,2023 0,1443
1,5 0,1477 0,1429 0,1349 0,0730 0,5082

A.4 ISOTERM ADSORPSI


Data - data yang diperoleh untuk menentukan kesesuaian data dengan kedua
model isoterm tersebut ditunjukkan pada Tabel A.5 sampai A.7
Tabel A.5 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 0,5%
Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
Ce Ce/qe Log Ce Log qe
4 7,7730 0,6021 -0,2885
3,51 5,7297 0,5453 -0,2128
3,21 4,7725 0,5065 -0,1722
3,673 6,3328 0,5650 -0,2366
4,5 10,8538 0,6532 -0,3824

Tabel A.6 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 1%


Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
Ce Ce/qe Log Ce Log qe
3,77 13,449 0,5763 -0,5524
3,39 10,6503 0,5302 -0,4972
3,83 13,9628 0,5832 -0,5618
4,55 22,4913 0,6580 -0,6940
5,13 35,5509 0,7101 -0,8407

56
Universitas Sumatera Utara
Tabel A.7 Isoterm Adsorpsi pada Konsenterasi Biosorben 1,5%
Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
Ce Ce/qe Log Ce Log qe
4,358 29,5124 0,6393 -0,8307
4,43 31,0079 0,6464 -0,8451
4,55 33,7370 0,6580 -0,8701
5,478 75,0411 0,7386 -1,1367
5,7 97,9381 0,7559 -1,2351

57
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 PERHITUNGAN BILANGAN IODIN BIOSORBEN


VxN1
mg 10-
N2
Bilangan Iodin ( g ) = x W1 xFp (ASTM,1999)
W2

Dimana,
V = volume natrium tiosulfat yang diperlukan (ml)
N1 = normalitas natrium tiosulfat (N)
N2 = normalitas iodin (0,1 N)
W1 = jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N
(12,69 mg/ml)
W2 = massa sampel (g)
Fp = faktor pengenceran (5)

Misalnya untuk adsorben hasil modifikasi pada suhu 110 oC dan rasio
adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:4, diketahui :
V = 6,0 ml
V blanko = 4,6
N1 = 0,1001 N
W2 =1g
Maka :
(4,6-6)x 0,1001
mg 10- 0,1
Bilangan Iodin ( ) = x 12,69 x 5
g 1
= 803,7987 mg/g

B.2 PERHITUNGAN KANDUNGAN BILANGAN PEROKSIDA


(S – B) x N x 1000
Bilangan Peroksida (meq/kg) =
W
Ket : N = normalitas Na2S2O3
B = volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai dalam titrasi blanko
S = volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai dalam titrasi sampel

57

Universitas Sumatera Utara


W = berat sampel dalam gram
(Badan Standardisasi Nasional, 2006).
Misalnya perhitungan untuk kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit
yang diadsorpsi pada waktu 35 menit dengan dosis adsorben 0,5 % diketahui:
N = 0,01 N
B = 1 ml
S = 4,21 ml
W = 10 gram
Maka,
(4,21 – 1) x 0,01 x 1000
Bilangan peroksida (meq/kg) = 10

= 3,21

B.3 PERSENTASE ADSORPSI DAN KAPASITAS ADSORPSI


Persentase adsorpsi dihitung menggunakan Persamaan LB.1. Data yang
akan diolah adalah seperti yang tertera pada Tabel A.5 sampai A.7. Persentase
adsorpsi bilangan peroksida untuk konsenterasi biosorben 0,5% waktu 35 menit
adalah sebagai berikut:

Co-Ce
% Adsorpsi = x 100% …(LB.1)
Co
Diketahui: Co = 6,573 mg/L

Ce = 3,21 mg/L
Maka :
6,573 meq/Kg - 3,21 meq/Kg
% Adsorpsi = x 100%
6,573 meq/Kg

= 51,16 %

Persamaan LB.2 digunakan untuk menghitung bilangan peroksida yang


diadsorpsi oleh biosorben. Maka untuk contoh perhitungan bilangan peroksida
diadsorpsi oleh biosorben, jumlah biosorben sebesar 0,5 gram, berat CPO sebesar
100 gram, pada bilangan peroksida awal sebesar 6,573 meq/Kg, bilangan
peroksida akhir sebesar 3,21 meq/Kg.

58

Universitas Sumatera Utara


Co-Ce
W= xW/1000 …(LB.2)
m
Diketahui : Co = 6,573 meq/Kg
Ce = 3,21 meq/Kg
W = 100 gr
m = 0,5 gram

Maka :
6,573 meq/Kg - 3,21 meq/Kg
W= x 100 /1000
0,5 gram

= 0,6726 meq /gram

B.4 PERHITUNGAN ISOTERM ADSORPSI


 Model Isoterm Langmuir
Berdasarkan data pada Tabel LA.3 – LB.5 maka dibuat grafik hubungan Ce
vs Ce/qe dengan slope adalah 1/qm dan instersep adalah 1/Kl qm. Grafik Ce vs Ce/qe
ditampilkan pada Gambar LB.1

100
0,5 %
y = 48,716x - 185,42
80 R² = 0,9778 1%
1,5%
60
Ce/qe

Linear (0,5 %)
y = 14,253x - 39,701
Linear (1%)
40 R² = 0,9588
Linear (1,5%)
20 y = 4,7432x - 10,83
R² = 0,9791
0
3 3,5 4 4,5 5 5,5 6
Ce
Gambar B.1 Kurva Isoterm Langmuir Pada Konsenterasi Biosorben 0,5%,
1%, dan 1.5%

Dari Gambar LB.1 untuk konsenterasi biosorben 0,5% menunjukkan


persamaan isoterm Langmuir adalah y = 4,7432x - 10,83. Dari persamaan tersebut
dapat ditentukan nilai qm dan KL seperti cara berikut :

59

Universitas Sumatera Utara


1
4,7432 =
qm

1
qm =
4,7432

qm = 0,2108

1
-10,83 = KL qm

1
KL.qm =
-10,83

KL. 0,2108 = -10,83


KL = 0,4380

 Model Isoterm Freundlich


Berdasarkan data pada Tabel A.3 – A.5 maka dibuat grafik hubungan log Ce
Vs loq qe dengan slope adalah 1/n dan intersep adalah log KF. Grafik Ce vs
Ce/qe ditampilkan pada Gambar LB.2.

0,00
0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 0,5%

y = -1,4364x + 0,5666 1%
-0,50 R² = 0,9839
Log qe

1,5%
y = -1,9098x + 0,5388
R² = 0,9749 Linear
-1,00
(0,5%)
y = -3,404x + 1,3572
R² = 0,9923
-1,50
Log Ce
Gambar B.2 Kurva Isoterm Freundlich Pada Konsenterasi Biosorben 0,5%,
1%, dan 1.5%

60

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar LB.2 untuk konsenterasi biosorben 0,5% menunjukkan
persamaan isoterm Freundlich adalah y = -1,4364x + 1,5666. Dari persamaan
tersebut dapat ditentukan nilai n dan k seperti cara berikut :
1,5666= log KF
KF = 10 1,5666
KF = 3,6864
1
-1,4364 =
n
1
n=
−0,6962

n = -0,6962

61

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN C
FOTO HASIL PENELITIAN

C.1 FOTO BIJI MANGGA ARUM MANIS 140 MESH

Gambar C.1 Biji Mangga Arum Manis 140 mesh

C.2 FOTO BIOSORBEN BIJI MANGGA ARUM MANIS SETELAH


DIAKTIVASI

(a) (b) (c)

62
Universitas Sumatera Utara
(d) (e) (f)

Gambar C.2 Serbuk Biji Mangga Arum Manis 140 mesh Setelah Diaktivasi.
(a) 90 oC (b)100 oC (c)110 oC (d)120 (e)130 oC (f)140 oC

C.3 FOTO PROSES PENGUJIAN BILANGAN PEROKSIDA YANG


TERJERAP

Gambar C.3 Proses Pengujian Bilangan Peroksida Yang Terjerap

63
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai