Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PATOLOGI

PENYAKIT PERITONITIS DAN KOLITIS

OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS A

1. NI WAYAN ANIK SUARTINI (P07131218 009)


2. MADE SRI RAHAYUNINGSIH (P07131218 024)
3. AGNES ANITA TANDO (P07131218 029)
4. ANNISA AYU HERIKA (P07131218 033)
5. VIDYA WISWAMADANTI (P07131218 035)
6. LUH GEDE PUTRI ARYANDA SADEWI (P07131218 041)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN D IV GIZI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah mengenai “Penyakit Peritonitis dan Kolitis”
tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat guna membantu proses pembelajaran kami.

Kami menyadari adanya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah yang kami susun mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca,
masyarakat serta dunia kesehatan.

Denpasar, 21 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat .................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis ........................................................... 4


2.2 Klasifikasi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis ....................................................... 6
2.3 Tanda fisik dan klinis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis ..................................... 9
2.4 Etiologi dan Penyakit Peritonitis dan Kolitis………………………………………10
2.5 Patologi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis……………………………………...13
2.6 Patogenesis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis…………………………………..14
2.7 Penatalaksanaan dibidang medis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis…………….15
2.8 Penatalaksanaan dibidaang gizi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis……………..18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….21

3.2 Saran……………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


A. Peritonitis
Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum yang dapat terjadi karena kontaminasi

mikroorganisme dalam rongga peritoneum (King, 2007). Peradangan peritoneum merupakan

komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ

abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran

cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan.M,

2004).

Peritonitis masih merupakan masalah yang besar karena angka mortalitas dan

morbilitasnya tinggi. Manajemen terapi yang tidak adekuat bisa berakibat fatal. Peritonitis

merupakan komplikasi palig berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari

organ abdomen (Price & Wilson, 2006).

Menurut WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan

angka kematian 9.661 ribu orang meninggal. Negara tertinggi yang menderita penyakit

peritonitis adalah Amerika Serikat dengan penderita sebanyak 1.661 penderita. Dalam kasus

peritonitis yang sering terjadi, sebagian besar disebabkan karena bakteri atau yang biasa

disebut peritonitis bacterial spontan (Khan, 2009). Hasil survey pada tahun 2008 angka

kejadian peritonitis masih tinggi. Di Indonesia julah penderita peritonitis berjumlah sekitar

7% dari jumlah penduduk atau sekitar 179.000 oorang (Depkes, 2008).

B. Kolitis
Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kelainan idiopatik yang berhubungan dengan peradangan pada
gastrointestinal. IBD terdiri dari dua penyakit yaitu penyakit Crohn (PC) dan kolitis ulseratif
(KU).
Inflammatory Bowel Disease terdiri atas Kolitis Ulseratif (KU), Crohn’s Disease
(CD), Microscopic ulcerative, dan Indeterminate Colitis (Noel,Mark,2004). IBD merupakan
penyakit dengan kekerapan tinggi di Negara-negara Eropa atau Amerika Utara. Penyakit IBD
paling banyak mengenai penderita pada usia muda (umur 25 – 30 tahun) dan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara perempuan dan laki–laki. Satu hingga dua juta orang di
Amerika Serikat terkena Inflammatory Bowel Disease, dengan tingkat insidensi Crohn’s
Disease 3,6 - 8,8 kasus per 100.000 penduduk dan KU 3 – 15 kasus per 100.000 penduduk.
Dana yang dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan Crohn’s Disease serta KU
diperkirakan 1.8 – 2.6 milyar dollar US. Mukosa dan submukosa kolon pada penderita KU
mengalami proses inflamasi dan meluas ke arah proksimal rektum (Noel and Mark, 2004).
Insiden IBD di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara barat. Hal ini
diduga selain disebabkan faktor imunologi, lingkungan dan genetik, juga mungkin karena
sulitnya menegakkan diagnosis IBD yang memerlukan pemeriksaan penunjang radiologi,
endoskopi, dan histologi yang di Indonesia masih jarang.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah definisi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?


2. Bagaimanakah klasifikasi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?
3. Bagaimanakah tanda fisik dan klinis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?
4. Bagaimanakah etiologi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?
5. Bagaimanakah patologi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?
6. Bagaimanakah patogenesis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan Penyakit Peritonitis dan Kolitis dibidang
medis?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan Penyakit Peritonitis dan Kolitis dibidang
gizi ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Mengetahui definisi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
2. Mengetahui klasifikasi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
3. Mengetahui tanda fisik dan klinis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
4. Mengetahui etiologi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
5. Mengetahui patologi dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
6. Mengetahui pathogenesis dari Penyakit Peritonitis dan Kolitis.
7. Mengetahui penatalaksanaan dibidang medis dari Penyakit Peritonitis dan
Kolitis.
8. Mengetahui penatalaksanaan dibidaang gizi dari Penyakit Peritonitis dan
Kolitis.

1.4 Manfaat penulisan


1. Bagi penulis sendiri diharapkan dengan ditulisnya makalah ini, dapat memberi
manfaat dalam pembelajaran, utamanya mengenai materi Penyakit Peritonitis dan
Kolitis kepada pembaca.
2. Mengenalkan Penyakit Peritonitis dan Kolitis secara rinci kepada para pembaca.
3. Membuka pemikiran penulis dan para pembaca tentang Penyakit Peritonitis dan
Kolitis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Penyakit Peritinitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi berbahaya akibat

penybaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis, pankreatitis, dan lain-lain) ruptur

saluran cerna dan luka tembus abdomen. (Padila, 2012).

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh bakteri (misalnya

dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi, misalnya empedu, asam lambung,

atau enzim pancreas (Brooker, 2009).

Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum dalam rongga abdomen yang dapat terjadi

baik karena faktor pathogen, seperti kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum

dan non-patogen seperti bahan kimiawi (Mazuski, et al., 2009).

Peritonitis dapat terjadi karena proses bedah abdominal dan dialisis peritoneal. Peritonitis

disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga abdomen akibat dari

infeksi, iskemik, trauma atau perforasi. (Depkes, RI 2008).

Infeksi intra-abdominal merupakan istilah yang digunakan untuk infeksi dalam abdomen,

yang biasanya dideskripsikan sebagai peritonitis atau abses intra abdominal. (Mazuski, et al.,

2009). Infeksi intra-abdominal dideskripsikan sebagai respon inflamasi peritoneum terhadap

mikroorganisme dan diklasifikasikan berdasarkan luasnya infeksi menjadi uncomplicated dan

complicated. Infeksi intra-abdominal yang uncomplicated meliputi inflamasi intramural dari

saluran gastrointestinal tanpa adanya gangguan anatomi.


B. Penyakit Kolitis

Colitis ulseratif adalah salah satu dari dua jenis utama penyakit radang usus (IBD),
bersama dengan penyakit Crohn. Tidak seperti penyakit Crohn, yang dapat mempengaruhi
setiap bagian dari saluran pencernaan, colitis ulseratif bersifat hanya melibatkan usus besar
dan ileum terminal (Adam, 2010).

Colitis ulserativa merupakan suatu penyakit menahun di usus besar mengalani


peradangan dan luka,yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan demam. kolitis
ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai antara umur 15-30 tahun.
tidak seperti crohn, colitis ultrativa tidak selalu mempengaruhi seluruh ketebalan dari usus
dan tidak pernah mengenai usus halus.

Penyakit ini biasanya dimulai di rectum atau kolon sigmoid dan akhirnya menyebar ke
sebagian atau seluruh usus besar. Sekitar 10% penderita hanya mendapat satu kali serangan..
Proktitis ulserativa merupakan peradangan dan perlukaan di rectum.pada 10- 30% penderita
penyakit ini akhirnya menyebar ke usus besar, jarang diperlakukan pembedahan dan harapan
hidupnya baik.
2.2 Klasifikasi Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Penyakit Peritonitis

Kelainan dari peritoneum dapat disebabkan oleh bermacam hal, antara lain:

1. Perdarahan, misalnya pada ruptur lien, ruptur hepatoma, kehamilan ektopik


terganggu.
2. Asites, yaitu adanya timbunan cairan dalam rongga peritoneal sebab obstruksi
vena porta pada sirosis hati, malignitas.
3. Adhesi, yaitu adanya perlekatan yang dapat disebabkan oleh corpus alienum,
misalnya kain kassa yang tertinggal saat operasi, perforasi, radang, trauma.
4. Radang, yaitu pada peritonitis. Peritonitis diklasifikasikan menjadi:
a. Menurut agens
 Peritonitis kimia, misalnya peritonitis yangdisebabkan karena asam lambung,
cairan empedu, cairan pankreas yang masuk ke rongga abdomen akibat
perforasi.
 Peritonitis septik,
 merupakan peritonitis yang disebabkan kuman. Misalnya karena ada perforasi
usus, sehingga kuman-kuman usus dapat sampai ke peritonium dan
menimbulkan peradangan.
b. Menurut sumber kuman
 Peritonitis primer Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal
dari penyebaran secara hematogen. Sering disebut juga sebagai
Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk yang
paling sering ditemukan dan disebabkan oleh perforasi atau nekrose
(infeksi transmural) dari kelainan organ visera dengan inokulasi bakterial
pada rongga peritoneum.Kasus SBP disebabkan oleh infeksi monobakterial
terutama oleh bakteri gram negatif (E.coli, klebsiella pneumonia,
pseudomonas,proteus),bakteri gram positif (streptococcus pneumonia,
staphylococcus). Peritonitis primer dibedakan menjadi: SpesifikPeritonitis
yang disebabkan infeksi kuman yang spesifik, misalnya kuman
tuberkulosa. Non-spesifikPeritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non
spesifik, misalnya kuman penyebab pneumonia yang tidak spesifik.
 Peritonitis sekunder, Peritonitis ini bisa disebabkan olehbeberapa
penyebab utama, diantaranya adalah: Invasi bakteri oleh adanya kebocoran
traktus gastrointestinal atau traktus genitourinarius ke dalam rongga
abdomen, misalnya pada : perforasi appendiks, perforasi gaster, perforasi
kolon oleh divertikulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pankreas ke peritoneum saat
terjadi pankreatitis, atau keluarnya asam empedu akibat trauma pada
traktus biliaris. Benda asing, misalnya peritoneal dialisis cathetersTerapi
dilakukan dengan pembedahan untuk menghilangkan penyebab infeksi
(usus, appendiks, abses), antibiotik, analgetik untuk menghilangkan rasa
nyeri, dan cairan intravena untuk mengganti kehilangan cairan.Mengetahui
sumber infeksi dapat melalui cara operatif maupun non operatif, secara non
operatifdilakukan drainase abses percutaneus, hal ini dapat digunakan dengan
efektif sebagai terapi, bila suatu abses dapat dikeringkan tanpa disertai
kelainan dari organ visera akibat infeksi intra-abdomen. Cara operatif
dilakukan bila ada abses disertai dengan kelainan dari organ visera
akibatinfeksi intra abdomen. Komplikasi yang dapat terjadi pada peritonitis
sekunder antara lain adalah syok septik,abses, perlengketan intraperitoneal.
 Peritonitis tersierbiasanya terjadi pada pasien dengan Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD), dan pada pasien imunokompromise.Organisme
penyebab biasanya organisme yang hidup dikulit,yaitu coagulase negative
Staphylococcus, S.Aureus, gram negative bacili,dan candida, mycobacteri
dan fungus.Gambarannya adalah dengan ditemukannya cairan keruh pada
dialisis. Biasanya terjadi abses, phlegmon, dengan atau tanpa fistula.
Pengobatan diberikan dengan antibiotika IV atau ke dalam peritoneum,
yang pemberiannya ditentukan berdasarkan tipekuman yang didapat pada
tes laboratorium. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah peritonitis
berulang, abses intraabdominal. Bila terjadi peritonitis tersier ini
sebaiknya kateter dialisis dilepaskan.
B. Penyakit Colitis

Penyakit kolitis diklasifikasian menjadi

1. Kolitis akibat infeksi


Kolitis adalah penyakit radang yang bisa disebabkan oleh tiga jenis infeksi berikut ini.
1. Bakteri. Sebagian besar, bakteri ini mencemari makanan sehingga dapat
masuk ke dalam peru Anda. beberapa jenis bakteri yang menyebabkan radang
usus adalah Campylobacter, Shigella, E.Coli, Yersinia, dan Salmonella.
2. Virus, yang menyebabkan radang usus adalah cytomegalovirus, yang biasanya
menyerang orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Radang
usus jenis ini, memang agak jarang terjadi.
3. Parasit, penyebab usus meradang yaitu giardia, yang masuk ke dalam tubuh
melalui air yang tercemar. Biasanya, parasit ini ada di dalam air kolam renang,
air sungai, hingga air danau, sehingga sangat mudah menginfeksi tubuh orang
yang suka berkreasi ke tempat tersebut.
2. Kolitis akibat iskemik
Iskemik adalah kondisi di mana suatu jaringan tubuh mengalami kerusakan
sel, akibat tidak adanya aliran darah ke bagian jaringan tersebut. Hal ini yang terjadi
pada usus jika mengalami kolitis iskemik. Dalam kondisi ini, radang dan luka muncul
akibat gangguan aliran darah ke bagian usus, sehingga usus tak mendapatkan
makanan. Lama-kelamaan, jaringan usus rusak dan muncul luka serta peradangan.
Orang yang berisiko untuk mengalami hal ini yaitu:
1. Orang yang lanjut usia (lansia). Penuaan mengakibatkan aliran darah sudah
tak baik dan lancar lagi, selain itu, lansia yang memiliki riwayat penyakit
jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi memiliki peluang
yang lebih tinggi untuk mengalami kolitis iskemik.
2. Pasien dengan atrial fibrilasi, yang memang memiliki gangguan aliran darah di
dalam tubuhnya.
3. Orang yang mengalami anemia atau tekanan darah rendah
3. Kolitis dan inflammatory bowel syndrome (IBD)
Penyakit inflammatory bowel syndrome (IBD) atau iritasi usus dapat menyebabkan
penderitanya mengalami radang usus. Masalah kesehatan ini berhubungan dengan
gangguan autoimun. Radang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang bagian
tubuhnya sendiri yang sehat dan akhirnya mengalami peradangan usus. Kondisi ini
yang terjadi pada penderita IBD yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
4. Kolitis mikroskopik
Kondisi ini cukup jarang terjadi dan biasanya menyerang wanita yang telah lanjut
usia. Diduga kuat, penyakit ini diakibatkan oleh genetik. Akan tetapi, penyebab
pastinya belum diketahui. Gangguan kesehatan ini menyebabkan penderitanya
mengalami diare berkepanjangan.
5. Kolitis akibat alergi
Radang usus bisa disebabkan oleh alergi makanan yang biasanya rentan terjadi pada
bayi di bawah satu tahun. Ketika si kecil alergi terhadap suatu makanan seperti susu
sapi atau susu kacang kedelai, maka tubuh akan mengeluarkan respon alergi dan
peradangan. Dalam kasus ini, yang meradang adalah usus.

2.3 Tanda Fisik dan Klinis Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Penyakit Peritonitis

Tanda fisik klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan
terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya disatu tempat ataupun tersebar di seluruh
abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita bergerak. Gejala lainnya
meliputi:

 Demam Temperatur lebih dari 380C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
 Mual dan muntah Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat
iritasi peritoneum
 Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan
kesulitan bernafas.
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan hipovolemik
intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan syok.
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising usus
 Rigiditas abdomen atau sering disebut’perut papan’, terjadi akibat kontraksi
otot dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap
penekanan pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap
iritasi peritoneum
 Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
 Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
 Tidak dapat BAB/buang angin.
B. Penyakit Colitis

Kolitis (colitis) adalah kondisi radang yang terjadi pada bagian dinding dalam usus besar.
Biasanya kondisi ini disertai dengan munculnya berbagai gejala, seperti:

 Sakit perut
 Perut kram
 Diare, dengan atau tanpa darah pada BAB
 Sulit BAB atau sembelit
 Kembung

Dalam beberapa kasus, kolitis akan menimbulkan gejala seperti:

 Demam
 Menggigil
 Kelelahan
 Dehidrasi
 Sendi membengkak

Sakit atau nyeri yang terjadi akibat peradangan membuat otot-otot usus tidak dapat bekerja
dengan baik, sehingga makanan yang seharusnya dicerna justru dikeluarkan kembali dan ini
yang menyebabkan diare. Diare terjadi juga akibat usus tak mampu menyerap air. Hal ini bisa
diakibatkan oleh peradangan yang terjadi.

2.4 Etiologi Penyakit Peritonitis dan Kolitis


A. Etiologi Penyakit Peritonitis

Peradangan pada peritneum ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu peritonitis primer dan
peritonitis sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi yang memang bermula pada
peritoneum. Kondisi ini bisa dipicu oleh gagal hati dengan asites, atau akibat tindakan CAPD
pada gagal ginjal kronis. Sedangkan peritonitis sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi
dari saluran pencernaan. Kedua jenis peritonitis tersebut sangat berbahaya dan mengancam
nyawa. Pada penderita sirosis, kematian akibat peritonitis bisa mencapai 40%.

Penyebab terjadinya peritonoitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga peritoneum dan
terjadi peradangan. Menurut Muttaqin (2011) bakteri yang sering menyebabkan peritonoitis
yaitu Escheria coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%), Streptococcus pneumoniae (15%),
Pseudomonas species, Proteu species, dan gram negatif lainnya (20%),

Streptoccous lainnya (15%), Staphylococcus (3%). Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari


(2012) peritonis juga bisa disebabkam secara langsung dari luar seperti operasi yang tidak
seteril, terkontaminasi talcum veltum, lypodium, dan sulfonamida, serta trauma pada
kecelakaan seperti ruptur limpa, dan ruptur hati.

B. Etiologi Penyakit Kolitis

Kolitis terbagi dalam beberapa jenis tergantung dari penyebabnya masing-masing.

1. Kolitis akibat infeksi

Kolitis adalah penyakit radang yang bisa disebabkan oleh tiga jenis infeksi berikut ini.

 Bakteri. Sebagian besar, bakteri ini mencemari makanan sehingga dapat masuk ke
dalam peru Anda. beberapa jenis bakteri yang menyebabkan radang usus adalah
Campylobacter, Shigella, E.Coli, Yersinia, dan Salmonella
 Virus, yang menyebabkan radang usus adalah cytomegalovirus, yang biasanya
menyerang orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Radang usus
jenis ini, memang agak jarang terjadi.
 Parasit, penyebab usus meradang yaitu giardia, yang masuk ke dalam tubuh melalui
air yang tercemar. Biasanya, parasit ini ada di dalam air kolam renang, air sungai,
hingga air danau, sehingga sangat mudah menginfeksi tubuh orang yang suka
berkreasi ke tempat tersebut.

2. Kolitis akibat iskemik

Iskemik adalah kondisi di mana suatu jaringan tubuh mengalami kerusakan sel, akibat tidak
adanya aliran darah ke bagian jaringan tersebut. Hal ini yang terjadi pada usus jika
mengalami kolitis iskemik. Dalam kondisi ini, radang dan luka muncul akibat gangguan
aliran darah ke bagian usus, sehingga usus tak mendapatkan makanan. Lama-kelamaan,
jaringan usus rusak dan muncul luka serta peradangan. Orang yang berisiko untuk mengalami
hal ini yaitu:

 Orang yang lanjut usia (lansia). Penuaan mengakibatkan aliran darah sudah tak baik
dan lancar lagi, selain itu, lansia yang memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes,
tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi memiliki peluang yang lebih tinggi untuk
mengalami kolitis iskemik.
 Pasien dengan atrial fibrilasi, yang memang memiliki gangguan aliran darah di dalam
tubuhnya
 Orang yang mengalami anemia atau tekanan darah rendah

3. Kolitis dan inflammatory bowel syndrome (IBD)

Penyakit inflammatory bowel syndrome (IBD) atau iritasi usus dapat menyebabkan
penderitanya mengalami radang usus. Masalah kesehatan ini berhubungan dengan gangguan
autoimun. Radang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuhnya sendiri
yang sehat dan akhirnya mengalami peradangan usus. Kondisi ini yang terjadi pada penderita
IBD yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

4. Kolitis mikroskopik

Kondisi ini cukup jarang terjadi dan biasanya menyerang wanita yang telah lanjut usia.
Diduga kuat, penyakit ini diakibatkan oleh genetik. Akan tetapi, penyebab pastinya belum
diketahui. Gangguan kesehatan ini menyebabkan penderitanya mengalami diare
berkepanjangan.
5. Kolitis akibat alergi

Radang usus juga bisa disebabkan oleh alergi makanan yang biasanya rentan terjadi pada
bayi di bawah satu tahun. Ketika si kecil alergi terhadap suatu makanan seperti susu sapi atau
susu kacang kedelai, maka tubuh akan mengeluarkan respon alergi dan peradangan. Dalam
kasus ini, yang meradang adalah usus.

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko peritonitis primer yaitu :

 Sirosis. Sirosis bisa menyebabkan penumpukan cairan pada rongga perut (asites) yang
dapat memicu infeksi.
 Menjalani CAPD. Menjalani CAPD tanpa memperhatikan kebersihan dan
sterilitasnya berisiko menimbulkan infeksi.

Sedangkan faktor risiko pada peritonitis sekunder, antara lain adalah:

 Pecahnya organ dalam, seperti usus buntu yang pecah pada penyakit usus buntu atau
lambung yang pecah akibat tukak lambung,
 Radang panggul.
 Penyakit saluran pencernaan, seperti penyakit Crohn dan diverkulitis.
 Pankreatitis.
 Pasca pembedahan rongga perut.
 Luka pada perut akibat tusukan pisau atau tembakan.

2.5 Patologi Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Patologi Penyakit Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada lapisan


tipis dinding dalam perut (peritoneum),
yang berfungsi melindungi organ di dalam
rongga perut. Peritoneum merupakan
selaput yang melapisi dinding abdomen
bagian dalam dan menyelimuti organ-
organ yang terdapat pada abdomen.
Peradangan ini umumnya disebabkan oleh
infeksi bakteri atau jamur. Peritonitis dapat terjadi akibat dari adanya perforasi pada
abdomen, atau sebagai komplikasi dari kondisi medis lainnya. Bila tidak ditangani, peritonitis
dapat menyebabkan terjadinya infeksi berat pada seluruh tubuh. Hal ini dapat mengancam
jiwa orang yang mengalaminya.

B. Patologi Penyakit Kolitis

Ulcerative colitis (UC) atau kolitis ulseratif adalah penyakit yang ditandai dengan
peradangan pada dinding saluran usus. Penyakit ini termasuk salah satu jenis yang lebih
spesifik dari radang usus besar (kolitis) atau inflammatory bowel disease (IBD). Kolitis
ulseratif memiliki beberapa jenis, yang meliputi:

1. Proktitis ulseratif, peradangan terjadi di rektum, dan kemungkinan akan menyebabkan


perdarahan dubur. Proktitis ulseratif adalah jenis yang paling umum, ringan, dan
sedikit risiko komplikasinya.
2. Proctosigmoiditis, peradangan terjadi di rektum dan kolon sigmoid (ujung bawah
kolon). Anda umumnya akan merasa susah buang air besar, meskipun ada dorongan
untuk melakukannya (perut terasa mulas). Kondisi ini disebut tenesmus.
3. Kolitis sisi kiri, peradangan terjadi di sisi kiri usus besar (rektum, kolon sigmoid, dan
kolon desendens). Peradangan ini dikenal juga sebagai kolitis terbatas atau distal.
4. Pancolitis, peradangan terjadi di seluruh bagian usus.

Iritasi dan peradangan di dinding usus dapat mengganggu proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi makan ke seluruh tubuh. Ulcerative colitis adalah kondisi yang dapat
menyebabkan usus besar seseorang membengkak dan dapat menimbulkan perforasi kecil.
Perforasi adalah perlubangan jaringan di usus yang memungkinkan feses bocor ke dalam
perut seseorang. Komplikasi ini dapat menyebabkan infeksi peritonitis yang mengancam
nyawa.

2.6 Patogenesis Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Patogenesis Penyakit Peritoritis


Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen,
ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi
oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong nanah (abses) terbentuk
diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila
infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sehingga menimbulkan obstruksi usus. Dapat
terjadi secara terlokalisasi, difus, atau
generalisata. Pada peritonitis lokal dapat terjadi
karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta
mekanisme pertahanan tubuh dengan melokalisir
sumber peritonitis dengan omentum dan usus.
Pada peritonitis yang tidak terlokalisir dapat
terjadi peritonitis difus, kemudian menjadi peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan
organ-organ intra abdominal dan lapisan peritoneum viseral dan parietal. Timbulnya
perlengketan ini menyebabkan aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik.
Cairan dan elektrolit hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi
dan oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke dalam
pembuluh darah
B. Patogenesis Penyakit Kolitis

Kolitis ulseratif biasanya bermula dari terbentuknya luka di rektum, lalu menjalar ke atas.
Luka di usus besar ini menyebabkan penderitanya lebih sering buang air besar dan tinja yang
keluar disertai dengan darah atau nanah. Gejala kolitis ulseratif akan hilang-timbul sepanjang
hidup penderitanya. Meski demikian, pengobatan yang tepat dapat membantu meredakan
gejala dan mencegah penyakit ini kambuh. Kolitis ulseratif merupakan salah satu penyakit
radang usus, selain penyakit Crohn.

Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit ini diduga
dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel sehat di
saluran pencernaan. Kondisi tersebut menyebabkan peradangan dan luka di dinding dalam
usus besar.Kolitis ulseratif juga diyakini dipicu oleh faktor lingkungan, seperti infeksi virus
atau stres. Bisa juga akibat penggunaan pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), atau
antibiotik.

2.7 Penatalaksaan Secara Medis Penyakit Peritonitis dan Kolitis

A. Penatalaksanaan Medis Penyakit Peritonitis

Penatalaksanaan medis pada penyakit infeksi peritonitis, sebagai berikut :


1) Memberikan cairan : Infus RL 2000 ml/ 24 jam (30tetes)
2) Medikamentosa :
1. Memberikan ceftriaxone 2x1 gram (IV) (skin test)
2. Memberikan paracetamol infus 3 x 400mg (IV)
3) Melakukan cek labolatorium ulang darah rutin, BT, dan CT.
4) Melakukan puasa makan dan minum
5) Memasang NGT untuk dekompresi.
6) Memasang DC.
7) Rontgen BNO dan Thorax PA.
8) Memberikan larutan isotonik karena sejumlah cairan dan elektrolit yang bergerak dari
lumen usus kedalam rongga peritoneal dan menurunkan cairan dalam ruang vaskuler
9) Memberikan analgestik untuk mengatasi nyeri.
10) Memberikan antiemetik sebagai terapi untuk mual dan muntah.
11) Melakukan terapi. Terapi yang dilakukan terdiri dari :
a Terapi medis
Terdapat antibiotik sistemik untuk mengontrol infeksi, perawatan intensif
mempertahankan hemodinamik tubuh contohmya pemberian cairan intravena untuk
mencegah dehidrasi, pengawasan nutrisi, dan keadaan metabolik, pengobatan
terhadap komplikasi dari peritonitis, serta terapi terhadap inflamasi yang terjadi.
b Terapi operatif
Pembedahan yang diperlukan untuk mengatasi sumber infeksi, misalnya apendisitis,
ruptur organ intra-abomen
c Terapi antibiotik

Terapi antibiotik yang digunakan dalam pengobatan infeksi Spontaneous Bacterial


Peritonitis yaitu ceftriaxone, cefotaxime (golongan cephalosporin generasi ketiga),
piperasilin, levofloxacin, ciprofloxacin, dan cefoxitin. Pada pasien SBP penggunaan
antibiotik golongan aminoglikosida menyebabkan nefrotoksisitas (Betts dkk, 2000).
Pemberian antibiotik sebaiknya segera dilakukan pada pasien yang sudah
mendapatkan diagnosis SBP. Cefotaxime merupakan terapi antibiotik dengan dosis 2g
per 8 jam secara intravena. Golongan cephalosporin generasi ketiga yang digunakan
dalam tatalaksana terapi Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) karena antibiotik ini
mampu mencakup sebagian besar organisme yang menyebabkan SBP. Cefotaxime
merupakan drug of choice yang digunakan dalam pengobatan SBP. Obat lain yang
dapat diberikan yaitu kombinasi amoksilin dan asam clavulanat yang mempunyai efek
farmakologi mirip dengan cefotaxime (EASL, 2010).

B. Penatalaksanaan Medis Penyakit Kolitis


1) Medikamentosa
2) 5-Aminosalisilat.
Dosis: 50-100 mg/kgBB/ hari.
3) Antibiotika.
 Penyakit Crohn : Metronidazol.Dosis: 10-20 mg/kg/ hari.
 Kolitis Ulseratif : Antibiotika digunakan sangat terbatas karena meningkatnya
risiko kejadian kolitis pseudomembran yang berhubungan dengan antibiotika.
4) Kortikosteroid.
 Penyakit Crohn: Metilprednisolon dengan dosis 2 mg/kgBB setiap 12 jam atau
Hidrokortison 100 mg setiap 8 jam.
 Penyakit Crohn: Prednison dengan dosis 40-60 mg/hari peroral dan diturunkan
secara bertahap (5 mg per minggu) setelah gejala terkontrol.
5) Immune modifiers.
Immune modifiers yang dipakai adalah 6-MP dan Azathioprine. Dosis 6-MP atau
Azathioprin adalah 1-2 mg/kg/hari.
6) Anti TNF-alpha.
Anti-TNF-alpha monoclonal antibody yang diberikan adalah Infliximab yang
diberikan melalui infus dengan dosis 5 mg/kg/kali, diberikan tiga kali yakni pada awal
pengobatan, minggu ke-2, dan minggu ke-6. Dosis pemeliharaan diberikan setiap 8
minggu.
7) Obat-obatan simptomatik.
Obat-obatan simptomatik yang diberikan adalah antagonis histamine 2 reseptor, anti
diare, dan antispasmodik.
8) Obat-obat dalam tahap percobaan.
 Penyakit Crohn: Metotreksat dengan dosis 12,5-25 mg/minggu peroral atau
intramuskuler, Thalidomid dengan dosis 50-300 mg/hari peroral, dan
interleukin 11 dengan dosis 1 mg/minggu secara subkutan.
 Kolitis Ulseratif: Siklosporin dengan dosis 2-4 mg/kg/hari secara intravena
(untuk dosis oral diberikan 2-3 kali dosis intravena), nicotine patch dengan
dosis 14-21 mg/hari melalui topical patch, enema butirat dengan dosis 100 ml
per rektum dua kali sehari, dan heparin dengan dosis 10.000 μ secara subkutan
dua kali sehari.
9) Terapi nutrisi.
Intervensi nutrisi dimulai sebelum pubertas, baik pada penyakit aktif atau saat remisi
untuk mengoreksi defisit energi dan memaksimalkan pertumbuhan.
10) Terapi probiotik.
Pemberian probiotik biasanya dikombinasikan dengan obat lain yang berguna untuk
meningkatkan stabilisasi dan regenerasi mukosa usus akibat inflamasi.

2.8 Penatalaksaan Secara Gizi Untuk Penyakit Peritonitis dan Kolitis


A. Penyakit Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik pada selaput
organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difus dan
riwayat akut atau kronik. Tujuan diadakannya intervensi atau penatalaksanaan gizi pada
penderita peritonitis ini adalah untuk membantu mempercepat penyembuhan luka pasca
operasi, membantu meningkatkan albumin dan kadar Hb. Pemberian makan kepada penderita
peritonitis harus secara bertahap sesuai dengan daya terima penderita dan kondisi penderita.
Syarat dari penatalaksanaan gizi bagi penderita peritonitis adalah sebagai berikut:
a. Makanan yang memiliki energi
b. Pemberian makan yang berprotein tinggi, yaitu 1,5 gram/kg BB penderita.
c. Lemak cukup, yaitu 25% dari total kebutuhan per hari.
d. Karbohidrat by difference.
e. Mengandung albumin tinggi.
f. Memberikan makanan sesuai dengan daya terima secara bertahap, yaitu
dengan pemberian makanan melalui Naso Gastric Tube (NGT).
g. Makanan tidak merangsang saluran cerna.
h. Frekuensi pemberian makan 6 kali per hari.
Peningkatan kebutuhan gizi spesifik tersebut berkaitan dengan penyembuhan luka pada
penderita dan perbaikan jaringan yang dibuktikan oleh hasil pemeriksaan protein total rendah,
albumin rendah, kadar hemoglobin rendah, dan kondisi pasca bedah laparotomy eksplorasi.
Makanan yang diberikan kepada penderita Peritonitis adalah makanan yang cenderung
memiliki tekstur yang cair atau kental untuk memudahkan dan meringankan aktivitas yang
terjadi di pencernaan.

B. Penyakit Kolitis
Penyakit kolitis atau radang usus (inflammatory bowel disease, IBD) adalah istilah umum
yang digunakan untuk mendiagnosis radang kronis di saluran gastrointestinal. Kolitis
umumnya jauh lebih akut dan serius daripada sindrom iritasi usus yang memengaruhi
kemampuan otot usus besar untuk berkontraksi. Dalam Kolitis, radang usus bawah biasanya
menghalangi pencernaan makanan sepenuhnya dan menghentikan penyerapan nutrisi
makanan. Berikut merukan intervensi atau penatalaksanaan gizi yang harus dilakukan oleh
penderita kolitis:
a. Menghindari konsumsi makanan olahan susu, seperti keju, yoghurt, susu berlemak
jenuh, dan ice cream. Hal tersebut dikarenakan penderita kolitis cenderung
mengalami intoleransi terhadap laktosa (atau tidak bisa mengonsumsi produk
olahan susu) sering kali merupakan komplikasi penyakit Crohn dan kolitis
ulseratif. Makanan tersebut dapat diganti oleh susu kedelai dan susu almond.
b. Mengurangi makanan yang memiliki tinggi serat (insoluble), seperti kubis,
brokoli, jagung manis, kacang-kacangan, kulit buah apel dan anggur, karena jenis
serat ini melewati seluruh traktus digestius tanpa dicerna, dan dapat menempel
pada dinding colon ketika inflamasi, semakin mengiritasi kolon dan memperparah
colitis. Serat yang soluble sangat baik untuk penderita kolitis karena akan dicerna
dalam kolon, menghasilkan feses yang lunak dan pergerakan usus yang bagus,
tidak menempel pada dinding usus dan tidak menyebabkan inflamasi. Contoh
serat yang soluble adalah buah dan sayuran yang sudah dikupas, bubur, dan nasi
putih.
c. Menghindari makanan berlemak, karena hal tersebut menyebabkan penderita akan
mengalami sakit perut dan diare.
d. Tidak mengonsumsi makanan yang memiliki kadar gula yang tidak dapat diserap
oleh tubuh, seperti sorbitol, manitol, xylitol, dan maltitol.
e. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh untuk menghindari kemungkinan dehidrasi
akibat diare pada penderita dan mengurangi minuman berkafein.
f. Frekuensi makan sedikit namun sering.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sardjito. 2018. Rentang Waktu antara Onset sampai waktu dirawat sebagai Faktor Prediktif
Mortalitas Pascaoprasi Peritonitis. Tersedia pada :
file:///C:/Users/Acer/Downloads/S2-2017-380958-introduction%20(2).pdf.
Diakses pada (20 Oktober 2019).
Adi, Triy. 2014. Asuhan Keperawatan pada Tn. S Dengan Post Operasi Laparatomi Et Cause
Peritonitis. Tersedia pada :
http://repository.ump.ac.id/2677/2/TRIYADI%20BAB%20I.pdff. Diakses pada
(20 Oktober 2019).
Anonim. 2014. Peritonitis. Tersedia pada :
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/b1b6ebcf3bb39cf4c42e3e9755b4a9
95.pdf. Diakses pada (20 Oktober 2019).
Salverra Yosy, Deny. Hasri Salwan. 2014. Inflammatory Bowel Disease Pada Anak. Tersedia
pada : https://media.neliti.com/media/publications/181788-ID-inflammatory-
bowel-disease-pada-anak.pdf. Diakses pada (20 Oktober 2019).
Gunawan, Marissa. 2013. Kolitis Ulseratif. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/17998670/114212909-Kolitis-Ulseratif. Diakses pada
(20 Oktober 2019).
Nurcholis. 2014. Asuhan Keperawatan Gastritis, Enteritis dan Kolitis. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/9210416/Makalah_Gastritis_Entritis_dan_Kolitis.
Diakses pada (20 Oktober 2019).
Etika Mika, Nimas. 2017. Sakit Perut Biasa Atau Gejala Radang Usus (Kolitis)? Cari Tahu
Lebih Jauh, Yuk!. Terdapat di : https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-
colitis-adalah-radang-usus/. Diakses pada 20 Oktober 2019

Warsinggih . PERITONITIS DAN ILLEUS. Terdapat di :


https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PERITONITIS-DAN-
ILUES.pdf. diakses pada 20 Oktober 2019

Joseph, Novita. 2019. “Penyakit Ulcerative Colitis. Tersedia pada:


https://hellosehat.com/penyakit/ulcerative-colitis-adalah-ulseratif/

Nimas Mita Etika M. 2019. “ Gejala Radang Usus (Kolitis). Tersedia pada :
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-colitis-adalah-radang-
usus/

Triyadi. 2014. Peritonitis. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. Hal. 10

Wahjoepramono, Graciella N T. 2019. “ Peritonitis”. Tersedia Pada :


https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/peritonitis
Willy, Tjin. 2018. “ Peritonitis “. Tersedia pada : https://www.alodokter.com/peritonitis

Anonim. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Tersedia pada :


http://repository.wima.ac.id/4822/2/bab%201.pdf. Diakses pada 22 Oktober 2019.

Salverra Yosi, Deny dan Hasri Salwan. 2014. Inflammatory Bowel Disease Pada Anak.
Jurnal MKS, Th. 46,No.2, April 2014. Tersedia pada :
https://media.neliti.com/media/publications/181788-ID-inflammatory-bowel-disease-
pada-anak.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2019.

Maulina, Putri. 2017. Peritonitis Difus ec Apendisitis Perforasi. Tersedia pada :


https://www.slideshare.net/PuteriMentira/ppt-peritonitis-ec-app. Diakses pada tanggal
22 OKtober 2019.

Ayu Sholihati Nafisah, Aprilia. 2017. “Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Peritonitis Umum”.
Terdapat pada: https://www.scribd.com/document/342157480/Penatalaksanaan-Diet-
Pada-Pasien-Peritonisis-Umum. Diakses pada 20 Oktober 2019.

Skow, Sami. 2018. “Diet Untuk Penyakit Radang Usus”. Terdapat pada:
https://id.wikihow.com/Diet-untuk-Penyakit-Radang-Usus. Diakses pada 21 Oktober
2019.

Sukisworo, Nana. 2016. “Penyakit Colitif Ulseratif”. Terdapat pada:


https://www.academia.edu/5426230/MAKALAH_PENYAKIT_COLITIS_ULSERA
TIF. Diakses pada 20 Oktober 2019.

Hasrining Tri S. Patofisiologi Peritoritis. Terdapat pada :


https://www.scribd.com/document/389386998/Patofisiologi-Peritonitis. Diakses pada
20 Oktober 2019

Rahmah, Lestari. 2017. Peritoritis. Terdapat pada :


http://drlestarirahmah.blogspot.com/2017/10/peritonitis.html. Diakses pada 20
Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai