OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS A
JURUSAN D IV GIZI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah mengenai “Penyakit Peritonitis dan Kolitis”
tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat guna membantu proses pembelajaran kami.
Kami menyadari adanya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah yang kami susun mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca,
masyarakat serta dunia kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….21
3.2 Saran……………………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
BAB I
PENDAHULUAN
komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan.M,
2004).
Peritonitis masih merupakan masalah yang besar karena angka mortalitas dan
morbilitasnya tinggi. Manajemen terapi yang tidak adekuat bisa berakibat fatal. Peritonitis
merupakan komplikasi palig berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari
Menurut WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan
angka kematian 9.661 ribu orang meninggal. Negara tertinggi yang menderita penyakit
peritonitis adalah Amerika Serikat dengan penderita sebanyak 1.661 penderita. Dalam kasus
peritonitis yang sering terjadi, sebagian besar disebabkan karena bakteri atau yang biasa
disebut peritonitis bacterial spontan (Khan, 2009). Hasil survey pada tahun 2008 angka
kejadian peritonitis masih tinggi. Di Indonesia julah penderita peritonitis berjumlah sekitar
B. Kolitis
Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kelainan idiopatik yang berhubungan dengan peradangan pada
gastrointestinal. IBD terdiri dari dua penyakit yaitu penyakit Crohn (PC) dan kolitis ulseratif
(KU).
Inflammatory Bowel Disease terdiri atas Kolitis Ulseratif (KU), Crohn’s Disease
(CD), Microscopic ulcerative, dan Indeterminate Colitis (Noel,Mark,2004). IBD merupakan
penyakit dengan kekerapan tinggi di Negara-negara Eropa atau Amerika Utara. Penyakit IBD
paling banyak mengenai penderita pada usia muda (umur 25 – 30 tahun) dan tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara perempuan dan laki–laki. Satu hingga dua juta orang di
Amerika Serikat terkena Inflammatory Bowel Disease, dengan tingkat insidensi Crohn’s
Disease 3,6 - 8,8 kasus per 100.000 penduduk dan KU 3 – 15 kasus per 100.000 penduduk.
Dana yang dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan Crohn’s Disease serta KU
diperkirakan 1.8 – 2.6 milyar dollar US. Mukosa dan submukosa kolon pada penderita KU
mengalami proses inflamasi dan meluas ke arah proksimal rektum (Noel and Mark, 2004).
Insiden IBD di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara barat. Hal ini
diduga selain disebabkan faktor imunologi, lingkungan dan genetik, juga mungkin karena
sulitnya menegakkan diagnosis IBD yang memerlukan pemeriksaan penunjang radiologi,
endoskopi, dan histologi yang di Indonesia masih jarang.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Peritinitis
penybaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis, pankreatitis, dan lain-lain) ruptur
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh bakteri (misalnya
dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi, misalnya empedu, asam lambung,
Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum dalam rongga abdomen yang dapat terjadi
baik karena faktor pathogen, seperti kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum
Peritonitis dapat terjadi karena proses bedah abdominal dan dialisis peritoneal. Peritonitis
disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga abdomen akibat dari
Infeksi intra-abdominal merupakan istilah yang digunakan untuk infeksi dalam abdomen,
yang biasanya dideskripsikan sebagai peritonitis atau abses intra abdominal. (Mazuski, et al.,
Colitis ulseratif adalah salah satu dari dua jenis utama penyakit radang usus (IBD),
bersama dengan penyakit Crohn. Tidak seperti penyakit Crohn, yang dapat mempengaruhi
setiap bagian dari saluran pencernaan, colitis ulseratif bersifat hanya melibatkan usus besar
dan ileum terminal (Adam, 2010).
Penyakit ini biasanya dimulai di rectum atau kolon sigmoid dan akhirnya menyebar ke
sebagian atau seluruh usus besar. Sekitar 10% penderita hanya mendapat satu kali serangan..
Proktitis ulserativa merupakan peradangan dan perlukaan di rectum.pada 10- 30% penderita
penyakit ini akhirnya menyebar ke usus besar, jarang diperlakukan pembedahan dan harapan
hidupnya baik.
2.2 Klasifikasi Penyakit Peritonitis dan Kolitis
A. Penyakit Peritonitis
Kelainan dari peritoneum dapat disebabkan oleh bermacam hal, antara lain:
A. Penyakit Peritonitis
Tanda fisik klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat dirasakan
terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya disatu tempat ataupun tersebar di seluruh
abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita bergerak. Gejala lainnya
meliputi:
Demam Temperatur lebih dari 380C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
Mual dan muntah Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat
iritasi peritoneum
Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma mengakibatkan
kesulitan bernafas.
Dehidrasi dapat terjadi akibat ketiga hal diatas, yang didahului dengan hipovolemik
intravaskular. Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan syok.
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus sampai tidak terdengar bising usus
Rigiditas abdomen atau sering disebut’perut papan’, terjadi akibat kontraksi
otot dinding abdomen secara volunter sebagai respon/antisipasi terhadap
penekanan pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai respon terhadap
iritasi peritoneum
Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
Tidak dapat BAB/buang angin.
B. Penyakit Colitis
Kolitis (colitis) adalah kondisi radang yang terjadi pada bagian dinding dalam usus besar.
Biasanya kondisi ini disertai dengan munculnya berbagai gejala, seperti:
Sakit perut
Perut kram
Diare, dengan atau tanpa darah pada BAB
Sulit BAB atau sembelit
Kembung
Demam
Menggigil
Kelelahan
Dehidrasi
Sendi membengkak
Sakit atau nyeri yang terjadi akibat peradangan membuat otot-otot usus tidak dapat bekerja
dengan baik, sehingga makanan yang seharusnya dicerna justru dikeluarkan kembali dan ini
yang menyebabkan diare. Diare terjadi juga akibat usus tak mampu menyerap air. Hal ini bisa
diakibatkan oleh peradangan yang terjadi.
Peradangan pada peritneum ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu peritonitis primer dan
peritonitis sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi yang memang bermula pada
peritoneum. Kondisi ini bisa dipicu oleh gagal hati dengan asites, atau akibat tindakan CAPD
pada gagal ginjal kronis. Sedangkan peritonitis sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi
dari saluran pencernaan. Kedua jenis peritonitis tersebut sangat berbahaya dan mengancam
nyawa. Pada penderita sirosis, kematian akibat peritonitis bisa mencapai 40%.
Penyebab terjadinya peritonoitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga peritoneum dan
terjadi peradangan. Menurut Muttaqin (2011) bakteri yang sering menyebabkan peritonoitis
yaitu Escheria coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%), Streptococcus pneumoniae (15%),
Pseudomonas species, Proteu species, dan gram negatif lainnya (20%),
Kolitis adalah penyakit radang yang bisa disebabkan oleh tiga jenis infeksi berikut ini.
Bakteri. Sebagian besar, bakteri ini mencemari makanan sehingga dapat masuk ke
dalam peru Anda. beberapa jenis bakteri yang menyebabkan radang usus adalah
Campylobacter, Shigella, E.Coli, Yersinia, dan Salmonella
Virus, yang menyebabkan radang usus adalah cytomegalovirus, yang biasanya
menyerang orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Radang usus
jenis ini, memang agak jarang terjadi.
Parasit, penyebab usus meradang yaitu giardia, yang masuk ke dalam tubuh melalui
air yang tercemar. Biasanya, parasit ini ada di dalam air kolam renang, air sungai,
hingga air danau, sehingga sangat mudah menginfeksi tubuh orang yang suka
berkreasi ke tempat tersebut.
Iskemik adalah kondisi di mana suatu jaringan tubuh mengalami kerusakan sel, akibat tidak
adanya aliran darah ke bagian jaringan tersebut. Hal ini yang terjadi pada usus jika
mengalami kolitis iskemik. Dalam kondisi ini, radang dan luka muncul akibat gangguan
aliran darah ke bagian usus, sehingga usus tak mendapatkan makanan. Lama-kelamaan,
jaringan usus rusak dan muncul luka serta peradangan. Orang yang berisiko untuk mengalami
hal ini yaitu:
Orang yang lanjut usia (lansia). Penuaan mengakibatkan aliran darah sudah tak baik
dan lancar lagi, selain itu, lansia yang memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes,
tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi memiliki peluang yang lebih tinggi untuk
mengalami kolitis iskemik.
Pasien dengan atrial fibrilasi, yang memang memiliki gangguan aliran darah di dalam
tubuhnya
Orang yang mengalami anemia atau tekanan darah rendah
Penyakit inflammatory bowel syndrome (IBD) atau iritasi usus dapat menyebabkan
penderitanya mengalami radang usus. Masalah kesehatan ini berhubungan dengan gangguan
autoimun. Radang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuhnya sendiri
yang sehat dan akhirnya mengalami peradangan usus. Kondisi ini yang terjadi pada penderita
IBD yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
4. Kolitis mikroskopik
Kondisi ini cukup jarang terjadi dan biasanya menyerang wanita yang telah lanjut usia.
Diduga kuat, penyakit ini diakibatkan oleh genetik. Akan tetapi, penyebab pastinya belum
diketahui. Gangguan kesehatan ini menyebabkan penderitanya mengalami diare
berkepanjangan.
5. Kolitis akibat alergi
Radang usus juga bisa disebabkan oleh alergi makanan yang biasanya rentan terjadi pada
bayi di bawah satu tahun. Ketika si kecil alergi terhadap suatu makanan seperti susu sapi atau
susu kacang kedelai, maka tubuh akan mengeluarkan respon alergi dan peradangan. Dalam
kasus ini, yang meradang adalah usus.
Sirosis. Sirosis bisa menyebabkan penumpukan cairan pada rongga perut (asites) yang
dapat memicu infeksi.
Menjalani CAPD. Menjalani CAPD tanpa memperhatikan kebersihan dan
sterilitasnya berisiko menimbulkan infeksi.
Pecahnya organ dalam, seperti usus buntu yang pecah pada penyakit usus buntu atau
lambung yang pecah akibat tukak lambung,
Radang panggul.
Penyakit saluran pencernaan, seperti penyakit Crohn dan diverkulitis.
Pankreatitis.
Pasca pembedahan rongga perut.
Luka pada perut akibat tusukan pisau atau tembakan.
Ulcerative colitis (UC) atau kolitis ulseratif adalah penyakit yang ditandai dengan
peradangan pada dinding saluran usus. Penyakit ini termasuk salah satu jenis yang lebih
spesifik dari radang usus besar (kolitis) atau inflammatory bowel disease (IBD). Kolitis
ulseratif memiliki beberapa jenis, yang meliputi:
Iritasi dan peradangan di dinding usus dapat mengganggu proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi makan ke seluruh tubuh. Ulcerative colitis adalah kondisi yang dapat
menyebabkan usus besar seseorang membengkak dan dapat menimbulkan perforasi kecil.
Perforasi adalah perlubangan jaringan di usus yang memungkinkan feses bocor ke dalam
perut seseorang. Komplikasi ini dapat menyebabkan infeksi peritonitis yang mengancam
nyawa.
Kolitis ulseratif biasanya bermula dari terbentuknya luka di rektum, lalu menjalar ke atas.
Luka di usus besar ini menyebabkan penderitanya lebih sering buang air besar dan tinja yang
keluar disertai dengan darah atau nanah. Gejala kolitis ulseratif akan hilang-timbul sepanjang
hidup penderitanya. Meski demikian, pengobatan yang tepat dapat membantu meredakan
gejala dan mencegah penyakit ini kambuh. Kolitis ulseratif merupakan salah satu penyakit
radang usus, selain penyakit Crohn.
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, penyakit ini diduga
dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel sehat di
saluran pencernaan. Kondisi tersebut menyebabkan peradangan dan luka di dinding dalam
usus besar.Kolitis ulseratif juga diyakini dipicu oleh faktor lingkungan, seperti infeksi virus
atau stres. Bisa juga akibat penggunaan pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), atau
antibiotik.
B. Penyakit Kolitis
Penyakit kolitis atau radang usus (inflammatory bowel disease, IBD) adalah istilah umum
yang digunakan untuk mendiagnosis radang kronis di saluran gastrointestinal. Kolitis
umumnya jauh lebih akut dan serius daripada sindrom iritasi usus yang memengaruhi
kemampuan otot usus besar untuk berkontraksi. Dalam Kolitis, radang usus bawah biasanya
menghalangi pencernaan makanan sepenuhnya dan menghentikan penyerapan nutrisi
makanan. Berikut merukan intervensi atau penatalaksanaan gizi yang harus dilakukan oleh
penderita kolitis:
a. Menghindari konsumsi makanan olahan susu, seperti keju, yoghurt, susu berlemak
jenuh, dan ice cream. Hal tersebut dikarenakan penderita kolitis cenderung
mengalami intoleransi terhadap laktosa (atau tidak bisa mengonsumsi produk
olahan susu) sering kali merupakan komplikasi penyakit Crohn dan kolitis
ulseratif. Makanan tersebut dapat diganti oleh susu kedelai dan susu almond.
b. Mengurangi makanan yang memiliki tinggi serat (insoluble), seperti kubis,
brokoli, jagung manis, kacang-kacangan, kulit buah apel dan anggur, karena jenis
serat ini melewati seluruh traktus digestius tanpa dicerna, dan dapat menempel
pada dinding colon ketika inflamasi, semakin mengiritasi kolon dan memperparah
colitis. Serat yang soluble sangat baik untuk penderita kolitis karena akan dicerna
dalam kolon, menghasilkan feses yang lunak dan pergerakan usus yang bagus,
tidak menempel pada dinding usus dan tidak menyebabkan inflamasi. Contoh
serat yang soluble adalah buah dan sayuran yang sudah dikupas, bubur, dan nasi
putih.
c. Menghindari makanan berlemak, karena hal tersebut menyebabkan penderita akan
mengalami sakit perut dan diare.
d. Tidak mengonsumsi makanan yang memiliki kadar gula yang tidak dapat diserap
oleh tubuh, seperti sorbitol, manitol, xylitol, dan maltitol.
e. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh untuk menghindari kemungkinan dehidrasi
akibat diare pada penderita dan mengurangi minuman berkafein.
f. Frekuensi makan sedikit namun sering.
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sardjito. 2018. Rentang Waktu antara Onset sampai waktu dirawat sebagai Faktor Prediktif
Mortalitas Pascaoprasi Peritonitis. Tersedia pada :
file:///C:/Users/Acer/Downloads/S2-2017-380958-introduction%20(2).pdf.
Diakses pada (20 Oktober 2019).
Adi, Triy. 2014. Asuhan Keperawatan pada Tn. S Dengan Post Operasi Laparatomi Et Cause
Peritonitis. Tersedia pada :
http://repository.ump.ac.id/2677/2/TRIYADI%20BAB%20I.pdff. Diakses pada
(20 Oktober 2019).
Anonim. 2014. Peritonitis. Tersedia pada :
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/b1b6ebcf3bb39cf4c42e3e9755b4a9
95.pdf. Diakses pada (20 Oktober 2019).
Salverra Yosy, Deny. Hasri Salwan. 2014. Inflammatory Bowel Disease Pada Anak. Tersedia
pada : https://media.neliti.com/media/publications/181788-ID-inflammatory-
bowel-disease-pada-anak.pdf. Diakses pada (20 Oktober 2019).
Gunawan, Marissa. 2013. Kolitis Ulseratif. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/17998670/114212909-Kolitis-Ulseratif. Diakses pada
(20 Oktober 2019).
Nurcholis. 2014. Asuhan Keperawatan Gastritis, Enteritis dan Kolitis. Tersedia pada :
https://www.academia.edu/9210416/Makalah_Gastritis_Entritis_dan_Kolitis.
Diakses pada (20 Oktober 2019).
Etika Mika, Nimas. 2017. Sakit Perut Biasa Atau Gejala Radang Usus (Kolitis)? Cari Tahu
Lebih Jauh, Yuk!. Terdapat di : https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-
colitis-adalah-radang-usus/. Diakses pada 20 Oktober 2019
Nimas Mita Etika M. 2019. “ Gejala Radang Usus (Kolitis). Tersedia pada :
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kolitis-colitis-adalah-radang-
usus/
Salverra Yosi, Deny dan Hasri Salwan. 2014. Inflammatory Bowel Disease Pada Anak.
Jurnal MKS, Th. 46,No.2, April 2014. Tersedia pada :
https://media.neliti.com/media/publications/181788-ID-inflammatory-bowel-disease-
pada-anak.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2019.
Ayu Sholihati Nafisah, Aprilia. 2017. “Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Peritonitis Umum”.
Terdapat pada: https://www.scribd.com/document/342157480/Penatalaksanaan-Diet-
Pada-Pasien-Peritonisis-Umum. Diakses pada 20 Oktober 2019.
Skow, Sami. 2018. “Diet Untuk Penyakit Radang Usus”. Terdapat pada:
https://id.wikihow.com/Diet-untuk-Penyakit-Radang-Usus. Diakses pada 21 Oktober
2019.