Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG AKTIVITAS

PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT PADA BANK UMUM DI MEDAN

Adat Muli Peranginangin, SE


(STIE Surya Nusantara)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh system informasi
akuntansi dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit pada bank umum di
Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi bagi para manajemen bank
umum di Medan saat mengambil kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas pengendalian internal
kredit.
Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan bagian kredit yang bekerja di bank
umum yang dikota Medan. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dengan
memberikan 40 kuesioner kepada 4 bank umum yang terdapat di Medan 2008. Data yang diolah
berjumlah 36 kuesioner (n=36). Model penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.
Teknik pengujian hipotesis menggunakan uji t pada taraf kesalahan 5%. Hasil uji hipotesis
menunjukkan, nilai T test signifikan pada α =0,05 (p=0,000; p < 0,05), yang berarti bahwa
persamaan regresi yang dihasilkan, yaitu Y = 0.077 + 0.280X dapat digunakan untuk
memprediksi variabel aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Nilai R Square sebesar
62,9% berarti bahwa aktivitas pengendalian internal pemberian kredit dijelaskan 62,9% oleh
system informasi akuntansi, sedangkan sisanya 37,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai T-hitung system informasi akuntansi (X)
adalah = 4.720. Sedangkan nilai T-tabel system informasi akuntansi (X) adalah = 1.690. Jadi nilai
T-hitung > T-tabel sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, berarti system informasi
akuntansi dapat berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit.

Kata kunci : Sistem Informasi Akuntansi, Aktivitas Pengendalian Internal, Pemberian Kredit.
PENDAHULUAN
Setiap pihak manajemen baik perusahaan dagang, Jasa, industry, maupun perbankan selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pencapaian efisiensi dan efektifitas. Namun, krisis
ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 membuat bank-bank banyak yang mengalami
likuidasi akibat kredit macet, padahal pada saat itu banyak bank yang sudah mempergunakan
system informasi akuntansi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
maupun aktivitas pengendalian internal. Salah satu penyebab terjadinya kredit macet adalah
kurangnya pengendalian yang dilakukan pihak kreditur yaitu bank sebelum melakukan pemberian
kredit. Kredit macet yang terjadi di masa lampau membuat manajer para bank saat ini melakukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap permohonan kredit. Unsur-unsur pengendalian internal
menurut Satriyantono (2007) adalah lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring.
Dalam melakukan aktivitas pengendalian internal, manajemen membutuhkan informasi
yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Informasi yang baik dan benar akan
menghasilkan keputusan yang benar. Namun informasi yang salah juga dapat menghasilkan
keputusan yang salah yang dapat berdampak buruk pada perusahaan atau bank. Informasi yang
baik adalah informasi yang dapat disediakan tepat waktu dan dapat dipercaya, disertai dengan
kerjasama berbagai pihak yang terlibat (Wirnarno,1994). Untuk menghindari kredit macet tersebut
pihak pemberi kredit (kreditur) perlu memanfaatkan system informasi akuntansi dalam menunjang
efektivitas pengendalian internal pemberian kredit bagi pihak peminjam (debitur).

TELAAH TEORITIS
System Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi adalah informasi formal dalam pengertian yang paling lazim
yang mencakup semua karakteristik termasuk tujuan, tahapan, tugas, pemakai, dan sumber daya.
Sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang memliki unsur-unsur yang saling terkait
dan berhubungan serta mempunyai tujuan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi
untuk mencapai tujuan.
Sistem informasi akuntansi menurut Chusing dan Romney (1997;2) dalam Rimbawa
(2005) yaitu bahwa sistem informasi akuntansi dimulai dari pemrosesan data dan transaksi yang
nantinya akan memberikan informasi kepada penggunaanya yang akan dijadikan sebagai dasar
perencanaan dan mengendalikan jalannya kegiatan operasi perusahhan. Sedangkan Susanto
(1993;12) memberikan pengertian berbeda tentang sistem informasi akuntansi yaitu sebagai suatu
sistem pengolahan data akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat dan metode
berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi
akuntansi keuangan dan informasi manajemen yang terstruktur .
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah
penggabungan dua sumber daya manusia dari alat yang melakukan kerjasama dengan yang lainnya,
kerjasama tersebut menghasilkan transpormasi data keuangan menjadi informasi keuangan yang
akhirnya dapat mengkomunikasikan informasi keuangan tersebut kepada pemakai sebagai landasan
pengendalian untuk pengambilan keputusan.

Karakteristik Sistem Informasi Akuntansi


Menurut Chusing dalam Kosasih (1997;440) bahwa sistem informasi yang baik harus
memiliki karakteristik sabagai berikut: Usefullness, economy, reliability, customer service,
capacity, simplicity, flexibility.
Secara singkat kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Usefullness
Sistem harus menghasilkan suatu informasi yang berguna, ini berarti informasi yang
dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan (relevan) dan tepat waktu, sehingga berguna
bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan.
2. Economy

21
Seluruh komponen dari sistem harus dapat memberikan sumbangan yang besar dari biaya
yang dikeluarkan.
3. Reliability
Produk dari suatu sistem harus dapat diandalkan, informasi yang dihasilkan melalui sistem
harus mempunyai ketelitian yang tinggi dan sistem itu sendiri harus mampu beroperasi
secara efektif.
4. Customer service
Sistem harus dapat memberikan layanan yang baik kepada para pelanggan.
5. Capacity
Kapasitas dari suatu sistem harus memadai untuk menghadapi operasi pada kapasitas
penuh seperti halnya pada operasi berjalan normal.
6. Simplicity
Sistem harus sederhana, sehingga semua struktur dan operasinya dapat dimengerti serta
prosedurnya dapat diikuti dengan mudah.
7. Flexibility
Sistem harus luwes dalam menampung dan menghadapi semua perubahan yang terjadi baik
dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Tujuan Sistem Informasi Akuntansi


Tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah menyediakan informasi dengan cara
membuat atau menerbitkan laporan-laporan, misalnya laporan keuangan. Manfaat sistem informasi
akuntansi menurut Leich (1992;5) dalam Widjaja (2001) adalah untuk pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pengendalian aktivitas. Aktivitas tersebut adalah:
a. Proses data transaksi dari hari ke hari menjadi informasi yang berguna dalam pengendalian
organisasi.
b. Pengambilan keputusan, perencanaan dan pengendalian aktivitas untuk pengambilan
keputusan pihak manajemen membutuhkan informasi yang tepat. Untuk perencanaan
meliputi penetapan tujuan, aktivitas yang akan dilakukan dan sumber data yang penting
untuk digunakan dan pengendalian aktivitas diperlukan melalui perencanaan, penetapan
standar atau kriteria lain, dan membandingkan hasil yang dicapai dengan yang
direncanakan.
c. Produk dan jasa juga menggunakan informasi untuk menjelaskan pencatatan secara detail
kepada pihak yang membutuhkan.

Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi


Unsur-unsur sistem informasi akuntansi seperti yang dikemukakan Susanto (1999;12)
dalam Rimbawa (2005) adalah sebagai berikut:
1. Manusia
Peran manusia dalam sistem informasi akuntansi adalah mengambil keputusan apakah
sistem dapat dilaksanakan atau tidak.
2. Alat
Alat adalah unsur sistem informasi akuntansi yang digunakan mulai terjadinya transaksi
sampai laporan dihasilkan. Alat tersebut dapat berbentuk formulir, catatan, data laporan,
dan komputer.
3. Metode
Metode adalah gambaran prosedur dalam sistem informasi akuntansi yang mencakup
jalannya transaksi hingga berakhirnya transaksi.

Pengertian Kredit
Dalam arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa Latin kredit
berarti “credere” artinya percaya. Maksud dari percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya
kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan
perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga
mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.

22
Menurut Sinungan (1990) dalam Rahmadana (2002), kredit adalah pemberian prestasi oleh
suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang
akan disertai dengan suatu kontra prestasi yang berupa bunga. Sedangkan pengertian kredit
menurut Kotler dalam Pudjomulyono (1990), kredit adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan
pembelian atau mengadakan pinjaman dengan surat perjanjian, pembayaran akan dilakukan dan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.
Menurut UU No.7 tahun 1992 yang telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, terdapat
dua istilah yang berbeda namun mengandung makna yang sama yaitu kredit dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Definisi kedua istilah tersebut adalah sebagai berikut :
• Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
• Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Dari kedua rumusan tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk kontra prestasi yang diberikan
debitur kepada bank atas pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah. Pada
bank konvesional yang menggunakan istilah pembiayaan kontra prestasinya berupa imbalan atau
bagi hasil sesuai kesepakatan bersama.
Dari pengertian kredit diatas dapatlah dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman (kredit)
dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah menyelesaikan
pinjamannya kepada perusahaan atau bank sebagai pemberi pinjaman (krediktur), dengan cara
mengembalikan uang pinjaman dan membawa sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Bila masalah ini terjadi maka dapat kita lihat berpindah materi dari yang member kredit
kepada yang diberi kredit sehingga terjadi dua pihak yang terlibat, yaitu:
a. Pihak yang berkelebihan uang yang disebut pemberi kredit (kreditur).
b. Pihak yang membutuhkan uang yang disebut penerima kredit (debitur).

Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung didalam pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,barang
atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan
tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohonan kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si
pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa
berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak
tertagihnya / macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya
demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja
oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana
alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas Jasa

23
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal
dengan nama bunga.

Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitasi kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit
tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Menurut Rahmadana (2002) adapun
tujuan pemberian suatu kredit antara lain :
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal tersebut
terutama dalam kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk
kelangsungan hidup bank. Jika hidup bank yang terus menerus kerugian, maka besar kemungkinan
bank tersebut akan dilikuidir atau dibubarkan.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investai maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3.Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka
semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan
diberbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah denagn menyebarnya pemberian kredit adalah :

• Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank


• Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga
kerja yang masih menganggur.
• Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat
• Menghemat devisa Negara teruttama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan
apabila sudah dapat diproduksi didalam negri dengan fasilitasi kredit yang ada jelas akan
dapat menghemat devisa Negara.
• Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayi untuk keperluan
ekspor.

Fungsi Kredit
Menurut Rahmadana (2002) suatu fasilitasi kredit memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat mendapatkan guna uang maksudnya jika uang disimpan saja
tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut
menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh sipenerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau yang di salurkan akan beredar dari suatu wilayah
kewilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh uang bank akan dapat digunakan oleh sidebitur unutk
mengelolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula menimgkatkan jumlah yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

24
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan stabilitas ekonomi karena dengan adanya
kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negri ke luar
negri sehingga meningkatkan devisa Negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatakan kegairahan berusaha, apalagi bagi
sinasabah yang memang modalnya pas-pas an .
7. Untuk meningakatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik maka
pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi
pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan mendapat
meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan
atau jasa lainnya.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional


Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antar
sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan
meningkatkan kerja sama di bidang lainnya maka dengan adanya kredit maka terlaksana
pula program pemerintah yang sesuai dengan rencana pembangunan nasional dewasa ini
dan bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah akan tetapi juga dilaksanakan oleh pihak
swasta nasioanl sesuai dengan keputusan pemerintah. Tentu saja dalam hal ini dalam
melaksanakan pembangunan tersebut akan lebih banyak memerlukan modal, oleh karena
itu pengusaha ekonomi lemah yang kekurangan modal dapat mengajukan permohona
kredit dengan demikian sangat membantu dalam pembangunan nasional.

Jenis-Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit yang diberikan perbankan kepadaa masyarakat menurut Suyatno
(1999;25) dalam Rimbawa (2005) dapat dibagi ke dalam berbagai sudut :
1. Kredit berdasarkan sudut tujuannya.
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan memperlancar jalannya
proses
konsumsi.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan memperlancar jalannya proses
produksi.
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membeli barang untuk kemudian
dijual
kembali. Kredit perdagangan terdiri atas :
• Kredit perdagangan dalam negeri
• Kredit perdagangan luar negeri
2. Kredit berdasarkan jangka waktunya.
a. Kredit jangka pendek ( Short Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal
satu
tahun. Kredit jangka pendek dapat berbentuk :
• Kredit rekening Koran, yaitu kredit yang diberikan bank kepada nasabah dengan flafon
tertentu.
Nasabah mengambilnya sebagian demi sebagian sesuai kebutuhan dan biaya yang
dibayarkan
sesuai dengan jumlah yang digunakan.
• Kredit penjualan ( Leveranciers credit), yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pihak
pembeli. Penjual menyerahkan barangnya terlebih dahulu baru kemudian menerima
barang-

25
barang yang dibelinya.
• Kredit pembeli (Afnemers credit), yaitu kredit yang diberikan pembeli kepada penjual.
Pembeli
menyerahkan uangnya terlebih dahulu atas barang-barang yang dibelinya baru kemudian
setelah
beberapa waktu menerima barang yang dibelinya.
• Kredit wesel, kredit wesel terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan surat pengakuan
utang
yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu, kepada pihak
tertentu,
pada saat tertentu, dan setelah ditandatangani surat wesel dapat dijual atau diuangkan
kepada
bank.
• Kredit eksploitasi, yaitu kredit yang diberikan suatu bank untuk membiayai current
operation
suatu bank.
b. Kredit jangka menengah (Medium Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu 1-3
tahun
kecuali kredit tanaman musiman. Contoh kredit jangka menengah adalah kredit modal
kerja permanent (KMKP) yang diberikan dengan jangka waktu maksimal 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang ( Long Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari
3
tahun, kredit ini umumnya adalah kredit investasi.

Prinsip-prinsip Kredit
Pertimbangan utama memberikan kredit adalah apakah kredit tersebut mampu dilunasi atau
tidak, namun selain itu pada umumnya para analisis kredit memiliki kerangka analisis kredit yang
disebut “Prinsip 5C” dalam mempertimbangkan permohonan kredit {Kasmir (2005;15) dalam
Rimbawa(2005)}. Prinsip 5 C tersebut adalah :

1. Character
Karakter berhubungan dengan kemauan moril calon krediktur untuk membayar atau
melunasi kembali seluruh pinjamannya.
2. Capacity
Kemampuan menyangkut arus kas dimana arus kas tersebut mampu melunasi utang.
3. Capital
Modal menunjukkan posisi keuangan debitur, untuk menunjukkan kekuatan dari neraca
debitur.
4. Collateral
Jaminan merupakan jalan keluar kedua. Apabila kreditor tidak mampu melunasi utangnya
maka bank akan menjual jaminannya yang hasilnya akan disunakan untuk melunasi kredit
usaha yang tersisa. Oleh karena itu, sebaiknya nilai jaminan harus mampu menutupi
pinjaman kreditur.
5. Condition
Kondisi menunjukkan sensivitas peeminjaman atas tekanan-tekanan eksternal seperti
tingkat bunga, siklus usaha, dan tingkat persaingan.
Kebijakan Kredit
Kebijakan kredit yang baik adalah keijakan yang flaksibel untuk setiap keadaan yang
berubah-ubah dan memberikan peluang untuk keputusan-keputusan individual. Kebijakan kredit
menurut suyatno (1999;16) adalah sebagai berikut :
1. Pemberian kredit harus sesuai dan seirama dengan kebijaksanaan meneter dan ekonomi.
2. Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang diproritasikan.
3. Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang diragukan dengan bank
abilitynya.

26
4. Setiap kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit, disini tersirat pertimbangan
yuridis dari penghasilan pemerintah dengan adanya materai kredit.
5. Overdraft dari penarikan uang dari bank melebihi saldo giro atau melebihi platform kredit
yang disetujui dilarang.
6. Pemberian kredit untuk pembayaran kembali kepada pemerintah dilarang.
7. Kredit tanpa jaminan dilarang.
Kebijakan kredit seperti di atas perlu dilakukan untuk menghindari kredit macet. Factor
adanya jaminan penting untuk diperhatikan bank, seperti yang tertulis pada pasal 8 UU Perbankan
Tahun 1992 yaitu :
“ Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Selain jaminan, hal lain yang perlu diperhatikan baik bank sabagai kreditur maupun
nasabah sabagai debitur, yaitu perjanjian kredit. Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam pemberian, pengembalian maupun pelaksanaan kredit itu sendiri.

Prosedur Pemberian Kredit


Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh perbankan pada umumnya tidak jauh
berbeda. Perbedaannya terletak pada persyaratan yang ditetapkan dan pertimbangan masing-
masing. Menurut Tanjung (2008) prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman
perseorangan dan badan dan hukum, secara umum adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan berkas pinjaman
2. Wawancara I
3. On the spot
4. Wawancara II
5. Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit
6. Keputusan Kredit
7. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya
8. Realisasi kredit
9. Penyaluran/penarikan
Secara detail prosedur pemberian kredit adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan proposal kredit hendaklah berisi antara lain :
• Latar belakang perusahaan
• Maksud dan tujuan
• Besarnya kredit dan jangka waktu
• Cara pengembalian kredit
• Jaminan kredit
Proposal hendaknya sudah dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :
• Akte notaris
• Tanda daftar perusahaan (TDP)
• Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)
• Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir
• Bukti diri dari pimpinan perusahaan
• Foto copy sertifikat jaminan
2. Pemeriksa berkas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap
sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau
cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu
tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan
kredit dibatalkan saja.
3. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjaman dengan langsung berhadapan dengan
calon peminjaman.

27
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah
dilakukan on the spot di lapangan.
6. Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit
Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan kredit yang
sebernarnya.
7. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau
ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup :
• Jumlah uang yang diterima
• Jangka waktu, dan
• Biaya-biaya yang harus dibayar
8. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit
dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit.
9. Realisasi kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening
giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
10. Penyaluran/penarikan
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian
kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara
bertahap.

Pengendalian Internal
Pada perusahaan yang kegiatan usahanya besar,pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi
untuk mengawasi setiap tahap kegiatan operasi. Sehingga pimpinan melimpahkan sebagian
wewenang agar dapat dapat membantu sebagian wewenangnya dan membantu melaksanakan
tugasnya dengan baik.

Pengertian Pengendalian Internal


Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-masing sistem yang
dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi
tertentu. Pengertian pengendalian internal yang ditetapkan Comitte of Sponsoring Organization
(COSO) dalam Ratiff (1996;91) adalah suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan
direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan
tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Keefektifan dan efesiensi operasional perusahaan
b. Pelaporan keuangan yang handal
c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan

Kriteria Pengendalian Internal


Menurut Arrens (2000:273) dalam Rimbawa (2005;24) yang kriteria pengendalian kredit
dapat dibagi menjadi enam unsur, yaitu :

1. Personil yang kompeten dan dapat dipercaya dengan penetapan wewenang serta tanggung
jawab
yang jelas.
2. Pemisahan fungsi yang menandai untuk menghindari kesalahan-kesalahan baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Pemisahan fungsi fungsi tersebut meliputi :
a. Pemisahan antara penyimpanan harta dan pencatatannya.
b. Pemisahan antara otorisasi transaksi dengan penyimpanan harta yang bersangkutan.

28
c. Pemisahan tugas dalam fungsi akuntansi
d. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pencatatannya.
3. Penetapan prosedur otorisasi yang layak baik otorisasi yang bersifat khusus maupun
umum, setiap transaksi harus disahkan secara layak agar diperoleh pengendalian yang
memuaskan.
4. Adanya dokumen dan catatan yang memadai untuk meminjam ketepatan yang wajar
bahwa semua harta dapat diawasi atau dikontrol sebagaimana mestinya dan semua
transaksi dicatat dengan benar.
5. Pengendalian secara fisik antara aktiva dan catatan jenis pengamanan yang terpenting atas
aktiva dan catatan adalah suatu tindakan pencegahan secara fisik.
6. Adanya staf pemeriksaan internal yang independen. Unsur terakhir dari pengendalian
internal adalah suatu tindakan penelaahan yang diteliti dan berkesinambungan atas
pelaksanaan kelima unsur pengendalian internal yang lainnya.
Dari pembahasan tentang pengendalian internal sebagai suatu sistem maka tetap harus
diperhatikan bahwa unsur tersebut saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya.

Tujuan Pengendalian Internal


Tujuan pengendalian internal menurut Putra (2007) adalah:
a. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan
b. Pelaporan keuangan yang handal
c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Operasi yang efektif dan efisiensi
Tujuan pengendalian internal berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasi yang
ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala
hal kegiatan bisnis dan untuk mencegah penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
b. Pelaporan keuangan yang handal
Pengendalian internal dirancang untuk menjamin bahwa proses pengolahan data akuntansi
akan menghasilkan informasi keuangan yang diteliti dan handal.
c. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Pengendalian internal merupakan alat bantu untuk mendorong ditaatinya ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Aktivitas Pengendalian Internal
Aktivitas pengendalian internal menurut Satriyantono (2007) adalah sebagai berikut :
“Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang digunakan
untuk menjamin arahan manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian seharusnya
efisiensi dan efektif untuk mencapai tujuan pengendalian itu sendiri. Aktivitas pengendalian
meliputi :
• Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
• Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
• Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
• Pengendalian secara fisik terhadap asset dan catatan
• Evaluasi secara independen atas kinerja
• Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
• Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan.”

Keterbatasan Pengendalian Internal


Penting untuk dipahami bahwa aktivitas pengendalian internal yang efektif tidak
memberikan jaminan absolute akan tercapainya tujuan perusahaan tanpa adanya kesalahan dan
penyelewengan, sebab pengendalian internal mempunyai keterbatasan. Secara sederhananya dapat
dikatakan bahwa pengendalian yang handal tidak bisa mengubah manajer yang buruk menjadi
bagus. Akan tetapi pengendalian internal yang handal dan efektif dapat memberikan informasi

29
yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun
kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif pula. Menurut
Tuanakotta (1992;98-99) dalam Rimbawa (2005) batas-batas pengendalian internal adalah sebagai
berikut :
1. Persekongkolan (Collusion)
Pengendalian internal mengusahakan agar persekongkolan dapat dihindari sejauh mungkin
akan tetapi tidak jaminan bahwa persekongkolan tidak terjadi.
2. Biaya (Cost)
Pengendalian diperlukan untuk pelaksanaan operasi perusahaan yang efisien dan mencegah
tindakan yang dapat merugikan perusahaan.
3. Kelemahan Manusia (Human Error)
Pengendalian internal yang secara teoritis sudah baik namun dapat bocor juga dikarenakan
adanya kesalahan atau kelemahan yang dilakukan manusia.

KERANGKA BERPIKIR

Bagi pihak kreditur, diperlukan suatu aktivitas pengendalian internal pemberian kredit yang efektif
untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah. Dalam menjalankan aktivitas pengendalian internal,
manajer sebuah perusahaan atau perbankan harus memiliki informasi yang memadai tentang calon
penerima kredit. Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak yang membutuhkan, disusun
suatu sistem informasi akuntansi.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka didapat kerangka pemikiran teoritis
yang menunjukkan hubungan antara variabel dengan bentuk yang akan digambarkan sebagai
berikut:

X Y

Sistem Informasi Sistem Informasi


Akuntasi Akuntasi
Gambar 3.1
Model Kerangka Berpikir

Hipotesis
Sistem yang dapat membantu perusahaan atau bank dalam proses pemberian kredit adalah
sistem informasi akuntansi yang diperlukan dalam pengendalian kredit. Menurut Rimbawa (2005),
bahwa sistem informasi akuntansi yang memadai berperan dalam menunjang pengendalian internal
pemberian kredit yang diterapkan dalam Bank Jabar Cabang Suci.
Berdasarkan kerangka teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah :
Ha: Sistem informasi akuntansi berpengaruh dalam menunjang aktivitas pengendalian internal
pemberian kredit.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum di Medan. Proses pengumpulan data
dilakukan selama bulan Agustus 2008 dengan menyebarkan kuisioner kepada karyawan/staf bagian
pada Bank Umum di Medan.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah sekelompok atau sekumpulan orang, benda atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Sampel adalah sesuatu yang dipergunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok

30
yang lebih besar yang bertujuan untuk memperoleh informasi seluruhnya (Ikhsan, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang ada di Medan. Sedangkan sampel dalam penelitian
ini yaitu karyawan atau staf yang bekerja di bagian kredit Bank Umum di Medan.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini yaitu data subyek. Sumber data yaitu data primer yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli atau pihak pertama (Ikhsan, 2006).
Defenisi Variabel Penelitian
Ada 2 variabel penelitian yaitu variabel Aktivitas pengendalian internal pemberian kredit
(Y) sebagai variabel dependen, dan sebagai variabel independennya adalah sistem informasi
akuntansi (X). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Guttman, yang
menggunakan skala nominal (Ikhsan, 2006;139). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis
menetapkan nilai-nilai jawaban sebagai berikut : Ya=1, Tidak=0.

NO Variabel Defenisi Jumlah Skala


Kuesioner Pengukuran

1 Aktivitas Kebijakan, prosedur, teknik, dan 5 Nominal


Pengendalian mekanisme yang digunakan
Internal Pemberian untuk menjamin arahkan
Kredit manajemen telah dilaksanakan

2 Sistem Informasi Sistem informasi akuntansi


Akuntansi adalah penggabungan dua
sumber daya manusia dari alat
yang melakukan kerjasama
dengan yang lainnya, kerjasama
tersebut menghasilkan 18 Nominal
transformasi data keuangan
menjadi informasi keuangan
yang akhirnya dapat
mengkomunikasikan informasi
keuangan tersebut kepada
pemakai sebagai landasan
pengendalian keputusan

Teknik Pengumpulan Data


Data primer didapat melalui kuesioner yang dibagikan kepada staf karyawan yang
berhubungan dengan objek yang diteliti. Kuesioner yang dibagikan bersumber dari penelitian
terdahulu yaitu penelitian Dikdik Rimbawa tahun 2005.

Teknik Analisa Data


Data yang diperlukan untuk mengetahui peranan sistem informasi akuntansi dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit diperoleh melalui kuisioner dan
observasi. Adapun bentuk kuisioner yang penulis gunakan sebagai alat penelitian adalah close
question (pertanyaan tertutup), yaitu daftar pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah
ditentukan terlebih dahulu. Pilihan jawaban yang diberikan “ya” dan “tidak”, merupakan ukuran
tingkat kesesuaian dengan kriteria yang ditetapkan.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Mendeteksi normalitas dilakukan dengan cara uji statistik yang diukur dengan nilai
perhitungan Kolmogrov Smirnof Test. Syarat normalitas dengan menggunakan nilai
Kolmogrov Smirnof Test yaitu jika nilai probabilitasnya > 0,05. Jika nilai perhitungan

31
menunjukkan nilai probabilitasnya < 0,05 maka menunjukkan penolakan asumsi
normalitas.
b. Uji Heterokedositas
Uji heterokedositas bertujuan untuk mendeteksi adanya ketidaksamaan varian dari
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi gejala ini digunakan uji
Glejser yaitu membuat model regresi yang melibatkan nilai mutlak residual sebagai
variabel dependen terhadap variabel independen. Heteroskedastositas terdeteksi
apabila nilai signifikansi berada dibawah 0,05 (Ghozali. 2003:72)

Uji Hipotesis
a. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam bentuk suatu
persamaan regresi dengan menggunaka analisis regresi sederhana. Adapun rumus
pengujian hipotesis dengan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :
Y=a + bX
Dimana : Y : Aktivitas Pengendalian
a : Nilai intersep (Konstan)
b : Koefisien arah regresi
X : Sistem Informasi Akuntansi

b. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan uji t. Nilai t
hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf kesalahan
5% dengan derajat kebebasan n-2. Ketentuannya adalah :
- Apabila | thitung | > | ttabel | maka hipotesis diterima atau Sistem informasi akuntansi,
dapat berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit.
- Apabila | thitung | < | ttabel | maka hipotesis ditolak atau Sistem informasi akuntansi, tidak
berperan dalam menunjang aktivitas pengendalian internal pemberian kredit.
Untuk mempermudah dalam memperoleh hasil analisis dan lebih akurat, maka penelitian ini
menggunakan software statistik SPSS 15.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan data yang didapat dari situs Wikipedia berbahasa Indonesia bank umum yang
ada di kota Medan saat ini ada sekitar 23 bank, baik yang berbentuk sebagai bank umum persero,
bank umum swasta nasional devisa, bank campuran maupun bank asing. Namun, pada penelitian
ini peneliti hanya dapat menyebarkan kuesioner pada 4 bank saja yang sekaligus dijadikan sampel
dalam penelitian ini yaitu 2 bank umum persero dan 2 bank umum swasta nasional devisa.
Penyebab terbatasnya jumlah sampel dalam penelitian ini disebabkan beberapa hal diantaranya
penolakan yang disebabkan kesibukan pihak bank dan penolakan-penolakan yang bersifat non-
koperatif. Bank yang dijadikan sampel dalam ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Nama dan Alamat Bank

No Nama Alamat
1 PT. Bank Mandiri Tbk Jl. Imam Bonjol, Medan
2 PT. Bank Negara Indonesia Tbk Jl. Kesawan, Medan
3 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Jl. Diponegoro N0.35, Medan
4 PT. Bank Lippo Tbk Jl. Pemuda, Medan

Sebanyak 40 kuesioner dibagikan kepada responden yang ada di 4 bank umum di Medan
mulai tanggal 1 Agustus-18 Agustus 2008 dimana kuesioner yang kembali dan dapat diolah
sebanyak 36 eksemplar. Meskipun kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 36
32
eksemplar, namun jumlah itu telah memenuhi syarat minimal n =30, yang berarti data ini sudah
layak untuk di uji.
Berdasarkan demografi responden, maka responden dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok menurut lama bekerja, jenis kelamin dan pendidikan. Beberapa gambaran
demografi responden tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Lama Bekerja Dan Pendidikan

Menurut Lama Bekerja Menurut Pendidikan


Jumlah % Jumlah %
2-3 Tahun 21 58,3 D3 4 11,1
3-4 Tahun 12 33,3 S1 30 83,3
4-5 Tahun 2 5,6 S2 2 5,6
5-6 Tahun 1 2,8
Total 36 100 36 1000

Sumber : Data Diolah 2008

Dari 36 responden yang diolah, tercatat bahwa sebanyak 30 orang atau 83,3% yang
merupakan lulusan sarjana atau SI. Sedangkan berdasarkan lama bekerja, sebagian besar yang
menjadi responden telah bekerja dalam rentang waktu 2-3 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau
58,3%.
Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Menurut Jenis Kelamin


Jumlah %
Pria 27 75
Wanita 9 25
Total 36 100
Sumber : Data Diolah 2008

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa responden pria lebih mendominasi dibandingkan
responden wanita. Responden pria memiliki persentase 75% sedangkan responden wanita 25%.

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Normalitas sebaran data selain merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus diuji
dalam analisis regresi, juga merupakan syarat penting untuk menentukan alat uji yang akan
digunakan untuk menjawab hipotesis. Untuk itu, maka dalam penelitian ini, uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan perhitungan Kolmogrov Smirnov Test.
Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel 4.4 menunjukkan distribusi
yang normal pada model yang digunakan dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,105 (0,105 > 0,05)
sehingga bisa dilakukan regresi dengan model liniear sederhana.

Tabel 4.4 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed
Residual

33
N .36
Normal Parameter a,b Mean .0000000
Std. Deviation .202
Most Extreme Absolute .47774430
Differences Positive .202
Negative -.138
Kolmogorov-Smimov Z 1.214
Asymp. Sig.(2-tailed) .105

b. Uji Heterokedastisitas
Hasil uji heterokedastisitas yang dilakukan melalui uji glejser dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.5 Uji Heterokedastisitas

Model T Sig

0.415 0.681
(Constant)
0.130 0.897
Sistem Informasi Akuntansi
Sumber Data Diolah Lihat Lampiran D

Heterokedastisitas terdeteksi apabila nilai signifikansi berada di bawah angka 0,05.


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai variabel bebas tidak signifikan pada taraf 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa model regresi adalah homokedastisitas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk memprediksi.

Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi
sebagai variabel independen terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian kredit sebagai
variabel dependen. Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak digunakan statistik t (uji
t). Jika T-hitung < T-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika T-hitung > T-tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika tingkat signifikan dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi


Variabel Koefisien Standar t-value ρ Ket
Beta Error
(Constant) .077 0.894 0.086 0.932

Sistem Informasi Akuntansi 0.280 0.059 4.720 0.000 S

R Square = 0.629 ρ= 0.000 n = 36


Adj.R Square = 0.378
Sumber : Data Diolah Lihat Lampiran D

Hasil hipotesis menunjukkan, nilai t test signifikan pada α = 0,05 ( p =0,000; p < 0,05),
yang berarti bahwa dapat digunakan untuk memprediksi variabel aktivitas pengendalian internal
pemberian kredit. Koefisien regresi variabel sistem informasi sebesar 0.280 persamaan regresi yang
dihasilkan, yaitu Y = 0.077 + 0.280X menunjukkan setiap pertambahan satu satuan pada aktivitas
pengendalian internal pemberian kredit, maka akan disesuaikan dengan pertambahan nilai pada

34
variabel sistem informasi akuntansi sebesar 0.280. Nilai R square sebesar 62,9% bahwa aktivitas
pengendalian internal pemberian kredit yang merupakan variabel dependen dapat dijelaskan
sebesar 62,9% oleh sistem informasi akuntansi. Sedangkan sisanya 37,1% dijelaskan oleh variabel
lainnya.
Dengan jumlah sampel (n) sebanyak 36 sampel dan jumlah variabel independent dan
dependen (k) sebanyak 2, maka ditentukan T-tabel dengan menggunakan rumus derajat pembilang
(df) = n – k = 36 – 1 = 35. Nilai df adalah 35, sehingga nilai T-tabel adalah 1,690. Hasil analisis di
atas menunjukkan bahwa nilai T-hitung sistem informasi akuntansi (X) adalah =4.720. Sedangkan
nilai T-tabel sistem informasi akuntansi (X) adalah = 1.690. Jadi nilai T-hitung > T- tabel sehingga
hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.

PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari jawaban
responden. Responden penelitian ini adalah karyawan atau staf yang bekerja di bagian kredit pada
Bank Umum di Medan. Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden yang ada di 4 bank
umum di Medan adalah 40 eksemplar dimana kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak
36 eksemplar.
Pada penelitian ini dilakukan uji asumsi klasik terhadap seluruh data diantaranya adalah uji
normalitas dan uji heterokedastisitas. Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dan
hasilnya menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yang artinya data
terdistribusi secara normal. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji glejser dimana hasilnya
menunjukkan bahwa nilai t lebih besar dari 0,05 yang artinya model regresi dalam penelitian ini
telah bebas dari heterokedastisitas.
Dalam penelitian ini, selain melakukan uji asumsi klasik juga dilakukan uji hipotesis.
Hipotesis dilakukan dengan uji t dimana hasilnya menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima
karena T-hitung > T-tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sehingga hasil dalam
penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rimbawa
tahun 2005 dimana hasil penelitiannya yaitu pelaksanaan sistem informasi akuntansi sangat
berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit.

KESIMPULAN
Sistem informasi akuntansi terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
aktivitas pengendalian internal pemberian kredit. Hal ini terlihat dari nilai T-hitung > T-tabel
sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Sehingga hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dikdik Rimbawa dimana
pelaksanaan sistem informasi akuntansi sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian
internal pemberian kredit.

Saran
1. Untuk meningkatkan keakuratan jawaban kuesioner, maka perlu dilakukan upaya seperti
meminta catatan atau dokumen yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit.
2. Penelitian ini hendaknya menambah variabel penelitian yang kemungkinan berpengaruh
terhadap aktivitas pengendalian internal pemberian kredit.
3. Sampel pada penelitian ini sebaiknya diperbanyak atau diperluas yaitu dengan menambah
jumlah bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka
Hall, A. James (2001). Sistem Informasi Akuntansi, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Ikhsan, Arfan dan Imam Ghozali (2006). Metode Penelitian untuk Akuntansi dan Manajemen.
Medan: Madju.

35
Marianus Sinaga dan Joseph W. Wilkinson (1992). Sistem Informasi dan Akuntansi, Edisi Kedua,
Jilid I. Penerbit Erlangga.
Putra (2007). Sistem Pengendalian Internal (SPI) – Basic. http://putra-finance-accounting-
taxation.blogspot.com
Rahmadana, M. Fitri dan Hafniah Lumbanraja (2002). Analisis Pemakaian Jasa Kredit Pada Perum
Pegadaian Kantor Wilayah Medan. http://www.manbisnis2.tripod.com
Rimbawa, Dikdik (2005). Peranan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Menunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Pemberian Kredit. http://widyatama.ac.id
Satriyantono (2007). Pengendalian Internal. http://satriyantono.netsai_ugmpublikasi_2.php
Situmorang Syafrizal Helmi (2008). Analisis Data Penelitian. Menggunakan Program SPSS.
Medan. USU Press.
Sugiyono (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.
Sularso, Sri (2004). Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Tanjung, Edo (2008). Pengenalan Perkreditan. http://www.usaha-umkm.blog.com
Widjaja,Rahmat (2001). Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Atas Siklus Pengeluaran pada
PT. Saptawahana Mulia. Gresik http://digilib.petra.ac.id

36

Anda mungkin juga menyukai

  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen17 halaman
    Kelompok 5
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen14 halaman
    Kelompok 2
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen19 halaman
    Kelompok 1
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • 7.kelompok 7
    7.kelompok 7
    Dokumen14 halaman
    7.kelompok 7
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 8
    Kelompok 8
    Dokumen6 halaman
    Kelompok 8
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen12 halaman
    Kelompok 6
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kel0mpok 5
    Kel0mpok 5
    Dokumen14 halaman
    Kel0mpok 5
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen11 halaman
    Kelompok 3
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen21 halaman
    Kelompok 1
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen14 halaman
    Kelompok 2
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pengadaan Jaringan Pada Lab Network
    Proposal Pengadaan Jaringan Pada Lab Network
    Dokumen16 halaman
    Proposal Pengadaan Jaringan Pada Lab Network
    Nada Citra Lestari
    Belum ada peringkat