Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN RUJUKAN

DI

PUSKESMAS KECAMATAN CAKUNG


BAB I

PENGERTIAN

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah


kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik
secara vertical maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga
ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan
bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922/2008)

Pelayanan Kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu :

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh
dokter spesialis atau dokter gigi spesialisyang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh
dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan


tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundang-unangan yang berlaku

System rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan


pelayanan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertical maupun horizontal

Pelimpahan wewenang dalam system rujukan dibagi menjadi :


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tersebut tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur

Syarat Rujukan

1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan


wewenang untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan
dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis
Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
4. Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab dalam rujukan, baik yang
merujuk atau yang menerima rujukan
5. Adanya Tenaga Kesehatan yang kompeten dan mempunyai wewenang
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan
6. Adanya pencatatan/dokumen tertentu berupa :
a. Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh
b. Kartu Jaminan baik BPJS atau asuransi lain
c. Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Resume klinis
e. Formulir monitoring kondisi pasien pada pasien yang dirujuk sesuai contoh
7. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan
8. Adanya pengertian petugas tentang system rujukan
9. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertical, dengan prinsip mengirim kea
rah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap
10. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil
selama perjalanan menuju ke tempat rujukan, maka:
11. Sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi allat resusitasi, cairan
infus, oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat
waktu
12. Pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan
kegawatdaruratan
13. Sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki system
komunikasi
14. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
dan atau lengkap hanya dapat dilakukan bila :
15. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak
dapat diatasi
16. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula
17. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang
tidak terdapat di fasilitas pelayanan semula
18. Pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alas
an medis
19. Rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang
diketahui mempunayi tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan
medis atau penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahannya
20. Khusus untuk pasien BPJS dan pemegang asuransi kesehatan lainnya, harus
ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di fasilitas
pelayanan Kesehatan tujuan rujukan
21. Kewajiban identifikasi kebutuhan/pilihan selama proses rujukan

BAB II

RUANG LINGKUP
Kegiatan Yang Tercakup Dalam Sistem Rujukan

1. Pengiriman Pasien
Pengiriman rujukan pasien harus dilaksanakan sdini mungkin untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih
lengkap. Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk
kembali ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan
pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya

2. Pengiriman Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya


a. Pemeriksaan
Bahan specimen atau penunjang diagnostic lainnya yang dirujuk,
dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostic rujukan
guna mendapat pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang
diagnostic yang tepat
b. Pemeriksaan Konfirmasi
Sebagian specimen yang telah diperiksa di laboratorium Puskesmas,
rumah Sakit atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium
yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama

Jenis-Jenis Rujukan (menurut lingkup pelayanan)

1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya


penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).Misalnya merujuk pasien
Puskesmas dengan penyakit kronis ke Rumah sakit
2. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotive) dan pencegahan
(preventif). Contoh: survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas
kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular , Pemberian pangan
atas suatu wilayah, pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan
untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam

Menurut tata hubungannya


1. Rujukan Internal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring Puskesmas ke Puskesmas
Induk
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal maupun vertical

Tingkatan Rujukan

 Internal antar unit di Puskesmas


 Antar Puskesmas kelurahan dan Pusksmas Kecamatan
 Antar masyarakat dan Puskesmas
 Antar Puskesmas dan RS,laboratorium/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

Kriteria Pembagian Wilayah Pelayanan Sistem Rujukan

Karena terbatasnya sumber daya tenaga dan sarana kesehatan yang disediakan,
maka perlu diupayakan penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara
efektif dan efisien. Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam
system pelayanan kesehatn masyarakat. Dalam system rujukan ini setiap unit
kesehatan mulai dari Puskesmas Kelurahan, Puskesmas Kecamatan, Rumah Sakit
akan memberikan jasa pelayanannnya kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan
wilayah dan tingkat kemampuan petugas atau sarana. Ketentuan ini dikecualikan
bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian wilayah pelayanan dalam
system rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah tetapi juga dengan
kriteria lain :

1. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, misalnya


fasilitas Rumah Sakit sesuai dengan tingkat klasifikasinya
2. Kerjasama Puskesmas dengan Fakultas Kedokteran
3. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang digunakan
ke sarana Kesehatan atau Rumah Sakit rujukan
4. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan

Pembiayaan
Pembaiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada
asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan. Pemiayaan rujukan bagi yang bukan
peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pasien
dan/atau keluarganya. Biaya transportasi rujukan merupakan bagian dari jasa
pelayanan yang menjadi tanggung jawab pihak penjamin (BPJS atau asuransi lain).
Bagi pasien korban kecelakaan lalulintas, biaya rujukan ditanggung oleh PT.
Asuransi Jasa Rahardja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan
asuransi tersebut.

Mekanisme/Alur Rujukan

Rujukan dapat dilakukan secara vertical dan horizontal.

Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antarpelayanan


kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak daapt memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilits, peralatan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap

Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan


yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya

Rujukan vertical dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:

a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik


b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan

Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi ke tingkat pelayanan yang
lebih rendah dilakukan apabila :

a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan


kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih
baik dalam menangani pasien tersebut
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka Panjang, dan/atau
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan

Perujuk sebelum melakukan rujukan harus :

1. Melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi pasien


sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama dalam pelaksanaan rujukan
2. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaaan pasien gawat
darurat, dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada
penerima rujukan.

Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:

a. Identitas pasien
b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan
penunjang yang telah dilakuan)
c. Diagnosis kerja
d. Terapi dana tau tindakan yang telah dilakukan
e. Tujuan/alasan rujukan
f. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

Kewajiban Fasilitas Pelayanan kesehatan Pengirim Rujukan

a. Memberi penjelasan kepada pasien atau keluarganya bahwa karena alasan


medis pasien harus dirujuk
b. Melaksanakan konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan
kesehatan yang dituju sebelum merujuk
c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan
resume catatan medis
d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan
e. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan lebih dahulu dan
stabilitas pasien dipertahankan selama dalam perjalanan
f. Pasien harus didampingi oleh tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan
umum pasien dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai pasien tiba di
tempat rujukan
g. Tenaga kesehatan yang mendampingi pasien menyerahkan surat rujukan
kepada pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan di tempat
rujukan
h. Surat rujukan pertama harus dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar kecuali
dalam keadaan darurat

Kewajiban Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Menerima Rujukan

a. Menerima surat rujukan dan membuat tanda terima pasien


b. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan
c. Membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan, serta
melaksanakan perawatan
d. Melaksanakan catatan medik sesuai dengan ketentuan
e. Memberikan informasi medis kepada sarana pelayanan pengirim rujukan
f. Membuat surat rujukan ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi,
apabila kondisi pasien tidak dapat diatasi, dan mengirim tembusannya
kepada sarana pelayanan kesehatan pengirim pertama
g. Membuat rujukan balik ke PPK 2 atau PPK 1 untuk menindaklanjuti
perawatan selanjutnya yang tidak memerlukan pelayanan medis spesialistik
atau subspesialistik setelah kondisi pasien stabil
BAB III
TATALAKSANA

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang

1. System rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di fasker sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di fasilitas kesehatan tertier hanya
dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer
2. Pelayanan kesehatan di fsker primer yang dapat dirujuk langsung kef askes
tertier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes
tersier
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi :
a. Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
b. Bencana ;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dana tau Pemerintah
Daerah
c. Kekhususan masalah kesehatan pasien ;
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut
hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan.
d. Pertimbangan geografis; dan
e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas

4. Pelayanan oleh bidan dan perawat


a. Dalam keadaaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
kondisi gawat darurat dan kkekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi diluar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tinkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau specimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnose atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
faskes tersebut
b. Rujukan parsial dapat berupa :
1) Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaaan penunjang atau
tindakan
2) Pemeriksaan specimen untuk pemeriksaaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk

Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan

A. Merujuk dan Menerima Rujukan Pasien


Pasien yang akan dirujuk sudah harus diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata
tidak ampu diatasi
3. Memerlukan pemeriksaan penunang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa peosedur sebagai berikut :

1. Prosedur standar merujuk pasien


2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
3. Prosedur standar mrmberi rujukan balik pasien
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien

1. Prosedur Standar Merujuk Pasien


a. Prosedur Klinis
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnose utama dan diagnose banding
2. Memberikan tindakan pra rujkan sesuai kasus berdasarkan Standar
Prosedur Operasional
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas
Medis/paramedic yang kompeten dibidangnay danmengetahui kondisi
pasien
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas atau ambulans,
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan
sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan
b. Prosedur Administratif
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra rujukan
2. Membuat catatan rekam medis pasien
3. Memberikan informed consent (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke
tempat rujukan Bersama pasien yang bersangkutan, lembar kedua
disimpan sebagai arsip
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.
2. Prosedur Standar Menerima Rujukan Pasien
a. Prosedur Klinis
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO)
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan efektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk di rujuk lanjut
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien
b. Prosedur Administratif
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk digabungkan denganrekam medis pasien
2. Apabila pasien tersebut daapt diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai dengan kondisi pasien
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat
inap atau pulang paksa)
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan
yang akan dilakukan kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan
Puskesmas/RS yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RS yang
lebih mampu dengan membawa surat rujukan pasien rangkap 2
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien
7. Mencatat identitas pasien di buku register yang ditentukan

3. Prosedur Standar Membalas Rujukan Pasien


a. Prosedur Klinis
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib
mengembalikan pasien ke RS/Puskesmas pengirim setelah dilakukan
proses antara lain :
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan
selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas pengirim
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis,
tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit/Puskesmas pengirim
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien
sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah
Sakit/Puskesmas tersebut dalam keadaan :
a. Sehat atau sembuh
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain
d. Pasien sudah meninggal
3. Rumah sakit/Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
Sakit/Puskesmas pengirim pasien mengenai kondisi klinis terakhir
pasien apabila keluar dari Rumah Sakit/Puskesmas
c. Prosedur Administratif
1. Rumah sakit/Puskesmasyang merawat pasien berkewajiban memberi
surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah
diterimanya kepada Rumah Sakit/Puskesmas yang mengirim pasien
yang bersangkutan
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi baliktersebut diterima
petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui
sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handpone,
dsb

4. Prosedur Standar menerima Balasan Pasien Rujukan


a. Prosedur Klinis
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah
Sakit/Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan manyarakat dan
memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh
b. Prosedur Administratif
1. Meneliti isi surat balasan dan mencatat informasi tersebut di buku
register pasien rujukan, kemudian menyimpannya dalam rekam medis
pasien yang besangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah
ditindaklanjuti
2. Segera memberi kabarkepada dokter pengirim bahwa surat balasan
rujukan telah diterima.

B. Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik


lainnya

Pemeriksaan specimen dan penunjang diagnostic lainnya dapat dirujuk


apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan
laboratorium dan penunjang diagnostic yang lebih lengkap. Specimen dapat
dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang bersangkutan. Rumah sakit
atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut harus
mengirimkan laporan hasil pemeriksaan yang telah diperiksanya.

Prosedur Standar Pengiriman Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya

a. Prosedur Klinis
1. Menyiapkan pasien/specimen untuk pemeriksaan lanjutan
2. Untuk specimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang
akan dikirim dengan memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi
penularan penyakit, keselamatan pasien dan orang lain serta
kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan
3. Memastikan bahwa pasien/specimen yang dikirim tersebut sudah
sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan identitas yang jelas
b. Prosedur Administratif
1. Mengisi format dan surat rujukan specimen/penunjang diagnostic
lainnya secara cermat dan jelas termasuk nomor dan surat BPJS,
informasi jenis specimen/penunjang diagnostic lainnya yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnose sementara serta identitas
pengirim
2. Mencatat informasi yang diperlukan di buku register yang telah
ditentukan masing-masing instansi
3. Mengirim surat rujukan specimen/penunjang diagnostic lainnya ke
alamat tujuan dan lembar kedua disimpan sebagai arsip
4. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan specimen/penunjang
diagnostic lainnya tersebut.

Prosedur Standar menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik Lainnya

a. Prosedur Klinis
1. Menerima dan memeriksa specimen/penunjang diagnostic lainnya sesuai
dengan kondisi pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek
; sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien, orang
lain dan kelayakan untuk pemeriksaan
2. Memastikan bahwa specimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa
sesuai dengan permintaan yang diinginkan
3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris dan penunjang diagnostil lainnya
dengan mutu standard an sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan
yang diminta oleh pengirim.
b. Prosedur Administratif
1. Meneliti isi surat rujukan spesimendan penunjang diagnostic lainnya yang
diterima secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status BPJS,
informasi pemeriksaaan yang diinginkan, identitas pasien, dan diagnose
sementara serta identitas pengirim
2. Mencatat informasi yang diperlukan di buku register/arsip yang telah
ditentukan masin-masing instansinya
3. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin
4. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format
standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.
Prosedur Standar Mengirim Balasan Rujukan Hasil Pemeriksaan Spesimen dan
Penunjang Diagnostik Lainnya

a. Prosedur Klinis
1. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera disurat rujukan
specimen/penunjang diagnostic lainnya yang diterima, telah dilakukan
sesuai dengan mutu standard an lengkap
2. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggungjawabkan
3. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar
dan keraguan diantara beberapa specimen
b. Prosedur Administratif
1. Mencatat dibuku register hasil pemeriksaan untuk arsip
2. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masing-
masing instansi
3. Memastikan bahwa hasil pemeriksaaan tersebut terjaga kerahasiaannya
dan sampai kepada yang berhak untuk membacanya
4. Mengirimkan segera hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan
memastikan laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan kofirmasi
melalui sarana komunikasi yang memungkinkan

Forum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan

1. Untuk dapat mengoptimalkan system rujukan berjenjang,maka perlu dibentuk


forum komunikasi antar Fasilitas Kesehatan baik fdaskes yang setingkat
maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas kesehatan
tersebut dapat melakukan koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia agar :
a. Faskes perujuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan sarana
dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan serta
dapat memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien
sesuai dengan kebutyuhan medis
b. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi secara dini terhadap
kondisi pasien sehingga dapat mempersiapkan dan menyediakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan medis
2. Forum komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-masing Kantor Cabang
BPJS Kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya dengan menunjukPerson In
Charge (PIC) dari masing-masing faskes. Tugas PIC Faskes adalah
menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam rangka pelayanan rujukan.
BAB IV

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai